Anda di halaman 1dari 18

PROTEKSI RADIASI

Pengertian Proteksi Radiasi


Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
paparan radiasi.
Proteksi Radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknik tentang
kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang
atau sekelompok orang terhadap kemungkinan negatif akibat radiasi pengion.

Persyaratan Proteksi Radiasi

Persyaratan proteksi dan keselamatan radiasi sesuai Perka BAPETEN No.8 Tahun
2011 sama dengan filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi
Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection,
ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai
berikut:
1. Justifikasi
- suatu kegiatan yang akan dilakukan mempunyai manfaat yang lebih besar dengan risiko
minimal. ( Ada bukti klinis bahwa pasien akan memperoleh manfaat yang lebih besar
daripada risiko paparan radiasi yang diterima )
- Ada jaminan ketersediaan sumber daya (manusia, alat, prosedur, perawatan dan
perbaikan) untuk memastikan modalitas sinar-x digunakan dengan benar sesuai indikasi
klinis.
- Ada jaminan upaya proteksi untuk memastikan keselamatan radiasi sehingga paparan
radiasi pada pasien, pekerja, dan masyarakat umum (disain dan fitur keselamatan tersedia
dan sesuai kegunaannya).
- Diidentifikasi dengan izin penggunaan dari BAPETEN
2. Optimasi
- Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low
as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan
sosial.
- Program kalibrasi atau pengujian rutin
3. Limitasi
Dosis perorangan yang diterima tidak boleh melampaui batas yang telah ditetapkan. Batas
dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek non stokastik
(deterministik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

Indikator Dosis
• Dengan kemajuan teknologi, untuk memberi peringatan dan tanda besarnya radiasi
bagi personil yang bekerja dan pasien maka di buatlah suatu indikator dosis yang di
pasang di peralatan sinar-X sebagai bagian dari peralatan tersebut.
• Indikator dosis dapat berupa audio dan visual. Bentuk audio, ada bunyi setelah radiasi
“on” dalam waktu tertentu.
• Bentuk visual, ada tampilan besarnya nilai dosis atau laju dosis yang diidentifikasi
dalam suatu besaran tertentu dari radiasi yang mudah diukur.

Nilai batas dosis (NBD)


Nilai Batas Dosis untuk pekerja radiasi tidak boleh melampaui (Perka BAPETEN No. 4
Tahun 2013 ):
a. Dosis efektif rata-rata sebesar 20 mSv per tahun dalam periode 5 tahun, sehingga
Dosis yang terakumulasi dalam 5 tahun tidak boleh melebihi 100 mSv;
b. Dosis efektif sebesar 50 mSv dalam 1 tahun tertentu;
c. Dosis ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv per tahun dalam periode 5
tahun dan 50 mSv dalam 1 tahun tertentu;
d. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv per tahun; dan
e. Dosis ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv per tahun.

Menurut Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), nilai batas dosis dalam satu tahun
untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv
(500 mrem). Menurut laporan penelitian UNSCEAR (United Nations Scientific Committee
on the Effects of Atomic Radiation), secara rata-rata setiap orang menerima dosis 2,8 mSv
(280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan menerima sekitar setengah dari nilai
batas dosis untuk masyarakat umum.

Untuk membatasi peluang terjadinya efek stokastik pada pekerja radiasi, ditetapkan
batas dosis efektif 20 mSv dalam 1 tahun. Sedangkan untuk mencegah efek deterministik,
batas dosis ekivalen sebesar 500 mSv dalam 1 tahun ditentukan untuk semua jaringan,
kecuali lensa mata yang ditetapkan 150 mSv dalam 1 tahun. NBD untuk anggota masyarakat
mengikuti pola penerapan untuk pekerja radiasi dengan nilai lebih rendah, yaitu sebesar 1
mSv dalam 1 tahun.
Nilai Batas Dosis bagi wanita hamil didasarkan atas paparan sejak awal mengandung
hingga melahirkan tidak melebihi 1 mSv. Agar NBD tidak terlampaui dilakukan pengawasan
dosis radiasi eksternal dan internal.
Nilai Batas Dosis bagi pengunjung, tamu, ataupun personal yang bukan pekerja
radiasi (non radiasi) dikategorikan sebagai NBD anggota masyarakat. Mereka meliputi :
1. Pekerja administrasi di KNS atau tidak bekerja di daerah radiasi
2. Pengunjung yang berada di KNS dalam waktu relatif singkat (8 jam).
3. Kontraktor, pemasok bahan/ barang atau pun para tamu (peneliti, mahasiswa atau
siswa magang) yang bekerja di daerah radiasi dan tinggal/bekerja kurang dari satu
bulan.
4. Para pengunjung lain seperti sopir/ buruh angkutan barang, pelayan dan perbaikan
telepon, air, listrik atau pun pemasang peralatan.
Nilai Batas Dosis untuk siswa magang berumur diatas 18 tahun yang sedang
melaksanakan pelatihan atau praktek kerja atau yang karena keperluan pendidikannya
terpaksa menggunakan sumber radiasi atau berada di medan radiasi, sama dengan NBD
pekerja radiasi. NBD untuk siswa magang berumur antara 16 sampai dengan 18 tahun yang
sedang melaksanakan pelatihan atau kerja praktek, atau yang karena keperluan
pendidikannya terpaksa menggunakan sumber radiasi atau berada di daerah radiasi adalah 6
mSv per tahun.
Evaluasi dosis perorangan pekerja radiasi pada umumnya dilakukan setiap triwulan
berdasarkan atas penjumlahan penerimaan dosis radiasi eksternal dan internal serta
membandingkan penerimaan tersebut terhadap NBD triwulan. Pemeriksaan kesehatan rutin
terhadap pekerja radiasi dilakukan minimal sekali dalam setahun untuk kondisi normal.
Pemeriksaan kesehatan tambahan dapat dilakukan terhadap pekerja radiasi pada kondisi
khusus.

Implementasi proteksi radiasi


Secara umum implementasi proteksi radiasi melalui 3 cara, yaitu:
1. Mengatur jarak antara personil dengan sumber radiasi
Yang terkait faktor jarak adalah:
a. ukuran berkas radiasi
b. tinggi badan personil
c. posisi personil terhadap pasien
d. posisi tabung sinar-X (atas atau bawah)
e. Posisi personil terhadap monitor tv citra
f. Posisi tabung sinar-X terhadap personil
2. Meminimalkan waktu bekerja dengan radiasi
- Besarnya dosis radiasi yang diterima berbanding lurus dengan lamanya bekerja dengan
radiasi.
- Semakin lama waktu bekerja dengan radiasi maka semakin besar potensi dosis yang
diterima. Ini berlaku untuk personil maupun pasien.
3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.
- Shielding ada 3 jenis: - arsitektur shielding, shielding yang melekat pada pesawat
sinar- X, dan peralatan protektif radiasi.
- Arsitektur shielding: disain ruang radiasi
- Pesawat sinar-X untuk tindakan intervensional secara khusus didisain dilengkapi
dengan fitur keselamatan radiasi untuk shielding, yaitu kaca & tirai Pb yang
menggantung dan tirai Pb di samping meja pasien.
- Peralatan protektif radiasi: apron, kaca mata, pelindung tiroid, pelindung kepala,
sarung tangan (yang ekivalen dg tebal Pb) .
• Tabir kaca harus diberi tanda tentang ketebalan ekivalen timbal (Pb), dan tegangan
tabung maksimum (kVp) yang dapat dicapai pada ketebalan tersebut.

Alat Pelindung Diri dan Alat Ukur Radiasi


• Tidak satupun dari indera kita dapat mendeteksi keberadaan radiasi pengion, untuk itu
secara total kita tergantung pada instrumen deteksi radiasi.
• Bekerja di dalam ruang radiasi dan dekat dengan sumber radiasi artinya bekerja di
daerah pengendalian (controlled area)
Artinya, personil yang masuk ke daerah pengendalian harus dilengkapi dengan alat
pelindung diri dan alat ukur radiasi
• Pada regulasi nasional disebut dengan peralatan protektif radiasi.
• Untuk personil yang melakukan tindakan intervensi:
– Apron
– Pelindung tiroid
– Kaca mata
– Sarung tangan
– Penutup kepala atau cover cap (0,25 mmPb)
– Disposable leadsheet
– Kaca pelindung yg menggantung
– Tabir tirai Pb disamping meja pasien
• Ketebalan peralatan tersebut minimal ekivalen dengan 0,35 mmPb dan 0,5 mmPb.
# Peralatan Protektif Radiasi: Apron Pb

• Semua personil yang ada dalam ruang tindakan harus menggunakan apron selama
tindakan.
• direkomendasikan menggunakan apron dengan tebal ekivalen minimal 0,5 mmPb,
sebab dapat mereduksi radiasi sekitar 90%.

# Peralatan protektif radiasi gonad

Penahan radiasi gonad yang digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus
mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang-kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya
mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,25-0,5 mm pada 150 kVp. Proteksi ini harus
dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secra keseluruhan dari
paparan berkas utama.
#Peralatan Protektif Radiasi: kaca mata Pb

• Pelindung mata atau kaca mata Pb agar lebih efektif mereduksi radiasi harus
dilengkapi dengan perlindungan dari samping.
• Kaca mata Pb harus nyaman termasuk sudah pakai kaca mata.
• kacamata Pb didesain dengan ketebalan ekivalen 0,35 atau 0,5 mmPb
• Dapat mereduksi radiasi 83 – 90%

# Peralatan Protektif Radiasi: pelindung tiroid Pb

• direkomendasikan jika dosis leher per bulan terbaca melebihi 4 mSv.


• penggunaannya bermanfaat untuk tiap tingkat dosis karena dapat mengurangi risiko
kanker tiroid dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap dosis efektif.
• Mereduksi radiasi faktor 3
# Peralatan Protektif Radiasi: sarung tangan Pb

• Pelindung dan bahan pelapis untuk sarung tangan harus lebih fleksibel dan
mempunyai atenuasi ekivalen tidak kurang dari 0,25 mmPb.
• Reduksi dosis 58%
• Apabila dalam prakteknya susah menggunakan sarung tangan Pb maka dapat diganti
dengan disposabel lead sheet.

# Disposabel Lead Sheet

Mereduksi radiasi hambur paling tidak 23% atau lebih


# Peralatan Protektif Radiasi Pelindung Kepala

• Minimal ekivalen 0,25 mmPb


Mereduksi radiasi hambur sampai 80%

# Masker
Masker melindungi dari penularan dan infeksi nasokimia karena berinteraksi dengan
pasien saat melakukan pemeriksaan. Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang
dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misalnya; berdebu, beracun,
virus dan sebagainya).

Alat Ukur Radiasi


• Radiasi dapat diidentifikasi dengan besaran paparan (X atau K) dan dosis (D).
• Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan
peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini dapat
memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis serap
dalam rad atau gray, dan dosis ekuivalen dalam rem atau sievert.
• Alat ukur yang dapat mendeteksi radiasi:
– TLD (ThermoLuminescent Dosimeter) Badge
– Film Badge
– Dosimeter saku (pen/pocket dosemeter)
– Survey meter alat pemantau paparan di daerah kerja

a. Dosimeter Termoluminisensi (TLD)


Dosimeter Termoluminisensi menggunakan detektor kristal anorganik
thermoluminisensi, contohnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila
dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan
untuk TLD adalah CaSO4.

Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru
kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya.
Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu,
kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang
digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD reader.

Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada


ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses
kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.

b. Film Badge
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film
dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama
film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya – atau
telah mengenai orang yang memakainya – maka tingkat kehitaman film setelah
diproses akan semakin pekat.
Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan, juga berfungsi
sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada
holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi
yang telah mengenainya.

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada
dosimeter saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang
mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada
dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya
harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca
tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.

c. Dosimeter Saku
Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip
kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan
secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan “disimpan”
seperti halnya suatu kapasitor.
Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak
membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter
ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu
yang lama (sifat akumulasi kurang baik).

Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan
dengan komponen elektronika maju (advanced components) sehingga skala
pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secara mekanik)
melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung menampilkan angka
hasil pengukurannya.
Pemantauan dosis radiasi
1. Pemantauan Dosis Personil
• Penggunaan dosimeter personil berfungsi untuk memastikan bahwa personil yang
bekerja dalam tindakan intervensi dipantau dosis yang diterimanya dan untuk
manajemen dosis radiasi yang seminimal mungkin.
• Setiap personil yang bekerja di daerah radiasi (apalagi dekat dengan sumber radiasi)
harus pakai dosimeter personil.
• Setiap personil harus mengetahui besarnya dosis radiasi yang diterima dalam periode
tertentu.
• Apalagi personil yang bekerja lebih dari 1 center.
• Besarnya dosis personil yang harus diinvestigasi
• jika:
a. Dalam periode tertentu naik 2 kali lipat dari kondisi normal; atau
b. Dosis di balik apron lebih besar dari > 2 mSv per 3 bulan;
c. Dosis pada tiroid diluar apron > 5 mSv/bulan;
d. Dosis pada tangan >5 mSv/tahun
Pemantauan dosis radiasi perorangan dilakukan dengan 2 macam pemantauan, yaitu :
a. Pemantauan dosis radiasi eksternal yang dilakukan dengan menggunakan dosimeter
perorangan. Periode pemantauan dosis radiasi eksternal ditentukan berdasarkan
daerah radiasi tempat pekerja radiasi bekerja. Untuk pekerja yang bekerja di daerah
radiasi tinggi pemantaunnya dapat dilakukan setiap 2 minggu dan selambat-
lambatnya 1 bulan. Untuk medan radiasi rendah dan sedang umumnya periode
pemantauan 3 bulan.
b. Pemantauan dosis radiasi internal dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Pemantauan pekerja radiasi secara langsung (in-vivo)
2. Pemantauan pekerja radiasi secara tidak langsung (in-vitro)
Periode pemantauan untuk dosis radiasi internal bergantung pada sifat kimia dan fisika
radionuklida, kondisi daerah kerja dan jenis pekerjaan. Pada umumnya pemantaun
dilakukan tiap 3 bulan.
Beberapa hal penting dalam menggunakan pemantauan dosis personil (TLD badge/film
badge/digital dosimeter) :
Jika pakai 1 dosimeter, maka:
• dipakai di pinggang atau di dada di dalam atau di balik apron ➔ utk dosis
efektif.
• Dipakai di bagian leher di luar apron, untuk perkiraan dosis ekivalen lensa
mata dan tiroid.
• Dipakai di lengan atas bagian kiri di luar apron, untuk perkiraan dosis ekivalen
lensa mata dan tiroid.
Jika pakai 2 dosimeter, maka 1 bh di pakai di dada dibalik apron, 1 bh di pakai dileher
diluar apron.
Pastikan, hanya memakai dosimeter badge sesuai dengan nama pemakai.
Selain mengkombinasikan penggunaan jarak, waktu dan shielding, maka perlu dilakukan
pemantauan dosis pada personil yang melakukan tindakan intervensional.
Pada tindakan intervensional dengan sistem fluoroskopi, paparan pada tubuh tidak seragam
antara bagian tubuh yang terlindung (apron, layar pelindung lainnya), dan yang tidak
terlindung.
Personil pada tindakan intervensional harus menggunakan minimal 2 (dua) dosimeter
personal:
1. 1 buah di pakai di saku dibalik apron, dan
2. 1 buah lagi di leher diluar apron.
Dosimeter yang diluar apron dapat menggunakan yang jenis terbaca langsung (digital
dosimeter).

2.Pemantauan Paparan Radiasi pada Daerah Kerja


Pemantauan daerah kerja merupakan aspek penting lain dari program proteksi radiasi
yang harus dilakukan.
Pemantauan paparan radiasi di daerah kerja dapat dilakukan dengan survey meter.
Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area secara
langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah radiasi yang akan
diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan informasi
yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak terkena
paparan radiasi yang melebihi batas ambang yang diizinkan.
Suatu surveimeter harus bersifat portable meskipun tidak perlu sekecil sebuah
dosimeter personal. Cara pengukuran yang diterapkan adalah cara arus (current mode)
sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas radiasi. Secara elektronik,
nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala dosis, misalnya dengan satuan
roentgent/jam.
Terdapat beberapa jenis surveimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang sesuai
sebagai berikut.
1. Surveimeter Gamma
2. Surveimeter Beta dan Gamma
3. Surveimeter Alpha
4. Surveimeter neutron
5. Surveimeter Multi-Guna
Surveimeter gamma merupakan surveimeter yang sering digunakan dan pada
prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Detektor yang sering
digunakan adalah detektor isian gas proporsional, GM atau detektor sintilasi NaI(Tl).
Pada saat ini sudah mulai dipasarkan jenis surveimeter yang serbaguna (multipurpose)
karena selain dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung, sebagaimana
surveimeter biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang waktu tertentu,
dapat diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa menghasilkan spektrum distribusi
energi radiasi seperti sistem spektroskopi.

Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan surveimeter


adalah dengan memeriksa batere, memeriksa sertifikat kalibrasi dan mempelajari
pengoperasian dan pembacaan.

Pemeriksaan batere dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan tinggi
detektor. Bila tegangan tinggi detektor tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, maka
detektor tidak peka atau tidak sensitif terhadap radiasi yang mengenainya, akibatnya
surveimeter akan menunjukkan nilai yang salah.

Sedangkan pada pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus memperhatikan faktor kalibrasi


alat dan memeriksa tanggal validasi sertifikat. Faktor kalibrasi merupakan suatu
parameter yang membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis
sebenarnya.

Dsebenarnya = Dterukur x Faktor Kalibrasi

Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka surveimeter tersebut
harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.

Terakhir perlu dipelajari pengoperasian dan pembacaan. Langkah ini sangat perlu
dilakukan, khususnya bila akan menggunakan surveimeter “baru”. Setiap surveimeter
mempunyai tombol-tombol dan saklar-saklar yang berbeda-beda.

SURVEIMETER

UPAYA UPAYA UNTUK MENURUNKAN PAPARAN RADIASI

Upaya-upaya untuk menurunkan paparan radiasi yang harus dipertimbangkan antara


lain pemeriksaan radiologis, petugas yang terlatih, proteksi pada pasien, dan peralatan
radiografi.
1. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau bila berada
dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan dilengkapi dengan
kaca intip dari Pb.
2. Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup sehingga
terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks dengan tebal
tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 – 1,5 mm
3. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat menyala
pada saat pesawat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chida, et.al. Radiation Dose and Radiation Protection for Patients andPhysicians
During Interventional Procedure. J. Radiat. Res., 51, 97–105 (2010)
2. Hall E.J., Brenner, D.J. Cancer risks from diagnostic radiology. The British Journal
of Radiology, 81 (2008), 362–378
3. Rusmanto. Dasar Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Tindakan Intervensi.
BAPETEN.2019.
4. MENUNJANG KESEHATAN MASYARAKAT. Diakses dari
http://kbs.jogja.go.id/upload/53_FerrySuyatno503-509.pdf pada Oktober 2011
5. Principles of Patient Radiation Protection & ALARA Diakses dari
http://www.ceessentials.net/article5.html#objectives pada Oktober 2011

6. Artawijaya anjunk RADIASI SERTA EFEK YANG DITIMBULKAN PADA


MANUSIA ... http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/radiasi-serta-efek-
yang-ditimbulkan.html
7. Marnansjah Daini rachman:Bahaya radiasi dan pencegahannya. Radiologi
Diagnostik.FKUI. 1999

8. Efek Radiasi Terhadap Manusia – Batan www.batan.go.id /.../proteksiradiasi / ...


radiasi / 2-3.htm http: //www.batan.go.id /pusdiklat/elearning /proteksiradiasi/
pengenalan_radiasi/2-3.htm

9. http://jiwafotografi.wordpress.com/2012/11/10/dibalik-manfaat-radiasi-efeknya-
terhadap-reproduksi/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012
10. Drh.den noviana Dosis Radiasi & Satuan./EFEK-RADIASI-IONISASI-
P Jan 20, 2011 - SUB POKOK BAHASAN. Dosis radiasi dan satuan pengukur. Alat
pengukuran radiasi. Efek Biologis Radiasi Ionisasi : interaksi radiasi sinar X ...
11. Alat Ukur Proteksi Radiasi [Internet].[place unknown]. Batan Pusdiklat; 2006.
Available from:
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_00.htm
12. Komisi Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong; Pedoman Keselamatan dan
Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong, Serpong, November 2011
13. Prinsip dan teknik. Dasar-dasar Radiologi [Internet].[ Place unknown]. Dental
Radiologi; 2009 [cited 2013 July 29]. Available from :
http://usupress.usu.ac.id/files/Dental%20Radiologi%20Prinsip%20dan
%20Teknik_Final_Normal_bab%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai