Anda di halaman 1dari 9

NAMA : SAID DICKY AULA PUTRA

NIM : P319076
KELAS : B
SEMESTER : 5
KESELAMATAN KERJA
PADA RADIASI
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan
dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kejadian atau paparan. Yang termasuk ke dalam risiko adalah perilaku bekerja,
higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan
risiko gangguan pada kesehatan.
Tingginya penggunaan radiasi untuk kegiatan medis merupakan kontribusi
kedua terbesar sumber radiasi yang kita terima, dimana selain memberikan
manfaat, juga dapat menyebabkan bahaya baik bagi pekerja radiasi, masyarakat,
maupun lingkungan sekitar. Sehingga pelayanan radiologi harus memperhatikan
aspek keselamatan kerja radiasi
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN RADIASI
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.8 tahun 2011 tentang
Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensial, keselamatan radiasi sinar-X memiliki beberapa elemen penting yang
diaplikasikan sebagai dasar terbentuknya Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi (SMKR)
diantaranya :
1.Personil atau pekerja radiasi yang bekerja si Instalasi Radiologi Diagnostik dan
Intervensional, yang sesuai dengan pesawat sinar-X yang digunakan dan tujuan penggunaan
antara lain :
Dokter Spesialis Radiologi adalah dokter dengan spesialisasi dibidang radiologi yang
menggunakan radiasi pengion dan non pengion untuk membuat diagnosis dan melakukan
terapi intervensi
Fisikawan Medis merupkan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam bidang
fisika medik dan klinik dasar
Petugas Proteksi Radiasi yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan oleh BAPETEN
dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi.
Radiografer, tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan diberikan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab secara penih melakukan kegiatan Radiologi Diagnostik dan
Intervensional.
2. Pelatihan Proteksi Radiasi, yang diselenggarakan oleh pihak pemegang izin, yang paling kurang mencakup materi :

−Peraturan perundang-undangan ketenaganukliran


−Sumber radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir
−Efek biologi radiasi
−Satuan dan besaran radiasi
−Prinsip proteksi dan keselamatan radiasi
−Alat ukur radiasi
−Tindakan dalam keadaan darurat
Pelatihan proteksi radiasi bagi pekerja radiasi berguna agar :
−Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan radiasi
−Melaksanakan petunjuk pelaksanaan kerja yang telah disusun oleh petugas proteksi radiasi dengan benar
−Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang disarankan dan diduga akibat penyinaran lebih atau masuknya
radioaktif ke dalam tubuh
−Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamatan kerja yang tersedia serta bertindak hati-hati, aman dan disiplin
untuk melindungi baik dirinya sendiri maupun pekerjaan lain.
−Melaporkan kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada petugas proteksi radiasi.
3.Pemantulan kesehatan, dilakukan untuk pekerja radiasi yang dimulai dari sebelum bekerja, selama
bekerja, dan akan memutuskan hubungan kerja. Sedikitnya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara
berkala sekali dalam satu tahun. Pemantulan kesehatan bagi pekerja pelaksanaannya dapat melalui
pemeriksaan kesehatan konselin dan atau penata laksanaan kesehatan pekerja yang mendapat paparan
radiasi berlebih.
4.Peralatan proteksi radiasi, terdiri dari 6 macam peralatan, yaitu ;
Apron/celemek : yang setara dengan 0,2 mm (nol koma dua milimeter) Pb, atau 0,25 mm Pb untuk
Penggunaan pesawat sinar-X Radiologi Diagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat
sinar-X Radiologi Intervensional. Dengan menggunakannya maka sebagian besar dari tubuh dapat
terlindungi dari bahaya radiasi.
Gambar 3.1 Apron

Tabir radiasi/shielding portable : Tabir yang harus dilapisi dengan bahan yang setara dengan 1 mm
Pb. Ukuran tabir adalah sebagai berikut : tinggi 2 m, dan lebar 1 m, yang dilengkapi dengan kaca intip
Pb yang setara dengan 1 mm Pb, digunakan pada saaat pekerja melakukan mobile X-ray diruangan
intensive care.

Gambar 3.2 Tabir radiasi


Kacamata Pb ini terbuat dari timbal dengan daya serat setara dengan 1 mm Pb, yang digunakan untuk
melindungi lensa mata.

Gambar 3.3 Kacamata

Sarung tangan Pb yang digunakan untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi paling
kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp (seratus lima puluh kilovoltage peak). Proteksi ini harus dapat
melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.

Gambar 3.4 Sarung Tangan

Pelindung tiroid : yang terbuat dari karet timbal, terbuat dari bahan yang setara dengan 1mm Pb,
digunakan untuk melindungi daerah tyroid yang tidak tertutup body apron/celemek. Dan menurut
penelitian memperlihatkan bahwa bila pekerja melakukan fluoroskopi maka daerah tyroid merupakan
daerah kedua tertinggi setelah gonad yang sensitif menerima dosis radiasi.

Gambar 3.5 Pelindung Tiroid


Gonad apron : setara dengan 0,2 mm Pb atau 0,25 mm Pb untuk penggunaan pesawat sinar-
X Radiologi Diagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X Radiologi
Intervensional. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah
gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama. Menurut penelitian daerah ini merupakan
daerah yang paling sensitif terkena paparan radiasi.

Gambar 3.6 Gonad Apron

5.Pemantulan, dosis radiasi yang selanjutnya disebut dosis adalah jumlah radiasi yang terdapat
dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang
dilaluinya. Untuk pekerja radiasi adalah dosis efektif sebesar 20 mSv/th rata-rata selama 5
tahun atau dosis efektif sebesar 50 mSv/th dalam satu tahun tertentu.
Berkaitan dengan isu keamanan dalam pemanfaatan zat radioaktif, terdapat beberapa tindakan yang
perlu dilakukan untuk memastikan bahwa zat radioaktif berada dalam kondisi aman di lokasi
penyimpanan dan lokasi pemakaian. Tindakan tersebut meliputi:
• Inventarisasi zat radioaktif secara periodik
• Pemberitahuan kepada BAPETEN dan pihak kepolisian apabila terjadi kehilangan, pencurian dan
pengambilalihan zat radioaktif secara tidak sah.
• Disain dan pengawasan atas sistem proteksi fisik lokasi pemakaian atau lokasi penyimpanan zat
radioaktif
• Kedisiplinan petugas dalam mencatat keluar masuknya sumber dari lokasi pemakaian atau
penyimpanan serta mengendalikan keluar masuknya personel dari/ke dalam lokasi pemakaian atau
lokasi penyimpanan.
• Inspeksi atas pemanfaatan zat radioaktif dan respons para pengguna secara periodik atas status zat
radioaktif yang digunakan.
“TERIMA KASIH”

Anda mungkin juga menyukai