Anda di halaman 1dari 20

TOKSISITAS LOGAM BERAT

Dosen Pengampu: 1. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd.

2. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 6B

Dea Novitri Ramadhani 2113024072


Desraya Laden Na’ilah 2113024026
Kadek Dewi Septi S. 2113024064
Kadek Dita Riyani 2113024018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat beserta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Toksikologi ini dengan judul “Toksisitas Logam Berat” dengan baik. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Toksikolgi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. dan ibu Rini
Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Toksikologi yang telah
membimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 06 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
2.1 Raksa ................................................................................................................. 3
2.2 Timbal ............................................................................................................... 5
2.3 Cadmium ........................................................................................................... 7
2.4 Arsen ............................................................................................................... 10
2.5 Selenium .......................................................................................................... 13
BAB III ......................................................................................................................... 16
PENUTUP ..................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi meningkat maka penggunaan bahan kimia dalam industry maupun
kehidupan sehari-hari semakin meningkat. Disamping bermanfaat bahan kimia juga
berpengaruh negative terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun
lingkungan. Manusia senantiasa terpajan logam berat dalam lingkungan hidupnya. Di
lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan dan
air dapat menyebabkan keracunan. Logam yang terlepas dari alat makan minum dan
alat masak juga dapat menimbulkan keracunan tanpa disadari. Sumber logam alamiah
berasal dari kerak bumi yang berupa bahan- bahan murni, organik, dan anorganik.
Logam merupakan bahan utama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-
alat yang berperan penting pada manusia. Logam mula-mula diambil dari
pertambangan di bawah tanah (kerak bumi) yang kemudian dicairkan dan dimurnikan
di pabrik menjadi logam-logam murni.

Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian
akibat bahaya yang ditimbulkannya. Daya toksisitas suatu logam bergantung pada
lingkungan. Proses akumulasi logam dalam jaringan terjadi setelah diabsorsi dari air
atau melalui pakan yang terkontaminasi manusia (Darmono. 2001). Berbeda dengan
logam biasa, logam berat biasanya dapat menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk
hidup. Dapat pula dikatakan bahwa hampir semua logam berat dapat menjadi toksik
yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Namun, meski hampir semua logam dapat
mengakibatkan keracunan pada makhluk hidup, sebagian dari logam-logam berat itu
tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Konsep bahwa yang terkena penyakit akibat kerja (Occupational Disease) hanya
pekerja itu sendiri telah berkembang dan mencakup pula keluarga dari pekerja yang
bersangkutan serta masyarakat pada umumnya. Seorang pekerja dapat membawa debu
asbes atau beryllium ke tempat tinggalnya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan
keluarganya. Beberapa bahan kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida
golongan organoklorin, dan karbon monoksida diduga dapat membahayakan sebuah
1
janin yang dikandung seorang pekerja wanita tanpa selalu harus membahayakan dirinya
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana karakteristik, dampak dan manfaat serta toksisitas pada logam berat seperti
Raksa, Timbal, Cadmium, Arsen dan Selenium?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik, dampak dan manfaat serta toksisitas pada logam
berat seperti Raksa, Timbal, Cadmium, Arsen dan Selenium.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Raksa
2.1.1 Pengertian Raksa
Raksa adalah unsur kimia, yang mempu-nyai nomor atom 80, berat atom
200,61 dan jari-jari atom 1,48 A°. Merupakan satu-satunya unsur logam yang
berbentuk cair pada suhu kamar ( 25°C ) dan sangat mudah menguap. Membeku
pada suhu — 38,87°C dan mendidih pada suhu 356,9°C. Warnanya tergantung pada
bentuk fasanya. Fasa cair berwarna putih perak, sedangkan fasa padat berwarna
abu-abu. Densitas raksa yaitu 13,55 merupakan densitas yang tertinggi dari semua
benda cair. Tegangan permukaannya juga sangat tinggi yaitu 547 dine,
dibandingkan dengan air (73 dine) atau alkohol (22 dine). Raksa mempunyai
potensial oksidasi0,799 volt. Potensial oksidasi yang rendah ini menyebabkan raksa
tidak dapat bereaksi dengan oksigen pada suhu kamar, dan tahan terhadap korosi.
Pada suhu sekitar titik didihnya (356,9°C), raksa dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk HgO yang berwarna merah. Senyawa HgO ini tidak begitu stabil,
sehingga bila dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi (sekitar 500°C), oksigen akan
dilepaskan kembali. (Horas P.Hutagalung.1985)
2.1.2 Manfaat Raksa
Dalam bidang fisika, logam raksa murni banyak digunakan untuk mengisi
instrumen-instrumen fisika seperti barometer, termometer, manometer dan lain-lain
(ANONIMOUS s.a.). Dalam bidang pertanian, senyawa raksa banyak dimanfaatkan
untuk pembuatan biosida, terutama untuk fungisida dan bakterisida. Senyawa raksa
yang digunakan dalam bidang pertanian dapat dibagi dua yaitu anorganik dan
organik raksa. Dalam industri selulosa senyawa Hg dipakai sebagai fungisida untuk
melindungi bubur kayu basah dari gangguan bakteri atau jamur. Industri elektronika
memanfaatkan raksa atau senyawanya untuk pembuatan lampu, tombol dan baterai.
Dalam industri plastik, raksa dipakai sebagai katalisator. Dalam industri farmasi
senyawa raksa banyak dipakai sebagai obat sakit perut, penangkal insfeksi dan
antiseptik. Dalam industri klor dan soda api, raksa dipakai sebagai elektrode negatif.
Dalam dunia militer, raksa banyak dipakai sebagai raksa fulminat untuk pembuatan
bahan peledak (GLINKA s.a.). Raksa sering juga dipakai untuk melarutkan

3
bermacam-macam logam menjadi bentuk cairan atau padatan yang disebut
amalgam. Amalgam ini banyak dipakai dalam bidang industri atau kedokteran gigi.
(Horas P.Hutagalung.1985)
2.1.3 Toksisitas Raksa

Toksisitas raksa pada manusia beginning pods bentuk komposisi raksa, jalan
masuknya ke dalam tubuh (path), die lamanya berkembang. Misalnya bentuk Merkuri
(HgCl,) lebih toksik daripada bernak Merkuro (HgCT) Hal ini disebabkan karena
bentuk divalen lebih mudah larut daripada bentuk monovalen. Di samping itu, bentuk
HgCl, juga cepat dan mudah diabsorpsi sehingga daya toksisitasnya lebih tinggi.
Toksisitas raksa pada manusia dibedakan menurut bentuk senyawa Hg, yairu anorganik
dan organik. Keracunan anorganik Hg sudah diketahui sejak abad ke-18 dan ke-19
dengan gejala tremor pada orang dewasa yang dikenal dengan istilahn"hatter shakes
(topi bergoyang). karena pada saat itu banyak pekerja di pabrik topi dan wol menderita
gejala tersebut. Gejala berlanjut dengan tremor pada otot mulca, yang kemudian
merambat ke jari-jari dan tangan. Bila keracunan berlanjut, tremor terjadi pada lidali.
berbicara terbata-bata, berjalan terlihat kaku, dan hilang keseimbangan Perubahan pada
hilangnya daya ingatan dapat juga terjadi pada toksisitas He dan keracunan kronis akan
menyebabkan kematian. (M.Choirul Hadi.2019)

