Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

LIMBAH RADIOAKTIF

DISUSUN OLEH:

DITRA YUNIAR ( PA 20.020 )

NUR INAYATUSSSALAM ( PA 20.019 )

S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

STIKES PELITA IBU

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”LIMBAH
RADIOAKTIF” tepat waktu.

Makalah Limbah Radioaktif disusun guna memenuhi tugas pada mata


kuliah Manajemen Kesling + Limbah RS di STIKes Pelita Ibu. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang limbah
radioaktif.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Noviani


Munsir, S.KM., M.KM selaku dosen mata kuliah Manajemen Kesling + Limbah
RS. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait materi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 27 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Definisi Radioaktif.............................................................................................3

B. Perkembangan Radioaktif...................................................................................3

C. Dampak Radioaktif.............................................................................................5

D. Bahaya Zat Radioaktif........................................................................................8

E. Penanganan Dari Limbah Radioaktif.................................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................12

A. Kesimpulan.......................................................................................................12

B. Saran.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan merupakan masalah yang penting untuk
diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus diatasi diantaranya adalah
pencemaran zat radioaktif. Percobaan senjata nuklir dan kecelakaan reaktor
nuklir merupakan salah satu contoh penyebab terlepasnya zat zat radioaktif ke
lingkungan, sehingga lingkungan sekitar terkontaminasi. Kecelakaan reaktor
nuklir yang menyebabkan lepasnya radionuklida ke lingkungan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain terjadinya kebocoran pada
kelongsongan bahan bakar, penanganan saat penggantian bahan bakar dan
populasi neoutron yang tinggi.
Salah satu radionuklida yang dapat lepas ke lingkungan pada saat
kecelakaan adalah radiocesium (Cs-134 dan Cs-137). Radiocesium dihasilkan
dari reaksi fisi bahan bakar reaktor nuklir. Jumlah yang dihasilkan bergantung
pada tipe bahan bakar, jumlah neoutron yang dihasilkan dan jumlah energi
panas yang dihasilkan. Cs134 adalah pemancar beta dan gamma, waktu
paruhnya 2,05 tahun. Sedangkan Cs-134 adalah pemancar gamma yang
memiliki waktu paruh 30 tahun.
Selama periode pengoperasian reaktor, diadakan pemantauan kondisi
radioaktivitas lingkungan sekitar reaktor untuk mengantisipasi terjadinya
fluktuasi kuantitas radionuklida di lingkungan yang dapat mengganggu
keseimbangan ekosisitem. Meningkatnya era industrialisasi yang sangat cepat
selama beberapa abad ke belakang hingga saat ini telah mengakibatkan
peningkatan keluaran bahan-bahan kimia berbahaya kedalam lingkungan
secara dramatis (Gerdhart, 2008). Pencemaran air dan tanah merupakan hal
penting yang harus dibayar akibat dari semakin meningkatnya era

1
industrialisasi tersebut. Berbagai jenis kontaminan telah mencemari
lingkungan, baik organik maupun anorganik. Kontaminan berupa logam,
metaloid, maupun zat radioaktif merupakan contoh bahan-bahan berbahaya
yang telah terlepas ke lingkungan selama beberapa dekade ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi radioaktif
2. Bagaimana perkembangan radioaktif
3. Bagaimana dampak dari radioaktif
4. Seperti apa bahaya zat radioaktif
5. Bagaimana cara penanganan dalam limbah radioaktif

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defnisi dari radioaktif
2. Untuk mengetahui perkembangan radioaktif
3. Untuk mengetahui dampak dari radioaktif
4. Untuk mengetahui bahaya zat radioaktif
5. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan dari limbah radioaktif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Radioaktif
Radioaktif adalah zat yang tidak mempunyai isotop stabil, sehingga
disebut juga radioisotop.zat tersebut dapat memancarkan sinar radiasi yang
disebut sinar radioaktif, berupa sinar alfa(α), sinar beta(β), sinar
gamma(γ).Radioisotop adalah isotop tidak stabil yang memancarkan
radiasi secara spontan dan terus-menerus. Jika jumlah neutron dalam suatu
inti sama dengan jumlah proton, maka inti akan stabil atau non radioaktif.
Tetapi jika dalam inti jumlah neutron tidak sama dengan jumlah proton,
maka inti menjadi tidak stabil. Semakin banyak perbedaan jumlah neutron
dengan jumlah protonnya, maka semakin tidak stabil dan semakin cepat
pula inti itu melepaskan kelebihan energinya dalam bentuk sinar
radiasinya. Pada tahun 1900 Rutherford menemukan sinar alfa(α), dan
sinar beta(β) dan pada tahun yang sama sinar gamma(γ) ditemukan oleh
P.Villard.

B. Perkembangan Radioaktif
Perkembangan Radiologi dimulai dengan penemuan sinar-X oleh
William Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan
Marie Curie, 3 tahun kemudian, penemuan sinar-X ini telah menimbulkan
“demam penggunaan radiasi pada masyarakat. Sejalan dengan perkembangan
zaman, meskipun radiasi menimbulkan efek yang negatif bagi tubuh manusia
ternyata kemajuan teknologi radiasi dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
manusia terutama di dunia kedokteran. Pemanfaatan radiasi ini meliputi
tindakan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir. Ketiga jenis
bidang ini mempunyai sumber-sumber radiasi yang spesifikasi fisiknya
berbeda dengan faktor risiko yang berbeda pula. Semua tindakan pemakaian

3
radiasi, baik untuk diagnostik, terapi maupun kedokteran nuklir, harus selalu
melalui proses justifikasi, limitasi dan optimasi agar pasien, petugas dan
lingkungan di sekitar mendapatkan keuntungan sebesar mungkin dengan
resiko sekeci mungkin. Pemanfaatan radiasi dilakukan secara tepat dan hati-
hati demi keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja, maupun
pasien. Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion
yang selanjutnya disebut keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan
untuk menciptakan kondisi yang sedemikian rupa agar efek radiasi pengion
terhadap manusia dan lingkungan tidak melampaui nilai batas yang di
tentukan.
Dalam undang – undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja
pasal 164, upaya kesehatan kerja di tujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Jika memperhatikan isi dari pasal tersebut maka
jelaslah bahwa rumah sakit termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit. Sudah seharusnya pihak
pengelola rumah sakit menerapkan upaya kesehatan kerja di rumah sakit.
Peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion dan diatur lagi dengan Keputusan
Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam
Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologidiagnostik dan Intervensional.
Peraturan ini bertujuan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan
ketentraman, kesehatan para pekerja dan anggota masyarakat, serta
perlindungan terhadap lingkungan hidup. Radiografer adalah tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab
untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing, kedokteran nuklir dan
radioterapi di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan.

4
C. Dampak Radioaktif
Pengertian atau arti definisi pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan
reaktor-reaktor atom serta bom atom. Yang paling berbahaya dari pencemaran
radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat
membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron
yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa
ditemukan adalah 90SR merupakan karsinogen tulang dan 131J. Apabila ada
makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan
terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia
yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuhtumbuhan maupun hewan
atau binatang. Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada
umat manusia seperti berikut di bawah ini :
1. Pusing-pusing
2. Nafsu makan berkurang atau hilang
3. Terjadi diare
4. Badan panas atau demam
5. Berat badan turun
6. Kanker darah atau leukemia
7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi
8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel
darah putih yang jumlahnya berkurang.
Ada beberapa pengertian limbah radioaktif :
1. Zat radioaktif yang sudah tidak dapat digunakan lagi
2. Bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif,
dan sudah tidak dapat difungsikan. Bahan atau peralatan tersebut terkena

