Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

LOGAM BERAT DI LINGKUNGAN

Mata Kuliah : Kimia Bahan Berbahaya


Dosen Pengampu : Drs. Riswijanto S M.Sc.

Disusun Oleh

Kelas A
1. Angelia Sabrina L. (1906351796)
2. M. Ghozi Ryandika (1906351581)
3. Kayla Aliya (1906351764)
4. Kevin Haposan A (1906351852)
5. Sugeng Hidayatullah (1906351562)

Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2019
Kata Pengantar

Puji Syukur Penulis panjatkan ke hadapan Yang Maha Kuasa, karena berkat
kemurahan-Nya, makalah yang berjudul “LOGAM BERAT DI
LINGKUNGAN” sebagai respon Penulis terhadap keberadaan dan penggunaan
logam berat dalam lingkungan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak lain yang membantu Penulis menyelesaikan makalah ini, yaitu
Bapak Drs. Riswijanto S M.Sc selaku dosen pengajar mata kuliah Kimia Bahan
Berbahaya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pengetahuan mengenai logam-


logam berat, manfaat, resiko, serta penanggulangan dari penggunaan logam-
logam berat. Sehingga masyarakat dapat lebih memperhatikan penggunaan dan
pengolahan logam-logam berat dalam keseharian.

Akhir kata, Penulis hanya berharap kiranya makalah ini menjadi bermanfaat
bagi siapa pun yang membacanya. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu,
Penulis mengucapkan terima kasih.

Depok, 5 Desember 2019

______________________

Penulis

2
Abstrak

Pada zaman ini, logam sudah digunakan pada berbagai barang dalam kehidupan
manusia. Jika logam-logam ini sudah tidak terpakai, logam ini akan menjadi
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menimbulkan dampak negatif
bagi kehidupan manusia. Logam sendiri memiliki manfaat bagi kehidupan
manusia dan resiko yang ditimbulkan jika logam tersebut menjadi limbah. Oleh
karena itu, perlunya mengetahui penanggulangan yang dilakukan untuk
pencemaran yang ditimbulkan oleh logam tersebut.

3
Daftar Isi

Judul ........................................................................................................................ 1
Kata Pengantar ........................................................................................................ 2
Abstrak .................................................................................................................... 3
Daftar Isi.................................................................................................................. 4
Bab 1 Pendahuluan .................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................................... 6
Bab 2 Pembahasan .................................................................................................. 7
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 7
2.1.1 Timbal (Pb) ...................................................................................... 7
2.1.2 Merkuri (Hg) .................................................................................... 8
2.1.3 Arsenik (As) ..................................................................................... 8
2.1.4 Cadmium (Cd) ................................................................................. 8
2.1.5 Krom (Cr)......................................................................................... 8
2.2 Manfaat Logam Berat ................................................................................ 8
2.3 Resiko Penggunaan Logam Berat .............................................................. 9
2.3.1 Studi Kasus .................................................................................... 12
2.4 Penanggulangan Pencemaran Logam Berat ............................................. 12
Bab 3 Penutup ....................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................ 16
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 17

4
Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Saat ini telah banyak industri kimia yang berkembang, baik di dalam maupun
di luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kebanyakan
industri-industri ini menggunakan bahan kimia yang mengandung logam
berat, sehingga menghasilkan limbah beracun. Tak jarang industri-industri
ini tidak mempedulikan lingkungan sekitar akibat limbah yang dihasilkan.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia
dan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Limbah cair yang mengandung logam berat akan memberikan pengaruh


yang berbahaya terhadap lingkungan. Logam-logam tersebut bersifat tahan
lama dan keracunannya bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama pula.
Permasalahan lingkungan hidup ini akan terus muncul secara serius di
berbagai pelosok bumi sepanjang penduduk bumi tidak segera memikirkan
dan mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan. Demikian
juga di Indonesia, permasalahan lingkungan hidup seolah-olah seperti
dibiarkan menggelembung sejalandengan intensitas pertumbuhan industri,
walaupun industrialisasi itu sendiri sedang menjadi prioritas dalam
pembangunan. Air limbah ini secara tidak langsung akan menganggu air
lingkungan yang ada di sekitar lokasi pabrik jika limbah ini tidak segera
ditangani.

Logam berat yang ada di dalam limbah contohnya adalah kromium dan
tembaga. Bila unsure logam kromium (Cr) masuk dalam tubuh, meski dalam
jumlah agak berlebihan biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang
buruk terhadap tubuh, karena unsure kromium (Cr) dalam bentuk ion Cr(III)
diperlukan dalam metabolisme 2 gula pada tubuh manusia. Orang dewasa
membutuhkan kromium(III) sedikitnya 0,025 mg per hari. Kromium pada
bilangan oksidasi tiga merupakan logam yang sangat esensial yang
dibutuhkan untuk metabolism lemak dan glukosa pada mamalia. Akan tetapi
kromium(VI) yang biasa disebut kromat merupakan unsur yang sangat
toksik. Penyebaran kromium(VI) biasanya terdapat pada garam kromat
seperti Na2CrO4. Garam ini akan larut dalam air dan akan diserap oleh aliran
darah yang akan menyebabkan kanker paru-paru dalam periode 10-15 tahun.
Sedangkan unsur logam berat tembaga (Cu), bila masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk
terhadap fungsi fisiologis tubuh.

5
Menurut surat keputusan Menteri Negara Kependudukan danLingkungan
Hidup, baku mutu limbah yang boleh dialirkan ke lingkungan untuk kadar
kromium total sebesar 0,1-2 mg/L, sedangkan menurut keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No Kep-02/MEN
KLH/1/1988 tentang baku mutu air golongan C dan D (air pertanian,
perkotaan, dan industri) kadar maksimal tembaga total yang diperbolehkan
sebesar 1,0 mg/L. Sebelum limbah dibuang ke lingkungan, perlu dilakukan
penanganan terlebih dahulu, agar kadar ion logam Cr(VI) dan Cu(II) tidak
melebihi nilai ambang batas seperti yang tertera di atas.

I.2 Rumusan Masalah

1. Logam berat apa saja yang sering digunakan dalam industri ataupun
dalam kehidupan sehari-hari?
2. Efek apa saja yang ditimbulkan ketika logam-logam tersebut mencemari
lingkungan?
3. Apa saja kegiatan preventif yang bisa kita lakukan untuk mencegah
pencemaran akibat logam-logam berat tersebut?
4. Bagaimana cara menanggulangi limbah-limbah logam berat yang sudah
tercemar ke lingkungan?
I.3 Maksud dan Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Kimia Bahan Berbahaya.


2. Mengetahui logam berat yang digunakan dalam industri maupun
kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui efek yang ditimbulkan ketika logam-logam tersebut
mencemari lingkungan.
4. Mengetahui kegiatan preventif yang bisa kita lakukan untuk mencegah
pencemaran akibat logam berat.
5. Mengetahui cara penanggulangan pencemaran limbah logam berat.

6
Bab 2 Pembahasan

2.1 Landasan Teori

Logam berat merupakan logam yang memiliki massa jenis lebih besar dari
5 gr/cm3, yang pada tingkat tertentu menjadi bahan beracun dan sangat
berbahaya bagi makhluk hidup. Logam berat memiliki dua jenis, yaitu
Logam berat esensial, Logam berat berjenis ini pada jumlah tertentu paling
dibutuhkan oleh organisme hidup, tetapi dalam jumlah berlebihan bisa
menimbulkan efek beracun, contohnya antara lain: Cu, Zn, Co, Fe, Mn dan
Se. Logam berat non esensial, merupakan logam beracun (toxic metal)
yang keberadaannya ada di dalam tubuh dan masih belum diketahui apa
manfaatnya. Sebagai contoh diantaranya Pb, Sn, Hg, Cd, Cr(VI) dan As.
Logam berat ini bisa menimbulkan efek yang dapat merugikan kesehatan
pada manusia, sehingga sering dikenal sebagai logam beracun. Senyawa ini
tidak bisa rusak di alam dan tanpa merubah bentuk lainnya. Logam berat ini
memilik sifat mudah mengikat bahan organik, mengendap di dasar perairan
dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 2007).

Pencemaran yang terjadi akibat logam jenis ini dikarenakan adanya


aktivitas manusia sehingga terbentuk limbah logam yang mencemari
lingkungan. Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup
bergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan
(detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari
pengaruh polusi.

Beberapa penyakit pada manusia diketahui karena makanan, minuman, dan


bahan pakai seperti kosmetik mengandung logam berat seperti timbal dan
merkuri. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya kanker, gangguan saluran
cerna, ginjal, dan lain-lain.

2.1.1 Timbal (Pb)

Timbal adalah unsur kimia dengan Lambang Pb dan nomor atom 82.
Unsur ini merupakan logam berat dengan massa jenis yang lebih
tinggi daripada banyak bahan yang ditemui sehari-hari. Sifat timbal
memiliki kepadatan yang tinggi, titik leleh rendah, kemudahan
ditempa dan tahan korosi. Namun disisi lain, timbal memiliki bahaya
yang tinggi bagi kesehatan dan dampak yang paling utama adalah
keracunan timbal.

7
2.1.2 Merkuri (Hg)

Merkuri merupakan unsur yang lebih sering kita dengar sebagai air
raksa. Unsur kimia ini terdapat pada tabel periodik dengan simbol Hg
dan nomor atom 80. Unsur ini berwarna perak walaupun termasuk
dalam golongan logam, pada suhu ruangan, merkuri akan berwujud
cair dan mudah menguap. Merkuri yang umum kita ketahui digunakan
sebagai bahan ukur thermometer. Penggunaan merkuri harus
diperhatikan karena toksisitasnya tinggi dan keracunan kronis akibat
merkuri dapat menyebabkan kematian.

2.1.3 Arsenik (As)

Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel


periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Arsenik adalah
bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk
alotropik; kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik
digunakan sebagai pestisida, herbisida, insektisida, dan dalam
berbagai aloy. Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang
cukup tinggi sehingga dapat merembes ke air tanah. Arsenik dalam
air tanah bersifat alami, dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air
tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan
tanah.

2.1.4 Cadmium (Cd)

Kadmium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang


memiliki lambang Cd dan nomor atom 48. Kadmium terdapat sebagai
komponen minor di sebagian besar bijih seng dan oleh karena itu
merupakan hasil sampingan dari produksi seng. Konsentrasi kadmium
rata-rata dalam kerak bumi adalah antara 0,1 dan 0,5 bagian per juta
(ppm). Cd ditemukan pada tahun 1817 secara simultan oleh
Stromeyer dan Karl Samuel Leberecht Hermann, keduanya di Jerman,
sebagai ketakmurnian dalam seng karbonat. Kadmium memiliki
banyak kegunaan di bidang industri seperti, komponen kunci dalam
produksi baterai, sebagai pigmen kadmium, proses pelapisan, dan
biasa digunakan pada penyepuhan elektrik.

2.1.5 Krom (Cr)

Kromium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang


memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Ia adalah unsur pertama
dalam golongan 6. Logam kromium dan ion Cr(III) dianggap tidak
beracun, namun kromium heksavalen (Cr(VI)) bersifat toksik dan
karsinogenik.

8
2.2 Manfaat Logam Berat
Logam berat cukup banyak digunakan dalam bidang perindustrian dan lain
lain, bahkan digunakan dalam dunia kesehatan. Berbagai manfaat yang
dimiliki logam berat sehingga dapat digunakan dalam dunia industri di
antaranya :
1. Digunakan pada industri logam menjadi pelapis, pengeras, bantalan
logam, campuran logam, pembuatan solder, ekstraksi logam mulia
dan baterai.
2. Digunakan pada industri kimia menjadi bahan antara pembuatan
pigmen serta penstabil plastik, cat, gelas, keramik, (penjernih
kotoran noda besi) dan kertas dinding, pembuatan fungisida.
3. Digunakan pada industri pertanian menjadi rodentisida, insektisida
serta herbisida.
4. Menjadi bahan aditif bahan bakar bensin berbentuk timbal tetra etil
atau (Tetra Ethyl Lead / TEL) yang fungsinya sebagai peningkat
daya pelumasan, serta meningkatkan efisiensi pembakaran jadi
kinerja kendaraan bermotor dapat meningkat.
5. Alat Medis, Logam berat juga bermanfaat sebagai bahan dalam
pembuatan alat medis. Termometer merupakan alat medis yang
memanfaatkan logam berat sebagai penyusunnya.

Manfaat logam berat esensial


1. Penghantar Listrik
Selain manfaat bahan tambang tembaga dalam kehidupan sehari-
hari kita tidak pernah lepas dari listrik, listrik berfungsi untuk
mengisi baterai handphone yang tentunya berguna untuk berbagai
fungsi seperti berkomunikasi, main game, berselancar di sosial
media dan lain sebagainya. Penggunaan lampu pada malam
hari baik dirumah maupun dijalanan seeta penggunaan alat
elektronik yang lainnya seperti kipas angin, AC, setrika, kulkas
mesin cuci, mixer, blender dll. Tentunya logam tersebut sangat
membantu kehidupan dan kelangsungan kegiatan dan perekonomian
masyarakat.
2. Peralatan Memasak
Seiring berjalannya waktu dan semakin majunya perkembangan
teknologi. Berbeda dengan manfaat marmer penggunaan logam
berat dengan sifatnya yang mudah ditempa menjadikan logam ini
dapat dibuat menjadi berbagai macam bentuk yang diinginkan.
Seperti alat untuk memasak yaitu panci, wajan , teflon, oven,
pencapit sayur, sendok, garpu, pemanggang, cetakan kue dan alat
yang lainnya yang digunakan untuk mempermudah kita untuk
memasak.

9
3. Menyerap Suara
Logam yang sangat efektif untuk menyerap suara yaitu logam
timbal. Logam timbal ini mampu menyerap dan memantulkan
radiasi yang ada di sekitar peralatan sinar X dan reaktor nuklir.
Dengan kamampuan logam ini biasanya digunakan untuk
melindungi reaktor nuklir agar tidak terpapar ke udara bebas, dan
melindungi para pekerja yang bekerja di bidang yang berkaitan
dengan nuklir, karena jika paparan nuklir tersebut terpapar kedalam
tubuh manusia secara terus menerus akan dapat menimbulkan
beberapa kerusakan sistem yang ada di tubuh lebih berbahaya lagi
jika ibu hamil yang terkena paparan nuklir karena dapat
menimbulkan cacat permanen pada anak yang di kandungnya.

4. Menghindari Karat
Logam berat dapat digunakan sebagai bahan penahan karat yang ada
pada besi atau baja. Logam berat yang digunakan yaitu seng yang
biasanya digunakan untuk melapisi Baja. Berbeda dengan
adanya manfaat batu granit dengan adanya logam seng tersebut,
maka baja yang kita gunakan akan semakin awet dan tahan lama,
terhadap korosi yang ditimbulkan dari hembusan angin, air hujan
dan udara.

5. Perhiasan
Logam berat juga bermanfaat sebagai barang perhiasan karena nilai
kecantikan dan keunikan yang ada di dalamanya, seperti halnya saja
emas maupun perak yang dapat dijadikan perhiasan guna
mempercantik tampilan, selain itu keduanya juga mampu dijadikan
sebagai investasi jangka panjang karena nilai nya yang cenderung
stabil.

2.3 Resiko Penggunaan Logam Berat


Logam berat cukup dikenal dengan sifat toksisitasnya. Dengan adanya
sifat tersebut, tentu penggunaan logam berat dalam kehidupan memiliki
berbagai resiko, beberapa resiko tersebut berdasarkan unsur di antaranya:

1. Kadmium atau Cadmium (Cd)


Kadmium atau Cadmium (dalam inggris) memang sangat berbahaya
bagi kesehatan karena sifatnya sangat beracun dan masuk dalam logam
berat paling berbahaya bagi manusia. WHO menegaskan bahwa kadar
Cd yang wajar adalah 400 μg per minggu. Sangat kecil, namun akan
lebih baik jika tidak memakannya karena walaupun kita ada di
batasnya, tetap akan menyebabkan gangguan terhadap paru – paru,

10
diare kronis, dan emphysema. Kadar Cd yang aman jika berada di tanah
adalah 1 ppm. Namun, pernah di jumpai suatu wilayah dengan kadar
1.250 ppm yaitu wilayah di daerah sekitar pertambangan biji Seng (Zn
atau Zincum).

2. Mercury atau raksa (Hg)


Raksa atau Hg adalah salah satu logam berat yang berbahaya di
lingkungan. Biasanya mercury bisa mengkontaminasi perairan atau
lautan. Penyebab nya hanya sebagian besar merupakan limbah olahan
manusia atau ulah manusia itu sendiri.

Mercury yang mencemari perairan atau lautan sangat berbahaya yang


akan menjadi penyebab dampak pencemaran udara bagi makhluk
hidup di daerah itu serta untuk kelangsungan hidup manusia sendiri.
Jika laut terkontaminasi, maka ikan pun akan terkontaminasi dan jika
manusia memakan ikan yang terkontaminasi mercury, akan
menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi kesehatan, seperti
penyakit syaraf, liver, jantung, bahkan hingga kematian.

3. Chromium atau krom (Cr)


Krom atau Cr sendiri adalah meta abu – abu yang keras. Krom biasanya
digunakan untuk pabrik-pabrik pembuat gelas, metal, dan fotografi.
Pada dasarnya, krom termasuk ke logam dengan toxic yang tidak terlalu
tinggi, namun senyawa hasil dari krom dengan unsur lain sangat iritan
dan korosif. Maka dari itu sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Krom
dapat menyebabkan infeksi atau kerusakan pada hidung, dapat
menimbulkan penyakit kanker pada paru – paru.

Krom memiliki sifat sulit mengendap sehingga jika masuk ke dalam


tubuh, krom akan berkeliaran hingga berkumpul hampir di setiap
bagian tubuh manusia seperti :
a. bagian-bagian ginjal manusia
b. bagian-bagian kulit manusia
c. bagian-bagian otak manusia

4. Zincum atau seng (Zn)


Zincum atau seng atau Zn adalah logam berat yang berbentuk padat.
Seng biasanya ditemukan di pabrik alloy, alluminium, keramik,
pigmen, dan karet. Pada dasarnya, Zn tidak terlalu toxic bagi tubuh
manusia, bahkan kita memerlukan beberapa Zn untuk proses
metabolisme dalam tubuh. Namun, jika kadar yang dimiliki terlalu
tinggi, bisa menyebabkan sifat racun tinggi.

11
5. Cuprum atau tembaga (Cu)
Logam ini berbentuk merah kristal kemerahan. Cu memiliki efek racun
bagi manusia. Jika manusia terpapar oleh debu atau uap Cu, maka akan
berakibat berbahaya bagi kesehatan manusia. Biasanya akan terjadi
kerusakan pada selaput lendir di hidung akibat Cu. Selain itu, Cu bisa
mengendap di paru-paru dan bersifat korosif. Maka dari itu, Cu bisa
menyebabkan kanker dan kerusakan pada paru-paru.

6. Plumbum atau timbal (Pb)


Pb merupakan logam berat yang sering digunakan pada mesin mobil
atau motor atau mesin lainnya. Pb memiliki sifat mudah terbakar dan
iritan. Jika masuk dalam tubuh manusia, akan sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia itu sendiri.

Bisa menyebabkan gangguan pada otak karena Pb yang masuk ke


peredaran darah membuat HB sulit mengikat oksigen bagi otak. Selain
itu bisa menyebabkan gangguan reproduksi, penyakit kronik pada
syaraf, dan gangguan pada paru – paru. Selain itu juga bisa membuat
otak bermasalah, termasuk anak menjadi turun IQnya / tingkat
kecerdasannya.

7. Arsen atau Arsenik (As)


Arsen termasuk logam berat yang berbahaya. Arsen biasanya terdapat
di pabrik keramik atau kerajinan. Jika Arsen masuk ke tubuh manusia
melebihi batasnya, maka akan menyebabkan iritasi pada bagian luar
hingga dalam tubuh. Jika terkena mata, maka akan menyebabkan iritasi
pada bagian-bagian mata, kornea mata terganggu, katarak, bahkan
buta. selain itu juga bisa menggagalkan fungsi sum sum tulang
belakang dari manusia, kerusakan ginjal, hati, paru – paru, kanker,
liver, bahkan kematian.

8. Sulfur atau Sulfat (S)


Logam ini sangat berbahaya bagi makhluk hidup baik tumbuhan,
hewan, maupun manusia. Sulfat biasanya tersebar melalui hujan
dengan melalu hujan asam. Hujan asam membawa sulfat ke daratan dan
mengenai makhluk hidup yang ada di bawahnya. Sulfat memiliki sifat
yang korosif bila disentuh atau terkena bagian tubuh makhluk hidup.
Bagi manusia, jika terkena di tangan, akan menyebabkan iritasi bahkan
rasa bakar. Jika terkena mata, bisa menyebabkan kebutaan, dan jika
masuk ke dalam tubuh manusia, bisa menyebabkan endapan sulfat di
dalam tubuh dan mengeras menjadi tumor dan merusak bagian tubuh
menjadi kanker dan dapat juga merusak proses reproduksi manusia.

12
2.3.1 Studi Kasus
Wilayah pesisir Kota Makassar berkembang pesat yang ditandai
dengan reklamasi laut untuk pemukiman, pusat perniagaan, industri dan
pelabuhan. Aktivitas tersebut dapat menimbulkan penurunan kualitas
perairan pesisir Kota Makassar. Hasil analisis kandungan logam berat
Pb, Cd dan Cu pada perairan dengan metode Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) di perairan sekitar kawasan Metro Tanjung Bunga dan
muara Sungai Tallo menunjukkan, kandungan Pb di perairan sekitar
kawasan Metro Tanjung Bunga 0,110 ppm dan muara Sungai Tallo
0,097 ppm. Kandungan logam berat Cd di perairan sekitar kawasan
Metro Tanjung Bunga 0,030 ppm dan muara Sungai Tallo 0,729 ppm.
Kandungan logam berat Cu pada perairan sekitar kawasan Metro
Tanjung Bunga 0,020 ppm dan muara Sungai Tallo 0,165 ppm.
Berdasarkan pedoman baku mutu air laut, kandungan logam berat pada
kedua perairan tersebut berada diatas ambang batas normal. Salah satu
upaya untuk mengurangi tingkat toksisitas logam berat pada perairan
pesisir Kota Makassar adalah dengan penanaman mangrove. Vegetasi
mangrove mempunyai mekanisme untuk menghadapi konsentrasi
polutan yang tinggi dengan cara ameliorasi dan toleransi.

2.4 Penanggulangan Pencemaran Logam Berat

Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan


dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia
tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar
ion, serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan
karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini relatif
mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi
senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan).

1. Mikroalgae Penyerap Limbah Logam Berat


Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam
istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau
bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan
perairan tersebut. Metode atau teknologi ini sangat menarik untuk
dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan
dibandingkan dengan proses kimiawi. Beberapa hasil studi
melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani
pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan resin
penular ion dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas
kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam
berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation)

13
kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH
dan konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam
berat dengan mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan
cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan.

Organisme Selular Sianobakteria merupakan organisme selular yang


termasuk kelompok mikroalga atau ganggang mikro. Di alam,
organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar maupun lautan.
Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di
berbagai habitat. Berdasarkan penelitian terbaru, sianobakteria
merupakan salah satu organisme yang diketahui mampu
mengakumulasi (menyerap) logam berat tertentu seperti Hg, Cd dan Pb.

Umumnya, penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan


mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan proses
aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake (bioakumulasi).

a. Proses aktif uptake


Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme
ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk
pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam
tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme
dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang
terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda
seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.

b. Proses pasif uptake


Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel
biosorben. Mekanisme pasif uptake dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu;
1. Pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-
ion logam berat;
2. Pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat
dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi,
fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat.

6. Aplikasi Biosorpsi Untuk Penanggulangan Logam


Berat Dari Limbah Pertambangan
Proses penangkapan logam berat untuk mencegah masuknya logam
berat tersebut ke badan perairan di daerah hulu sungai. Penangkapan
limbah dilakukan melalui proses biosorpsi dengan memanfaatkan

14
media biomasa yang mudah diperoleh di daerah setempat, seperti
jarong, jerami, alang-alang, eceng gondok, sekam padi dan bagas.

Metode yang digunakan adalah absorbsi kation logam berat oleh


dinding sel media bio yang bermuatan negatip dari gugus karboksil,
hidroksil, sulfidril, amina dan fosfat. Gugus fungsi yang tidak
bermuatan seperti atom N dalam peptida berfungsi sebagai ligan yang
akan membentuk senyawa koordinasi dengan kation logam. Ikatan
koordinasi antara dinding sel dan logam melibatkan ligan dan sisi aktif
yang berbeda untuk setiap species, antara lain gugus karboksil dan
fosforil yang membentuk ikatan primer dengan logam. Ikatan sekunder
yang lemah terbentuk antara gugus hidroksil dan amil. Untuk itu
dilakukan percobaan menggunakan berbagai media bio yang mudah
diperoleh di daerah setempat seperti jarong, jerami, alangalang, eceng
gondok, sekam padi dan bagas. Teknologi yang digunakan berupa
unggun media bio yang ditempatkan masing-masing dalam 6 buah
kolom tegak yang terbuat dari PVC dan persfex berdiameter 20 cm
dengan tinggi 180 cm. Setiap kolom dilengkapi dengan keran pengatur
debit air, kontrol tinggi air dan pompa sirkulasi.

7. Pengolahan Limbah Logam Berat Cr(VI)


Logam Cr di alam terdapat dalam dua bentuk oksida, yaitu Cr(III) dan
Cr(VI). Uniknya hanya Cr(VI) yang bersifat karsinogenik sedangkan
Cr(III) tidak. Toksisitas Cr(III) hanya sekitar 1/100 kali Cr(VI), bahkan
menurut penelitian Cr(III) ternyata merupakan salah satu nutrisi yang
dibutuhkan tubuh manusia dengan kadar 50-200 mikrogram per hari.
Cr(VI) mudah larut dalam air dan membentuk divalent oxyanion yaitu
kromat dan dikromat.

Cr(III) mempunyai sifat mudah diendapkan atau diabsorpsi oleh


senyawa organik maupun anorganik pada kondisi basa, sehingga
pengolahan limbahnya dapat dilakukan dengan metode presipitasi di
mana akan terbentuk endapan senyawa hidroksida. Metode ini tidak
bisa digunakan pada limbah yang mengandung Cr(VI), sehingga untuk
limbaah yang mengandung Cr(VI) harus direduksi terlebih dahulu
menjadi Cr(III). Hal ini karena pada kondisi basa akan terjadi reaksi
kesetimbangan senyawa dikromat dan kromat seperti di bawah ini:
Cr2O72- + 2OH- <=> 2CrO42- + H2O
Oranye Kuning

Pada kondisi asam reaksi akan bergerak ke kiri menjadi dikomat,


sedangkan pada kondisi basa kesetimbangan akan bergerak ke kanan.

