Anda di halaman 1dari 6

Pengelolaan Radiasi Lingkungan

Tugas Individu Proteksi Radiasi

Disusun Oleh :

Rafli Teguh Imani Putra

P23133117079

Dosen Pembimbing:

Agus Riyanto, SKM, MKM (AR)

Dr. Nursama Heru Apriyanto, Ssi, Msi (NHA)

Tingkat 3 STR B Kesehatan Lingkungan


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jalan Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120 Tlp.021-7397641, 7397643
Fax.62 (021)7397769
1. Proteksi Radiasi
Proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang
terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion, sementara
kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap dapat
dilaksanakan. Atau mengurangi pengaruh Radiasi yang merusak akibat Paparan
Radiasi

2. Prinsip Dasar Proteksi Radiasi

Ada tiga prinsip dasar dalam proteksi terhadap radiasi untuk melindungi
manusia baik itu pekerja nuklir maupun publik:

 Justifikasi: Justifikasi menyatakan bahwa TIDAK BOLEH ada paparan


radiasi kepada manusia kecuali jika ada alasan yang membenarkannya.
Atau dengan kata yang lebih mudah dicerna, “manfaat radiasi nuklir
harus lebih besar daripada mudharat yang ditimbulkannya”.

 Optimasi: Optimasi terkait dengan kegiatan, proses atau metode yang


digunakan agar sistem proteksi mereduksi resiko radiasi SEMINIMAL
mungkin baik itu terhadap publik maupun pekerja dengan
memperhitungkan faktor teknis, ekonomis dan sosial. Terkait dengan
prinsip optimasi ini, dalam kegiatan terkait nuklir sering dikenal istilah
ALARA atau As Low As Reasonably Achievable. Secara ideal, tidak boleh
ada paparan radiasi (lihat prinsip justifikasi di atas), tetapi seandainya
mau tidak mau ada paparan radiasi, maka jumlahnya harus seminimal
mungkin.
 Limitasi: Dari prinsip optimasi, paparan radiasi harus seminimal
mungkin. Secara kuantitatif berapa? Nah, ini yang menjadi prinsip yang
ketiga. Limitasi menyatakan bahwa dosis efektif terhadap individu harus
DIBATASI sesuai dengan ambang dosis yang direkomendasikan, sehingga
paparan radiasi yang mengenai manusia tidak memberikan efek apapun
baik itu yang bersifat deterministik (seperti rusaknya sel darah merah,
gonad) maupun yang bersifat probabilistik (misal resiko timbulnya
kanker).

3. Waktu Paruh

Peluruhan inti radioaktif (radionuklida) merupakan peristiwa statistik, oleh karena itu
tidak bisa diperkirakan inti mana yang akan meluruh pada waktu berikutnya, tetapi untuk
suatu kumpulan inti, dapat diperkirakan kebolehjadian terjadinya peluruhan. Secara
matematis, jumlah peluruhan radionuklida per satuan waktu sebanding dengan hasil perkalian
jumlah atom pada waktu tertentu dengan konstanta peluruhan.

Jika, N adalah jumlah inti yang tidak meluruh dalam waktu t, dN adalah jumlah inti
yang akan meluruh, dan N0 adalah jumlah inti pada t = 0, maka didapat persamaan sebagai
berikut,

dN/dt = - l N
N = N0 e-l t
(1/2) N0 = N0 (-l T)
l = 0,693/ t½

4. ALARA ( as low as reasonably achieveable )


 Menggunakan Pelindung (Shielding)
Penggunaan perisai/pelindung berupa apron berlapis Pb, glove Pb, kaca mata Pb dsb
yang merupakan sarana proteksi radiasi individu. Tidak menghandle hewan secara
langsung, hewan dapat disedasi atau bila perlu dianestesi.
Proteksi terhadap lingkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang
radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses
radiografi.
 Menjaga Jarak
Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi ke segala arah. Semakin dekat tubuh kita
dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar.
Pancaran radiasi sebagian akan menjadi pancaran hamburan saat mengenahi materi.
Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang diterima. Untuk
mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman
dari sumber radiasi.
 Mempersingkat Waktu Paparan
Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber
radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang
besar. Pengaturan mAs yang tepat, dengan waktu paparan 0,0.. detik lebih baik dari
pada 1 detik. Nilai kVp yang digunakan cukup tinggi sehingga daya tembus dalam
radiografi cukup baik. dengan demikian maka pengulangan radiografi dapat dicegah.

5. Peraturan Pembatasan Dosis bagi Pekerja dan Masyarakat Umum.


Ketentuan Keselamatan Radiasi tertuang dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 63 tahun 2000 mengenai ”Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan
Radiasi Pengion”. Secara umum PP ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Didalamnya diatur tidak saja
keselamatan kerja, tetapi juga keselamatan masyarakat dan lingkungan hidup serta
tanggung jawab dan kewenangan Badan Pengawas, penguasa instalasi, petugas proteksi
radiasi, serta pekerja radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir sesuai dengan pola kerja
yang selalu melaksanakan budaya keselamatan (safety culture), sehingga jelas siapa yang
bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam pemanfaatan
tersebut. Sasaran PP adalah terwujudnya situasi agar setiap pemanfaatan tenaga nuklir
berwawasan keselamatan dan lingkungan. Pemanfaatan tenaga nuklir secara positif dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta turut mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti halnya teknologi yang
lain, teknologi nuklir juga memiliki potensi bahaya. Tenaga nuklir di samping
mempunyai manfaat yang cukup besar dalam berbagai aplikasi antara lain di bidang
industri, pertanian, kesehatan, hidrologi, energi, pendidikan, penelitian dan bidang
lainnya, juga mempunyai potensi bahaya radiasi yang cukup besar, sehingga pemanfaatan
ini harus berwawasan keselamatan yaitu dengan membuat peraturan yang ketat dan
dilaksanakan dengan seksama serta dilakukan pengawasan agar potensi itu tidak menjadi
kenyataan. Mengingat potensi bahaya radiasi yang besar dalam pemanfaatan tenaga
nuklir, dan belajar dari peristiwa kecelakaan nuklir di berbagai belahan dunia, ternyata
kesalahan tidak hanya pada operator tetapi juga melibatkan semua tingkat manajemen,
maka dalam setiap langkah kegiatan, faktor keselamatan harus diutamakan. Oleh karena
itu budaya keselamatan merupakan suatu hal yang penting sehingga harus menjadi
sasaran yang ingin diwujudkan dalam pemanfaatan tenaga nuklir yaitu sikap mental yang
mempunyai rasa tanggung jawab dan komitmen seluruh jajaran perusahaan/instansi mulai
dari pejabat tertinggi sampai dengan pekerja paling rendah. Ketentuan keselamatan kerja
terhadap radiasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) mengacu kepada ketentuan
yang berlaku secara internasional, yaitu ketentuan yang diterbitkan oleh International
Atomic Energy Agency dan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Komisi Internasional
tentang Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection atau
ICRP). Sistem pembatasan dosis untuk setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan
penerimaan dosis oleh seseorang yang direkomendasikan oleh ICRP didasarkan pada 3
asas yaitu justifikasi, optimisasi dan limitasi yang akan dipaparkan lebih lanjut.
Ketentuan-ketentuan dalam PP juga berlaku terhadap pemanfaatan tenaga nuklir baik di
instalasi nuklir maupun di instalasi radiasi pengion dan hal ini tidak berlaku terhadap
keselamatan dalam pengangkutan zat radioaktif dan pengelolaan limbah radioaktif karena
kedua hal tersebut diatur dalam peraturan tersendiri.


Daftar Pustaka

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1937-2014.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_radiasi
http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/index.php/the-news/99-prinsip-dasar-
penggunaan-radiasi-dalam-radiodiagnostik

https://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/01/04/08-01-01-04.html

https://radiopaedia.org/articles/as-low-as-reasonably-achievable-alara

https://media.neliti.com/media/publications/242212-sangat-penting-pemeriksaan-
kesehatan-pek-f70b4297.pdf
https://www.google.com/search?ie=UTF-8&source=android-
browser&q=prinsip+dasar+proteksi+radiasi

Anda mungkin juga menyukai