4
2.2 Timbal
Timbal banyak ditemukan dalam pertambangan pertambangan di seluruh dunia, bahan
produksi batere pada kendaraan bermotor, produksi logam-logam lainnya biasanya juga
mengandung timbal seperti amunisi, kabel, dan solder. Timbal juga digunakan dalam
industri percetakan, sekering, dan alat listrik lainnya. Timbal murni biasanya dipakai untuk
melapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat, serta campuran pembuatan cat sebagai
bahan pewarna karena daya larutnya yang rendah dalam air (Darmono, 1994. dalam
Suryatini, dkk: 2018).
2.2.1 Karakteristik Logam Timbal
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam
bahasa ilmiahnya adalah plumbum (Pb). Timbal mempunyai empat bentuk isotop,
dengan titik leleh pada 327,5ºC dan titik didih pada 1740ºC di atmosfer. Timbal jenis
ini merupakan logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim terdapat dalam
kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain, terutama seng dan
tembaga (Yanti, dkk: 2020). Sifat-sifat logam ini antara lain mempunyai titik lebur yang
rendah sehingga mudah digunakan, mudah dibentuk karena logam ini lunak,
mempunyai sifat kimia yang aktif sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam
untuk mencegah perkaratan, bila dicampur dengan logam lain membentuk logam
campuran yang lebih baik daripada logam murninya, dan kepadatannya melebihi logam
lain (Suryatini, dkk: 2016).
2.2.2 Manfaat Timbal
Menurut (Darmono, 1994) dalam (Suryatini, dkk: 2016), timbal banyak ditemukan
dalam pertambangan pertambangan di seluruh dunia, bahan produksi batere pada
kendaraan bermotor, produksi logam-logam lainnya biasanya juga mengandung timbal
seperti amunisi, kabel, dan solder. Timbal juga digunakan dalam industri percetakan,
sekering, dan alat listrik lainnya. Timbal murni biasanya dipakai untuk melapisi logam
lain sehingga tidak mudah berkarat, serta campuran pembuatan cat sebagai bahan
pewarna karena daya larutnya yang rendah dalam air. Oleh karena sifatnya yang tahan
panas, tidak mudah korosi dan mudah dibentuk, timbal banyak dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari contoh timbal digunakan dalam pembuatan baterai, produkhari.
Sebagai produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa Polyvinyl Chloride (PVC),
solder, bahan kimia dan pewarna. Beberapa produk logam dibuat dari timbal murni
yang diubah menjadi berbagai bentuk, dan sebagian besar terbuat dari alloy timbal
(Yanti, dkk: 2020).
5
2.2.3 Toksisitas Timbal
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia. Logam Pb umumnya terdapat dalam tanaman pangan berasal dari pencemaran
atmosfer karena penggunaan bahan bakar fosil. Timbal yang mencemari udara terdapat
dalam dua bentuk, yaitu berbentuk gas dan partikel-partikel. Gas timbal terutama dari
pembakaran aditif bensin dari kendaraan bermotor yang terdiri dari tetraetil-timbal dan
tetrametil-timbal. Partikel-partikel timbal di udara berasal dari sumber-sumber lain
seperti pabrikpabrik alkil timbal dan timbal-oksida, pembakaran arang, dan sebagainya.
Polusi timbal yang terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan
berbagai komponen timbal, terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Keracunan akibat
kontaminasi logam timbal (Pb) bisa menimbulkan berbagai macam hal, antara lain
memperpendek umur sel darah merah, menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar
sesel darah merah yang masih muda (retikulosit), serta meningkatkan kandungan besi
(Fe) dalam plasma darah. Berikut merupakan efek yang dapat ditimbulkan oleh logam
timbal di dalam tubuh manusia.
a. Efek timbal pada sistem saraf.
Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun
yang dibawa oleh logam timbal. Pengaruh dari keracunan timbal dapat
menimbulkan kerusakan otak. Penyakit penyakit yang berhubungan dengan
otak sebagai akibat dari keracunan timbal adalah epilepsi, halusinasi,
keracunan pada otak besar, dan delirium yaitu jenis penyakit gula.
b. Efek tim bal pada sistem urinaria.
Efek timbal terhadap sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut
disebabkan terbentuknya membentuknya amin intranuclear inclution bodie
yang disertai dengan ociduria yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam
urine.
c. Efek timbal terhadap sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung. Efek
timbal terhadap reproduksi, menyebabkan menurunnya kemampuan sistem
reproduksi. Untuk janin dalam kandungan dapat terjadi hambatan dalam
pertumbuhannya sedangkan efek timbal terhadap sistem endokrin dapat
mempengaruhi fungsi dari tiroid. Fungsi tiroid sebagai hormon akan
mengalami tekanan bila manusia kekurangan (iodium isotop). Untuk
pengaruh keracunan timbal pada otot jantung baru ditemukan pada anak.
6
Senyawa timbal organik umumnya masuk kedalam tubuh melalui
pernapasan dan penitrasi lewat kulit (dalam jumlah kecil) penyerapan lewat
kulit ini karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak, senyawa
seperti tetraetil timbal, dapat menyebabkan keracunan akut pada sistem
syaraf pusat meskipun proses dari keracunan tersebut terjadi dalam waktu
yang cukup panjang dengan kecepatan penyerapan yang kecil. Sedangkan
keracunan timbal dan persenyawaan anorganik bersifat kronis. Gangguan
yang ditimbulkan bervariasi, dari yang ringan seperti insomnia, kekacauan
pikiran sampai gangguan yang cukup berat sampai kolik usus, anemia,
gangguan fungsi ginjal, bahkan kebutaan terutama pada anakanak.
Manifestasi dari paparan timbal yang lain adalah terjadinya pembiruan pada
guzi ( bertonian lead line ) dimana hal ini mengindikasikan bahwa penderita
pernah mengalami paparan timbal.
d. Efek timbal pada sistem saluran cerna.
Kolik usus (spasme usus halus) adalah manifestasi klinis tersering dari
keracunan dari timbal lanjut. Nyeri terlokalisir disekitar atau dibawah
umbilekus. Tanpa paparan timbal (tidak berkaitan dengan kolik) adalah
pigmen kelabu pada gusi timbal pada sistem ginjal. Selama fase akut
keracunan timbal seringkali ada keterlibatan ginjal fungsional tetapi tidak
dipastikan kerusakan ginjal permanen. Timbal dapat ikut andil pada
penyakit ginjal pasien.