5
atau menjadi radioaktif kemungkinan karena pengoperasian instalasi
nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion.
Jenis limbah radioaktif :
1. Dari segi besarnya aktivitas dibagi dalam limbah aktivitas tinggi, aktivitas
sedang dan aktivitas rendah.
2. Dari umurnya di bagi menjadi limbah umur paruh panjang, dan limbah
umur paruh pendek.
3. Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas.
Dampak Penggunaan Radioaktif :
1. Mutasi kromosom Mutasi Kromosom (Chromosome Mutation) Pengaruh
bahan mutagen, khususnya radiasi, yang paling banyak terjadi pada
kromosom tanaman adalah pecahnya benang kromosom (chromosome
breakage atau chromosome aberation). Pecahnya benang kromosom
dibagi dalam 4 kelompok yaitu translokasi (translocations), inversi
(inversions), duplikasi (duplications), dan defisiensi (deficiencies).
Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah setelah terkena
energi radiasi, kemudian patahan benang kromosom bergabung kembali
dengan cara baru. Patahan kromosom yang satu berpindah atau bertukar
pada kromosom yang lain sehingga terbentuk kromosom baru yang
berbeda dengan kromosom aslinya. Translokasi dapat terjadi baik di
dalam satu kromosom (intrachromosome) maupun antar kromosom
(interchromosome). Translokasi sering mengarah pada ketidakseimbangan
gamet sehingga dapat menyebabkan kemandulan (sterility) karena
terbentuknya chromatids dengan duplikasi dan penghapusan. Alhasil,
pemasangan dan pemisahan gamet jadi tidak teratur sehingga kondisi ini
menyebabkan terbentuknya tanaman aneuploidi. Translokasi dilaporkan
telah terjadi pada tanaman Aegilops umbellulata dan Triticum aestivum
yang menghasilkan mutan tanam an tahan penyakit. Inversi terjadi karena
kromosom patah dua kali secara simultan setelah terkena energi radiasi
dan segmen yang patah tersebut berotasi 180o dan menyatu kembali.

6
Kejadian bila centromere berada pada bagian kromosom yang terinversi
disebut pericentric, sedangkan bila centromere berada di luar kromosom
yang terinversi disebut paracentric. Inversi pericentric berhubungan
dengan duplikasi atau penghapusan chromatid yang dapat menyebabkan
aborsi gamet atau pengurangan frequensi rekombinasi gamet. Perubahan
ini akan ditandai dengan adanya aborsi tepung sari atau biji tanaman,
seperti dilaporkan terjadi pada tanaman jagung dan barley. Inversi dapat
terjadi secara spontan atau diinduksi dengan bahan mutagen, dan
dilaporkan bahwa sterilitas biji tanaman heterosigot dijumpai lebih rendah
pada kejadian inversi daripada translokasi. Duplikasi menampilkan cara
peningkatan jumlah gen pada kondisi diploid. Dulikasi dapat terjadi
melalui beberapa cara seperti: pematahan kromosom yang kemudian
diikuti dengan transposisi segmen yang patah, penyimpangan dari
mekanisme crossing-over pada meiosis (fase pembelahan sel),
rekombinasi kromosom saat terjadi translokasi, sebagai konsekuensi dari
inversi heterosigot, dan sebagai konsekuensi dari perlakuan bahan
mutagen. Beberapa kejadian duplikasi telah dilaporkan dapat
miningkatkan viabilitas tanaman. Pengaruh radiasi terhadap duplikasi
kromosom telah banyak dipelajari pada bermacam jenis tanaman seperti
jagung, kapas, dan barley.
2. Pemanasan global dikhawatirkan berdampak pada perubahan kondisi
lingkungan yang akan menjadi media untuk munculnya berbagai penyakit.
Hal ini juga akan meningkatkan penyebaran penyakit sehingga bisa
menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Kenaikan suhu bumi juga bisa
meningkatkan angka kasus penyakit dengan vektor nyamuk, seperti
malaria, demam berdarah, chikungunya, Japanese encephalitis (radang
otak), dan filariasis lantaran perubahan bionomik nyamuk. Dalam suhu
meningkat dengan kelembaban tertentu, nyamuk semakin beringas dan
ingin kawin. Jika suhu meningkat tiga derajat Celsius, diperkirakan kasus
penularan penyakit melalui nyamuk meningkat dua kali lipat. Area

7
penularan melebar ke negara subtropis yang semula nyamuk enggan
bermukim. Hal serupa terjadi pada tikus. Untuk itu, PB IDI akan
membentuk satuan tugas khusus (task force) guna mengoptimalkan
peranan dokter meningkatkan kesadaran publik, masalah perubahan iklim
bukan hanya urusan lingkungan, tetapi juga menyangkut masalah
kesehatan.

D. Bahaya Zat Radioaktif


Pencemaran zat radioaktif, pencemaran zat radioaktif adalah suatu
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat
terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Limbah radioaktif
adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat
radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang
tidak dapat digunakan lagi. yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif
seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat
membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel
neutron yang dihasilkan juga berbahaya.
Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah
90SR penyebab kanker tulang dan 131J. Apabila ada makhluk hidup yang
terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan terjadi mutasi gen
karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-
sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau
binatang.

E. Penanganan Dari Limbah Radioaktif


Ada beberapa proses penanganan limbah radioaktif.
Limbah radioaktif adalah zat dan bahan bekas serta alat-alat yang telah
terkena radioaktif dalam kegiatan nuklir. Zat radioaktif serta bahan bekas

8
tersebut selanjutnya menjadi limbah dan tidak dipergunakan lagi. Bahan bekas
tersebut dapat berupa benda padat, seperti kertas penyerap, kain pembersih
bekas jarum suntik atau alat-alat terbuat dari gelas yang telah digunakan untuk
penanganan zat-zat radioaktif atau pernah digunakan untuk menampung
larutan radioaktif, termasuk bangkai binatang percobaan.
Limbah radioaktif tersebut bisa berbentuk cairan yang berasal dari air
cucian benda padat yang terkontaminasi, atau cairan zat radioaktif yang
sengaja dibuang, atau ekskreta dari pasien yang mengalami pemeriksaan dan
pengobatan dengan zat radioaktif, termasuk ekskreta dari binatang percobaan,
termasuk pula aerosol atau gas yang timbul karena penguapan cairan atau dari
pembakaran bahan yang dapat terbakar.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 03/Ka-BAPETEN/V-99 Tentang Ketentuan Keselamatan Untuk
Pengelolaan Limbah Radioaktif disebutkan bahwa terdapat dua sistem
pengelolaan limbah radioaktif.
1. pembuangan limbah radioaktif yang dilaksanakan seluruhnya oleh para
pemanfaat secara perorangan. Dalam sistem ini, para pemanfaat secara
perorangan menyimpan limbahnya atau membuang sendiri, dengan
memakai proses peluruhan, penguburan atau pembuangan.
2. Pembuangan limbah radioaktif dilaksanakan secara kolektif oleh suatu
instalasi pengolahan limbah. Dalam sistem ini, para pemanfaat
mengirimkan limbahnya (biasanya belum diolah), ke tempat pembuangan
dari instalasi khusus pengelolaan limbah, yang akan mengolah limbah dari
para pemanfaat secara lebih efisien, didekontaminasi atau dipekatkan dan
disimpan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pembuangan limbah
radioaktif adalah:
1. Pada pembuangan ke saluran tertutup, berbagai faktor yang berikut ini
perlu diperhatikan, yaitu:

9
a. Kontaminasi pada bak cuci, saluran air, tempat kontrol dan saluran
tertutup yang akan menimbulkan bahaya pada waktu perbaikan.
b. Kontaminasi pada saluran tertutup, yang dapat menimbulkan bahaya
bagi orang yang bekerja di dalam saluran itu.
c. Cara pengolahan, bila dilakukan terhadap air buangan dan efluen dari
cairan yang diolah yang terkontaminasi, yang mungkin mempengaruhi
pemakaian atau pambuangan berikutnya.
d. Kemungkinan terkumpulnya radionuklida tertentu pada lapisan filter
atau pada bagian lain dari sistem pengolahan air buangan.
e. Kemungkinan digunakannya lumpur air buangan.
2. Setiap zat radioaktif yang dibuang, tingkah lakunya mungkin berbeda-
beda, sehingga dapat menimbulkan bahaya radiasi. Oleh karena itu sukar
untuk menentukan nilai batas yang berlaku secara umum. Perlu
diperhitungkan pengenceran zat radioaktif dengan cara:
a. Penambahan air yang banyak pada waktu pembuangan ke dalam bak
cuci atau pipa saluran pengenceran;
b. Dengan larutan buangan lain yang tidak radioaktif yang berasal dari
fasilitas yang sama; dan
c. Pengenceran yang dialami oleh saluran yang terkontaminasi di dalam
saluran penampungan dan saluran utama. Perlu juga diperhitungkan
apakah pemanfaat zat radioaktif lain akan membuang ke dalam sistem
pembuangan yang sama.
3. Di daerah yang padat penduduknya, air buangan dari daerah itu dapat
memberikan faktor pengenceran yang sangat tinggi, sedangkan di daerah
yang jarang penduduknya faktor pengencerannya rendah.
4. Dalam hal lumpur buangan digunakan sebagai pupuk, walaupun telah
terbukti bahwa radionuklida seperti strontium radioaktif, yang lebih cepat
dapat terserap oleh tanaman daripada isotop lain, tidak banyak terkandung
dalam lumpur tidak diperkenankan tanpa diteliti terlebih dahulu.
Pembuangan cairan radioaktif ke lingkungan harus selalu diukur sebelum

10
menuju ke saluran umum, sehingga apabila terdapat kenaikan bahaya
radiasi, tindakan keselamatan dapat diambil dan prosedur pembuangan
dapat diperbaiki.
5. Bahan-bahan yang diambil sebagai cuplikan untuk diukur aktivitasnya
meliputi endapan dan lumpur dalam instalasi pengolahan air buangan,
hasil panen (yang tadinya diairi dengan air buangan atau telah
menggunakan lumpur buangan sebagai sarana untuk mengembalikan
kondisi tanah) dan endapan, ikan, ganggang yang terdapat dekat titik
curah (outfall) apabila saluran pembuangan langsung ke saluran air.
6. Tingkat radiasi eksternal di sekitar tempat kontrol aliran pembuangan dan
tempat lain, di mana endapan dapat terkumpul harus dimonitor secara
berkala khususnya sebelum pekerjaan perbaikan dan perawatan dilakukan.
7. Pembuangan limbah ke dalam saluran air harus dapat menjamin bahwa
selama dilakukan perawatan terhadap saluran yang berada di luar instalasi
tidak perlu adanya proteksi radiasi, kecuali memenuhi ketentuan khusus
yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
8. Karena pada umumnya limbah cair yang beraktivitas tinggi yang berasal
dari pemanfaat zat radioaktif volumenya kecil dan seringkali dapat
ditangani dengan cara lain, maka pembuangan dan pengenceran limbah
tersebut ke dalam saluran tidak dianjurkan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
2. Perkembangan radioaktif yaitu percobaan dengan sinar katode. Ia menemukan
bahwa tabung sinar katoda menghasilkan suatu radiasi lalu ada gejala
keradioaktif.
3. Bahan kimia radioaktif yaitu bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua
persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan
sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih
untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan
mendapat izin dari BATAN.
4. Dampak penggunaan radioaktif yaitu mutasi kromosom dan pemanasan
global.
5. Bahaya zat radioaktif yaitu yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada
umat manusia seperti: Pusing-pusing, Nafsu makan berkurang atau hilang,
Terjadi diare, Badan panas atau demam, Berat badan turun, Kanker darah atau
leukimia, Meningkatnya denyut jantung atau nadi.

B. Saran
1. Penggunaan radioaktif hendaknya dibarengi pengetahuan dan teknologi yang
tinggi.
2. Penerapan dalam diagnosa berbagai penyakit hendaknya memikirkan efek
efek yang akan ditimbulkan.
3. Diharapkan penggunaan zat radioaktif untuk kemakmuran dan kesejahteraan
umat manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA
Arma, A.J.A, 2004,”Zat Radio Aktif Dan Penggunaan RadioIsotop Bagi Kesehatan”.
Universitas Sumatra Utara, Medan
BSN (Badan Standardisasi Nasional), 2000. “SNI 18-6476-2000 Apron proteksi
radiasi sinar-x, Standar Nasional Indonesia
Fachry, A.R., 2012, “Pengaruh Penambahan Filler Kaolin Terhadap Elastisitas Dan
Kekerasan Produk Souvenir Dari Karet Alam.Universitas Sriwijaya Palembang
Gibson, R.F., 1994., “Principle Of Composite Material Mechanic”. McGraw-Hill
International Book Company, New York.
Ismail, 2001, “Thermoplastic Elastomers Based on Polypropylene/Recycle Rubber
Blends
Kristiyanti, dan Mulyanto, S., 2005, “Penentuan Daya Serap ApronDari Komposit
Karet Timbal Oksida Terhadap Radiasi Sinar X”, Puslitbang Teknologi Maju,
BATAN Jogjakarta
Kristiyanti, 2011, “Metode Penentuan Daya Serap Perisai Radiasi Untuk Gonod Dari
Komposit Lateks Cair Timbal Oksida”, Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir,
BATAN Jogjakarta
Sudjaswadi, R., 2002, “Hand Out Kimia Fisika”, Fakultas Farmasi UGM,Yogyakarta
Surdia, 1995, “Pengetahuan Bahan Teknik”. 3nd edition, Jakarta
Widyawati, 2011, “Sukses Investasi Massa Depan Dengan Bertanam Pohon Aren“,
Lily Publisher, Yogyakarta
Winahyu, K.R, 2002 “Laporan Pengembangan Formulasi Kompon Pada Pembuatan
Karet Ebonit”, Balai Besar Kulit Karet Dan Plastik, Jogjakarta

F. (Computerized Axial
Tomography) Scanner

13
meningkatkan dosis
radiasi buatan pada
G. manusia.
H .  Radiasi dari
reaktor nuklir
I. Banyak orang
beranggapan bahwa
tinggal di sekitar
pembangkit listrik tenaga
nuklir akan
J. menyebabkan terkena
radiasi yang tinggi.
Meskipun di dalam
reaktor terdapat banyak
sekali
14
K. unsur radioaktif,
tetapi sistem
keselamatan reaktor
membuat jumlah
lepasan radiasi ke
L. lingkungan sangat
kecil. Dalam kondisi
normal, seseorang yang
tinggal di radius 1-6 km
dari
M. reaktor menerima
radiasi tambahan tak
lebih daripada 0,005
milisievert per tahun.
Nilai ini
15
N. jauh lebih kecil
daripada yang diterima
dari alam (kira-kira 2
milisievert per tahun)
atau
O. 1/400 nilai radiasi dari
alam.
P. 2.2 Radioaktivitas
Q. Radioaktivitas disebut
juga peluruhan radioaktif,
yaitu peristiwa terurainya
beberapa inti
R. atom tertentu secara
spontan yang diikuti
dengan pancaran sinar
16
radioaktif seperti partikel
alfa
S. (inti helium),
partikel beta (elektron),
atau radiasi gamma
(gelombang
elektromagnetik
T. gelombang pendek).
Inti atom yang tidak
stabil selalu
memancarkan secara
spontan sinar
U. radioaktif, sehingga
akhirnya akan diperoleh
inti atom yang stabil.
17
Sinar-sinar yang
dipancarkan
V. dalam radioaktivitas
disebut dengan sinar
radioaktif Unsur yang
selalu memancarkan
sinar
W. radioaktif disebut
dengan unsur (isotop)
radioakt

18

Anda mungkin juga menyukai