Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proteksi radiasi adalah pengawasan terhadap bahaya radiasi melalui peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif. Di
Indonesia, badan pengawas tersebut adalah BAPETEN( Badan Pengawas Tenaga
Nuklir). Proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh komisi international
untuk proteksi radiasi (Interational commission on radiological protection, ICRP) dalam
suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi. Menurut BAPETEN, proteksi
radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak
akibat paparan radiasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proteksi radiasi adalah ilmu yang
mempelajari tentang teknik yang digunakan oleh manusia untuk melindungi dirinya,
orang disekitarnya, maupun keturunannya dari paparan radiasi. Pemeriksaan diagnostic
radiologi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehirupan kita sehari-hari
terutama penatalaksanaan klinis pasien didalam pelayanan kesehatan. Sejak
ditemukannya sinar-X oleh roentgen pada tahun 1895 kemudian diproduksinya peralatan
radiografi pertama untuk penggunaan diagnostic klinis, prinsip dasar dari radiografi tidak
mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu gambar pada reseptor film
dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang mengalami absorbsi dan atenuasi
ketika melalui berbagai organ atau bagian pada tubuh.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana mengetahui tentang proteksi radiasi pada pasien dan alat pelindung
diri untuk meminimalisir efek dari paparan radiasi.

C. TUJUAN
Untuk mencegah terjadinya efek stokastik dan non stokastik pada pasien dan
pekerja serta meminimalisir paparan radiasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PROTEKSI RADIASI


Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi ini kadang-kadang dikenal juga sebagai
proteksi radiologi ini memiliki beberapa pengertian :
1. Proteksi radisi adalah perlindungan masyarakat dan lingkungan dari efek berbahaya
dari radiasi pengion,yang meliputi radiasi partikel,energy tinggi dan radiasi
elektromagnetik.
2. Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari
masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian
perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya
terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.
3. Proteksi radiasi adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik
kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang
ataupun sekelompok orang terhadap kemunkinan yang diperolehnya akibat negative
dari radiasi pengion.
Dari segi ilmiah dan teknik, runag lingkup proteksi radiasi terutama meliputi :
1. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif
2. Menentukan hubungan anatara tingkat kerusakan biologi dengan dosis yang diterima
organ atau jaringan
3. Penelaahan transportasi radionuklida dilingkungan.
4. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja,proes dan sebagainya untuk
mengupayakan keselamatan radiasi baik ditempat kerja maupun lingkungan

B. ACUAN DASAR PROTEKSI RADIASI


Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi,baik untuk para pekerja radiasi
maupun anggota masyarakat,di perlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan
proteksi harus selalu sesuai dengan acuan dasar tadi. Sesuai dengan rekomendasi
ICRP,dalam setiap kegiatan proteksi dikenal adanya standar dalam nlai batas dan tingkat

2
acuan.Nilai batas terdiri atas nilai batas dasar,nlai batas turunan dan nilai batas
ditetapkan. Sedangkan tingkat acuan terdiri atas tingkat pencatatan, tingkat penyelidikan
dan tingkat intervensi.
Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara tidak
langsung. Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program pemantauan
radiasi memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat menunjukan bahwa
hasil pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis. Untuk mencapai efisiensi dalam
proteksi radiasi, dipandang perlu untuk memperkenalkan nilai batas turunan yang
menunjukan hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran.
Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dibuang dengan nilai batas
dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil pengukuran hasil
pengukuran yang sesuai dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan
nilai batas dasar. Sedang nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan
oleh pemerintah atau peraturan lokal pada suatu instlasi. Nilai batas ditetapkan umumnya
lebih rendah dari nilai batas turunan , namun kemungkinan nilai keduanya adalah sama.
Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk
menentukan suatu tindakan dalam suatu nila besaran melampaui atau diramalkan dapat
melampaui tingkat acuan. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program proteksi radiasi
memerlukan perencanaan yang hati-hati dalam menentukan tingkat acuan dan tindakan
nyata yang perlu diambil jika nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini
secara operasional akan sangat membantu penguasa instalasi atom dalam upaya mencapai
tujuan proteksi radiasi. Ada 3 tingkat acuan, yaitu:
1.Tingkat pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil
pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari nilai
batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berbeda di bawah nilai tingkat
pencatatan tidak perlu proses lebih lanjut.
2.Tingkat penyelidikan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab atau
implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus kurang
dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.

3
3.Tingkat intervensi, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa tindakan
penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan sehingga tindakan
penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasi normal.

C. FALSAFAH PROTEKSI RADIASI


Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi. Tujuan dari
proteksi radiasi adalah sebagai berikut:
1. Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan
2. Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ketingkat yang cukup rendah yang
masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan sekitarnya.