2.3 Cadmium
Cadmium (Cd) merupakan logam berat yang paling banyak ditemukan pada
lingkungan, khususnya lingkungan perairan, serta memiliki efek toksik yang tinggi,
bahkan pada konsentrasi yang rendah (Almeida et al., 2009. cadmium diketahui
memiliki waktu paruh yang panjang dalam tubuh organisme hidup (Patrick, 2003) dan
umumnya terakumulasi di dalam hepar dan ginjal (Flora, 2009). Pada manusia,
kadmium dapat bersifat karsinogenik, merusak kelenjar endokrin, sistem
kardiovaskular dan juga terdapat pada sistem saraf yang memicu kerusakan neurologis
dan berasosiasi dengan kanker paru-paru, prostat, pankreas dan ginjal (Bobocea et al.,
2008 & Flora, 2009). Dijelaskan sebelumnya oleh (Pal 2006) bahwa pada konsentrasi
yang tinggi, kadmium merupakan logam berat yang bersifat karsinogen, mutagenik dan
teratogenik pada beberapa jenis hewan. Hal ini menunjukan bahwa logam berat
7
kadmium memberikan efek terhadap proses genomic dan postgenomic pada liver,
ginjal, paru-paru, dan otak. Sifat karsinogenik kadmium menyebabkan logam berat
tersebut diurutkan sebagai peringkat pertama (Class 1) agen mutagenik bagi organism
hidup (Nordic, 2003 dan Flora et al., 2008).
Keracunan yang disebabkan oleh Cd bisa bersifat akut dan kronis Keracunan akut
cadmium (Cd) sering terjadi pada pekerja di industri yang berkaitan dengan Cd.
Peristiwa itu bisa terjadi karena para pekerja terpapar uap logam Cd atau CdO. Gejala-
gejala keracunan akut Cd adalah timbulnya rasa sakit dan panas di dada. Akan tetapi,
gejala keracunan tidak langsung muncul saat penderita terpapar uap Cd atau CdO.
Keracunan akut muncul setelah 4-10 jam sejak penderita terpapar oleh Cd. Keracunan
Cd bisa menimbulkan penyakit paru-paru akut. Keracunan akut yang disebabkan oleh
uap Cd atau CdO dapat menimbulkan kematian bila konsentrasinya besar 2.500 - 2.900
mg/m3. Sementara itu, para pekerja yang menggunakan solder dengan kandungan Cd
24% akan berusia pendek dan kematian akan segera terjadi bila konsentrasi uap solder
secara seluruhan sebesar 1 mg/m3. Kadmium terabsorbsi lewat pencernaan sehingga
menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, dan tenesmus. Inhalasi cadmium
menyebabkan demam, batuk, sakit kepala, dan nyeri perut.
2.3.1 Efek Toksik Cadmium (Cd)
Cadmium (Cd) belum diketahui fungsinya secara biologis dan dipandang
sebagai xenobiotik dengan toksisitas yang tinggi dan merupakan unsur
lingkungan yang persisten. Efek toksik Cd akan menunjukkan gejala yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Tingkat dan lamanya paparan; semakin tinggi kadar dan semakin lama
paparan, efek toksik yang diberikan akan lebih besar. Kadmium dalam dosis
tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran pencernaan,
sedangkan paparan Cd dalam dosis rendah tetapi berulang kali bisa
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.
2. Bentuk kimia dari logam berat Cd sebagai contoh toksisitas akut Cd yang
dinyatakan dengan LD50 pada tikus dalam bentuk senyawa Cd kaprilat
sebesar 270 mg/kg berat badan, Cd stearat 203 mg/kg berat badan, LD50
pada mencit dalam bentuk senyawa CdS04 47 mg/kg bb, CdCl2 57 mg/kg
bb, Cd (N03)2 48 mg/kg bb, Cd kaprilat 85 mg/ bb, Cd stearat 98 mg/kg bb,
dan CdCO3 202 mg/kg bb. LD50 rata-rata 100 mg/kg berat badan untuk

8
garam kadmium yang larut dan mencapai ribuan mg/kg berat badan untuk
garam kadmium yang tidak larut.
3. Kompleks protein-logam ataupun kadmium bergabung dengan
metalloprotein (MT) suatu protein dengan bobot molekul rendah. Bentuk
kompleks Cd kurang toksik dibandingkan Cd2+. Apabila Cd-MT
melepaskan Cd2+, maka akibatnya adalah munculnya efek toksik.
4. Faktor penjamu Cd seperti halnya toksikan lainnya. Hewan tua dan hewan
muda umumnya lebih rentan daripada hewan dewasa muda. Hasil penelitian
membuktikan bahwa mencit dan tikus yang baru lahir mengabsorpsi Cd
lebih besar daripada hewan yang dewasa. Dua minggu setelah pemberian
Cd, mencit muda mampu menyimpan 10% dari Cd yang diberikan secara
oral, sedangkan mencit dewasa mampu menyimpan 1% dari Cd yang
diberikan.
5. Faktor-faktor diet, misalnya defisiensi protein, vitamin C, vitamin D,
kalsium (Ca), dan Fe (besi) akan meningkatkan toksisitas cadmium (Cd)
2.3.2 Pencegahan logam cadmium (Cd)
a) Menghindari pajanan Cd dengan menggunakan masker
b) Tidak merokok, makan, minum di tempat kerja
c) Mengurangi rokok, mengurangi konsumsi makanan yang rentan
terkontaminasi Cd, antara lain kerang/she//fish, serta mengurangi minuman
yang rentan tercemar Cd, antara lain kopi atau teh.
d) Untuk mencegah toksisitas Cd, pertahankan kecukupan Zn dalam tubuh
dengan mengonsumsi makanan yang mengandung Zn tinggi, antara lain biji-
bijian (padi, jagung, gandum) yang tidak ditumbuk halus, makanan dari
golongan leguminosae, dan kacang-kacangan. Konsumsi suplemen Zn 15-
30 mg/hari bisa mengurangi toksisitas Cd. Konsumsi Zn, Ca, dan Se dosis
tinggi mampu mengurangi absorpsi Cd. Demikian juga konsumsi besi (Fe),
kuprum (Cu), selenium (Se), dan vitamin C mampu meningkatkan eliminasi
Cd yang bisa diketahui dari kadar Cd dalam urin atau kadar Cd pada rambut.
e) Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan secara berkala.

