OLEH:
1. DEWI ANGGITA
2. OLINTIA MARTHA LENA ROSA (1401112)
3. LOVINA ALDELYN
4. WULAN HARDIANTI
SI-VIC
Dosen :
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari
atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan
tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah electron,
Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah
contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada
lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat terjadinya pergeseran
lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x,
Penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan radiokimia untuk membuat obat yang
(terapi) penyakit yang diidap oleh pasien. Senyawa kimia atau obat, yang salah satu atom
penyembuhan (terapi) suatu penyakit dan dapat diberikan ke pasien secara oral,
parenteral, dan inhalasi disebut sebagai radiofarmaka. Sedangkan untuk bidang keahlian
(radiofarmaka) untuk tujuan diagnosa dan terapi suatu penyakit disebut kedokteran nuklir.
1.2 Rumusan masalah
dibutuhkan?
6. Apa saja peralatan penyimpanan radiofarmaka?
7. Bagaimana perizinan penyimpanan radiofarmaka?
8. Bagaimana data penyimpanan radiofarmaka?
9. Bagaimana pembelian isotop, penyimpanan, pembuangan limbah cair?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proteksi radiasi
2. Mengetahui prinsip proteksi radiasi dan dosis toleransi maksimum
3. Mengetahui bagaimana prosedur diagnosis dan terapi
4. Mengetahui dan memahami bagaimana fasilitas, daerah kerja, ruangan laboratorium,
daerah pengukuran
5. Mengetahui peralatan penyimpanan radiofarmaka
6. Mengetahui bagaimana perizinan penyimpanan radiofarmaka
7. Mengetahui data penyimpanan radiofarmaka
8. Mengetahui bagaimana pembelian isotop, penyimpanan, pembuangan limbah cair
BAB II
PEMBAHASAN
peluang terjadinya efek stokastik hingga pada nilai batas yang dapat diterima
masyarakat;
b. Meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan zat radioaktif
Ada 3 asas proteksi radiasi yang telah direkomendasikan oleh International Commission
1. Asas justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada
azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya
disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi
individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul
terhadap kesehatan. Hewan yang memang benar-benar memerlukan uji lanjut dengan
radiografi.
2. Asas optimisasi
Semua penyinaran ahrus diusahakan serendah-rendahnya (as low as
sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi
harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi
melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja
kegiatan yang meliputi kombinasi penerimaan dosis oleh pekerja radiasi maupun
maupun biaya yang murah. Dari tujuan tersebut asas optimisasi sangat menekankan
pada pertimbangan faktor ekonomi dan sosial, tidak semata-mata menekankan pada
rendahnya penerimaan dosis oleh pekerja radiasi maupun masyarakat dengan
menempuh jalan apapun. Sedangkan yang dikenal dengan sebutan ALARA (As Low
oleh badan atau orang yang bertanggung jawab terhadap suatu instalasi radiasi untuk
menurunkan dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi. Meskipun dosis yang
diterima pekerja sudah berada di bawah ambang batas aman menurut asas pembatasan
dosis, namun apabila besarnya dosis yang diterima sekiranya dapat diturunkan lagi,
maka bisa dilakukan penurunan dosis serendah mungkin yang diterima pekerja
radiasi.
Untuk memenuhi azas optimisasi tersebut, di dalam proteksi radiasi telah
radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang
besar. Pengaturan mAs yang tepat, dengan waktu paparan 0,0.. detik lebih baik dari
pada 1 detik. Nilai kVp yang digunakan cukup tinggi sehingga daya tembus dalam
radiografi cukup baik. dengan demikian maka pengulangan radiografi dapat dicegah.
2. Pengaturan jarak yang aman terhadap sumber radiasi dan
Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi ke segala arah. Semakin dekat tubuh
kita dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar.
Pancaran radiasi sebagian akan menjadi pancaran hamburan saat mengenahi materi.
Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang diterima. Untuk
mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman
Pb dsb yang merupakan sarana proteksi radiasi individu. Tidak menghandle hewan
Proteksi terhadap lingkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang
radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses
radiografi.
Pembatasan dosis baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya organisasi
IRCP ). Menurut rekomendasi IRCP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi
tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv pertahun dan rata-rata pertahun selama
lima tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis
( NBD ).
ICRP mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan diterima seseorang sebagai dosis
yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari penyinaran intensif
seketika yang menurut tingkat pengetahuan sekarang ini memberikan kemungkinan yang
dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau cacat genetik.
berturut-turut
b. Dosis efektif sebesar 50 mSv untuk satu tahun.
c. Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 mSv dalam satu tahun,dan
d. Dosis ekivalen pada ekstremitas (tangan dan kaki) atau kulit sebesar 500 mSv
dalam satu tahun (nilai batas dosis ekivalen pada kulit dirata-ratakan untuk luas 1
Untuk siswa dan magang yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang
untuk siswa yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang menggunakan sumber
radiasi dalam studinya, penyinaran radiasi harus diawasi sehingga nilai batas berikut
tidak dilampaui:
dengan syarat bahwa dosis rata-rata selama lima tahun berturut-turut tidak lebih
1. Merupakan jumlah dari dosis radiasi eksterna dan interna, atau salah satu dari
keduanya, yaitu dosis radiasi eksterna saja atau dosis radiasi interna saja;
2. Tidak termasuk penyinaran medik;
3. Tidak termasuk penyinaran radiasi alam.
Di Indonesia besarnya NBD diatur dalam buku Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi,
dengan Surat Keputusan Dirjen Batan No. PN 03/160/DJ/89 diperkuat dengan Surat
Keputusan Kepala Bapeten No. 08 tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi Dalam
turut.
b. Dosis efektif sebesar 50 mSv dalam1 tahun tertentu.
c. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv dalam 1 tahun.
d. Dosis ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv dalam 1 tahun.
2. Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat
a. Dosis efektif sebesar 1 mSv dalam 1 tahun.
b. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv dalam 1 tahun.
c. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv dalam 1 tahun.
keradioaktifan di dalam tubuh. Dua kajian utama dalam pemberian informasi imaging
letak organ atau adanya lesi yang menempati ruang,dan dalam beberapa kasus
mengenai fungsi relatif. Pola distribusi radiofarmaka dalam suatu organ bervariasi dan
tergantung organ yang diamati dan ada atau tidak adanya penyakit.
adalah:
1) Citra ( image ) dalam bentuk hot spots atau adanya keradioaktifan yang
lagi bila fungsi organ berlebihan atau meningkat,maupun pada tingkat yang
atau menurun .
2. Kajian fungsi in vivo
Mengukur fungsi suatu organ atau system didasarkan atas
organ yang sedang diukur. Cara ini tidak memerlukan pencitraan,tetapi analisis dan
beberapa gangguan penyakit pada otak, kelenjar tiroid, jantung, paru-paru, hati, limpa
spesifik. Umumnya, senyawa dalam kelompok ini tidak dapat memasuki otak
melalui sawar darah otak (Blood-brain barrier, BBB) utuh. Namun, pada kondisi
dimana sawar darah otak terganggu oleh kondisi patologi, senyawa ini
sawar darah otak (Blood-brain barrier, BBB) utuh. Hal ini mungkin karena
senyawa ini merupakan kompleks lipofilik netral yang berdifusi secara pasif
ini meliputi senyawa yang tetap ada pada ruang larutan serebospinal setelah
(111In-DTPA).
5. Radiofarmaka untuk pencitraan reseptor otak
Radiofarmaka untuk pencitraan reseptor otak terutama digunakan untuk
penelitian. Komponen reseptor avid yang diberi label 99mTc dan radionuklida
hipertiroidisme dan kanker tiroid, dan pencitraan untuk mendeteksi penyakit dalam
kelenjar tiroid dan deteksi adanya metastasis tiroid dengan memindai seluruh tubuh.
Pemeriksaan yang lazim digunakan dalam kedokteran nuklir untuk mengevaluasi
berguna dalam menentukan dosis terapi 131I yang tepat. Penerapan bersama RAIU dan
penyakit Grave, penyakit Plummer (toxic multinodular goiter) dan tiroiditis subakut.