15
Reduksi Cr(VI) menjadi Cr(III) harus dilakukan dalam suasana asam
dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-tama air limbah
dikondisikan pada pH 2.0 sampai 2.5 dengan asam sulfat, asam klorida
atau asam lainnya. Kemudian direduksi dengan menggunakan sodium
metabisulfit (NaHSO3), gas SO2, Na2S, H2S, garam ferro atau bahan
pereduksi lainnya. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) berlangsung cepat
dan ditandai dengan perubahan warna dari warna oranye/kuning
menjadi hijau kebiruan. Perubahan warna ini menandakan telah terjadi
perubahan ke senyawa Cr(III). Langkah berikutnya adalah dengan
mempresipitasinya dengan menambahkan unsur OH- yang biasanya
dari NaOH atau kapur hidroksida pada pH 8.5 sampai 9.0. Pada kondisi
ini akan terbentuk Cr(III) hidroksida sesuai dengan reaksi berikut:
Cr6+ + Fe2+ -> Cr3+ + Fe3+ (proses reduksi)
3+ -
Cr + 3OH -> Cr(OH)3 (proses presipitasi)

Pengolahan Cr(VI) bisa dengan cara lain yaitu dengan cara elektrolisa.
Metode ini lebih cocok untuk cairan air limbah yang konsentrasinya
tinggi, sesuai dengan reaksi berikut ini:
Cr2O72- + 14H+ + 6e -> 2Cr3+ + 7H2O

Metode lainnya yaitu dengan penukar ion meski jarang dilakukan


karena memerlukan energi yang sangat tinggi dan bahan kimia yang
sangat banyak. Untuk air limbah organik asam kromat digunakan resin
penukar ion positif yang bersifat basa kuat.
Metode lain yang juga dapat dipergunakan adalah reduksi fotokatalitik,
di mana merupakan kombinasi proses fotokimia dan katalis yang
terintegrasi untuk dapat melangsungkan suatu reaksi transformasi
kimia yang berlansung pada permukaan bahan katalis semikonduktor
yang terinduksi oleh sinar.

8. Penyerapan Logam Berat Oleh Mangrove


Mangrove berperan sebagai penampungan terakhir bagi limbah dari
aktivitas perkotaan yang terbawa oleh aliran sungai ke muara sungai
(Mulyadi, 2009). Limbah padat dan cair yang terlarut dalam air sungai
terbawa arus menuju muara sungai dan laut lepas. Kawasan hutan
mangrove akan menjadi daerah penumpukan limbah, terutama jika
polutan yang masuk ke dalam lingkungan estuari melampaui
kemampuan pemurnian alami oleh air. Mangrove merupakan
tumbuhan tingkat tinggi di kawasan pantai yang dapat berfungsi untuk
menyerap bahan-bahan organik dan non-organik sehingga dapat
dijadikan bioindikator logam berat (MacFarlane, et al.,2000).

16
Mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan
logam berat dalam jaringan tubuh sepeti daun, batang dan akar yang
terbawa di dalam sedimen, sebagian sumber hara tersebut dibutuhkan
untuk melakukan proses-proses metabolisme.

Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

17
Daftar Pustaka

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-2-03.pdf

http://eprints.uny.ac.id/8287/2/bab%201%20-%2008307144030.pdf

Buxbaum, Gunter; Pfaff, Gerhard (2005). "Cadmium Pigments". Industrial


inorganic pigments. Wiley-VCH. hlm. 121–123. ISBN 978-3-527-30363-2.

Smith C.J.E.; Higgs M.S.; Baldwin K.R. (20 April 1999). "Advances to
Protective Coatings and their Application to Ageing Aircraft" (PDF). RTO
MP-25. Diakses tanggal 29 May 2011.

18
Scoullos, Michael J.; Vonkeman, Gerrit H.; Thornton, Iain; Makuch, Zen
(2001). Mercury, Cadmium, Lead: Handbook for Sustainable Heavy Metals
Policy and Regulation. Springer. ISBN 978-1-4020-0224-3.

"FDA Ukur Arsenik Dalam Beras". VOA Indonesia. 7 September 2013.

Brandes, E. A.; Greenaway, H. T.; Stone, H. E. N. (1956). "Ductility in


Chromium". Nature. 178 (587): 587. Bibcode:1956Natur.178..587B.
doi:10.1038/178587a0.

19

Anda mungkin juga menyukai