Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMIA DASAR II

RADIOAKTIF DAN KOLOID


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Kimia Dasar II

Dosen : Ir. Asih Wijayanti, M.Si

Disusun oleh :

Makkiatul Musarofah (082001600034)

FAKULTAS ARSITEKTUR LANSEKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS TRISAKTI
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Radioaktif dan Koloid.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar sayadapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Radioaktif dan Koloid dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 1 Juni 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................i

Daftar isi.....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Radioaktif..............................................................................................................................4

1.2 Koloid....................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN RADIOAKTIF.......................................................................................5

2.1 Pengertian Radioaktif............................................................................................................5

2.2 Cara mengelola limbah Radioaktif........................................................................................5

2.3 Manfaat Radioaktif...............................................................................................................6

2.4 Dampak Radioaktif................................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN KOLOID..............................................................................................7

3.1 Sistem Koloid dalam Pengelompokan campuran..................................................................7-8

3.2 Macam-macam Koloid dan Pengelompokannya..................................................................8

3.3 Beberapa Macam Koloid dan Penggunaannya.....................................................................9

3.4 Sifat-sifat Koloid....................................................................................................................9-11

3.5 Pembuatan Koloid Sol...........................................................................................................11

3.6 Pemurnian Koloid Sol............................................................................................................11

3.7 Koloid dalam kehidupan sehari-hari......................................................................................14

BAB IV KESIMPULAN.............................................................................................................15

4.1 Radioaktif...............................................................................................................................15

4.2 Koloid.....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 RADIOAKTIF

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi masa kini dengan adanya radioaktif membawa perkembangan di
dalam berbagai aspek kehidupan. Perlu kita ketahui bawasannya dengan berkembangnya teknologi
membawa perubahan yang sangat signifikan akan tetapi semua itu selain memberikan pengaruh
yang positif juga menimbulkan efek negative pula. Di dalam makalah ini membahas tentang apa itu
radioaktif, pengolahan limbah, dampak-dampak yang ditimbulkan dan manfaat radioaktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Radioaktif ?
2. Bagaimana Pengolahan kembali limbah Radioaktif ?
3. Apakah manfaat Radioaktif bagi kehidupan ?
4. Apakah Dampak dari Radioaktif ?

1.2 KOLOID

A. Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang.
Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh
tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk
hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat
kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian,
es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah
disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur)
dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut
merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh
tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi
untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam
selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga
merupakan sistem koloid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid?
3. Bagaimana penggunaan koloid ?
4. Apa saja sifat-sifat koloid ?
5. Bagaimana cara membuat koloid ?
6. Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan ?
7. Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?
BAB II

RADIOAKTIF
2.1 Pengertian Radioaktif

Radioaktifitas adalah sifat suatu unsur yang dapat memancarkan radiasi (pancaran sinar) secara
spontan. Tergolong ke dalam zat radioaktif, unsur tersebut biasanya bersifat labil, berarti tergolong
zat radioaktif adalah isotopnya, karena untuk mencapai kestabilan salah satunya harus melakukan
peluruhan. Peluruhan zat radioaktif untuk menghasilkan unsur yang lebih stabil sambil
memancarkan partikel seperti, partikel alpha α (sama dengan inti 4He), partikel beta (β), dan partikel
gamma (γ).

Pengertian atau arti definisi pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom.
Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan
gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron
yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah
90SR merupakan karsinogen tulang dan 131J.

Sejarah penemuan Radioaktivitas pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh
ilmuwan Perancis Henri Becquerel ketika sedang bekerja dengan material fosforen. Material
semacam ini akan berpendar di tempat gelap setelah sebelumnya mendapat paparan cahaya, dan
dia berfikir pendaran yang dihasilkan tabung katoda oleh sinar-X mungkin berhubungan dengan
fosforesensi. Karenanya ia membungkus sebuah pelat foto dengan kertas hitam dan menempatkan
beragam material fosforen diatasnya. Kesemuanya tidak menunjukkan hasil sampai ketika ia
menggunakan garam uranium. Terjadi bintik hitam pekat pada pelat foto ketika ia menggunakan
garam uranium tesebut.Tetapi kemudian menjadi jelas bahwa bintik hitam pada pelat bukan terjadi
karena peristiwa fosforesensi, pada saat percobaan, material dijaga pada tempat yang gelap. Juga,
garam uranium nonfosforen dan bahkan uranium metal dapat juga menimbulkan efek bintik hitam
pada pelat.

2.2 Cara mengelola limbah radioaktif

Limbah radioaktif dikelola sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan masyarakat, pekerja
dan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Cara
pengelolaannya dengan mengisolasi limbah tersebut dalam suatu wadah yang dirancang tahan lama
yang ditempatkan dalam suatu gedung penyimpanan sementara sebelum ditetapkan suatu lokasi
penyimpanan permanennya.