Untuk mengukur serapan radioiodin, sejumlah kecil radioiodin diberikan per
lebih sering digunakan, karena lebih murah dan lebih mudah diperoleh. Pengukuran
serapan biasanya dilakukan pada jam ke-4 dan jam ke-24 setelah pemberian bahan
ke-4 dan 10 - 35% untuk serapan jam ke-24. Pada orang-orang tertentu yang
mengalami hipertiroid, hasil pemeriksaan serapan jam ke-4 akan lebih besar
daripada serapan jam ke-24. Pada kondisi ini, dapat digunakan dosis 131I yang lebih
besar karena terjadi pengembalian iodin yang lebih cepat dari normal pada kelenjar
tiroidnya.
Pemindaian tiroid
Pemindaian tiroid digunakan untuk menilai fungsi kelenjar berdasarkan
kedalam sel folikel tiroid).Namun hanya iodin yang diatur dan dibentuk kedalam
untuk pemindaian anatomi, namun 123I lebih akurat untuk pemindaian fungsional. 131I
juga dapat digunakan untuk pemindaian tiroid, namun jarang digunakan karena dosis
radiasinya tinggi terhadap kelenjar, sehingga waktu paruhnya panjang mencapai 8,04
karakteristik pemindaian yang baik. Waktu paruhnya pendek sekitar 13 jam, energi
gama (159 keV) yang terdeteksi secara efesien dengan kamera gama, dan tidak
terdapat emisi beta. Namun demikian, 123I-natrium iodida lebih mahal dan sulit
pertehnetat lebih sering dipilih sebagai bahan radioaktif untuk pemindaian tiroid.
Pengobatan Radioiodin
Pengobatan radioiodin merupakan pilihan penting dalam pengobatan
hipertiroidisme akibat penyakit Graves, adenoma toksik tiroid, dan toxic multinodular
berhati-hati untuk meminimalkan paparan radiasi lain. Pasien yang diterapi dengan
dosis lebih besar dari 30mCi (1110 MBq) 131I perlu dirawat di rumah sakit dalam
ruangan khusus dan dimonitor sampai dosis yang terpakai di bawah 30 mCi (1110
MBq), hal ini dapat disesuaikan dan tergantung pada kondisi spesifik masing-masing
pasien.
c. JANTUNG
Pemeriksaan kedokteran nuklir klinis, sekarang ini pada umumnya
empat kelompok utama yaitu (1) bahan perfusi untuk memeriksa aliran darah arteri
koroner dan iskemik, (2) bahan pengumpul darah untuk memeriksa fungsi
jantung, (3)bahan untuk memeriksa infark miokard, dan (4) bahan metabolisme untuk
menilai viabilitas miokard. Bahan utama yang digunakan dalam pencitraan SPECT
adalah sel darah merah berlabel 99mTc untuk pemeriksaan pengumpul darah, 201Tl-
bahan ini tetap tersedia pada daerah farmasi nuklir PET. Bahan lain yang digunakan
pada pencitraan PET antara lain 82Rb-rubidium klorida, 15O-air, dan 13N-amonia untuk
99mTc-albumin
Bahan infark-avid
99mTc-tetrofosmin 11C-asetat
99mTc-teboroksim 11C-palmitat
[Tc-N-(NOEt)2]
d. PARU-PARU
Radiofarmaka untuk pencitraan paru-paru dapat dibagi menjadi dua kelompok
utama, bahan perfusi paru, dan bahan ventilasi paru.Pencitraan untuk melihat fungsi
paru-paru dalam kedokteran nuklir dilakukan untuk mengevaluasi fungsi ventilasi dan
perfusi paru. Fungsi ini dapat dilihat dengan melakukan inspirasi gas inert seperti
Xenon 133Xe atau aeorosol berlabel radioaktif seperti99mTc-DTPA. Indikasi pencitraan
ventilasi dan perfusi paru terutama untuk pemeriksaan pasien yang diduga mengalami
embolisme paru akut. Indikasi lainnya adalah pemeriksaan pasien transplantasi paru
obstruksi paru kronis, dan pemeriksaan fungsi paru diferensial sebelum operasi
dan ultrasound lazim dipakai untuk memeriksa anatomi hati, sistem hepatobilier dan
pengosongan lambung.
Radiofarmaka technetium yang pada awalnya dirancang untuk pemeriksaan hati
dan limpa, sekarang digunakan juga untuk pemeriksaan fungsi saluran cerna,
adalah 99mTc - koloid sulfur dan 99mTc - Sel darah merah. Penggunaan 99mTc - koloid
sulfur untuk perdarahan dengan kondisi bersihan darah cepat, perbandingan target-
background ratio), dan untuk perdarahan intermiten (perdarahan yang kadang muncul
kadang tidak)
f. GINJAL
Metode scintigraphy
telah dikembangkan untuk menilai fungsi glomerolus dan tubulus ginjal, untuk
mendeteksi keberadaan tumor atau kista, dan juga untuk mengukur fungsi relatif
antara kedua ginjal kiri dan kanan. Selain itu, scintigraphy ginjal
berperan penting dalam evaluasi perfusi ginjal, fungsi ginjal, dan pada kasus tertentu
prinsip yang berhubungan dengan bahan radioaktif yang digunakan untuk memeriksa
bersihan ginjal, yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi bahan radioaktif untuk
memeriksa GFR dan bahan radioaktif untuk memeriksa fungsi tubulus; dan prinsip
yang berhubungan dengan bahan radioaktif untuk melakukan pencitraan ginjal yang
kegunaannya.
a) Injeksi Technetium Tc 99m Pentetat (99mTc-DTPA)
Bahan ini digunakan untuk mengevaluasi aliran darah gross ke ginjal dan
bermanfaat untuk menilai fungsi relatif ginjal kanan dan ginjal kiri.
c) Injeksi Technetium Tc 99m Gluseptat (99mTc-GH)
Digunakan untuk mengevaluasi perfusi renal, gangguan uropati, fungsi relatif
penyakit metastase, infeksi, dan luka trauma. Keunggulan dari pencitraan tulang
adalah sensitivitasnya yang tinggi, sehingga dimanfaatkan untuk menilai lesi patologis
adalah 99m Tc-difosfonat seperti 99m Tc-MDP (methylene diphosphonate) dan 99m Tc-
HDP (99m Tc-oxydronate). Dosis untuk pencitraan tulang dan distribusi dosis lazim
dewasa 99m TC-HDP atau 99m TC-MDP adalah 20 mCi (740 MBq) melalui rute
injeksi untuk memberikan waktu plasma dan latar belakang aktivitas jaringan yang
akan ditampilkan. Sekitar 40% sampai 50% dari dosis yang diinjeksikan, terlokalisasi
mCi (740 sampai 1110 MBq) melalui intravena. Pada anak, dosis ditentukan
berdasarkan berat badan, biasanya 250-300 Ci/kg (9,25 11,1 MBq/kg) dengan
minimum 1-2,5 mCi (37-92,5 MBq). Jika terdapat kontraindikasi, pasien harus dalam
badan pengawas tenaga nuklir nomor 17 tahun 2012 tentang keselamatan radiasi
yang baik terhadap pekerja, dan lingkungan hidup. Persyaratan fasilitas tergantung
pada kategori laboratorium. Fasilitas harus disesuaikan dengan sifat Radiofarmaka
dan dikondisikan sehingga Radiofarmaka yang diberikan melalui injeksi tetap steril.
untuk meminimalkan timbulnya bahaya radiasi eksternal, dan bahaya radiasi internal
dan mikrobiologi.
Lingkungan juga harus diproteksi dari pelepasan radionuklida yang berasal
dari Radiofarmaka. Sebagian besar sumber radioaktif yang ditangani dalam bentuk
baik dan menghindari pengangkutan zat radioaktif yang tidak semestinya ke dalam
Instalasi Kedokteran Nuklir. Perhatian utama harus diberikan pada lokasi Instalasi
Kedokteran Nuklir terkait dengan fasilitas lain di sekitarnya. Dalam hal penggunaan
daerah ruang tunggu pasien, dan kantor. Penting pula untuk mempertimbangkan
apakah terdapat daerah kerja di atas atau di bawah Instalasi Kedokteran Nuklir,
dengan tujuan untuk menghindari Paparan Radiasi yang tidak perlu terhadap orang
yang bekerja di daerah tersebut. Dalam keadaan apapun, akses ke dalam ruang
Radiofarmaka harus dibatasi. Untuk pertimbangan keamanan, Instalasi Kedokteran
bangku, meja, kursi, harus dibuat licin, dengan bahan yang kedap dan tidak mudah
Permukaan lantai dan bangku harus menyatu dan melekat pada dinding untuk
padat sejenisnya. Perisai dapat menyatu dengan dinding ruangan secara keseluruhan
atau dapat dipasang pada sisi tertentu yang memiliki laju dosis tertinggi. Hal ini
berarti bahwa lantai, kursi, dan permukaan tempat kerja lain harus cukup kuat untuk
menahan beban perisai. Hal yang sangat penting adalah laju dosis di luar ruangan,
khususnya di daerah di mana publik dapat mengakses daerah tersebut, harus di bawah
yang hati-hati. Meskipun generator 99mTc memiliki perisai internal, perisai eksternal
aktivitas molybdenum.