9
2.4 Arsen
2.4.1 Pengertian Arsen
Arsen (As) adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA
dengan nomor atom 33. Arsen berwujud bubuk putih, tanpa warna dan bau.
Nama arsenik sendiri pertamakali berasal dari bahasa Persia zarnig dan bahasa
Yunani arsenikon yang artinya kuning. Arsen merupakan bahan metaloid yang
terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik, yaitu kuning, hitam dan
abu-abu. Secara alamiah Arsen dapat masuk kedalam lingkungan melalui debu
vulkanik yang dikeluarkan dari letusan-letusan gudung berapi, pelapukan
bebatuan, dan mineral-mineral yang mengandung As yang kemudian masuk
kedalam air tanah. Aktivitas manusia memiliki peran yang sangat besar dengan
masuknya As ke dalam lingkungan, seperti produksi dan penggunaan As di
dalam kegiatan industri, baik itu industri pengolahan biji logam, industri
pestisida, serta industri pertambangan, serta dapat berasal dari aktivitas
pertanian yang menggunakan pupuk ataupun perstisida. As juga bisa masuk
kedalam lingkungan melalui buangan limbah rumah tangga (Rosihan, 2017).
Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya
sebagai berikut:
1. Arsen Inorganik
Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa
substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk
gas dan dapat terpapar pada manusia. Menurut National Institute for
Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan kronis,terutama kanker Senyawa Arsen
dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arseninorganik. Arsen
trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan bentuk arsen
inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas 1.073°C
senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping produksi
tembaga dan pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih
465°C dan akan menyublim pada suhulebih rendah. Kelarutan arsen
trioksida dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25°Cdan 8,2% pada suhu
98°C. Sedikit larut dalam asam membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen
trioksida sangat cepat larut dalam asam khlorida dan alkalis (Sukar, 2003).

10
Arsen Trioksida dari hasil samping produksi tembaga mencemari
udara,tanah danair. Dalam hal ini kami,menspesifikasikan pencemaran
Arsen Trioksida hasil samping produksi tembaga dalam air tanah. Arsen
trioksida berupa bubuk berwarna putih yanglarut dalam air.
2. Arsen Organik
Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen Organik.
Arsen bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan,
yaitu arsenobetainedan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik.
Sebagaimana diketahui bahwa arseninorganik lebih beracun dari pada arsen
organik. Senyawa arsen organik sangat jarangdan mahal. Ikatan carbon-
arsen sangat stabil pada kondisi pH Iingkungan dan berpotensiteroksidasi.
Beberapa senyawa methylarsenic sebagaimana di dan
trimethylarsenesterjadi secara alami, karena merupakan hasil dari aktivitas
biologik. Di dalam air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi methylarsenic
acid Senyawa arsen organik lainnya seperti : arsenobetaime dan
arsenocho/ine bisa ditemukan pada kehidupan laut dansangat tahan terhadap
degradasi secara kimiawi. (Sukar, 2003).
Berbagai macam senyawa arsen adalah sebagai berikut:
a. Asam arsenat (H3AsO4)
b. Asam arsenit (H3AsO3)
c. Arsen trioksida (As2O3)
d. Arsin (Arsen Trihidrida AsH3)
e. Kadmium arsenida (Cd3As2)
f. Galium arsenida (GaAs)
g. Timbal biarsenat (PbHAsO4)
2.4.2 Karakteristik Arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di
air ditemukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Arsen
secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan
seringdapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan
juga beracun. Ketikadipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida
arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa
arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubahdari padat menjadi gas tanpa
menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukandalam dua bentuk
11
padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
(Wijanto, 2005).
2.4.3 Mekanisme Masuknya Arsen dalam Tubuh
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan air, tanah,
maka ia dapatmenguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk kedalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanahtersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapatmencemari air tanah dan udara di
atasnya. WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air tanah
sebesar 50 ppb. Air tanah biasa digunakan sebagai sumber air minum
bagikelangsungan hidup manusia. Salah satu akibat yang merugikan dari arsen
adalah apabila dalam air minum mengandung unsur arsen melebihi nilai
ambang batas, yaitu bila kadarnyamelebihi 10 ppb dalam air minum. Gejala
keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus,
kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus.
(Wijanto, 2005).
2.4.5 Toksistas
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya
memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik..
Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki
toksisitas akut yang lebih tinggidaripada arsenates (pentavalent bentuk).
Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan
70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik
tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen,
terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada
arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur
berlebihan, muntah, rasa hausdan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan
kesulitan berbicara, masalah muntah(kehijauan atau kekuningan, kadang-
kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit padaorgan kemih, kejang-kejang
dan kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat,mata merah dan
berair. Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat
berkembangmenjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan
mengakibatkan kematian (Prasati, 2006).

12
2.5 Selenium
2.5.1 Pengertian Selenium
Selenium merupakan unsur dengan nomor atom 34, memiliki sifat semi logam
dan berada dalam bentuk yang kimia yang beragam di alam ((NRC), 1983).
Selenium terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk anorganik dan dalam
bentuk organik. Bentuk anorganik dari selenium adalah selenat (SeO4-2) dan
selenit (SeO3-2), sedangkan bentuk organiknya adalah selenometionin dan
selenosistein (Sumiwi, 2018).

2.5.2 Manfaat Selenium


Kedua bentuk senyawa kimia selenium pada gambar di atas tersebut berguna
sebagai sumber mineral selenium bagi tubuh. Selenium dapat diperoleh dari
makanan, minuman atau dalam bentuk suplemen selenium. Kandungan
selenium tertinggi pada makanan terdapat pada daging, makanan laut.
Selenium terlibat dalam pengaturan berbagai fungsi seluler (termasuk katalisis
enzim dan transduksi ditentukan oleh kadar selenium dalam tanah,
kemampuan tanaman untuk menyerap selenium dam spesies tanaman
(Sumiwi, 2018). Selenium merupakan komponen penting dari enzim
antioksidan seperti glutathione peroxidase (GPx) dan thioredoxin reductase
(TrxR) serta selenoprotein P yang berfungsi dalam penyimpanan dan
transportasi Selenium (Heryadi, dkk: 2020).
2.5.3 Toksisitas dan Dampak Selenium
Menurut Ghani (2011) toksisitas selenium adalah sebagai berikut:

13
• Toksisitas Kronis : toksisitas Selenium dapat menyebabkan gejala
astrointestinal, gangguan neuromuskuler-psikiatri, perubahan
dermatologi , disfungsi hati, disfungsi ginjal, trombositopenia, dll.
• Endokrin: efek awal keracunan selenium adalah gangguan fungsi
endokrin, termasuk sintesis hormon tiroid. Kekurangan Selenium juga
dapat memperburuk gangguan tiroid yang berkaitan dengan
yodiumkekurangan.
• Genitourinari : kadar selenium yang tinggi dapat menurunkan motilitas
sperma.
• Psikiatri: selenium dengan kadar tinggi menyebabkan masalah
perilaku seperti lekas marah atau kelelahan pada anak.
Menurut Burk R.K dalam Digilib Unsri (1988) menyatakan defisiensi
selenium dapat disebabkan karena:
1. Intake selenium yang tidak adekuat
Defisiensi selenium yang disebabkan intake yang tidak adekuat biasanya
terdapat di daerah dimana kandungan selenium pada tanah sangat rendah,
contohnya di Cina dimana intake selenium <19 mcg/hari pada laki-laki dan
<13 mcg/hari pada perempuan. Defisiensi selenium di Cina yang
berhubungan dengan penyakit jantung disebut Penyakit Keshan. Penyakit
Keshan adalah kardiomiopati yang terdapat pada anak dan wanita muda yang
ditandai dengan pembesaran jantung dan penurunan fungsi jantung.
Kemungkinan defisiensi selenium harus dipikirkan pada semua pasien
malnutrisi yang mendapat Nutrisi Parenteral Total (NPT). Pada pasien ini
defisiensi dapat terjadi karena nutrisi yang diberikan tidak mengandung
selenium.
2. Gangguan absorbsi
Gangguan gastrointestinal berat, misalnya pada penyakit Crohn’s dapat
menurunkan absorbsi selenium.
3. Peningkatan penggunaan selenium
Kebutuhan selenium meningkat pada masa kehamilan, menyusui dan masa
penyembuhan penyakit.

14
2.5.4 Kelebihan Selenium
Kadar selenium yang tinggi masih dapat ditoleransi untuk jangka waktu yang
pendek. Keracunan akut dan fatal terjadi karena kecelakaan atau usaha bunuh
diri dengan menelan sejumlah besar selenium. Keracunan kronis selenium
terjadi dengan menelan dosis yang lebih kecil dalam waktu lama. Gejala-gejala
yang umum ditemukan pada kelebihan selenium adalah rambut rontok, kuku
yang rapuh, gangguan pencernaan, dermatitis, bau nafas seperti bau bawang,
rasa metalik, kelemahan dan bahkan kematian.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia senantiasa terpajan logam berat dalam lingkungan hidupnya. Logam berat
biasanya dapat menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Hampir semua
logam berat dapat menjadi toksik yang akan meracuni tubuh makhluk hidup.
Namun, meski hampir semua logam dapat mengakibatkan keracunan pada makhluk
hidup, sebagian dari logam-logam berat itu tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup.

3.2 Saran
Penulis berharap agar isi makalah ini dapat dikembangkan dan dipergunakan
sebagai bahan belajar semestinya, serta pengetahuan yang di dapat dari isi makalah
ini bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

D. Rumahlatu dll., 2012, Cadmium dan Efeknya terhadap Ekspresi Protein


Metallothionein pada Deadema setosum Echinodermata, Jurnal Penelitian
Perikanan, volume 1(1) halaman 26-35, Malang.

Heryadi, A. L., Shalihat, A., Pratiwi, R., & Mutakin, M. (2020). Selenium species in
vegetables: benefits and toxicity for the body. Jurnal Ilmiah Farmasi, 16(2):
155-166.

Horas P.Hutagalung.(1985).Raksa(Hg).Oseana,Vokume X,Nomor 3 :93-105


M.Choirul Hadi.(2019).Bahaya Merkuri di linggkungan kita.Jurnal Skala Husada
Volume 10 nomor 2:175-183

Prasasti, C. I., Mukono, J., & Sudarmaji, S. (2006). Toksikologi logam berat B3 dan
dampaknya terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Unair, 2(2),
3956.

Rosihan, A., & Husaini, H. (2017). Logam berat sekitar manusia.

Sukar, S. (2003). Sumber dan Terjadinya Arsen di Lingkungan. Jurnal Ekologi


Kesehatan, 2(2).

Sumiwi, S. A. (2018). Selenium dan Manfaatnya Untuk Kesehatan: Review jurnal.


Farmaka, 16(2).

Suryatini, K.Y., & Rai, I.G.A. 2018. Logam Berat Timbal (Pb) dan Efeknya pada
Sistem Reproduksi. Jurnal Emasain. Vol 7(1): 1-6.

Wija Yanti, N. M. S., Karta, I. W., & Ratih Kusuma Ratna Dewi, G. A.
(2020). Gambaran Kadar Timbal Dalam Darah Petugas Operator Spbu
54.801. 45 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis).

Wijanto, S. E. (2005). Limbah B3 dan kesehatan. Makalah On Air Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

iii

Anda mungkin juga menyukai