Pengalaman telah membuktikan bahwa dengan menggunakan system pembatasan


dosis terhadap penyinaran tubuh (baik radiasi eksterna maupun interna) kemungkinan
resiko bahaya radiasi dapat diabaikan petugas proteksi radiasi dengan mengikuti
peraturan proteksi radiasi dan menggunakan peralatan proteksi yang canggih dapat
menyelamatkan pekerja radiasi, pasien, dan masyarakat pada umumnya.

Adapun prosedur yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengendalikan paparan
bahaya radiasi adalah:

a. Meniadakan bahaya radiasi


b. Mengisolasi bahaya radiasi pada manusia
c. Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi

Untuk menerapkan ketiga prosedur proteksi radiasi diatas dilaksanakan oleh petugas
proteksi radiasi. Prosedur utama cukup jelas dengan mentaati dan melaksanakan
peraturan proteksi radiasi. Kedua, dengan merancang tempat kerja dan menggunakan
peralatan proteksi raiasi yang baik dan penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi
kerja dan lingkungannya aman dan selamat. Ketiga, memerlukan pemonitoran dan
pengawasan secara terus menerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan
menggunakan alat pemonitoran perorangan, pemontoran lingkungan dan surveimeter.

4
D. ASAS-ASAS PROTEKSI RADIASI
Asas-asas dalam proteksi radiasi atau disebut juga prinsip-prinsip proteksi radiasi
ini terdiri atas beberapa macam yaitu asas legislasi yang sering disebut asas justifikasi
yang artinya pembenaran, asas optimalisasi dan asas limitasi.
Penjelasan adalah sebagai berikut:
1. Asas legislasi atau justifikasi yang artinya pembenaran
Penerapan asas justifikasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir dimanfaatkan, terlebih
dahulu harus dilakukan analisis resiko manfaat. Apabila pemanfaatan tenaga nuklir
menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan resiko kerugian radiasi
yang mungkin ditimbulkannya, maka kegiatan tersebut boleh dilaksanakan.
Sebaliknya, apabila manfaatnya lebih kecil dari resiko yang ditimbulkan, maka
kegiatan tersebut tidak boleh dilaksanakan. Berikut adalah contoh penerapan asas
legislasi atau justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
a. Seorang ibu menderita kelainan jantung tetapi ibu tersebut tidak dapat rontgen
karena ibu tersebut sedang hamil. Karena ditakutkan radiasi tersebut akan
tersalurkan ke janinnya. Maka pemotretan dilakukan setelah ibu tersebut
melahirkan.
b.Jika seorang pasien datang ke ruang pemeriksaan tanpa membawa rekomendasi dari
dokter maka sebagai radiografer tidak diharuskan malakukan pemeriksaan terhadap
pasien tersebut.
c. Seorang raiografer tidak boleh seenaknya menggunakan pesawat rontgen di dalam
Rumah Sakit tempat ia bekerja, misalnya dengan mengekspose binatang
peliharaannya untuk kepentingan pribadinya.
2. Asas Optimalisasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar paparan
radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus di tentukan serendah mungkin dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini dikenal dengan sebutan
ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Dalam kaitannya dengan penyusunan
program proteksi radiasi, asas optimalisasi mengandung pengertian bahwa setiap
komponen dalam program telah dipertimbangkan secara seksama, termasuk besarnya
biaya yang dapat dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas

5
optimalisasi apabila semua komponen dalam program tersebut disusun dan
direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ekonomi.
Tujuan dari asas optimalisasi dalam protesi radiasi dalah untuk mendapatkan hasil
optimum yang meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik individu
maupun kolektif, minimnya resiko dari pemaparan yang tidak dikehendaki, dan
biaaya yang murah. Asas optimalisasi sangat ditekankan oleh ICRP. Setiap kegiatan
yang memerlukan tindakan proteksi, terlebih dahulu harus dilakukan analisis
optimalisasi proteksi. Penekanan ini dimaksudkan untuk meluruskan kesalahpahaman
tentang system pembatasan dosis yang sebelumnya dikenal dengan konsep ALARA.
Baik asas optimalisasi maupun ALARA keduanya sangat menekankan pada
pertimbangan faktor-faktor ekonomi dan social, dan tidak semata-mata menekankan
pada endahnya penerinamaan dosis oleh pekerja maupun masyarakat.
Contoh penerapan asas optimalisasi yaitu:
a. Pada saat mengisi kaset radiographer harus memperhatikan kaset yang akan
digunakan, ukuran film yang sesuai dan jumlah film yang dimasukkan kedalam
kaset.
b. Pada pemeriksaan thoraks untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm
atau 24x30 cm. hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat
diminimalkan dan tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi.
c. Sebelum dilakukan pemeriksaan radiographer terlebih dahulu harus memberikan
instruksi kepada pasein agar pengulangan foto dapat dihindari sehingga pasien
tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia.
3. Asas Limitasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis radiasi
yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi
nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang . yang dimaksud nilai
batas dosis (NBD) ini adalah nila batas dosis radiasi yang diterima dari penyinaran
eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis.
Penetapan NBD ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medic dan
yang berasal dari radiasi alam.

6
Berikut contoh penerapan asas limitasi sebagai berikut:
a. Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah
radiasi yang akan digunakan. Misalnya seorang pasien dewasa ingin
memeriksakan ekstremitas atas, KV yang digunakan sebesar 45. Apabila ada
seorang pasien anak-anak juga ingin memeriksakan ekstremitas atasnya maka
kita sebagai radiographer harus menurunkan kondisi yang tadi digunakan
menjadi KV 40 karena dengan kondisi tersebut sudah dapat dihasilkan gambar
radiografi yang bagus karena tebal objek sudah dapat ditembus dengan kondisi
tersebut.
b. Pada pemeriksaan thoraks untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm
atau 24x30 cm. hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat
diminimalkan.

Jika, radiographer melakukan foto x-ray, untuk mengurangi dosis radiasi yang
diterima oleh pasien, sebisa mungkin mengatur luas kolimasi sesuai dengan
kebutuhan. Sebab semakin besar kolimasi maka semakin besar pula radiasi yang
diterima oleh pasien begitupun sebaliknya.

(http://Dunia-radiologi.blogspot.com/2013/10/proteksi-radiasi.html )

E. PRINSIP PROTEKSI RADIASI


Sumber radiasi pengion yang berbahaya.Untuk memproteksi diri dari sumber
radiasi ,maka diterapkan tiga strategi dasar yang dikenal sebagai prinsip proteksi radiasi
yaitu:
a. Waktu
kurangi waktu berada didekat sumber radiasi saat proses radiografi untuk
mengurangi dosis radiasi yang diterima secara proporsional. semakin minimal waktu
bekerja maka akan semakin minimal dosis yang diterima.
b. Jarak
Posisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi. Besarnya paparan radiasi akan
menurun sebanding dengan kebalikan kuadrat jarak terhadap sumber.Menjauhkan
sumber radiasi dengan faktor dua maka akan menurunkan intensitasnya menjadi

7
seperempatnya dan menjauhkan jarak sumber radiasi dengan faktor tiga maka akan
menurunkan intensitas radiasi menjadi sepersembilannya.
c. Perisai (shielding)
pilih dan gunakan perisai yang sesuai selama melakukan pekerjaan dengan
sumber radiasi .Perisai yang tepat dapat menurunkan secara eksponensial paparan
radiasi gamma dan menghalangi hampir semua sunar radiasi beta. pilih dan gunakan
perisai yang sesuai selama melakukan penelitian atau pekerjaan dengan sumber
radiasi. Gunakan pelindung berupa apron, sarung tangan dan kacamata berlapis
timbal (pb) yang merupakan sarana proteksi radiasi individu, proteksi lingkungan
terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang radiografi menggunakan pb
untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses radiografi.

F. NILAI BATAS DOSIS (NBD)


Dosis radiasi yang diterima seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak
boleh melebihi nilai batas dosis (NBD) yang telah ditentukan oleh pihak yang
berwenang. Semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat
ditangani sedemikian rupa dengan menggunakan proteksi radiasi yang disusun dan
dikelola dengan baik sehingga NBD yang telah ditetapkan tidak terlampaui. ICRP
mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan dan diterima seseorang "dosis yang
diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari penyinaran intensif
seketika,yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan kemungkinan yang
dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat dan cacat genetic”.
sejarah perkembangan NBD tidak lepas dari munculnya kesadaran akan
pentingnyaproteksi radiasi yang dimulai pada awal tahun 1920-an. Dari waktu
kewaktu,ICRP selalu memperbaiki dan menyempurnakan rekomendasinya mengenai
perlindungan terhadap bahaya radiasi. Konsep terbaru mengenai prinsip-prinsip dasar
proteksi radiasi telah diperkenalkan dalam publikasi ICRP No.60 tahun 1990 dan terjadi
penurunan NBD efektif tahunan.Penurunan ini dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat dari resiko yang lebih besar akibat paparan radiasi pengion dan semata-mata
bukan disebabkan oleh penurunan batas resiko yang diterima,melainkan disebabkan oleh
perubahan cara menghitung atau mengestimasi peluang terjadinya resiko yang dapat