Jenis-jenis Radiofarmaka yang disiapkan akan mempengaruhi skala dan
penggunaannya. Fasilitas harus dipantau secara teratur dan harus dipelihara dalam
generator yang paling umum digunakan adalah Molybdate-99 ( 99Mo), yang diserap
dilakukan dengan menggunakan tabung kecil kosong steril terhadap 99mTc yang
dihasilkan dari generator sehingga pekerja tidak harus sedekat mungkin dengan
generator selama proses elusi berlangsung. Selain itu, dapat juga digunakan teknik
tabung kecil yang steril untuk menghasilkan Radiofarmaka yang dibutuhkan. Proses
untuk menyaring aliran udara yang akan menuju ke dalam daerah kerja.
(HEPA) yang berefisiensi tinggi akan mengurangi kontaminasi udara sampai pada
tingkat yang dapat diterima di dalam daerah kerja. Perlengkapan tambahan tertentu
(telah dipublikasikan di Eropa dan Amerika) adalah 3500 partikel per meter kubik,
dalam lemari harus dibuat dari bahan kedap air yang mudah dibersihkan dan tidak
berdasarkan daerah kerja. Cara ini akan mencegah keluar masuknya udara melewati
pekerja. Hal ini mengharuskan adanya keseimbangan aliran udara yang disirkulasi
ulang keluar ke atmosfer. Aliran udara akan diarahkan ke dalam kabinet, sehingga
akan memberikan proteksi terhadap pekerja dari zat radioaktif yang mudah menguap
atau berbentuk aerosol. Salah satu alternatif adalah menggunakan filter udara di
tempat kerja secara menyeluruh, dan melengkapi pekerja dengan sarung tangan.
airbon pada saat tekanan di dalam ruangan lebih rendah daripada di luar. Udara yang
dialirkan menuju lingkungan luar harus melalui filter yang mencegah terlepasnya
ruangan tempat kerja dengan menyaring udara dalam ruangan dan akses ke dalam
ruang tersebut harus dikendalikan. Pekerja harus memakai pakaian pelindung, untuk
melindungi diri dari kontaminasi radioaktif dan juga untuk mengurangi jumlah
partikel yang menyebar ke lingkungan, terutama dari kulit, rambut, dan pakaian.
Adanya ruang ganti terpisah yang memiliki pembatas atau alat pembatas lain
merupakan cara yang sangat berguna untuk mengendalikan akses ke dalam ruangan.
Barang-barang yang berukuran kecil sebisa mungkin harus disimpan dalam
dalam laboratorium melalui suatu lubang antar ruang (hatch) bila diperlukan.
Meskipun Instalasi Kedokteran Nuklir dilengkapi berbagai fasilitas untuk
mencuci tangan dan pembuangan limbah radioaktif cair, perhatian harus diberikan
radioaktif ke bagian-bagian tubuh yang lain khususnya mata. Dalam situasi dimana
(curie meter) sehingga aktivitas seluruh radionuklida dapat diukur secara akurat.
Selain itu, isotop kalibrator (contohnya 137Cs) diperlukan untuk memastikan
kehandalan kalibrator.
