Oleh :
NIM : 4171131025
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA,
yang berjudul “Masalah-Masalah Dan Perkembangan Pendidikan MIPA Dewasa
Ini”.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terimakasih kepada bapak
Freddy Tua Musa Panggabean,S.Pd , M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada saya dan semua pihak yang membantu saya agar
terselesainya makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih terdapat banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik san saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Atas
perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui jumlah radioaktivasi yang terdapat di ruang Instalasi Rumah
Sakit Dokter Kariadi Semarang
2. Mengetahui jenis-jenis radioaktivasi yang terdapat di ruang Instalasi
Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
3. Mengetahui Tingkat dan Kadar radioaktivasi dalam ruang Instalasi Rumah
Sakit Dokter Kariadi Semarang
BAB II
RINGKASAN ARTIKEL
2.1 Pendahuluan
Pada dasarnya makhluk hidup yang berada di dalam alam ini atau bumi
telah meneerima paparan radiasi baik radiasi alamiah maupun radiasi akibat
penggunaan zat radioaktif. Terkait penggunaan radioisotop dalam bidang
kedokteran, salah satu rumah sakit di Semarang yaitu rumah sakit Dokter Kariadi,
53 27
menggunakan zat radioaktif 131I dan 60Co , sebagai sumber radiasi pada
pesawat teleterapi dan digunakan untuk mendiagnosa ataupun untuk pengobatan.
Setiap tahun semakin meningkat jumlah pasien dengan berbagai penyakit
yang perlu disembuhkan dengan radio terapi, Maka rumah sakit tersebut
menambah fasilitas alat kesehatan yang berupa pesawat teleterapi untuk
pengobatan khususnya kanker. Terkait hal itu kemungkinan adanya radioisotop
yang terbebas di lingkungan sekitar fasilitas kedokteran nuklir dapat terjadi
sehingga perlu adanya pengawasan dan pengukuran radioaktivitas lingkungan.
Pemancaran radiasi secara terusmenerus sepanjang waktu dari inti
radioaktif akan mengakibatkan berkurangnya jumlah inti atom radioaktif.
Peristiwa penyusutan jumlah inti atom disebut peluruhan. Pengurangan jumlah zat
radioaktif berlangsung secara eksponensial, sehingga jumlah zat radioaktif yang
tertinggal setiap saat adalah:
Peristiwa radioaktivitas berkaitan erat dengan kestabilan inti suatu atom.
Inti atom yang tidak stabil akan menunjukkan gejala radioaktivitas. Radioaktivitas
adalah gejala perubahan inti atom secara spontan yang disertai radiasi berupa
zarah atau gelombang elektromagnetik. Zat radioaktif akan mengalami peluruhan
sehingga terjadi perubahan jumlah inti atom yang menyebabkan perubahan dari
unsur satu ke unsur yang lain. Laju peluruhan inti radioaktif disebut aktivitas.
Semakin besar aktivitas, semakin besar inti atom yang meluruh per detik.
Radioaktivitas lingkungan merupakan gejala perubahan inti atom secara
spontan yang disertai radiasi berupa zarah atau gelombang elektromagnet pada
daerah tertentu yang dekat dengan fasilitas nuklir, atau bagian alam yang
berhubungan dengan kehidupan manusia serta kegiatan manusia setiap hari,
seperti udara (atmosfir), tanah, sawah, ladang, rumput, air, hewan, tanaman
(Wardhana, 1994: 50). Ditinjau dari proseserbentuknya unsurunsur radioaktif atau
sumber-sumber radiasi lainnya yang ada di lingkungan ini, sumber radiasi dapat
dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu sumber radiasi alam dan sumber
radiasi buatan. Radioisotop yang menyebabkan timbulnya radioaktivitas
lingkungan, berasal dari radioaktivitas alam dan radioaktivitas buatan yang
disertai dengan bentuk peluruhan berikut ini: Radiasi Alpha, Radiasi Beta Min,
Radiasi Beta Plus, Tangkapan Elektron Orbital, Radiasi Gamma, Transisi
Isomerik, Konversi Internal, Radiasi Neutron. Berbagai bentuk peluruhan
radioisotop tersebut, dapat menyebabkan radiasi sampai ke lingkungan dan
menyebabkan pencemaran radioaktivitas lingkungan. Spektrometri γ diartikan
sebagai suatu metode pengukuran dan identifikasi unsurunsur radioaktif di dalam
suatu sampel dengan cara mengamati spektrum karakteristik yang muncul akibat
interaksi sinar γ yang dipancarkan zat radioaktif tersebut dengan detektor.
Sebelum spektrometri γ digunakan perlu dikalibrasi terlebih dahulu. Ada dua
macam kalibrasi yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi efisiensi (Sunardi, 2006: 761).
Teknik fluoresensi sinar x merupakan teknik analisis yang dapat
menganalisis unsur yang terkandung didalam suatu sampel. Instrument yang
digunakan pada analisis XRF yaitu detektor, optik dan sumber cahaya yang
berupa radioisotop. Analisis dengan menggunakan XRF dapat dilakukan dengan
metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dapat memberikan informasi
kandungan unsur yang terdapat dalam cuplikan. Semakin besar intensitas yang
muncul, semakin banyak kandungan unsur tersebut dalam suatu cuplikan.
Pada penelitian ini ingin diketahui laju acah radiasi pada cuplikan yang
diambil di sekitar Instalasi Radiodiagnostik dan untuk mengetahui jenis
radioisotope yang terkandung di dalam cuplikan tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu
tahap pengambilan cuplikan, preparasi cuplikan dan analisis cuplikan. Tahap
pertama, pengambilan cuplikan dilakukan dengan mengambil cuplikan tanah,
tanaman, air dan debu pada lokasi yang berbeda yaitu cuplikan tanah diambil di
bagian depan dan belakang Instalasi Radiodiagnostik, cuplikan tanaman diambil
di bagian belakang Instalasi Radiodiagnostik, cuplikan air diambil di
wastafel ruang Instalasi Radiodiagnostik, cuplikan debu diambil di ruang Instalasi
Radiodiagnostik dan Ruang Rawat Inap Merak yang berdekatan dengan Instalasi
Radioadiagnostik. Tahap kedua yaitu preparasi cuplikan. Masingmasing cuplikan
yaitu tanah, tanaman, dipreparasi dengan cara dikeringkan, kemudian dihaluskan
dan diayak. Untuk cuplikan air diambil kerak airnya dengan cara memanaskan 15
liter air sampai dihasilkan 3 liter air. Sisa tersebut kemudian dikeringkan dan
diambil keraknya. Sedangkan untuk cuplikan debu dapat secara langsung
dianalisis. Tahap ketiga, yaitu analisis cuplikan menggunakan spektrometri
gamma dan XRF. Cuplikan tanah, tanaman dan debu dianalisis menggunakan
spektrometri gamma. Sebelum spektrometri gamma digunakan dilakukan terlebih
dahulu pengkalibrasian yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi efisiensi. Kalibrasi
energi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nomor salur dan tenaga.
BAB IV
KELEMAHAN ARTIKEL
Arikel ini memliki kelemahan yang tidak begitu banyak hanya saja dalam
artikel terdapat beberapa gambar dan tabel yang tidak begitu besar sehingga
pembaca sulit melihat gambar dan tabel yang berisi data-data dan hasil penelitian
yang telah di lakukan kurang dapat di lihat oleh pembaca.
BAB VI
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cuplikan tanah yang diambil di bagian depan ruang
radiodiagnostik mempunyai laju cacah 1,817±0,012 cps. Bila di
bandingkan dengan laju cacah cuplikan tanah yang diambil di bagian
belakang radiodiagnostik, laju cacah ini mempunyai nilai kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas zat radioaktif yang dibebaskan di bagian
depan radiodiagnostik kecil dibandingkan dengan bagian belakang
radiodiagnostik. Kecilnya laju cacah cuplikan tanah dibagian depan
radiodiagnostik disebabkan karena cuplikan tanah yang diambil berada
jauh dari tempat penggunaan zat radioaktif sehingga kemungkinan
terjadinya kontaminasi kecil.
Ditinjau dari proseserbentuknya unsurunsur radioaktif atau
sumber-sumber radiasi lainnya yang ada di lingkungan ini, sumber radiasi
dapat dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu sumber radiasi alam
dan sumber radiasi buatan. Radioisotop yang menyebabkan timbulnya
radioaktivitas lingkungan, berasal dari radioaktivitas alam dan
radioaktivitas buatan yang disertai dengan bentuk peluruhan berikut ini:
Radiasi Alpha, Radiasi Beta Min, Radiasi Beta Plus, Tangkapan Elektron
Orbital, Radiasi Gamma, Transisi Isomerik, Konversi Internal, Radiasi
Neutron. Berbagai bentuk peluruhan radioisotop tersebut, dapat
menyebabkan radiasi sampai ke lingkungan dan menyebabkan
pencemaran radioaktivitas lingkungan
3.2 Saran