Apabila dimungkinkan pengurangan volume limbah maka dilakukan proses reduksi volume,
misalnya menggunakan evaporator untuk limbah cair, pembakaran untuk limbah padat maupun cair
yang dibakar, ataupun pemanfaatan untuk limbah padat yang bisa dimanfaatkan. Penyimpanan
permanen dapat berupa tempat di bawah tanah dengan kedalaman beberapa ratus meter untuk
limbah aktivitas tinggi dan waktu paruh panjang, atau dekat permukaan tanah dengan kedalaman
hanya beberapa puluh meter untuk limbah aktivitas rendah-sedang.

2.3 Manfaat Radioaktif

1. Bidang Hidrologi
 Mempelajari kecepatan aliran sungai.
 Menyelidiki kebocoran pipa air bawah tanah.

2. Bidang Biologis
 Mempelajari kesetimbangan dinamis
 Mempelajari reaksi pengesteran.
 Mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis.

3. Bidang pertanian
 Pemberantasan hama dengan teknik jantan mandul, contoh : Hama kubis
 Pemuliaan tanaman/pembentukan bibit unggul, contoh : Padi
 Penyimpanan makanan sehingga tidak dapat bertunas, contoh : kentang dan bawang.

4. Bidang Industri

 Pemeriksaan tanpa merusak, contoh : Memeriksa cacat pada logam


 Mengontrol ketebalan bahan, contoh : Kertas film, lempeng logam
 Pengawetan bahan, contoh : kayu, barang-barang seni
 Meningkatkan mutu tekstil, contoh : mengubah struktur serat tekstil
 Untuk mempelajari pengaruh oli dan aditif pada mesin selama mesin bekerja.

2.4 Dampak Radioaktif


Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia seperti berikut
di bawah ini :
1. Pusing-pusing
2. Nafsu makan berkurang atau hilang
3. Terjadi diare
4. Badan panas atau demam
5. Berat badan turun
6. Kanker darah atau leukimia
7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi
8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih yang
jumlahnya berkurang
Bahaya Zat Radioaktif
Pencemaran zat radioaktif, pencemaran zat radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom.
Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif
atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi. yang
paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan
gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron
yang dihasilkan juga berbahaya.
Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan terjadi
mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh
makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang.
BAB III
KOLOID
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm.
Contoh : mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah
campuran homogen zat padat dan zat cair.
3.1 Sistem Koloid Dalam Pengelompokkan Campuran
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran homogen
(larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan kata lain, campuran koloid merupakan bentuk peralihan
campuran dari heterogen menjadi homogen.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran
itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-
sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya
sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.
Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya, perhatikanlah tabel
berikut!
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika
Tidak memisah jika didiamkan Memisah jika didiamkan
didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Dapat diamati dengan mikroskop Dapat diamati dengan mikroskop
Tidak dapat diamati
ultra biasa
Diameter partikel < 10-7 cm. Diameter partikel 10-7 - 10-5 cm. Diameter partikel > 10-5 cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

3.2 Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya


Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat
yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol,
emulsi, dan buih.
1. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
2. Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
3. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis
1. KOLOID SOL
Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh: logam
paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, Hal ini berarti
zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini
berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan debu.
2. KOLOID EMULSI
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti
zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini berarti zat
terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut,
dan hair spray.
3. KOLOID BUIH
Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai berikut:
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti zat
terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan batu apung.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, zat terdispersi
faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan, yakni seperti dalam
tabel berikut.

No Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Koloid Contoh

1 Gas cair buih, deterjen buih sabun, shampoo, krim kocok

2 Gas padat busa padat karet busa, batu apung

3 Cair gas aerosol cair Kabut

4 Cair cair emulsi susu, santan, minyak ikan, es krim

5 Cair padat emulsi padat mutiara, jeli, keju

6 Padat gas aerosol padat Asap


7 Padat cair Sol cat, tinta, larutan agar-agar

8 Padat padat sol padat, logam kaca berwarna, campuran

3.3 Beberapa Macam Koloid Dan Penggunaannya


Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa macam
koloid tersebut antara lain :
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol yang
dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri modern, banyak
sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering kita sebut
sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama
merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi
(emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-
obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi.
Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.