8
diterima. Dosis 1 mSV/tahun ini mengakibatkan timbulnya peluang kematian karena
kanker 4 x 10-3. Angka ini sama dengan peluang kematian karena kanker oleh sebab-
sebab lain (karsinogenik kimia) pada semua orang dengan masa usia kerja. Radiasi 1
mSv/tahun untuk masyarakat tidak termasuk radiasi alam yang mau tidak mau harus
diterima oleh setiap orang.
NBD yang berlaku saat ini adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk pekerja
radiasi dan 5 mSv (500 mrem) pertahun untuk anggota masyarakat. Sehubungan dengan
rekomendasi IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan menjadi 20 mSv (2000
mrem) pertahun untuk jangka wktu 5 tahun (dengan catatan pertahun tidak boleh
melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv (100 mrem)
pertahun, maka tentunya kita harus berhati-hati dalam mengadopsinya. Dengan
menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secra baik, maka semua kegiatan
yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa
sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan terlampaui.
Adapun ketentuan-ketentuan nilai batas dosis(NBD) yaitu:

No jenis penyinaran Maksimal


1 seluruh tubuh / tahun 50 mSv (5 mrem)
2 Abdomen wanita usia subur / 13 mg 13 mSv
janin wanita hamil / tahun 10 mSv
3 NBD penyinaran lokal/ tahun 500 mSv
lensa mata/ tahun 150 mSv
kulit, ekstremitas/ tahun 500 mSv
4 penyinaran khusus direncanakan 2 NBD
seumur hidup 5 NBD
> mendapat izin dari PIA
> 1 tahun sebelumnya tidak pernah menerima NBD
>tidak untuk wanita subur dan menolak
5 masy. Umum, seluruh tubuh/ tahun 1/10 NBD
masy. Umum, lokal/ tahun 50 mSv
6 anggota masyarakat secara keseluruhan;

9
PIA menjamin serendah mungkin memperhatikan
dosis genetik
7 dosis maksimum bagi magang/ siswa:
18 thn+ < NBD pekerja radiasi/tahun
< 0,3 NBD pekerja
16-18 tahun
radiasi/tahun
< 0,1 NBD masy.
<16 tahun
Umum/tahun
< 0,01 NBD
masy.umum/penyinaran

G. PROTEKSI RADIASI DALAM PENGGUNAAN ALAT RADIASI.


 Proteksi Radiasi Dalam Pengunaan Pesawat Sinar-X Fluoroskopi
Proteksi radiasi dalam radiologi intervensional yang menggunakan kedua pesawat
fluorioskopi konvensional dan C-arm dibahas dalam bagian ini. Papaaran radiasi
terhadap personil sangat tergantung pada geometri citra. Gari-garis iso paparan yang
khas untuk beberapa konfigurensi citra tersebut. Pertambahan paparan yang besar
terhadap personil dengan konfigurasi tabung sinar-X yang berada diatas pasien.
Pertambahan paparan ini terjadi ada ini terjadi ada 2 (dua) sebab yaitu:
1. Dari seluruh identitas berkas radiasi yang dipancarkan sekitar 98% lebih yang
masuk pada tubuh pasien dibandingkan dengan yang kelur tubuh pasien.
2. Lebih sedikit yang dilemahkan oleh bahan (misalnya,alat penguat citra) antara
pasien dan personil.

Sebagai suatu ketentuan,paparan personil maksimum pada suatu jarak tertentu


apabila tidak ada penghalang antara objek dengan tabung sinar-X yang memancarkan
berkas radiasi masuk kepasien.Sebagai contoh, paparan mata personil maksimum
maka akan terjadi apabila personil tersebut melihat berkas radiasi yang masuk ke
pasien tanpa penghalang. Prosedur proteksi radiasi “see it – bear it” teridiri dari
perubahan posisi seseorang apabila munkin melihat secara langsung luas lapangan
berkas radiasi. Selain waktu pengamatan luas lapangan tertentu selama prosedur

10
terebut. Sebagai contoh,pengukuran paparan mata menggunakan pantom
anthropomorpis perorangan ukuran 165 cm x 25 dan 20 cm x 10 cm dipeloreh suatu
paparan yang bertambah sekitar 70 – 115 % unuk perorangan yang lebih pendek.
Pertambagan proteksi radiasi yang berbeda menjadi penting tergantung pada tinggi
setiap personil. Oleh karna itu selalu dimunkingkan mengubah posisi sesuai dengan
berkas sinar-X maka sudah banyak pesawat sinar-X yang telah dibuat oleh pihak
pabrik agar dapat mengurangi paparan personil selama prosedur radiologi
intervensional.

