Anda di halaman 1dari 16

PEMANTAUAN RADIASI LINGKUNGAN DAN PENGELOLAAN

LIMBAH RADIOAKTIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Lingkungan

Dosen Pengampu: M. Hidayatur Rohman, S.Pd., M.Sc.

Disusun Oleh:

1. Miftakul Hidayah
(23060170041)
2. Miftia Ainul Arifah
(23060170056)
3. Lia Rizki Munanati
(23060170075)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA


2020KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang diberikan oleh bapak M.
Hidayatur Rohman, S.Pd., M.Sc. selaku dosen Pengampu. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Lingkungan dengan judul ma
kalah “Pemantauan Radiasi Lingkungan Dan Pengelolaan Limbah Radioaktif”.

Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari buku-buku


maupun jurnal yang membahas tentang Fisika Lingkungan. Kami sebagai
penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau
tidak dapat bertemu langsung dan kepada kedua orang tua kami yang selalu
mendukung dan mendoakan kami sehingga diberilah kemudahan oleh Allah SWT
dalam proses pengerjaan makalah ini.

Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan masing-


masing, termasuk kami yang mungkin dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mohon maaf. Kami
berharap ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian agar menjadikan
motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi kedepannya dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Salatiga, 19 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Radiasi Lingkungan.............................................................................3


B. Pemantauan Radiasi Lingkungan..........................................................................6
C. Jenis-jenis Bahan Radioaktif Dalam Lingkungan.................................................7
D. Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Lingkungan............................................9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang - undang ketenaga nukliran mengamanatkan bahwa pemanfaatan
tenaga nuklir harus memperhatikan asas pembangunan nasional, keselamatan,
keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta
perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Umumnya kegiatan yang memanfaatkan zat radioaktif akan menghasilkan
limbah dan apabila keputusan untuk memanfaatkan zat radioaktif telah
diambil karena dianggap mempunyai keuntungan lebih, maka pengelolaan
limbahnya harus sudah menjadi pertimbangan sejak awal karena evaluasi
pemanfaatan selalu dikaitkan dengan pengelolaan limbah yang dilakukan.
Dalam manajemen pengelolaan limbah ada berbagai pihak yang terlibat
yaitu Badan Pengawas, Badan Pelaksana (BATAN) dan Pemanfaat zat
radioaktif atau dinamakan sebagai penghasil limbah. Limbah radioaktif dapat
terjadi dari berbagai kegiatan pemanfaatan zat radioaktif dalam bidang
industri, kesehatan, penelitian serta pemanfaatan tenaga nuklir untuk
menghasilkan energi listrik.
Asas proteksi radiasi harus diterapkan dalam pengelolaan antara lain
bahwa pembuangan atau pelepasan limbah harus dapat dipertanggung
jawabkan (justified), resiko dan dosis yang diterima pekerja dan masyarakat
adalah serendah-rendahnya (limitasi) sehingga kemungkinan gangguan
kesehatan dalam waktu lama adalah sekecil mungkin.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Radiasi Lingkungan?
2. Bagaimana Pemantauan Terhadap Radiasi Lingkungan?
3. Apa Saja Jenis-jenis Bahan Radioaktif Dalam Lingkungan?
4. Bagaimana Cara Mengelola Limbah Radioaktif Dalam Lingkungan?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Radiasi Lingkungan.
2. Mengetahui Pemantauan Terhadap Radiasi Lingkungan.
3. Mengetahui Jenis-jenis Bahan Radioaktif Dalam Lingkungan.
4. Mengetahui Cara Mengelola Limbah Radioaktif Dalam Lingkungan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Radiasi Lingkungan


Pengertian radiasi menurut Diwardojo dan Ruslan yaitu suatu pancaran
energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau
gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dalam suatu sumber radiasi,
sedangkan menurut Alit Swamardika, radiasi pada dasarnya merupakan suatu
cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa
membutuhkan panas. Hampir sama dengan kedua pendapat diatas, radiasi
menurut Asyari D. Yunus adalah proses perpindahan panas melalui gelombang
elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang dapat merambat sampai
jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan medium.
Jika ditinjau dari muatan listriknya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
pengion dan radiasi non-pengion. Menurut Dewi Komalasari radiasi pengion
adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul
partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Radiasi pengion disebut juga
radiasi atom atau radiasi atom atau radiasi nuklir (sinar-x, sinar gamma, sinar
kosmik, serta pertikel beta, alfa dan neutron). Menurut fuad rofiqi jurnal
berjudul “Radiasi Nuklir” (2010) dan menurut J.F. Gabriel dalam bukunya
yang berjudul “fisika kedokteran” (1996) yang dimaksud radiasi pengion
adalah radiasi X atau sinar gamma sedangkan menurut Anies pada bukunya
yang berjudul “cepat tua karena radiasi” (2009). Radiasi pengion adalah
radiasi yang dapat menyebabkan proses terlepasnya elektron dari atom
sehingga terbentuk pasangan lain ion.
Radiasi non pengion ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh Anies
pada bukunya yang berjudul “SUTET” (2006). Radiasi non pengion
didefinisikan penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan
terjadi proses penyerapan, berkas energi tersebut tidak akan mampu
menginduksi terjadinya proses ionisasi didalam media tersebut.

3
Radiasi Lingkungan
Tanpa kita sadari, kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan radiasi.
Radiasi telah menjadi bagian dari lingkungan kita sejak dunia ini diciptakan,
bukan hanya dimulai dari ditemukannya tenaga nuklir setengah abad yang
lalu, terdapat lebih dari 60 radionuklida yang berdasarkan asalnya dibagi atas
2 kategori:
1. Radionuklida alamiah: radionuklida ini yang terbentuk secara alami,
terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Primordial: radionuklida ini telah ada sejak bumi diciptakan.
b) Kosmogenik: radionuklida ini terbentuk sebagai akibat dari interaksi
sinar kosmik.
2. Radionuklida buatan manusia: radionuklida yang terbentuk karena dibuat
oleh manusia.

Radionuklida terdapat diudara, air, tanah bahkan di tubuh kita sendiri.


Setiap hari kita terkena radiasi, baik dari udara yang kita hirup, dari makanan
yang kita konsumsi maupun dari air yang kita minum.

Dilihat dari pendapat beberapa ahli, dapat kita simpuan bahwa pengertian
dari radiasi yaitu pancaran energi melalui partikel dalam bentuk partikel atau
gelombang elektromagnetik. Radiasi partikel adalah jenis radiasi yang
memiliki massa terukur dan bermuatan. Sedangkan radiasi
elektromagnetikatau foton adalah jenis radiasi yang tidak memiliki massa dan
muatan. radiasi ditinjau dari massaa, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
elektromagnetik dan radiasi partikel, yaitu:

1. Radiasi elektromagnetik, adaah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi


ini terdiri dari gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, inar-x, sinar
gamma dan sinar kosmik.
2. sedangkan radiasi partikel, adalah radiasi berupa partikel yang memiliki
massa, misalnya partikel beta, alfa, dan neutron.

4
Jika ditinjau dari muatan listriknya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
pengion dan radiasi non-pengion.

1. Radiasi non-pengion, adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan


ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion adalah gelombang radio,
gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultrviolet.
2. Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menbrak
sesuatu, akan muncul partikel bermuatan yang disebut ion. Peristiwa
terjadinya ion ini disebut ionisasi. ion ini kemudian akan menimbulkan
efek atau pengaruh pada bahan, termauk benda hidup. Radiasi pengion
disebut juga radiasi atom atau rdiasi nuklir. Termasuk ke dalam sinar-x,
sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa, dan neutron. Partikel
alfa, beta dan neutron dapat menimbulkan ionissasi secara langsung.
Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-x, sinar gamma,
dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat
menibulkan ionisasi secara tidak langsung. (Anonim.2003).

Gambar 1. Tiga macam radiasi pengion yang dapat menembus benda


padat: kertas, alumunium, dan timbal.

Sumber radiasi dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu


yang berasal dari alam dan yang buatan manusia.

1. Radiasi Latar Belakang (Alam)


Jauh sebelum sinar-x ditemukan oleh Roegent dan Uranium radioaktif
oleh Becquerel yaitu sekitar tahun 1895, manusia sudah dan senantiasa

5
mendapat radiasi dari alam sekitarnya. Radiasi yang diperoleh dari
alam sekitarnya disebut radiasi latar belakang (alam). Radiasi latar
belakang yang diterima tubuh manusia terdiri dari siar kosmik dan
rdiasi pengion lain yang berasal daari radionuklida alam. Beberapa ahli
berpendapat bahwa 2 sampai 10% mutasi alam pada manusia
disebabkan oleh radiasi latar belakang. Beberapa ahli yang lain
mencoba mencari hubungan antara dosis radiasi latar belakang dengan
frekuensi terjadinya perubahan genetik, leukimia dan knker lain.
2. Sumber Radiasi Buatan Manusia
Sinar-x dikenal sebagai rradiasi yang merambat lurus, tidak
dipengaruhi oleh medan listrik maupun medan magnet serta
mengakibatkan zat fosforesensi dapat berpendar. Kenyataan
membuktikan bahwa semakin besar kecepatan elektron yang
membentur target, semakin semakin besar daya tembus sinar-x yang
ditimbulkannya. Semakin banyak elektron yang membentur target
semakin tinggi intensitas sinar-x.

B. Pemantauan Radiasi Lingkungan


Pemantauan radiasi lingkungan ini bertujuan untuk mendeteksi paparan
radiasi yang di pancarkan dari semua aktivitas lingkungan serta menjamin
bahwa tidak ada pelepasan zat radioaktif. Pemantauan radiasi lingkungan
mencakup dua kegiatan utama, yaitu pemantauan daerah kerja dan
pemantauan Kawasan. Jenis pemantauan kerja disesuaikan dengan jenis
sumber yang digunakan dan kegiatan di tempat tersebut. Pada daerah kerja
yang hanya menggunakan sumber tertutup cukup yang dilakukan pemantauan
radiasi saja, sedangkan pada daerah kerja terbuka dilakukan pemantauan
radiasi dan pemantauan kontaminasi. Pemantauan ini dapat dilakukan secara
langsung melalui pengambilan sampel-sampel lingkungan seperti tanah,
rumput, hasil bumi, air, tanah, udara, dan sebagainya. Pemantauan radiasi dan
radioaktivitas lingkungan dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu sebagai berikut:

6
1. Pemantauan Rutin
Pemantauan rutin dilakukan pada kondisi operasi normal untuk
memastikan bahwa tempat kerja maupun lingkungancukup aman. Dengan
pemantauan rutin diperoleh kepastian bahwa kondisi tempat kerja terjamin
keselamatannya.
2. Pemantauan Operasional
Pemantauan operasional dilakukan pada saat akan memulai pekerjaan dan
pada saat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang memerlukan
perhatian khusus. Pemantauan ini bertujuan untuk memberikan informasi
dasar dalam pelaksanaan kerja maupun pemilihihan metode terbaik untuk
melindungi pekerja dari penerimaan dosis radiasi, seperti laju dosis suatu
sumber untuk menentukan jarak yang aman dalam menangani sumber.
3. Pemantauan Khusus
Pemantauan khusus dilakukan jika ada kejadian atau kemungkinan
terjadinya kondisi abnormal termasuk terjadinya suatu kecelakaan.
Pemantauan ini bertujuan untuk memberi informasi secara rinci mengenai
suatu kejadian dan dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun program
kerja dalam menanggulangi kejadian tersebut.

C. Jenis-jenis Bahan Radioaktif Dalam Lingkungan


Zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif
atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir dan fasilitas
pemanfaatan zat radioaktif, yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah
radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif padat, cair
dan gas. Limbah cair dibedakan menjadi aqueous dan organik, sedangkan
limbah padat dibedakan menjadi tekompaksi dan tidak terkompaksi.
1. Limbah Radioaktif Cair
Pada fasilitas produksi radioisotop, limbah radioaktif cair dihasilkan dari
proses pelindihan atau pendinginan material, dalam jumlah kecil akan
mengandung pengotor yang bersifat radioaktif sehingga bersifat aktif. Di
bidang kesehatan, limbah radioaktif cair antara lain hasil ekskresi pasien

7
yang mendapat terapi atau diagnostik kedokteran nuklir. Zat radioaktif
yang digunakan pada umumnya berumur paro pendek (< 100 hari),
misalnya I, I, Tc, P, dll sehingga cepat mencapai kondisi stabil. Fasilitas
penelitian di bidang kesehatan juga memberikan kontribusi limbah
radioaktif cair melalui hasil ekskresi binatang percobaan. Dengan umur
paro sangat pendek, maka penanganan limbah radioaktif tersebut
dilakukan dengan menampung sementara sebelum dilepas ke badan air.
Limbah radioaktif cair untuk jenis organik kebanyakan diproduksi oleh
fasilitas penelitian, yang dapat terdiri dari: minyak pompa vakum,
pelumas, dan larutan sintilasi. Zat radioaktif yang terkandung pada
umumnya H dan sebagian kecil C, I dan S. Dalam pengelolaan limbah cair
tersebut harus diperhitungkan pula aktivitas konsentrasi zat radioaktif yang
digunakan, terutama jika zat radioaktif yang digunakan untuk tujuan
penandaan umumnya mempunyai konsentrasi aktivitas sangat tinggi
sehingga harus dipisahkan dengan zat radioaktif yang mempunyai
konsentrasi aktivitas rendah.
2. Limbah Radioaktif Padat
Kebanyakan limbah radioaktif padat yang dihasilkan dari fasilitas
kesehatan dan laboratorium penelitian mempunyai sifat dapat terbakar,
misalnya: tissue, kertas, kain, karton, sarung tangan, pakaian pelindung,
masker, bangkai binatang dan material biologi lain. Sedangkan limbah
radioaktif tidak dapat bakar antara lain: barang pecah belah, serpihan
logam, peralatan dekontaminasi dan limbah dari fasilitas yang mengalami
dekomisioning. Untuk limbah padat radioaktif sebagai akibat kontaminasi
dan limbah sumber radioaktif selanjutnya dikirimkan ke PTLR-BATAN
sebagai badan yang berwenang melakukan pengolahan limbah radioaktif.
Sumber radioaktif yang diimpor dari negara lain dapat dikirimkan kembali
ke negara tersebut sesuai dengan perjanjian.
3. Limbah Radioaktif Gas
Limbah radioaktif gas dapat dihasilkan pada aplikasi zat radioaktif
terutama bidang kesehatan. Aplikasi khusus di bidang kesehatan

8
menggunakan zat radioaktif berbentuk gas, misalnya Xe, Kr, Tc dan
pemancar positron berumur paro pendek seperti F dan C untuk investigasi
terhadap ventilasi paru-paru. Limbah radioaktif berupa hasil respirasi
pasien dikendalikan dengan menempatkan pada tempat khusus untuk
membatasi dispersi radioaktif ke lingkungan. Jenis zat radioaktif yang
digunakan relatif tidak berbahaya karena ber umur paro pendek sehingga
mudah mencapai kondisi stabil
4. Sumber Radioaktif Bekas
Sumber radioaktif yang sudah tidak digunakan lagi memerlukan
pengkondisian dan disposal yang sesuai. Sumber radioaktif bekas
dibedakan menjadi: Sumber dengan umur paro ≤ 100 hari dengan aktivitas
sangat tinggi, Sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk tujuan
kalibrasi, Sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan
kebocoran, Sumber dengan umur paro >100 hari yang memiliki aktivitas
tinggi maupun rendah.

D. Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Lingkungan


Pengelolaan limbah radioaktif terdiri dari rangkaian kegiatan yang
meliputi tahapan pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan dan/atau pembuangan limbah radioaktif. Pengelolaan limbah
radioaktif dapat dilakukan dengan sistem sentralisasi atau desentralisasi,
bergantung dengan kebijakan setiap negara. Pengelolaan limbah radioaktif di
Indonesia menganut sistem sentralisasi dengan Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTLRBATAN) sebagai pihak
pengelola sesuai dengan amanat UU No. 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran. Dalam menjalankan tugasnya, PTLR-BATAN dapat
bekerja sama atau mendelegasikan BUMN, Koperasi dan swasta yang
ditunjuk oleh PTLR-BATAN.
Sistem sentralisasi bukan berarti membebaskan penghasil limbah
radioaktif dari kewajiban mengelola limbah radioaktif yang dihasilkannya.
Penghasil limbah radioaktif berkewajiban mengumpulkan, mengelompokan

9
atau mengolah dan menyimpan sementara limbah radioaktif tingkat rendah
dan sedang sebelum dikirimkan ke PTLR-BATAN. Terhadap sumber
radioaktif bekas terdapat dua alternatif pengelolaan limbah yang boleh
dilakukan oleh pemilik sumber radioaktif bekas yaitu sumber radioaktif bekas
diprioritaskan untuk dapat dikirimkan kembali ke negara asal dan alternatif
kedua adalah dikirimkan ke PTLR-BATAN. Prioritas yang pertama adalah
upaya pemenuhan salah satu prinsp-prinsip pengelolaan limbah radioaktif
yaitu tidak menjadi beban bagi generasi yang akan datang. Dengan sistem
pengelolaan tersebut maka ada kegiatan pemindahan atau pengangkutan
limbah radioaktif dari penghasil ke PTLR-BATAN atau ke negara asal sumber
radioaktif bekas.

Prosedur pengiriman limbah radioaktif sebagaimana dijelaskan di atas


berpeluang memberikan resiko terhadap keselamatan masyarakat dan
lingkungan apabila tidak ada pengawasan selama pelaksanaan pengiriman.
Dengan pengawasan harus dipastikan jenis dan mode transportasinya tidak
menggunakan jasa transportasi umum atau jasa transportasi yang tidak secara
khusus digunakan untuk mengangkut limbah radioaktif sehingga
memunginkan limbah radioaktif tidak sampai tujuan atau sampai tujuan tetapi
dengan kondisi limbah radioaktif tidak seperti kondisi pada saat berada di
penghasil limbah radioaktif.
Sebelum limbah radioaktif dikirimkan, penghasil limbah berkewajiban
melakukan pengelolaan limbah yang dihasilkannya dengan tujuan
meminimalisasi volume, kompleksitas, biaya dan resiko. Pengelolaan yang
dilakukan meliputi mengumpulkan, mengelompokan, atau mengolah dan

10
menyimpan sementara. Pengumpulan dan pengelompokan limbah berdasarkan
aktivitas, waktu paro, jenis radiasi, bentuk fisik-dan kimia, sifat racun dan asal
limbah radioaktif atau mengolah limbahnya apabila memiliki fasilitas
pengolahan Limbah padat dipisahkan menjadi dapat terbakar - tidak dapat
terbakar, terkompaksi – tidak terkompaksi, aktivitas rendah dan tinggi, umur
paro panjang dan pendek, serta jenis radiasi. Limbah tersebut ditempatkan
pada lokasi khusus yang diberi tanda bahaya radiasi sehingga hanya petugas
tertentu yang dapat masuk ke ruangan. Limbah cair yang berupa sisa zat
radioaktif dan limbah cair hasil samping kegiatan dekontaminasi yang
memiliki aktivitas tinggi atau umur paro panjang ditempatkan secara terpisah
dengan limbah aktivitas rendah atau umur paro pendek. Untuk limbah cair
hasil ekskresi atau hasil kegiatan mandi dan cuci disalurkan secara terpisah
dengan saluran grey water dan disalurkan ke tempat penampungan sementara
untuk mengetahui dosis paparan radiasi yang ditimbulkan, limbah radioaktif
tersebut dapat di lepaskan ke badan air apabila memenuhi persyaratan
pelepasan. Limbah berbentuk gas sangat jarang terjadi. Seperti yang telah
disampaikan di muka untuk mengendalikan limbah radioaktif berbentuk gas,
maka sumber penghasil limbah ditempatkan pada tempat khusus sehingga gas
tidak mudah keluar ke lingkungan. Gas dapat di lepaskan ke lingkungan
setelah memenuhi persyaratan pelepasan. Penghasil limbah wajib memberikan
informasi dengan lengkap dan benar secara tertulis (dalam manifes dokumen)
kepada pengangkut tentang identitas limbah, bahaya radiasi, dan sifat bahaya
lain yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya. Penghasil limbah juga
berkewajiban memberikan tanda, label, atau plakat pada kendaraan angkutan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Limbah radioaktif sangat berbahaya dikarenakan limbah ini
memancarkan radiasi, maka apabila tidak diisolasi dari masyarakat dan
lingkungan maka radisi limbah tersebut dapat mengenai manusi dan
lingkungan. Limbah radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari
limbah radioaktif padat, cair dan gas. Pemantauan radiasi lingkungan
bertujuan untuk mendeteksi paparan radiasi yang di pancarkan dari semua
aktivitas lingkungan serta menjamin bahwa tidak ada pelepasan zat
radioaktif. Pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan dibagi
menjadi pemantauan rutin, pemantauan operasional, pemantauan khusus.
Pengelolaan limbah radioaktif terdiri dari rangkaian kegiatan yang
meliputi tahapan pengumpulan, pengelompokan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan/atau pembuangan limbah radioaktif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adi Wardojo, Ruslan. 2009. Fakta Seputar Radiasi. Jakarta: Pusat Desiminasi Itek
Nuklir Badan Tenaga Atau Nasional.

Anonim 1, 2003, “Guidance for Environmental Background Analysis”.,


vol.II.sediment, NFECS user guide UG-2054-ENV, Naval Facilities
Engineering Command, Washington DC 20374-5065.

Gabriel.J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Kedokteran EGC.


Wardhana. 1996. Radioekologi. Yogyakarta: Andi Offset

13

Anda mungkin juga menyukai