3.4 Sifat-sifat Koloid


1. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu sifat ini
dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan
sejati, contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru
atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar dihamburkan
oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat dilihat terdapat berkas
sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat
menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit diamati.
2. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika pergerakan titik
cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag. Hal
ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun
1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel
koloid dalam medium pendispersinya disebut gerak brown. Gerak brown dapat diuraikan sebagai
berikut: Partikel – partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas. Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel
menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup
kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel,
semakin lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi
kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan
terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada
permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi
pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan
sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan
air.
4. Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan
sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid
tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara
keseluruhan bersifat netral.
a. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi dan
proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan
tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk
mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol
As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam
medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan
positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada
permukaan partikel koloid.
 Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan biasa
(-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein.
Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi,
gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus –COO-. Pada pH intermediet
partikel protein bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.
 Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran koloid
yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan
membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut
dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
b. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
c. Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan bermuatan listrik ini
selanjutnya akan menarik ion-ion dengan
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi difusi.
d. Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan listrik. Pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan
listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses
penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Koagulasi biasa digunakan
untuk perebusan telur, pembuatan yoghurt, tahu, lateks, penjernihan air sungai, pembentukan
delta, dan pengolahan asap atau debu. Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat
dilakukan empat cara yaitu :
a. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode dengan
muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan kehilangan muatannya.
b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua
koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi.
c. Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif
dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan
berlawanan.
d. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan
molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada
permukaan koloid.
6. Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya
dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka
dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati
yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid.
3.5 Pembuatan Koloid Sol
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati
yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid.
1. Metode kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi
rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan
menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel
berukuran koloid.
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang: As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer: AgNO3 (ag) +
HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau
reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
c. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3
dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirinya gas
H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)

2. Metode Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang
kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan
untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa
disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

Sistem kerja alat penggilingan koloid:


Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-partikel yang kasar akan
digiling melalui ruang antara kedua pelat baja tersebut. Kemudian, terbentuklah partikel-partikel
berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membentuk
sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta cetak, dsb.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut
tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit
FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya;
gelatin dalam air.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt.
Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai
elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)
sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik.
Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam
medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid.
Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan
sebagai metode dispersi.
d. cara ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi dalam pembuatan sol
logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik
menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

3.6 Pemurnian Koloid Sol


Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu
sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga
kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:
1. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan
molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya
bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi.
Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran
semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion
pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori
kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi
pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati
oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel
darah merah.
2. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya;
listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel.
Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju
elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses
pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit
karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring
terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut
diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas
saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus
dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas
saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan
penyaring ultra bertahap.
3.7 Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang
tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh
karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi koloid untuk
produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam
kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;

Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil, maka
luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan
Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein
danmembnatu penggumpalan darah.
Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai
bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat.
Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat
pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap
elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel
koloid.
Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut.
Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan
berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk
diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ +
3H2O Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Radioaktif
A. Kesimpulan
Penggunaan radioisotop sangat membantu manusia dalam berbagai bidang kehidupan seperti
yang telah disebutkan dalam bab pembahasan, seperti dalam bidang kedokteran untuk mendeteksi
kelainan-kelainan dalam jaringan tubuh, dalam hidrologi untuk menyelidiki kebocoran-kebocoran,
atau dalam bidang pertanian untuk membentuk bibit unggul, dan dalam penyimpanan makanan pun
radioisotop diperlukan. Serta dalam bidang kimia, sains, pengukuran usia bahan organik, serta dalam
bidang industri.
Limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk
pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk
keperluan industri dan rumah sakit.
Limbah radioaktif dikelola sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan masyarakat, pekerja
dan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Cara
pengelolaannya dengan mengisolasi limbah tersebut dalam suatu wadah yang dirancang tahan lama
yang ditempatkan dalam suatu gedung penyimpanan sementara sebelum ditetapkan suatu lokasi
penyimpanan permanennya.
B. Saran
Berdasarkan apa yang telah saya jelaskan dalam makalah mengenai Radioaktif ini pasti ada
kekurangan maupun kelebihannya. Adapun kritik maupun saran dapat disampaikan ke penulis agar
dapat memperbaiki makalah ini baik dari segi penulisan, materi, maupun tata bahasa yang
disampaikan. Penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah
dibuat.

4.2 Koloid
A. Kesimpulan
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran homogen
(larutan) dan heterogen (suspensi).
Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar,
medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi.
Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatan koloid sol, koagulasi, dan
koloid pelindung.
Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi
- Metode dispersi
Untuk pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode pemurnian
yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.
B. Saran
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap berpegang teguh
pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar norma-norma yang
berlaku di masyarakat sertabtidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa
diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

http://wikiplediaindonesia.com/01/radioaktif.htmp
http://environment.blogspot.com/2010/02/manfaatradioaktif/index.phpm?=posting.htmp
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Tega%20rQ/index.html

Anda mungkin juga menyukai