Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PROSEDUR KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI NUKLIR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah: Kimia Inti / Radiokimia

Dosen:

Riri Aisyah, S.Pd.,M.Pd.

Sari, M.Pd.

Oleh:

Anis Kurnia Ilahi Pend. Kimia/VI-A 1172080007

Laila Latifah Pend. Kimia/VI-A 1172080032

Luthfi Ihsan Athobari Pend. Kimia/VI-A 1172080038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah yang berjudul Prosedur Keselamatan
Kerja terhadap Radiasi Nuklir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kimia
inti/radiokimia.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Sari, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah kimia inti yang sebelumnya telah memberikan gambaran mengenai makalah yang akan
kami buat serta memberikan beberapa sumber yang dapat digunakan untuk mengerjakan
makalah ini, serta rekan-rekan yang senantiasa saling mendukung dan membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, besar harapan kami kepada pembaca atas kritik dan saran
guna melengkapi dan memperbaiki dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kami. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 2020

Penulis
Daftar Isi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zat radioaktif saat ini sudah banyak digunakan diberbagai bidang dalam kehidupan
manusia, seperti bidang kesehatan, bidang industry dan teknik serta bidang penelitian dan
pelatihan. Zat radioaktif itu sendiri didefinisikan sebagai zat yang memancarkan radiasi
pengionan dengan aktivitas jenis lebih besar dari pada 70kBq/kg atau 2 nCi/gram (Bq singkatan
dari Becquerel dan Ci singkatan dari Curie adalah satuan aktivitas/kekuatan suatu sumber
radiasi). Zat radioaktif oada dasarnya dibedakan menjadi 2 jenis yanitu zat radioaktif bahan nuklir
dan zat radioaktif non bahan nuklir. Zat radioaktif bahan nuklir adalah zat yang menghasilkan
reaksi pembelahan berantai yang terjadi dalam reactor nuklir. Sedangkan zat radioaktif non bahan
nuklir tidak dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai.
Zat radioaktif baik bahan nuklir ataupun non bahan nuklir memiliki resiko menimbulkan
efek pada tubuh manusia akibat radiasi pengionan yang dipancarkannya. Efek radiasi tersebut
dapat bersifat eksternal (efek pada bagian luar tubuh) atau bersifat Internal (efek pada bagian
dalam tubuh). Oleh karena itu prosedur keselamatan yang memadai harus diterapkan dalam
pemanfaatannya. Hal ini tentunya sudah dilaksanakan oleh fasilitas yang memanfaatkan zat
radioaktif tersebut, walaupun pelaksanaan system keselamatan ini belum dikatakan sempurna.
Jadi keselamatan pemanfaatan zat radioaktif berkaiatan dengan usaha untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya efek radiasi pada manusia akibat paparan radiasi berlebih.
Dengan adanya prosedur keselamtan kerja terhadap paparan radiasi ini diharapkan
personil yang bertugas untuk memanfaatkan nuklir tersebut dapat bekerja dengan melihat
kemungkinan resiko yang ditimbulkan. Serta upaya untuk meminimalisir resiko yang mungkin
akan ditimbulkan. Karena pada kenyataannya nuklir tersebut sangat memberi pengaruh dan
manfaat besar bagi kehidupan manusia.
B. Tujuan
1. Mengetahui standar prosedur keselamatan kerja terhadap paparan radiasi nuklir
2. Mengetahui efek radiasi terhadap bahan dan tubuh manusia
3. Mengetahui perlindungan alat radiasi nuklir
4. Mengetahui satuan serta alat pengukur radiasi nuklir
5. Mengetahui efek radiasi nuklir
BAB 2

ISI

A. Pengertian Zat Radioaktivitas dan Reaktor Nuklir


Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keteneganukliran, zat
radioaktif atau disingkat ZRA didefinisikan sebagai setiap zat yang memancarkan radiasi
pengionan dengan aktivitas jenis lebih besar dari pada 70 kBp/kg atau 2 nCi/gram (Bq singkatan
dari beecquerel dan Ci singkatan dari Curie adalah satuan aktivitas/kekuatan suatu sumber
radiasi). Radiasi pengionan ialah radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik (seperti
gelombang cahaya) atau partikel bermuatan yang karena energy yang dimilkinya mampu
mengionisasi media yang dialaluinya. ZRA pada dasarnya dibedakan menjadi 2 yaitu ZRA bahan
nuklir dan ZRA non bahan nuklir. ZRA bahan nuklir adalah bahan yang dapat menghasilkan
reaksi pembelahan berantai (reaksi fisi) atau bahan yang data diubah menjadi bahan yang dapat
menghasilkan reaksi pembelahan berantai. Reaksin ini menjadi terjadi dalam reactor nuklir
(reaksinya terkendali) atau pada ledakan suatu bom nukir (reaksi berantaiu tak terkendali).
Sedangkan ZRA non bahan nuklir tidak dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai, hanya
dapat memancarkan radiasi pengionan. (1)
Adapun yang dimaksud dengan reaktor nuklir adalah suatu instalasi yang bekerja
berdasarkan reaksi fisi atau reakasi pembelahan inti atom secara berantai dan terkendali. Reaksi
fisi berlangsung pada bagian yang disebut terasnreaktor. Teras reactor tersusun atas bahan bakar,
moderator, reflector, dan sumber neutron.
B. Keselamatan Kerja
Keselamatan pemanfaatan ZRA atau keselamtan radiasi dimasksudkan sebagai upaya
melindungi seseorang atau keturunannya dan masyarakat secara keseluruhan terhadap
kemungkinan terjadinya efek radiasi pengionan yang dipancarkan oleh zat radioaktif tersebut.
Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan suat kondisi sedemikian rupa sehingga dosis
radiasi pengionan yang diterima oleh seseorang atau sekelompok orang tidak melampaui nilai
batas yang sudah ditentukan. Terminology dosis radiasi menyatakan kualitas dan kuantitas
paparan radiasi pengionan yang dipancarkan oleh zat radioaktif (dan sumber radiasin lainnya,
seperti pesawat sinar-X).
Pada pemanfaatan ZRA dikenal konsep keselamatan radiasi atau azas proteksi radiasi
yang meliputi tiga prinsip dasar keselamatan radiasi yairu justifikasi, limitasi dan optimisasi.
Justufukasi mengandung pengertian bahwa setiap pemanfaatan ZRA harus memiliki manfaat
yang lebih besar dibandingkan resiko yang mungkin ditimbulkan. Limitasi memiliki makna
bahwa penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat umum tidak boleh melebihi
nilai batas disus yang sudah ditetapkan. Sedangkan optimisasi memiliki arti bahwa kegiatan
pemanfaatan ZRA harus direncanakan sebaik-baiknyua, sumber radiasi (ZRA) harus dirancang
dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah
mungkin (as low as reasonably achievable-ALARA) dengan memperhatikan faktor ekonomi dan
social.
Ketiga prinsip dasar keselamatan radisasi ini sudah dikenal luas di kalangan praktisi
proteksi radiasi dan diterapkan secara luas pada fasilitas yang memanfaatkan ZRA. Namun
demikian, pelaksanaan di lapangan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku para pihak terkait.
Oleh karena itu, kesadaran akan budaya keselamatan kerja disetiap fasilitas yang memanfaatkan
ZRA menjadi faktor yang sangat mempengaruhi mutu pelaksanaa 3 prinsip keselamtan radiasi
tersebut. Apabila pemahaman dan pelaksanaan konsep keselamatan radiasi dan budaya
keselamtan kerja sudah mendarah daging pada diri personel mulai dari tingkat pimpinan hingga
pelaksana yang paling bawah, niscaya keselamatan pemanfaatan ZRA sebagaimana yang telah
menjadi keharusan akan terwujud.
Mengikuti prosedur operasi sesuai standar yang sudah ditetapkan dan pengungkungan
ZRA akan menjamin tercipanya keselamatan para pekerja dan masyarakat umum karrena dosis
radiasi yang diterima relatf rendah.

 Contoh masalah yang berhubungan dengan keselamatan kerja terhadap radiasi nuklir

Gambar 1 Ilustrasi penanganan limbah hotcell ZG-102


Masalah yang berhubungan dengan keselamatan kerja terhadap radiasi nuklir salah
satunya terjadi dalam penanganan limbah radiasi tinggi dari dalam hotcell yang digunakan pada
instalasi metalurgi (IRM). IRM merupakan salalh satu fasilitas nuklir yang dioperasikan oleh
Pusat Teknologi Bahan Nuklir (PTBBN). Masalah yang ada pada hotcell tersebut yaitu adanya
kerusakan alat system lift drum penampung limbah yang ada di dalam hotcell ZG-001 sehingga
pengeluaran limbah tidak dapat dilakukan sesuai dengan desain dan prosedur seperti yang
dijelaskan diatas. Untuk mengatasi hal tersebut terdapat satu cara, yaitu dengan mengeluarkan
limbah radiasi tinggi melalui lubang wall plug sisi belakang hotel ZG-102 (man hole) ke ruang
service area (R-143). Cara ini tentunya berpotensi bahaya radiasi dan kontaminasi terhadap
personil (operator) dan daerah kerja (R-143) karena tidak ada lagi oerisai radiasi yang signifikan
anatara limbah (sumber bahaya radiasi) dengan operator di R-143 dan limbah yang dikeluarkan
dari hotcell selain memancarkan radiasi tinggi tentu juga terkontaminsai. Oleh karena itu maka
perlu dilakukan upaya keselamatan (proteksi) terhadp bahaya radiasi dalam penanganan limbah
tersebut sehingga personil yang menangani limbah tidak menerima dosis yang membahayakan.
Metode penanganan limbah ini baru pertama kali di lakukan di IRM karena adanya
potensi bahaya radiasi yang menyertai proses penanganan limbah, maka kegiatan ini harus
direncanakan dengan baik serta memperhatikan faktor-faktor keselamatan radiasi. Berikut ini
adalah metode penanganan limbah yang dilakukan sebagai upaya keselamatan terhadap bahaya
radiasi dalam kegiatan tesebut :
1. Pembuatan dokumen prosedur kerja
Untuk meyakinkan bahwa metode baru (cara yang tidak sesuai dengan desain dan prosedur
normal) penanganan limbah radiasi tinggi dapat dilaksanakan secara aman dan selamat maka
dibuatkan suatu dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan (SOP = Standard operational
procedure). Dalam dokumen ini dianalisis dan dijelaskan uraian segala persoalan yang diduga
dapat terjadi selama proses pemindahan limbah dan ditentukan solusinya untuk proteksi dari
bahaya radiasi/kontaminasi. Urutan langkah pekerjaan dan potensi bahaya apa saja yang
mungkin terjadi selama proses penanganan limbah dibahas secara detail mulai dari
penanganan awal limbah dalam hotcell sampai limbah tersebut dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara di ruangan penampungan limbah padat IRM (R-013), atau dikirim ke
Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR), PLTR-BATAN. Bahan perlengkapan dan
peralayan yang dieprlukan untuk kemudahan proses pemindahan limbah didata dalam daftar
(check list) agar dapat disiapkan menjelang pelaksanaan kegiatan. Dokumen SOP juga
mensyaratkan agar langkah-langkah proses pekerjaan dipergakan (dilakukan simulasi
pekeerjaan) kepasa personil yang akan melaksanakan tugas penanganan limbah.
Dokumen SOP sebelum digunakan, diuji kelayakan dan kebenarannya dihadapan anggota
Panitia Keselamatan PTBBN yang dianggap memiliki kepakaran keselamatan. Segala
masukan atau rekomendasi yang diperoleh dari Panitia Keselamatan digunakan untuk
menyempurnakan dokumen tersebut sebelum disahkan sebagai dokumen acuan untuk
melaksanakan kegiatan penanganan limbah radiasi tinggi.
2. Pembuatan selubung plastic (green house)
Green house adalah bangunan ttidak permanen (sementara) yang di bangun di hotcell service
area (R-143) IRM, yaitu daerah kerja dibagian belakang hotcell. Green house berfungsi
sebagai pembatas atau ruangan isolasi untuk mencegah kontaminasi zaat-zat radioaktif lolos
ke tempat kerja yang lebih bersih. Sebagai tempat kerja yang berpotensi terkontaminasi, di
ruangan isolasi ini disediakan ruang ganti untuk melepaskan pakaian kerja dan
kelengkapannya seperti kantung limbah untuk perlengkapan bekas pakai, pembatas sepatu
dan sebgainya. Alat monitor kontaminasi juga disediakan di ruang ganti untuk meyakinan
tidak ada kontaminasi yang lolos dari ruang isolasi. Personil yang merupakan petugas di
tempat ini dan telah memakai perlengkapan perlindungan kontaminasi yang bisa masuk ke
tempat ini. Personil tersebut juga dipantau terhadap kemungkinaaan terkontaminasi
menggunakan surveimeter kontaminasi.
3. Penanganan limbah radiasi tinggi dari hotcell
Limbah yang terdapat di dalam hotcell ZG-103 berasal dari limbah bahan uyang
terkontamnasi dan limbah radioaktif berupa serpihan sisa pemotongan bahan bakar nuklir
bekas dan bahan pasca radiasi lainnya (foil target). Pengumpulan limbah di dalam hotcell
dilakukan secara remote menggunakan tangan manipulator. Limbah dipisahkan berdasarkan
ukuran limbah yang bertujuan untuk mengantisipasi agar dapat melakukan pemisahan
kumpulan kantong jika paparan radiasi limbah pada satu item melampaui batas yang
ditentukan. Pengeluaran limbah dan pengemasn kedalam wadah yang sesuai dengan jenis
limbah merupakan proses yang mengakibatkan timbulnya potensi bahaya radiasi dan
kontaminasi terhadap personil dan daerah kerja yang menyertai pekerjaan tersebut.
4. Penerapan keselamatan radiasi
Untuk melindungi personil dari bahaya radiasi dan kontaminasi, prinsip-prinsip proteksi
radiasi diterapkan dalam kegiatan peneanganan limbah radiasi tinggi dari hotcell. Upaya
proteksi radiasi yang dapat dilakukan pada kondisi pekerjaan dengan kemungkinan paparan
radiasinya tinggi adlah dengan cara menerpakan ppengaturan waktu/lama terpapar radiasi
untuk proteksi radiasi eksterna. Proteksi radiasi eksterna dengan cara menggunakan perisai
radiasi antara limbah (sumber radiasi) dan personil dianggap tidak efisien dan tidak ekonomis
untuk mengerjakan penanganan limbah radiasi tinggi seperti yang direncanakan. Proteksi
radiasi eksterna dengan cara mengatur jarak limbah dan personil juga tidak dapat diterapkan
karena deaerah kerja selubung plastic (ruangan green house) cukup sempit dan tidak bebas
bergerak. Dengan demikian pengukuran waktu/ lama (durasi) terpapar radiasi lebih efektif
untuk dilakukan. Durasi terpapar radiasi ditentukan oleh tingkat laju paparan radiasi saat
limbah dikeluarkan dari hotcell dan batasan dosis radiasi yang diperkenankan untuk waktu
kerja satu minggu (5 hari kerja) personil pekerja radiasi sebesar 1 mSv. Dua jenis dosimeter
radiasi, yaitu TLD (Thermoluminessence Dosimeter) dan EPD (Electronic Personal
Dosimeter) digunakan untuk mengukur besarnya dosisi radiasi eksterna yang diterima oleh
personil.
Proteksi radiasi terhadap bahay radiasi interna dilakukan dengan cara menggunakan dua lapis
pakaian kerja yang dapat menutupi seluruh tubuh personil. Untuk melindungi bagain muka
dan pernapasan personil digunakan full-mask yang dielngkapi dengan filter. Bagian kepala
ditutup engan head-cover, bagian tangan dilindungi dengan dua lapis sarung tangan karet dan
bagian kaki menggunakan sepatu kerja yang dibungkus dengan shoes-cover.
Untuk mencegah kontaminasi melalui udara keluar dari hotcell ZG-102 menuju ke green
house melalui man hole, maka sebelum man hole dibuka harus dipastikan bahwa system
ventilasi udara ruangan hotcell ZG-102 dalam kondisi bertekanan negative. Dengan demikian
ketika man hole dibuka, aliran udara dari ruangan R-143 akan menuju ke green house dan
selanjutnya menuju ke ruangan hotcell. Adapaun untuk mencegah kontaminasi di R-143,
maka setiap personil / barang yang keluar dari green house dipantau terhadap kontaminsi
permukaan. Personil/barang yang bebas kontaminasi dapat meninggalkan green house,
sednagkan personil yang terkontaminasi harus didekontaminasi atau barang (missal perlaltan)
yang terkontaminasu dimasukkan ke dalam wadah/kantong plastic sebelum dikeluarkan dari
green house. Semua upayan proteksi radiasi tersebut diatur dan diawasi oleh petugs proteksi
radiasi (PPR).
5. Penanganan limbah di luar hotcell
Tingkat laju paparan radiasi limbah yang diukur saat dikeluarkan dari hotcell menentukan
drum/wadah libah yang akan dipakai untuk pengemasan limbah. Untuk limbah bahan yang
terkontaminsi dikemas ke dalam drum/wadah limbah tidak berperisai (volume 100 liter),
sedangkan limbah radioaktif berupa serpihan pemotongan yang tingkat radiasinya tinggi
dikemas kedalam drum/wadah yang telah diberi perisai lempengan Pb atau wadah container
Pb (volume 1 liter). Pengemasan limbah radiasi tinggi ke dalam drum/wadah diatur agar laju
paparan radiasi pada permukaan kemasan drum/wadah limbah tidak lebihdari 2 mSv/jam
yang merupakan persyaratan transportasi limbah (khususnya limbah radioaktif berupa
serpihan didalam kantong-kantong nylon) harus dikurangi sampai persyaratan tersebut
terpenuhi. Pengemasn juga diatur berdasarkan fisik limbah, yaitu limbah padat dapat terbakar
atau tidak dapat terbakar , terkompaksi atau tidak terkompaksi.
Drum/wadah limbah yang telah dikemas diberi label yang memuat data nomor kode limbah,
tanggal pengemasan, laju paparan radisi permukaan wadah limbah, berat bruto limbah dan
lainnya. Kemasan wadah limbah didokumentsikan sebagai data untuk Sistem Akuntasi
Limbah Terpadu (SALT) dan kemudian drum/wadah limbah dapat dikirim ke ruangan
penampungan limbah padat di IRM atau dikirim ke IPLR untuk limbah yang telah memenuhi
transportasi.

Anda mungkin juga menyukai