Daerah penyimpanan diperlukan untuk zat radioaktif, sebagaimana untuk
dilakukan dalam lemari asam (fume hood), dengan aliran udara mengalir menjauhi
posisi pekerja. Kecepatan alirannya tidak kurang dari 0,5 m/detik, untuk
sampel darah lain dalam Radiofarmaka dari kontaminasi darah yang dilabel. Hal itu
dapat dicapai dengan pemisahan tempat pelabelan yang dapat dibersihkan sewaktu-
waktu, dan dapat dilakukan desinfektan setelah proses labeling darah sehingga
diperhatikan jalur masuk, alur keluar masuk pasien dan staf harus dipisahkan dari
ruang yang digunakan untuk menangani zat radioaktif. Untuk menangani bahan non
radioaktif dan tidak berbahaya, diperlukan kabinet yang di dalamnya mengalir udara
secara horizontal dari belakang kabinet, di atas bahan yang sedang diproses, dan
Namun, disain seperti itu tidak sesuai untuk penanganan zat radioaktif.
1. Semua radiofarmaka hendaklah ditangani dalam lemari asam, glove boxes atau hot
2. Glove boxes hendaklah dilengkapi dengan perisai yang memadai dan fasilitas remote
handling.
3. Pemasukan bahan ke dalam glove boxes atau hot cells dan pengeluaran produk
4. Pemindahan, penyimpanan dan penanganan zat radioaktif di luar glove boxes atau hot
cells hendaklah dilakukan dengan perisai yang memadai dan alat remote handling
6. Glove boxes atau hot cells hendaklah dilengkapi dengan ventilasi yang tepat untuk
7. Mutu udara pada peralatan tersebut hendaklah memenuhi persyaratan CPOB untuk
a. Hot cells, hendaklah dijaga kebersihannya sesuai jenis produk yang diproses.
9. Semua peralatan lain hendaklah dipilih untuk menjaga mutu udara selama
pengoperasian.
radioaktif;
c. Pemantauan personil
dan aktinida dalam paru-paru paling sedikit satu kali dalam setahun
e. Dalam hal terjadi kontaminasi, langkah seperti yang diuraikan dalam prosedur
dan Keselamatan, Butir 148. Produksi produk radioaktif yang berbeda dalam
ruang yang sama dan pada waktu yang sama hendaklah dihindarkan untuk
11. Validasi proses, pengawasan selama-proses serta pemantauan parameter proses dan
keputusan untuk meluluskan atau menolak bets produk sebelum semua pengujian
mutu selesai.
12. Prosedur tetap (Protap) harus tersedia untuk semua kegiatan. Protap untuk pembuatan
produk hendaklah dikaji secara berkala dan dibuat terkini. Semua data tahapan kritis
yang dimasukkan operator ke catatan bets hendaklah diperiksa secara terpisah oleh
pemasok, orisinal bahan dan apabila berlaku, metode pembuatan dan pengendalian
mutu yang digunakan untuk memastikan ketepatan penggunaan dari bahan tersebut.
Produk jadi diluluskan hanya apabila hasil uji bahan awal memenuhi syarat.
14. Berbagai jenis peralatan digunakan untuk pembuatan radiofarmaka. Secara umum,
satu atau beberapa produk yang bertanda radionuklida sama sehingga kontaminasi
silang radioaktif dapat dihindarkan. Masa pakai (life span) kolom hendaklah
kit.
15. Hendaklah disusun suatu daftar peralatan kritis seperti timbangan, oven
depirogenisasi, kalibrator dosis, filter sterilisasi dan lain lain, di mana kesalahan
pembacaan atau fungsi pada alat dapat membahayakan pasien yang mendapatkan
produk jadi radiofarmaka. Peralatan tersebut hendaklah dikalibrasi dan diuji pada
interval waktu yang teratur serta hendaklah diperiksa kondisinya tiap hari atau
sebelum proses produksi mulai. Hasil pemeriksaan dicatat dalam buku log.
16. Peralatan khusus untuk pengukuran bahan radioaktif dibutuhkan, demikian juga baku
kurang dari atau sama dengan 1 mSv (100 mRem) dalam satu tahun.
lebih dari 1 mSv (100 mrem) tapi kurang dari 6 mSv (600 mrem)
dalam satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai batas dosis organ yang
sesuai.
satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai batas dosis organ
yang sesuai.
atau lebih dalam satu tahun atau nilai yang sesuai terhadap
Radioaktif di udara.
data dari hasil yang diukurpun disesuaikan dengan keperluannya. Tiga maksud dari
1. Pengukuran Keselamatan
Pengukuran Keselamatan adalah untuk menunjukkan bahaya nyata langsung
atau tidak langsung di lokasi tertentu atau keberadaan kelompok nyata personel yang
dan bila melebihi batas tertentu harus dapat diambil tindakan yang sesuai dengan
2. Pengukuran Kontrol
pengukuran tidak melebihi batasan yang diizinkan. Hasil nilai pengukuran mengacu
pada batasan dan bahaya jangka panjang. Hal ini untuk mengetahui efek jangka
pendek dan lokal, yang menjadi dasar penilaian keselamatan, batas ini biasanya berisi
hanya konsentrasi maksimum yang diizinkan untuk nuklida kritis tertentu belum
lebih akurat diperlukan dalam rangka untuk menilai potensi bahaya yang ada.
3. Pengukuran Statistik
Pengukuran statistik adalah untuk mengukur konsentrasi radioaktif yang
mungkin dapat menyebabkan bahaya radiasi bagi pekerja radiasi, terlepas dari apakah
ditetapkan syarat- syarat untuk tempat kerja atau laboratorium. Tipe laboratorium
dengan radiotoksisitas sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah harus mempunyai
a. Bangunan didirikan di tempat yang bebas dari bahaya banjir dengan konstruksi tahan
dibersihkan.
f. Untuk laboratorium tipe C, lantai harus licin dan kuat, tahan serap dan mudah diganti
(dilapisi) dengan polivinil khlorida atau linoleum. Tempat kerja harus kuat dibebani
penahan radiasi yang berat, mempunyai permukaan yang tahan serap, tahan asam dan
basa.
g. Setiap tempat kerja dengan zat radioaktif dalam laboratorium tipe A,B,C harus
mudah pecah.
2. Untuk daerah pengendalian, dihubungkan langsung dengan pipa pembuangan utama,
barang yang memungkinkan penimbunan debu seperti laci, rak dan lampu gantung
radiasi rendah ke daerah radiasi yang lebih tinggi, dan akhirnya dibuang ke luar
segala keadaan udara tidak dapat keluar dari lemari asap ke tempat kerja.
3. Aliran gas, air dan kenop listrik dapat diatur dari bagian luar lemari. Bagian dalam
Kolimator LEHR
Sensitivity) dan/atau
3 counter
ECG synchronizer Automatic synchronizer dengan kamera 1 buah
gamma
5 (hot cell)
Treadmill/ergocycle Automatic 1buah
6 Alat pengukur Printer 1 buah
kebutuhan
Apron seluruh badan 1 buah
Sarung tangan Pb 1 buah
2. Limbah B3 kebutuh
Sesuai
berlaku kebutuh
2.9 Perizinan
di Indonesia, agar dengan demikian kegiatan tersebut dapat diawasi dan dipantau
lingkungan hidup.
2. Untuk mengetahui apakah pemohon izin benar-benar mampu melaksanakan
direncanakannya.
1. Tujuan Diagnostik
a. Permohonan Izin Baru
1) Formulir permohonan diisi rangkap 2 (dua)
2) Melampirkan bukti pembelian atau bukti pemilikan dari penjual
1988).
3) Melampirkan denah ruangan secara lengkap dan jelas (p x l x t)
1988).
3) Melampirkan denah ruangan secara lengkap dan jelas (p x l x t)
dilampirkan.
h. Sertifikat kalibrasi keluaran sumber radiasi.
i. Mempunyai monitor perorangan.
3. Tujuan Kedokteran Nuklir
a. Mengisi formulir rangkap 2 (dua). Dari formulir sudah dapat digambarkan keadaan
Unit Kedokteran Nuklir tersebut termasuk denah, susunan ruangan, peralatan yang
2.10 Data
1. Rekaman meliputi:
a. data inventarisasi peralatan Kedokteran Nuklir;
data spesifikasi teknis peralatan Kedokteran Nuklir;
penggantian zat radioaktif untuk kalibrasi peralatan Kedokteran Nuklir; dan
perlengkapan Proteksi Radiasi.
b. data inventarisasi radionuklida dan/atau Radiofarmaka;
c. dosis Radiasi yang diterima Pekerja Radiasi;
d. hasil kalibrasi alat ukur Radiasi;
e. hasil pencarian fakta terhadap Kecelakaan Radiasi;
f. hasil kaji ulang program proteksi dan keselamatan radiasi;
g. hasil verifikasi keselamatan;
h. pelatihan yang memuat informasi:
nama personil yang mengikuti pelatihan;
tanggal dan jangka waktu pelatihan;
topik yang diberikan; dan
fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan.
i. hasil pemantauan kesehatan Pekerja Radiasi
j. hasil pemantauan Radiasi pasien setelah menjalani terapi;
k. perawatan dan perbaikan peralatan kedokteran nuklir;
l. penyimpanan sementara radionuklida dan/atau Radiofarmaka; dan
m. penanganan limbah radioaktif.
2. Laporan
Pemegang Izin harus menyampaikan kepada Kepala BAPETEN mengenai:
pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi;
pelaksanaan verifikasi Keselamatan Radiasi; dan
pencarian fakta mengenai Paparan Darurat akibat Kecelakaan Radiasi.
Laporan harus dibuat secara tertulis oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Laporan pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi dan
Kecelakaan Radiasi.
2.11 Pembelian Isotop, Penyimpanan dan Pembuangan Limbah Cair
Pembelian isotop
sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang
(SNI) atau standar lain yang tertelusur, yang diterbitkan oleh pihak berwenang
Penyimpanan Isotop
Isotop harus disimpan dalam suatu tempat yang dibuat tertutup sehinggapenyinaran
menahan isi wadah dalam, kecuali sudah tidak ada kemungkinan lagi bahwa
berwenang.
Pembuangan Limbah Cair
Limbah cair yang tidak terkontaminasi yang berasal dari limbah sanitasi, buangan air
hujan dan proses lain dari instalasi nuklir dibuang ke saluran pembuangan air hujan
Limbah cair yang di bawah batas pelepasan dapat dibuang ke lingkungan. Pelepasan
limbah cair oleh fasilitas di bawah pengawasan Bidang Keselamatan dan Lingkungan - PTLR
Limbah cair yang mengandung zat radioaktif dalam jumlah yang lebih besar dari
batas baku tingkat radioaktivitas lingkungan, tidak dibuang ke saluran pembuangan. Limbah
cair ini ditampung dalam wadah penampungan sesuai jenis dan tingkat aktivitasnya.
Penghasil limbah tidak diperkenankan untuk melakukan pengenceran limbah cair yang
penyimpanan adalah tanggung jawab peng-hasil limbah. Limbah cair radioaktif dalam wadah
ini akan diam-bil oleh petugas pengolahan limbah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
ditetapkan. Limbah dibawa dengan angkut-an khusus (truk tangki limbah cair) ke tempat
pengolahan limbah setelah dilakukan koordinasi. Secara umum limbah yang ditampung
b. Asal limbah
c. Volume larutan/berat.
d. Paparan radiasi.
e. Keasaman/pH
f. Konduktivitas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sasaran utama dari pengembangan konsep proteksi radiasi adalah proteksi manusia
dan lingkungan terhadap efek merusak paparan radiasi tanpa terlalu membatasi pemanfaatan
tenaga nuklir yang dapat terkait paparan tersebut. Proteksi radiasi berkaitan dengan dua jenis
efek berbahaya. Dosis tinggi menyebabkan efek deterministik yang hanya terlihat bila dosis
tersebut melebihi suatu batas ambang. Sedangkan dosis tinggi dan rendah dapat
menyebabkan efek stokastik (kanker atau efek keturunan) yang dapat meningkat secara
statistik dan setelah paparan ada periode laten yang lama sebelum efek muncul.
Menurut rekomendasi IRCP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi
tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv pertahun dan rata-rata pertahun selama
lima tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis
(NBD).
tiga kategori yaitu prosedur imaging atau pencitraan, kajian fungsi in vivo, dan prosedur
terapi. Fasilitas penyiapan dan penyimpanan Radiofarmaka harus memiliki proteksi yang
baik terhadap pekerja, dan lingkungan hidup. Persyaratan fasilitas tergantung pada kategori
3.2 Saran
Karena keterbatasan pengetahuan serta referensi, maka saya menyarankan kepada para
pembaca tidak hanya menjadikan makalah ini sebagai panduan tapi sebaiknya dilengkapi dari
DAFTAR PUSTAKA
Serpong,2010.
Leswara ND, Buku Ajar Radiofarmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008.