Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM KEAMANAN RADIASI

1. PENDAHULUAN
Didalam setiap kegiatan pelaksanaan pelayanan radiologi , keselamatan
terhadap kemungkinan akibat sinar-X menjadi hal utama secara terus menerus
kita lakukan. Dalam upaya menjalankan proteksi radiasi kami bekerja
menggunakan prinsip proteksi radiasi yang mengupayakan penerimaan dosis
yang seminimal mungkin dapat diterima oleh pasien dan operator , tetapi tetap
menghasilkan gambar radiografi yang baik dan bernilai diagnostik yang tinggi.
Atau biasa juga disebut dengan ALARA ( As Low As Reasonable Achievable ).
Prinsip proteksi radiasi yang digunakan adalah “ JARAK , WAKTU , DAN
PENGHALANG (SHIELDING ). “

Prinsip Pertama
Penggunaan jarak yang ideal ( 90 cm – 150 cm ) bertujuan agar dosis yang
diterima pasien sekecil mungkin. Karena pada jarak kurang dari 90 cm maka
kemungkinan radiasi dengan energy tinggi masih dapat menjangkau pasien dan
itu tidak di inginkan walaupun semua pesawat telah menggunakan filter dan
apabila menggunakana jarak diatas 150cm maka akan terjadi peningkatan factor
eksposisi. Peningkatan faktor eksposi baik KV maupun mAs menyebabkan dosis
paparan ke pasien meningkat pula. Dosis radiasi yang diterima oleh pasien
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.

Prinsip Kedua
Penggunaan waktu yang sesingkat mungkin dari radiasi yang diterima
berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan. Makin cepat waktu eksposi ,
makin kecil dosisnya.

Prinsip Ketiga
Penggunaan penghalang (shielding) sehingga radiasi dapat ditahan oleh
suatu bahan penghalang. Misalnya menggunakan Apron Pb, kaca mata Pb,
sareung tangan Pb ,Tiroid shield dan gonad shield.
Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. Keselamatan radiasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja,anggota masyarakat
dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Program proteksi radiasi dan
keselamtan radiasi adalah rencana yang harus disusun dan dilaksanakan oleh
pemegang izin.

2. LATAR BELAKANG
Pemanfaatan sumber radiasi diatur dalam undang-undang melalui
peraturan pemerintah No.33 Tahun 2007 tentang keselamatan Radiasi Pengion
dan keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Tahun 2007 No.74 ,
Tambahan lembaran Negara No.4730).
Serta berdasarkan hukum PP 29 Tahun 2008 – bahwa dalam pemanfaatan
sumber radiasi pengion dan bahan nuklir diperlukan persyaratan dan tata cara
perizinan yang lebih ketat, transparan,jelas,tegas dan adil dengan
mempertimbangkan resiko bahaya radiasi dan keamanan sumber radioaktif dan
bahan nuklir yang mampu menjamin keselamatan pekerja, anggota masyarakat
dan perlindungan terhadap lingkungan juga tertuang dalam :
 UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 dalam pasal 3 poin b,mengenai
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit yang bertujuan memberikan
perlindungan terhadap keselamatan pasien,masyarakat.limgkungan Rumah
Sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
 Pasal 11 tentang Prasarana Rumah Sakit yang tertuang dalam ayat (1) yang
berbunyi harus memenuhi standar pelayanan,keamanan,serta keselamatan
dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit.
 UU No.36/2009 tentang Kesehatan BAB XII Mengenai kesehatan kerja Pasal
164
3. TUJUAN
3.1. Umum
Terhindarnya petugas, pasien dan masyarakat sektar dari resiko yang
ditimbulkan oleh dampak dari bahaya radiasi.

3.2. Khusus
a. Tercapainya keselamatan petugas,pasien dan masyarakat sekitar dari
bahaya radiasi
b. Terlaksananya pemantauan kesehatan bagi petugas radiasi.
c. Terlaksananaya penggunaan APD bagi petugas dan pasien.
d. Terlaksananya pemantauan dosis radiasi hambur yang diterima oleh
petugas.

4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


4.1. Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding/tembok ruangan
memeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan yang
digunakan oleh pekerja radiasi adalah sebesar 100 mR/minggu sedangkan
pada ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi sebesar 10
mR/minggu.
Pengukuran tersebut meliputi pengukuran pada daerah :
a. Disekitar ruangan operator
b. Di belakang pintu,sekitar lobang kunci/handle
c. Pada sekitar dinding yang dicurigai adanya kebocoran
d. Di ruangan ganti baju pasien
e. Di sekitar kaca Pb.

4.2.Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi / pesawat Sinar-X yang


dikenal juga dengan istilah Uji kesesuaian atau kalibrasi. Pelaksana dari uji
kesesuaian ini adalah suatu badan yang telah ditunjuk oleh Badan Pengawas
Tenaga Nuklir
( BAPETEN).
Sebagai ketentuan Uji kesesuaian :
a. Sertifikat Lolos Uji Kesesuaian O Pesawat Sinar-X Berlaku selama
4(empat) tahun.
b. Khusus dalam hal Pesawat Sinar-X Mamografi,Sertifikat Lolos Uji
Kesesuaian berlaku selama 3 (tiga) tahun.
c. Masa berlaku Notisi Lolos Uji Kesesuaian dengan perbaikan adalah sejak
tanggal penerbitan notisi sampai dengan tanggal berakhirnya masa
berlaku Izin Penggunaan Pesawat Sinar-X dari Kepala BAPETEN.
d. Setiap Pesawat Sinar-X Yang telah memiliki Sertifikat Lolos Uji Kesesuain
atau Notisi LOLOS Uji Kesesuaian dengan perbaikan harus di uji ulang
paling lama 90 (Sembilan puluh) hari nsebelum tanggal berakhirnya masa
berlaku sertifikat atau notisi tersebut Tata cara Uji Kesesuaian kembali
sebagaimana dimaksud dilakukan dengan ketentuan sebagaiman tata
cara Uji Kesesuaian awal.
e. Setiap alat yang sudah lolos uji kesesuain diberi tanda atau stiker yang
berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.

4.3. Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Radiasi (APD)
dengan cara melakukan kabrasi setiap 6 bulan sekali. Untuk APD yang telah
dikalibrasi diberistiker yang berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa
berlaku.
Jenis APD yang digunakan adalah :
a. Apron,
Ketebalan apron unruk radiodiagnostik adalah setara dengan 0,2 mm Pb
atau 0,25 mm Pb. Sedangkan untuk ruangan fluoroscopy setara dengan
0,35 mm Pb atau 0,5 mm Pb.Yang ditulis secara permanen dan mudah
terlihat pada apron tersebut. Pemeliharaan dilakukan dengan cara
digantung.
b. Pelindung Tiroid,dengan ketebalan yang setara dengan 1mm Pb. Sarung
tangan Pb (Glove Pb), dengan ketebalan yang setara dengan 0,25 mm
Pb pada 150 KVp.
c. Kacamata Pb (Gogle),setara dengan 1mm Pb.
d. Tabir pelindung (Shielding Pb). Dengan ketebalan yang setara dengan
1mm Pb, dengan ukuran tinggi 2m, lebar 1m yang dilengkapi dengan
kaca intip Pb yang setara dengan 1mm Pb.

4.4 Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan,


Peralatan yang digunakan adalah :
a. Termo Luminisensi Dosimeter (TLD)
TLD yang disediakan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
– Departemen Kesehatan atau Pusat Teknologi Keselamatan dan
Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Pengukuran TLD ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
b. Pendos (Pen Dosimetri)
Peralatan dosimeter perorangan pembacaan langsung secara analog atau
digital. Alat ini digunakan selama berada dalam medan radiasi yang
nilainya akan langsung bias terlihat namun tidak bias diakumulasikan.
Dimana petugas harus membuat daftar perolehan dosis yang diterima
setiap kali kegiatan. Keuntungannya kita langsung dapat menilai daerah
yang banyak mengeluarkan radiasi. Sedangkan kelemahannya setiap
pekerja harus rajin dan teliti dalam melakukan pencatatan dosis.
c. Survey meter
Tersedianya survey meter untuk penggunaan pesawat interventional. Agar
setiap saat dapat mengukur paparan radiasi disekitar lokasi pemeriksaan.

4.5 Memasang tanda-tanda radiasi pada daerah kerja, seperti :


a. Memasang lampu merah pada ruangan pemeriksaaan yang
menggunakan pesawat sinar-X , Disertai adanya tulisan ‘ DILARANG
MASUK JIKA LAMPU MERAH MENYALA “

b. Memasang stiker tanda bahaya radiasi di depan pintu ruangan


pemeriksaan yang menggunakan sinar-X.
c. Poster peringatan bahaya Radiasi harus dipasang di dalam
ruanganpesawat sinar-X , yang memuat tulisan “ WANITA HAMIL ATAU
DIDUGA HAMIL HARUS MEMBERITAHU DOKTER ATAU
RADIOGRAFER “.

4.6. Melakukan pemantauan kesehatan terhadap pekerja radiasi. Pemeriksaan


kesehatan meliputi :
a. Pemeriksaan kesehatan Umum, dilakukan pada saat sebelum bekerja ,
selama bekerja dan pada saat akan memeutuskan hubungan kerja /
pensiun.
b. Pemeriksaan kesehatan Khusus, dilakukan pada pekerja radiasi yang
mengalami atau diduga mengalami gejala sakit akibat radiasi serta bagi
pekerja yang mendapatkan paparan radiasi yang melebihi nilai ambang
batas.
JADWAL KEGIATAN PROGRAM KEAMANAN RADIASI TAHUN 2016

N
Kegiatan Pemantauan Ap
o Jan Feb Mar Me
r

                 
1 Pengukuran radiasi pada ruang pemeriksaan
                 

                 
2 Melakukan kalibrasi pesawat sinar-X
                 
3 Melakukan kalibrasi APD                  

                 
4 Melalukan pengukuran radiasi per orangan (TLD)
                 

                 
5 Memasang rambu rambu bahaya radiasi
                 

                 
6 Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
                 
5. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PENCATATAN
a. Melakukan pencatatan pada formulir pemeliharaan / kalibrasi sinar-X dan
peralatan APD.
b. Melakukan pencatatan dan penyimpanan hasil penerimaan dosis radiasi
perorangan (TLD)
c. Melakukan pencatatan hasil pengukuran dosis radiasi hambur pada sekitar
ruangan pemeriksaan.
d. Melakukan penctatan inventaris data – data pesawat sinar-X .
e. Melakukan peng-arsipan hasil pemeriksaan kesehatan.
f. Melakukan pemantauan terhadap terjadinya kecelakaan radiasi.

6. PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Membuat laporan akhir tahun yang diserahkan ke Direktur Rumah Sakit
serta ke Komite Keselamatan Rumah Sakit (KK.RS) , serta melakukan
evaluasi terhadap program proteksi radiasi.

Ka. Instalasi Radiologi

Dr. H Saiful Iskandar, Sp.Rad, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai