Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENCEMARAN LOGAM BERAT


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pencemaran
Lingkungan
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Siliwangi

Disusun oleh:
Kelompok 2
Crisna Maulana 172154061
Kulsum Musfiroh 192154031
Noni Azzahra 192154064
Seni Rahmawati 192154092
Amely Sarah Kamal 192154113

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pencemaran Logam Berat”. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya dan tabi’in tabi’atnya.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini khususnya kepada:
1. Bapal Mufti Ali, M. Pd, Ibu Liah Badriah M. Pd dan Bapak Dita Agustin
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pencemaran Lingkungan.
2. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini yang harus disempurnakan. Oleh karena itu, penulis berharap
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi
pembaca.

Tasikmalaya, 11 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Makalah ...........................................................................................2
D. Manfaat Makalah .........................................................................................2
BAB II ISI
A. Sumber Pencemaran Logam Berat ...............................................................3
B. Pengangkutan dan Sistem Transfortasi Logam Berat dalam Biota ..............3
C. Pengaruh Ekologis .......................................................................................5
D. Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Toksikologi Logam Berat ........6
E. Penanggulangan dan Pengawasan serta Pengendalian Kasus Toksikologi
Logam Berat di Lingkungan ........................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam sehingga kualitas menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan jadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi. Sedangkan definisi
pencemaran menurut UU No.32 tahun 2009, Pencemaran adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Pencemaran logam berat telah menyebar keseluruh belahan dunia
sejalan dengan perkembangan industri. Hal ini juga menyebabkan limbah yang
dihasilkan meningkat dan karakteristik limbah semakin kompleks. Sifat
nondegradable dari logam berat menyebabkan sulitnya dilakukan degradasi
secara alami. Kurangnya sistem pengamanan pembuangan limbah industri ke
dalam lingkungan mengakibatkan efek toksisitas terhadap tumbuhan, hewan,
dan manusia (USDA NRCS, 2000).
Limbah logam berat yang dihasilkan oleh industri diklasifikasikan
sebagai limbah B3. Secara umum, limbah logam berat yang dihasilkan oleh
industri adalah Pb, Cr, Cu, Ni, Zn, Cd dan Hg. Telah diketahui secara umum
limbah logam berat ini sangat toksik bagi kehidupan manusia. Logam berat
yang mencemari perairan akan terakumulasi pada tubuh organisme perairan
seperti ikan. Dengan mengkonsumsi ikan dari perairan itu, maka logam berat
masuk ke dalam tubuh manusia dari konsumsimelalui proses akumulasi secara
biologi (bioakumulasi), proses perpindahan secara biologi (biotransfer), dan
pembesaran secara biologi (biomagnifikasi) (Yasuda et al, 2000).
Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak
laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan
terutama oleh logam berat pada kawasan perairan, baik akibat penggunaan
airnya untuk konsumsi sehari-hari maupun ketika mengkonsumsi biota air
tawar yang hidup di perairan tercemar tersebut. Berdasarkan latar belakang di
atas kami menyusun makalah dengan judul “Pencemaran Logam Berat”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka kami
menyusun rumusan masalah yaitu sebagi berikut:
1. Apa saja Sumber Pencemaran Logam Berat?
2. Bagaimana Pengangkutan dan Sistem Transfortasinya dalam Biota?

1
2

3. Bagaimana Pengaruh Ekologisnya?


4. Bagaimana Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Toksikologi Logam
Berat?
5. Bagaimana Penanggulangan dan Pengawasan serta Pengendalian Kasus
Toksikologi Logam Berat di Lingkungan?
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang diharapkan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Sumber Pencemaran Logam Berat
2. Untuk mengetahui Pengangkutan dan Sistem Transfortasi Logam Berat
dalam Biota
3. Untuk mengetahui Pengaruh Ekologisnya
4. Untuk mengetahui Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Toksikologi
Logam Berat
5. Untuk mengetahui Penanggulangan dan Pengawasan serta Pengendalian
Kasus Toksikologi Logam Berat di Lingkungan
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini memberikan kegunaan
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pencemaran logam berat.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana menambah penambah pengetahuan dan wawasan
mengenai konsep keilmuan khususnya mengenai pencemaran logam berat
2. Pembaca, sebagai media informasi mengenai pencemaran logam berat.
BAB II
ISI
A. Sumber Pencemaran Logam Berat
Logam digolongkan ke dalam dua katagori, yaitu logam berat dan
logam ringan. Logam berat ialah logam yang mempunyai berat 5 g atau lebih
untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 g setiap cm3
termasuk logam ringan.
Menurut Sutamihardja (2006), sifat logam berat yang dapat
membahayakan lingkungan dan manusia adalah:
a. Logam berat sulit didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi
pada lingkungan
b. Logam berat dapat terakumulasi dalam tubuh organisme dan konsentrasi
dapat semakin tinggi, atau dapat mengalami bioakumulasi dan
biomagnifikasi
c. Logam berat mudah terakumulasi pada sedimen, sehingga konsentrasi
selalu lebih tinggi daripada konsentrasi logam dalam air.
Sumber pencemaran logamberat terbagi menjadi dua sumber yaitu
sumber alami dan sumber buatan. Sumber alami (Sutamihardja, 2006) cirinya:
1. Berasal dari daerah pantai (coastal supply), yang bersumber dari sungai,
abrasi oleh aktivitas gelombang
2. Berasal dari logam yang dibebaskan aktivitas gunung berapi Pengertian
Logam Berat 17 dan logamyang dibebaskan proses kimiawi.
3. Berasal dari lingkungan daratan dan dekat pantai, termasuk logam yang
dibawa oleh ikan dari atmosfer berupa partikel debu.
Sumber buatan berupa logam-logam berat yang dibebaskan oleh proses
industri atau kegiatan pertambangan. Beberapa jenis logam yang termasuk
kategori logam berat yaitu Aluminium (Al), Antimony (Sb), Cadmium (Cd),
Chromium (Cr), Cobalt(Co), Merkuri (Hg), Cufrum (Cu), Ferrum (Fe),
Manganese (Mn), Molybdenum (Mo), Salenium (Se), Silver (Ag),Tin
(Sn),Plumbum (Pb),Vanadium(V)dan Zinc (Zn).
Logam berat seperti Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Plumbum (Pb),
Chromium (Cr), Cufrum (Cu), Cobalt (Co) sangat berbahaya bila kadar yang
terlarut dalam tubuh manusia cukup tinggi atau melebihi ambang batas baku.
Logam-logam berat tersebutbersifat sangat toksik yang dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui beberapa cara yaitu makanan, pernafasan dan penetrasi
kulit (Sutamihardja, 2006).
B. Pengangkutan dan Sistem Transfortasi Logam Berat dalam Biota
Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya
adalah karena logam berat tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh
organisme hidup di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan, terutama

3
4

mengendap di dasar perairan membentuk senyawa komplek bersama bahan


organik dan anorganik secara absorbsi dan kombinasi. Biota air yang tercemar
logam berat dapat mengakumulasi logam berat tersebut pada jaringan
tubuhnya. Semakin tinggi kandungan logam dalam perairan maka akan
semakin tinggi pula kandungan yang terakumulasi dalam tubuh hewan
tersebut.
Berbagai aktivitas manusia seperti penambangan logam, pelapisan dan
pencampuran logam, industri minyak dan pigmen, pembuatan pestisida dan
industri penyamakan kulit sangat berpotensi menghasilkan limbah yang
mengandung logam berat. Keberadaan logam berat di perairan ini sangat
berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil.
Pada tanah pertanian, pemasok logam berat berasal dari bahan
agrokimia seperti pupuk dan pestisida, asap kendaraan bermotor, bahan bakar
minyak, pupuk organik, buangan limbah dari rumah tangga, industri, dan
pertambangan.
Sedangkan terserapnya logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium
(Cd) ke tanaman dipengaruhi oleh pH tanah dan KTK tanah yang rendah. Pb
dan Cd tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu masam. Bahan
organik (BO) adalah salah satu komponen terpenting di dalam tanah. Bahan
organik ini bisa berperan dalam perkembangan struktur tanah dan mengatur
perpindahan polutan dan bahan pencemar didalam tanah, serta berperan
penting di dalam siklus perputaran serta penyimpanan hara dan air. Selain itu,
Senyawa humat juga berperan dalam membentuk ikatan kompleks dengan
logam-logam. Adanya pembentukan ikatan kompleks mempengaruhi
kereaktifan dan efek toksik dari logam.
Pencemaran logam berat di udara kebanyakan bersumber dari asap
cerobong industri dan gas buangan dari kendaraan bermotor. Salah satu zat
pencemar udara yaitu Timbal (Pb) yang dihasilkan dari pembakaran yang
kurang sempurna pada mesin kendaraan. Logam Pb di alam tidak dapat
didegradasi atau dihancurkan dan disebut juga sebagai non essential trace
element yang paling tinggi kadarnya, sehingga ia sangat berbahaya jika
terakumulasi pada tubuh dalam jumlah yang banyak. Logam Pb yang
mencemari udara terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan
partikel-partikel.
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat Timbal
(Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai
asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran
udara dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut:
sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5%
akan mencemari lokasi dalam radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer
5

dalam jarak yang cukup jauh.


Pada tubuh manusia Logam berat dapat masuk melalui mulut, yaitu
makanan yang terkontaminasi oleh alat masak, wadah (minum/makanan
kaleng) dan juga melalui pernapasan seperti asap dari pabrik, proses industri
dan buangan limbah. Kontaminasi makanan juda bisa terjadi dari tanaman
pangan ( bidang pertanian) yang diberi pupuk dan pestisida yang mengandung
logam.
Darmono (1995) mengungkapkan,toksisitas logam pada manusia yang
dapat menyebabkan terutama timbulnya kerusakan jaringan,terutama jaringan
detoksikasi dan ekskresi (hati dan ginjal).Beberapa logam mempunyai sifat
karsinogenik (pembentuk kanker), maupun teratogenik (Salah bentuk organ).
C. Pengaruh Ekologis
Pencemaran logam berat dapat menyebabkan berbagai pengaruh
negative terhadap lingkungan maupun kesehatan. Berikut ini pengaruh
negative pencemarab udara terhadap lingkungan/ekologis:
1. Dapat mengakibatkan kematian berbagai jenis biota perairan apabila
kontaminasi logam berat tersebut berada pada kadar yang tinggi.
2. Adanya peningkatan kadar yang melebihi ambang batas logam berat
didalam air dapat bersifat toksik bagi organisme. (Hutagalung, 1997)
3. Logam berat akan terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui proses
gravitasi, biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi.
4. Dapat menyebabkan pencemaran udara, sehingga Udara yang dulunya
segar, kini kering dan kotor. Timbal termasuk salah satu jenis logam berat
yang dapat mencemari udara. Timbal dapat tetap berada di udara selama
4-40 hari, dengan penyebaran yang dapat mencapai 100-1000 km dari
sumbernya. Berbagai jenis timbal yang sering ditemui diantaranya galena
(PbS), rusit (PbCO3), anglesit (PbSO4). Timbal juga terbentuk bersama
dengan Zn dalam batuan. (Adhani & Husaini, 2017)
5. Dapat mencemari tanah sehingga dapat merusak unsur fisik, kimia dan
biologis dari tanah serta dapat mengkontaminasi tanaman yang berfungsi
sebagai awal rantai makanan. Logam berat dalam tanah pada prinsipnya
berada dalam bentuk bebas (mobil) maupun tidak bebas (immobil). Dalam
keaadan bebas, logam berat dapat bersifat racun dan terserap oleh
tanaman. Sedangkan dalam bentuk tidak bebas dapat berikatan dengan
hara, bahan organic, ataupun anorganik lainnya. Dengan kondisi tersebut,
logam berat selain akan mempengaruhi ketersediaan hara tanaman juga
dapat mengkontamibasi hasil tanaman. (Adhani & Husaini, 2017)
6. Logam berat dapat terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar dan
6

7. stomata daun, selanjutnya akan masuk ke dalam siklus rantai makanan


(Alloway, 1990). Logam berat yang terakumulasi padajaringan tubuh
apabila melebihi batas toleransi, dapat menimbulkan keracunan bagi
tumbuhan, hewan maupun manusia (Tan,2005).
D. Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Toksikologi Logam Berat
Salah satu metode yang dapat menganalisis kandungan logam berat
pada suatu zat yaitu Atomic Absorption Spectrometry (AAS). Atomic
Absorption Spectrometry (AAS) adalah salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengukur jumlah unsur kimia yang ada dalam sampel
lingkungan dengan mengukur radiasi yang diserap oleh unsur kimia yang
diinginkan. Ini dilakukan dengan membaca spektrum yang dihasilkan ketika
sampel dieksitasi oleh radiasi. (Mosier, 1985) Teknik ini dapat mendeteksi
logam berat seperti timbal, merkuri, raksa, dan lainnya pada air dengan proses
Atomic Absorption Spectrometry (AAS) melalui teknik penyerapan sinar
ultraviolet atau cahaya yang tampak oleh Atom dan membuat transisi ketingkat
energi yang lebih tinggi. Metode penyerapan atom mengukur jumlah energi
dalam bentuk foton cahaya yang diserap oleh sampel. Detektor mengukur
panjang gelombang cahaya yang ditransmisikan oleh sampel, dan
membandingkannya dengan panjang gelombang yang awalnya melewati
sampel. Sebuah prosesor sinyal kemudian mengintegrasikan perubahan
panjang gelombang yang diserap, yang muncul dalam pembacaan sebagai
puncak penyerapan energi pada panjang gelombang diskrit. (Mosier, 1985)
Metode ini dapat mengukur hingga ke bagian per miliar gram (µg dm–
3) dari suatu sampel (Garcia et al., 2012). Oleh karena itu, AAS menjadi
metode analisis pilihan utama untuk pengukuran sampel logam dengan kadar
yang sangat kecil (Broekaert, 2002). Secara keseluruhan, terdapat 5 bagian
dasar komponen instrument AAS, yaitu: sumber cahaya; sebuah absorption
cell dimana atom dari sampel akan dihasilkan; sebuah monokromator untuk
disperse cahaya; sebuah detektor yang mengukur intensitas cahaya dan
menguatkan sinyal; dan sebuah display untuk menampilkan hasil pembacaan
yang telah diproses oleh instrument elektronik (Perklin-Elmer, 1996).
Beberapa metode AAS dapat dibedakan berdasarkan metode
pengenalan sampel dan atomisasi (proses pemecahan cairan menjadi semburan
halus atau pengatoman). Metode tersebut meliputi sistem Flame (Flame atomic
absorption spectroscopy atau FAAS), electrothermal atomizer (Electrothermal
atomic absorption spectroscopy atau ETAAS), hydride generation (Hydride
generation atomic absorption spectroscopy atau HGAAS) dan cold vapor
(Cold vapor atomic absorption spectroscopy atau CVAAS). Dalam FAAS,
sampel cairan di ubah ke dalam bentuk fine spray. Selanjutnya aerosol
dicampur dengan asetilen dan dimasukkan ke dalam flame atomizer. graphite
7

furnace atomic absorption spectroscopy (GFAAS), karena atom


terkonsentrasi dalam volum lebih kecil daripada FAAS maka terjadi lebih
banyak penyerapan cahaya sehingga batas deteksi kurang lebih 100 kali lebih
rendah daripada FAAS. Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama.
(Irianti et al., 2017)
Pada HGAAS, analit direduksi ke bentuk hidrida volatil (AsH3, SeH2
dan lain-lain). Hidrida tersebut dihilangkan dari larutan oleh gas pembersih
inert (Ar) dan diatomiasi baik dalam nyala api maupun tabung pemanas elektrik
atau suatu plasma. Sementara itu, CVAAS hanya berlaku untuk Hg karena
merupakan satu-satunya analit dengan tekanan uap atom yang cukup pada suhu
kamar (Sarkar, 2002; Irianti et al., 2017)
Tabel 1. batas deteksi metode FAAS,GFAAS,HGAAS,CVHAAS

Berbagai jenis interferensi yang dapat menyebabkan kekeliruan dalam metode


Atomic Absorption Spectrometry (AAS) adalah:
1. Penyerapan radiasi sumber: elemen selain yang diinginkan dapat
menyerap panjang
2. gelombang yang digunakan.
3. Interferensi ionisasi: pembentukan ion daripada atom menyebabkan
penyerapan radiasi yang lebih rendah. Masalah ini diatasi dengan
menambahkan penekan ionisasi.
4. Penyerapan sendiri: atom yang sejenis dengan yang menyerap radiasi akan
menyerap lebih banyak di bagian tengah garis daripada di bagian tepi
8

sehingga mengakibatkan perubahan


5. bentuk dan intensitas garis.
6. Latar belakang penyerapan radiasi sumber: Hal ini disebabkan oleh adanya
partikel dari atomisasi yang tidak lengkap. Masalah ini diatasi dengan
meningkatkan suhu nyala api.
7. Laju aspirasi, nebulisasi, atau pengangkutan sampel (misalnya viskositas,
tegangan permukaan, tekanan uap, dan densitas) . (Mosier, 1985)
Urutan toksisitas logam dari yang paling toksik terhadap manusia
adalah Hg > Cd >Ag > Ni > Pb > As > Cr > Sn >Zn..Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi toksisitas setiap jenis logam berat, antara lain: bentuk senyawa,
daya kelarutan logam berat di dalam cairan, ukuran partikel dan beberapa sifat
kimia dan fisika lainnya (Darmono, 2001). Merkuri lebih toksik jika dalam
bentuk uap, sedangkan arsen, timbal dan kadmium, lebih toksik jika dalam
bentuk kationik Sebagai contoh merkuri dalam bentuk HgCl2 lebih toksik
daripada dalam bentuk merkuro (HgCl). Ini disebabkan bentuk divalen lebih
mudah larut daripada bentuk monovalen. Selain itu, bentuk HgCl2 lebih cepat
dan mudah diabsorpsi sehingga toksisitasnya lebih tinggi. Merkuri (Adhani &
Husaini, 2017)
Klasifikasi toksisitas dapat digolongkan menjadi (Darmono, 2001):
1. Berdasarkan durasi waktu timbulnya efek Toksisitas dikelompokkan
menjadi toksisitas akut sifatnya mendadak,
• waktu singkat dapat menyebabkan toksisitas yang efeknya
reversible serta kronis
• durasi lama dapat menyebabkan toksisitas konstan serta terus
menerus efeknya permanen atau irreversibel.
2. Berdasarkan tempat bahan kimia (toksikan) tersebut berefek: yaitu
• toksikan local, toksisitas ini dampaknya hanya mempengaruhi satu
bagian
• toksisitas sistemik toksisitas ini mengalami penyebaran secara
menyeluruh yang sehinga banyak bagian dapat terkena
dampaknya.
3. Berdasarkan respons yang terjadi dan organ dimana bahan kimia
tersebut mempunyai efek toksisitas dibedakan menjadi hepatotoksin,
nefrotoksin, neurotoksin, imunotoksin, teratogenik karsinogenik serta
allergen sensitizers atau bahan kimia/fisika yang bisa merangsang
timbulnya reaksi alergi, karsinogenik. (Adhani & Husaini, 2017)
Efek dari interaksi kimia (sinergis, potensiasi, danantagonis) yang
9

memungkinkan timbulnya efek toksik yaitu (Darmono, 2001):


1. Sinergis apabila dua bahan kimia yang mempunyai sifat toksik yang
sama digabungkan mempunyai efek toksik yang jauh lebih besar
dibanding dari hasil perhitungan atau penjumlahan efek dari keduanya.
2. Potensiasi apabila zat kimia tidak mempunyai efek toksik sama sekali
namun apabila ditambahkan zat kimia lain yang mempunyai efek toksik
maka akan meningkatkan toksisitas dari zat kimia kedua
3. Anatagonis apabila beberapa zat kimia digabungkan akan saling
mengurangi efek toksik dari masing-masing zat kimia tersebut.
E. Penanggulangan dan Pengawasan serta Pengendalian Kasus Toksikologi
Logam Berat di Lingkungan
Pada prinsipnya ada dua usaha untuk menanggulangi pencemaran yaitu
penanggulangan secara non teknis dan secara teknis
1. Penanggulangan non teknis
Merupakan usaha untuk menanggulangi pencemaran lingkungan
dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat
merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan
perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas
tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi
AMDAL, peraturan dn pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku
disiplin.
2. Penanggulangan teknis
Bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan
buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau
menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran
(Soemirat,2003)
Mengingat dampak bahaya yang mungkin ditimbulkan akibat
pencemaran logam berat, upaya pengendalian pencemaran logam berat
harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya telah menghasilkan
berbagai teknologi yang dapat digunakan oleh manusia untuk
mengendalikan pencemaran termasuk juga pencemaran logam berat
(Soemirat, 2003). Pengendalian pencemaran logam berat dengan
memanfaatkan proses fisika dan kimia telah banyak digunakan selama ini
ternyata membutuhkan biaya yang sangat mahal dan hasil yang kurang
efektif karena dihasilkan limbah baru dari proses yang dilakukan.
Kemajuan dalam bidang bioteknologi tanaman telah berhasil menemukan
bahwa tanaman memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat dari
10

lingkungan tanah dan perairan, sehingga dampak bahaya logam berat


dapat dilokalisir (Irwan,2005).
1. Bioremoval dan Bioabsorpsi
Istilah bioabsorpsi tidak dapat dilepaskan dari istilah
bioremoval karena bioabsorpsi merupakan bagian dari bioremoval.
Bioremoval dapat diartikan sebagai terkonsentrasi dan
terakumulasinya bahan penyebab polusi ataupolutan dalam suatu
perairan oleh material biologi, dan material tersebut mempunyai
kemampuan untuk merecovery polutan sehingga dapat dibuang dan
ramah terhadap lingkungan. Sedangkan berdasarkan kemampuan
untuk membentuk ikatan antara logam berat dengan mikroorganisme
maka bioabsorpsi merupakan kemampuan material biologi untuk
mengakumulasikan logam berat melalui media metabolisme ataujalur
psiko-kimia. Beberapa jenis mikroorganisme yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bioabsorpsi terutama adalah dari
golongan alga yakni alga dari golongan Phaeophyta, Rhodophyta dan
Chlorophyta
2. Fitoteknologi
Konsep yang memusatkan peran tumbuhan sebagai teknologi
alami untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dikenal dengan
istilah Fitoteknologi. Dalam tinjauan teknologi dan proses
memperjelas fitoteknologi sebagai cara pendekatan berbasis alam
dalam penyelesaian permasalahan lingkungan. Mekanisme
penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tmbuhan terjadi pada 3
proses (Hardiani, 2009):
a. Penyerapan oleh akar
b. Translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan
c. Lokalisasi logam pada sel dan jaringan
Tumbuhan memiliki 3 strategi dasar untuk tumbuh pada media yang
tercemar logam berat, yaitu (Raskin, dkk., 1994):
a. Metal excluder, tumbuhan mencegah masuknya logam daribagian
aerial atau menjaga agar konsentrasi logam tetap rendah dalam
tanah;
b. Metal indicator, tumbuhan mentoleransi keberadaan konsentrasi
logam dengan menghasilkan senyawa pengikat logam atau
mengubah susunan logam dengan menyimpan logam pada bagian
yang tidaksensitif;
c. Metal accumulator, tumbuhan mengkonsentrat knsentrasi logam
yang tinggi pada bagian aerial tumbuhan, tumbuhan ini menyerap
11

d. kadarkontaminanyangtinggi dandiendapkan dalam akar, batang,


daun atau tunas.
3. Teknologi bersih dengan metode AOP (Advance Oxidation
Processes)
Saat ini, telah diperkenalkan teknologi bersih pengolahan air
limbah,yanglebihdikenal denganmetode AOP(AdvanceOxidation
Processes). Metode ini diperkenalkan pada awal tahun 1990, dan
seiring perkembangannya maka AOP ini sudah dapat di aplikasikan
di industri dengan kemampuan yang lebih maju dibandingkan dengan
metode pengolahan air limbah yang ada. AOP adalah salah satu
kombinasi dari beberapa proses seperti ozon, hydrogen peroksida,
sinar ultraviolet, titanium oksida, fotokatalis, sonolisis, plasma serta
beberapa proses lain yang menghasilkan radikal hidroksil. Kombinasi
ozon dan sinar ultraviolet sangat potensial untuk mengoksidasi
berbagai senyawa organik dan bakteri yang mungkin ada dalam
limbah cair” (Muhammad dkk, 2008).
4. Teknologi Pengendalian Pencemaran Logam Berat dengan
Fitoremidiasi
Teknologi fitoremediasi adalah teknologi yang memanfaatkan
tanaman melalui beberapa mekanisme yang mampu dilakukan oleh
tubuh tanaman. Selain dapat berfungsi untuk memulihkan lingkungan
yang tercemar logam berat, fitoremediasi juga dapat berfungsi sebagai
pengendali erosi. Teknologi fitoremediasi sangat berkembang pesat
karena teknologi ini mempunyai beberapa keunggulan diantaranya
secara ekonomi relatif murah bila dibandingkan dengan metoda
konvensional dengan penghematan biaya sebesar 75-85%” (Undang
dkk, 2004). Masing-masing mekanisme fitoremediasi diaplikasikan
dalam pemulihan lingkungan sesuaidengan jenis bahan pencemar
yang akan dihilangkan dan media yang akan diremediasi (Kar et al.,
2008).
a. Teknik Fitoremediasi dengan Alnus firma, yang membuat Alnus
firma sukses menahan stres dalam kondisi cemaran logam berat
terletak pada bakteri di akarnya yang mampu beraksi positif
dengan logam berat seperti As, Cu, Cd, Ni, Pb, dan Zn. Cara
interaksinya sangat unik yakni, Alnus firma menyediakan enzim
yang kaya nutrien untuk mendukung kehidupan mikroba dan
mikroba membantu menyerap lingkungan xenobiotic yang ada
dan mengisolasinya. Simbiosis ini berlangsung seterusnya yang
saling menguntungkan kedua belah pihak. TanamanAlnus firma
12

b. mampu tumbuh baik secara natural di lahan dengan tingkat logam


berat yang relatif tinggi (Kar et al, 2008)
c. Teknik Fitoremediasi pada Lahan Pertambangan. Pencemaran
yang sering terjadi yakni di lokasi pertambangan, dimana limbah
hasil pertambangan (tailing) pasti menghasilkan limbah yang
mengandung logam berat
d. Teknik Fitoremediasi dengan Eichhornia crassipes. Enceng
gondok lebih dulu dibakar hingga membentuk bubuk.
Selanjutnya, larutan yang mengandung logam logam berat
dibubuhi oleh bubuk enceng gondok. Optimalisasi dilakukan
pada pH 5.0- 6.0 serta dalam suhu 30°C. Penyerapanini
melibatkan pertukaran ion pada larutan, yaitu ion logam berat
yang menyatu pada Enceng Gondok
e. Teknik Fitoremediasi dengan Paulownia Tomentosa. Ketahanan
P. tomentosa dalam menahan polutan logam berat tidak terlalu
signifikan. Halinikarena batasanjumlah daun, dan diameter
batang. Semakin besar tanaman, maka semakin besar pula
kemampuan P. tomentosa untuk menyerap logam yang
terakumulasi dalam tanah (Doumett et al., 2008)
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pengamanan
logam beracun adalah sebagai berikut (Widowati et al, 2007):
a. Mengendalikan pencemaran ataupolusi industri
b. Memastikan praktek pengelolaan limbah yang baik dan benar
c. Mendorong penghapusan penggunaan timbal (Pb) dalam cat
d. Memperlengkapi petugas di SPBU dengan alat pelindung diri
yang sesuai untuk menghindari paparan timbal (Pb) dalam bensin
e. Mengurangi penggunaan rodentisida, pestisida dan herbisida
yang mengandung logam beracun dan menggantinya dengan
bahan lain yang lebih aman bagi manusia dan lingkungan
f. Mengidentifikasi bahan kimia yang mengandung logam beracun
yang digunakan dalam mainan dan pilihan pengganti yang aman
bagianak-anak
g. Batasi konsumsi makanan yang berasal dari perairan yang
menjadi tempat pembuangan limbah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Logam digolongkan ke dalam dua katagori, yaitu logam berat dan
logam ringan. Logam berat ialah logam yang mempunyai berat 5 g atau lebih
untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 g setiap cm3
termasuk logam ringan.Sumber pencemaran logamberat terbagi menjadi dua
sumber yaitu sumber alami dan sumber buatan. Penyebab utama logam berat
menjadi bahan pencemar berbahaya adalah karena logam berat tidak dapat
dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup di lingkungan dan
terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan
membentuk senyawa komplek bersama bahan organik dan anorganik secara
absorbsi dan kombinasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan berbagai
pengaruh negative terhadap lingkungan maupun kesehatan. Salah satu metode
yang dapat menganalisis kandungan logam berat pada suatu zat yaitu Atomic
Absorption Spectrometry (AAS). Atomic Absorption Spectrometry (AAS)
adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah unsur
kimia yang ada dalam sampel lingkungan dengan mengukur radiasi yang
diserap oleh unsur kimia yang diinginkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi pencemaran logam berat yaitu bioadsorpsi, Fitoteknologi,
Teknologi bersih dengan metode AOP (Advance Oxidation Processes) dan
Teknologi Pengendalian Pencemaran Logam Berat dengan Fitoremidiasi
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
terhadap penulis maupun pembaca, mengenai pencemaran logam berat hingga
Penanggulangan dan Pengawasan serta Pengendalian Kasus Toksikologi
Logam Berat di Lingkungan. Penulis menyadari, tentunya masih banyak
kekurangan dari berbagai segi penulisan, ataupun materi yang disampaikan
dalam makalah ini. Maka dari itu, diharapkan tanggapan dan saran yang
membangun agar makalah ini bisa di buat lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, Rosihan dan Husaini. 2017. Logam Berat Sekitar Manusia. Banjarmasin :
Lambung Mangkurat University, Press Pusat Pengelolaan Jurnal dan
Penerbitan Unlam.
Adhani & Husaini, 2017; Badan POM, 2010; Hartini, 2018; Irianti et al., 2017; Mosier,
1985; Patang, 2018; Priyanto et al., 2008
Adhani, R., & Husaini. (2017). LOGAM BERAT SEKITAR MANUSIA.
Agustina, Titin. 2014. “Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan Dan Dampaknya
Pada Kesehatan.” 1(1):53–65.
Badan POM. (2010). Mengenal Logam Beracun. Badan Pengawas Obat Dan
Makanan (BPOM) RI, 2–4.
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0102/D010204.pdf
Gusnita, Dessy. n.d. “Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Di Udara Dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal.” 95–101
Hartini, E. (2018). Toksisitas Logam Berat. Pengantar Toksikologi, 70–89
Irianti, T. T., Kuswandi, Nuranto, S., & Budiyatni, A. (2017). Logam Berat Dan
Kesehatan. November, 1–131.
Mosier, E. L. (1985). Atomic absorption spectrometry. Earth-Science Reviews, 22(1),
99–100. https://doi.org/10.1016/0012-8252(85)90048-0
Patang. (2018). DAMPAK LOGAM BERAT KADMIUM DAN TIMBAL PADA
PERAIRAN. In BADAN PENERBIT UNM.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1038/s41559-019-0877-3
Priyanto, N., Dwiyitno, D., & Ariyani, F. (2008). Kandungan Logam Berat (Hg, Pb,
Cd, dan Cu) Pada Ikan, Air, dan Sedimen Di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal
Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 3(1), 69.
https://doi.org/10.15578/jpbkp.v3i1.11

14

Anda mungkin juga menyukai