Selain parameter waktu,jarak,dan perisai radiasi,parameter proteksi radiasi


penting lain adalah ukuran berkas sinar-X. Jumlah paparan radiasi yang dihamburkan
secara langsung dengan ukuran berkas. Selain hal tersebut, dosis pasien dan kualitas
citra dipengaruhi oleh perubahan kolomasi. Maka, membatasi ukuran berkas menjadi
luas lapangan menjadi kecil sesuai yang diperlukan, personil yang mengoprasikan
fluoroskopi dapat menurunkan paparan terhadap personil dan pasien sekaligus
meningkatkan kualitas citra.

Konsep pasien radiasi permukaan akhir-akhir ini terdiri dari perlingungan garis
penglihatan operator dari permukaan pasien bukan tingkat paparan radiasi operator.
Perisai tersebut dapat dipabrikasi dalam bentuk lempangan strip atau padat yang
terbuat dari timah hitam apron dan oleh karna itu dapat disterilkan untuk pengunaan
kembali. Pengunaan paparan radiasi tertentu dengan suatu permukaan pasien 0.77
mm dapat mengurangi 33 -77 %. Pengunaan peralatan protektif tersebut pentimng
untuk mengurangi paparan radiasi personil dan sesuai dengan peraturan.

Untuk memberikan perspektif tentang paparan radiasi yang diperoleh dalam


radiologi intevensional, sebagai contoh :

Jika:

- Paparan radiasi = 300 Mr/jam


- Waktu fluoroskopi = 0,5 jam/pemeriksaan
- Paparan maksimum yang diperoleh = 1,25 R/kuartal.

11
Maka prosedur fluoroskopi yang dibolehkan = 8 pemeriksaan/kuartal.

Dapat disimpulkan bahwa, mengurangi paparan personil selama eadiologi


interventional fluoroskopi dengan syarat, laju paparan paling rendah dan ukuran luas
lapangan paling kecil yang dapat diterima harus digunakan dengan konfigurasi
pesawat sinar-x yang paling strategis. Sebagai tambahan, meskipun hukum kuadrat
terbalik tidak dapat diterapkan secara cepat dalam fluoroskopi, jarak dari pasien harus
dimaksimalkan dan bahan perisai radiasi harus ditempatkan antara pasien dan
personil.

 Proteksi radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-x cinefluorografi


Sebab cinefluorografi (cine)adalah suatu pengembangan fluoroskopi, semua
pertimbangan proteksi radiasi yang sebelumnya dapat diterapkan. Namun, paparan
radiasi secara signifikan lebih besar diterima oleh pasien maupun personil. Pada
umumnya, pesawat sinar-X cinefluorografi ditempatkan dibagian kardiologi suatu
ruah sakit, sebagai contoh adalah pesawat sinar-X angiografi.
Paparan yang masuk kekulit pasien dewasa tertentu (tingkat panduan) dapat
berkisar antara 200-90 R/menit, tergantung pada system dan parameter perolehan
citra. Secara subtansi lebih besar dari pada paparan masuk kulit dewasa tertentu 2-3
R/menit dalam fluoroskopi, tingkat radiasi hambur diperoleh dengan suatu paparan
masuk kulit 2,8 R/menit, untuk menggabarkan paparan radiasi hambur dalam
prosedur cine. Nilai dari gambar tersebut harus dikalikan oleh suatu faktor 7 hingga
32, paparan mata untuk cine tanpa perisai radiasi akan berkisar 245-3520 mR/jam.
Pengguanaan perisai radiasi permukaan akan menurunkan paparan radiasi mata 105-
896. Sebagai tambahan,pengukuran menunjukkan bahwa penurunan paparan mata
diperoleh hingga 84% dengan mengubah posisi orang yang mengoperasikan pesawat
cine bergeser kearah sisi samping meja pasien hingga 30 cm , pengurangan paparan
yang sedemikian adalah bergantung system dan harus diverifikasi untuk suatu
rangkaian radiologi khusus.
Dari observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jarak dan teknik proteksi
radiasi dengan perisai memerlukan perhatian yang lebih apabila cine digunakan
selama prosedur radiologi intervensional.

12
 Proteksi radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-X CT-Scan
Distribusi hamburan radiasi sekitar pesawat sinar-X CT Scan tentu saja sangat
berbeda dari tingkat paparan yang diperoleh dalam penggunaan pesawat sinar-x
fluoroskopi, sebab luas lapangan berkas jauh lebih kecil selama pembuatan irisan
(slice) dan gantry pesawat sinar-x CT scan mutakhir. Garis-garis iso paparan tertentu
pesawat CT scan ditunjukkan dalam paparan kepala dan leher sekitar 300-900 mR
untuk prosedur intervensional dengan kondisi posisi samping meja pasien untuk 10-
20 paparan, dalam hal ini pergerakan mengarah kesisi gantry dapat mengurangi
paparan secara besar dibandingkan dengan yang diterima apabila seseorang berdiri
didepan atau dibelakang gantry. Dalam kejadian ini, suatu tindakan kecil secara
dramatis dapat mengurangi paparan radiasi.

Marpaung, Togap. 2006. Proteksi Radiasi Dalam Radiologi Interventional,


(https://ansn.bapeten.go.id/files/725-744_PB_10__PROTEKSI_RADIASI.pdf).

H. PRAKTEK PROTEKSI RADIASI


 Proteksi radiasi pada gonad
Teknik proteksi radiasi umum harus digunakan apabila radiographer melakukan
penyinaran pada organ-organ yang diklasifikasikan sebagai organ sensitive. Salah-
satu organ tersebut adalah gonad. Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi ketika
melakukan penyinaran gonad, yaitu bila kondisi dibawah ini terjadi:
1. Jika gonad terletak sedekat 5 cm dari berkas sinar utama meskipun telah
dilakukan pembatasan luas lapangan penyinaran atau kolimasi.
2. Jika tidak ada pemeriksaan lain dan untuk tujuan pemeriksaan klinis tidak ada
berkompromi.
3. Hal yang mesti diperhatikan adalah, apakah penggunaan hasil gonad akan
menutupi daerah target.
4. Jika pasien masih memiliki potensi atau kemampuan reproduksi.

Terlepas apakah pelindung gonad digunakan, kolimasi yang tepat dan akurat
diperlukan untuk membatasi sinar-X. selain itu jumlah mengurangi jumlah radiasi
13
kedaerah yang tidak digunakan, metode ini juga berguna untuk meningkatkan mutu
citra radografi. Perlindungan radiasi juga diperlukan selama prosedur fluoroskopi,
tempat memasukkan film/spot-film dan film radiografi baik untuk pemeriksaan
gastrointestinal sebagian atau lengkap, yang pasien akan menerima radiasi. Hal ini
dilakukan untuk memberikan tambahan filtrasi yang benar dan melindungi pasien dari
mendapatkan dosis radiasi yang berlebih.

Selanjutnya harus diperhatikan juga metode proteksi radiasi yang dipakai


berdasarkan kapasitas mesin dan peralatan serta aksesori yang tersedia. Faktor
eksposi juga harus disesuaikan untuk memberikan radiasi paling rendah terhadap
pasien (tanpa mengurangi mutu citra radiografi yang dihasilkan). Perlindungan pasien
terhadap radiasi yang tidak perlu adalah tanggung jawab professional Dari
radiographer.

Tetapi karena beberapa prosedur pemeriksaan radiografi dilakukan dengan teknik


penyudutan sinar-X, maka harus diperhatikan juga kemungkinan terjadinya
pemasukan dosis radiasi melalui penyudutan sinar-X tersebut. Hal ini terutama pada
pemeriksaan tulang kepala (yang mungkin berpengaruh terhadap daerah sekitar
kepala atau malah juga daerah leher). Cara yang paling efektif untuk melindungi
pasien dari radiasi yang tidak perlu adalah dengan membatasi berkas radiasi dengan
menggunakan kolimasi yang tepat.

Memastikan bahwa pasien mendengar dan mendapatkan perintah pemeriksaan


secara jelas juga akan berdampak pada upaya mengurangi kesempatan pengulangan
prosedur pemeriksaan agar pasien tidak mendapat lebih banyak radiasi. Disamping
itu,bila terjadi juga penyinaran pada seseorang pada hamil, maka penggunaan perisai
perut harus direkomendasikan.sedangkan pada penyinaran bayi dan anak-anak, maka
kelenjar tiroid dan timus serta gonad bagaimanapun harus dilindungi dari radiasi
dengan memakai perisai. Prosedur ini pada bayi dan anak-anak juga membantu dalam
immobilitasi pasien pediatric.

14
 Safety inspection
Pada pemeriksaan pendahuluan perut juga harus diperhatikan faktor proteksi
pasien. Hal ini dibuat sebelum dilakukan insvestigasi khsus pada saluran kemih.
Pemeriksaan ini kadang-kadang menunjukkan lesi ekstrarenal yang bertanggung
jawab atas gejala saluran kemih dan dengan demikian prosedur urografi perlu.
Sehingga kehati-hatian pada saat dilakukan prosedur penyinarannya merupakan
faktor yang terus diperhatikan. Sebuah produksi AP tgak mungkin diminta juga untuk
menunjukkan mobilitas ginjal, sebuah proyeksi lateral atau miring dalam posisi
decubitus punggung mungkin diperlukan untuk melokalisir massa tumor atau untuk
membedakan batu ginjal dari batu empedu atau nodul klasifikasi mesenterika.
Citra pemandu (scout foto) berupa proyeksi AP dengan pasien berbaring akan
dapat memperlihatkan kontur ginjal, lokasinya dalam posisi telentang, dan kehadiran
batu ginjal atau lainnya. Citra radiografi ini juga berfungsi untuk memeriksa
persiapan saluran pencernaan dan untuk memungkinkan radiographer melakukan
perubahan yang diperlukan terhadap faktor eksposi.
 Perlindungan radiasi
Ini adalah tanggung jawab radiographer untuk mengamati panduan berikut
mengenai proteksi radiasi:
1. Gunakan perisai gonad jika tidak tumpang tindih dengan organ yang diperiksa
2. Batasi radiasi hanya pada daerah target dengan kolimasi yang memadai.
3. Bkerja dengan hati-hati sehingga eksposi ulangi tidak diperlukan.
4. Lindungi organ vital pria untuk semua pemeriksaan, kecuali uretra, dengan
menggunakan perisai bayangan atau dengan menempatkan sepotong timah tepat
dibawah simfisis pubis
5. Ketika IR (image recaptor) ekskretoris urografi terpusat keginjal, letakkan karet
timbal pada rongga panggul perempuan untuk perisai. Kecuali prosedurnya
dianggap keadaan darurat, yaitu melakukan radiografi dari perut dan panggul
tetapi pasien tidak sedang hamil.
- Jarak tabung radiasi kepencatat citra (SID)
Ketika diperlukan SID khusus untuk kualitas citra yang optimal, maka jarak yang
disaranlan oleh banyak ilmuan pada saat ini adalah sepanjang 122 cm.

15
- Jarak tabung radiasi ke kulit pasien (SSD)
Jarak antara tabung radiografi dan kulit pasien disebut (SSD). Jarak ini
mempengaruhi dosis untuk pasien dan diatur oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(Bapeten). Sedangkan di Amerika Serikat, National Council on Radiation Protection
(NCRP) saat ini menegaskan bahwa SSD tidak kurang dari 30 cm (12 inci) dan tidak
boleh kurang dari 38 cm (15 inci).
 Kolimasi berkas sinar-X
Berkas radiasi harus mencakup hanya area yang disinari. Pembatasan berkas ini
mempunyai dua tujuan. Pertama, mngurangi jumlah radiasi kepasien dan mengurangi
radiasi hambur yang dapat mencapai pencatat citra/image receptor (IR). Kedua,
memproduksi citra radiografi yang menunjukkan detail tinggi dan meningkatkan
kontras radiografi dengan mengurangi radiasi hambur.
Sehingga menghasilkan skala kontras yang pendek, dan mencegah terjadinya
eksposisi radiasi hambur pada jaringan sekitarnya (gambar yang dihasilkan fog).
Wilayah berkas radiasi berkurang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan melalui
penggunaan kolimator otomatis atau diafragma berbentuk khusus yang terbuat dari
timah atau logam lainnya dengan kemampuan penyerapan radiasi tinngi. Karena
pembatasan berkas sinar, radiasi bias masuk dari samping tetapi akan diserap oleh
kolimator logam dan hanya sinar-x yang keluar dari jendela kolimasi yang akan
diteruskan kelapangan penyinaran. Karena efektivitasnya bergantung pada
kedekatannya dengan sumber sinar-X, kerucut (konus) dan diafragma dapat
ditempelkan pada kolimator tersebut.
 Perisai gonad
Gonad pasien mungkin akan terkena radiasi saat dilakukan pemeriksaan radiografi
perut, panggul dan daerah pinggul. Ketika praktek, perisai gonad harus selalu
digunakan untuk melindungi pasien. Perisai kontak, bayangan dan bagian wilayah
besar digunakan untuk pemeriksaan radiografi.
(Jauhari, Arif. 2010. Proteksi Radiasi Dan Radiobologi Dalam Pelayanan Radiologi
Diagnostik, (Online),
(https://www.academia.edu/32717803/Proteksi_Radiasi_dan_Radiobiologi_dalam_Pelay
anan_Radiologi_Diagnostik).)

16
I. ALAT PROTEKSI RADIASI
Berikut ini adalah beberapa alat proteksi radiasi yang biasa digunakan dalam
radiologi medik terutama radiologi kedokteran gigi sesuai yabg direkomendasikan oleh
BAPETEN.
a. Baju Pelindung
Pakaian pelindung untuk pekerja radiasi berbeda dengan yanv digunakan
dibengkel mekanik atau elektrik.
Pakaian kerja yang digunakan didaerah instalasi nuklir tidak boleh dibawa pulang
dan harus dibersihkan/dicuci dan didekontaminasi oleh masing-masing
instalasi.Pakaian yang diperlakukan sebagai limbah radioaktif dikelola oleh bidang
keselamatan satuan kerja.berbagai jenis pelindung diguanakan untuk melindungi
tubuh atau bagian tubuh dari kemungkinan terkena paparan radiasi berlebih,
digunakan pakaian pelindung radiasi yang disebut apron. Pakaian pelindung radiasi
ini digunakan oleh pekerja radiasi yang menangani sumber radiasi tinggi pada jarak
jangkau tertentu, pakaian ini bahannya mengandung timah hitam atau timbal (pb).
Apron yang setara dengan 0,2 mm pb atau 0,25 mm pb untuk penggunaan
pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tabal kesetaraan timah hitam harus diberi
tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.
b. Pelindung gonad
Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm pb atau 0,25 mm pb untuk
penggunaan sinar-X radiologi diagnostic dan 0,35 mm pb atau 0,5 mm pb untuk
pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaraan pb harus diberi tanda
secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini harus dengan ukuran dan
bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas
utama.
c. Pelindung tiroid
pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm pb.
d. Tabir
Tabir yang digunakan oleh pekerja harus dilapisi dengan bahan yang setara
dengan 1 mm pb. Ukuran tabir adalah dengan tinggi 2 m dan lebar 1 m yang
dilengkapi dengan kaca intip pb yang setara dengan 1 mm pb.

17
(httprepository.usu.ac.idbitstreamhandle12345678941413Chapter%20II.pdfsequence=3&isAllo
wed=y )

e. Proteksi radiasi pada pasien fluoroskopi


1. Maksimalkan jarak antara tabung sinar-x dan pasien sejauh mungkin
2. Minimalkan jarak antara pasien dan reseptor citra
3. Minimalkan waktu fluroskopi
Simpan rekaman waktu fluroskopi dan DAP/KAP ( jika ada ) untuk setiap
pasien
4. Gunakan fluroskopi pulsa dengan laju tangkapan serendah mungkin untuk
memperoleh citra dengan kualitas yang dapat diterima
5. Hindari penyinaran daerah kulit yang sama pada proyeksi yang berbeda
Variasikan terminal masukan berkas dengan memutar tabung di sekita pasien
6. Pasien yang lebih gemuk atau bagian tubuh yang lebih tebal memicu kenaikan
dosis permukaan masuk ( ESD )
7. Proyeksi yang miring juga meningkatkan ESD
Sadari bahwa kenaikan ESD meningkatkan peluang terjadinya ceera kulit
8. Hindari penggunaan pembesaran
Menurunkan lapangan pandang sebanyak dua kali akan meningkatkan laju
dosis sebanyak empat kali.
9. Meminimalkan jumlah dan tangkapan dan Cine berjalan hingga tingkat yang
secara klinik dapat diterima. Hindari penggunaan mode akusisi untuk
fluroskopi. Laju dosis cine = ( 10-60 )x laju dosis fluroskopi normal.
10. Gunakan kolimasi
Kolimasikan berkas sinar-x pada daerah yang dituju.

(https://rpop.iaea.org/RPOP/RPoP/Content/Documents/Whitepapers/poster-patient-
radiation-protection-id.pdf.)

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah
kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan
kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap
kemungkinan yang merugikan kesehatan yang merugikan akibat paparan radiasi. Proteksi
radiasi adalah bagian dari keselamatan secara keseluruhan. Terminology keselamatan radiasi
dan proteksi radiasi sering digunakan secara bersamaan. Proteksi radiasi berhubungan
dengan pembatasan dosis radiasi dan mengurangi potensi kecelakaan radiasi. Proteksi radiasi
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak
akibat paparan radiasi.

B. SARAN
Proteksi radiasi sangat penting, karena kita dapat meminimalisir parasan radiasi
dengan menggunakan alat proteksi radiasi sperti apron, apron tiroid, kacamata dan
sebagainya. Kita dapat mengurangi efek stokastik dan non stokastik yang diakibatkan oleh
paparan radiasi. Oleh karena kita harus mengikuti peraturan yang berlaku agar kita dapat
meminimalisir paparan radiasi saat melakukan sinar-X pada pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. http://Dunia-radiologi.blogspot.com/2013/10/proteksi-radiasi.html
2. Jauhari, Arif. 2010. Proteksi Radiasi Dan Radiobologi Dalam Pelayanan Radiologi
Diagnostik, (Online),
(https://www.academia.edu/32717803/Proteksi_Radiasi_dan_Radiobiologi_dalam_Pelay
anan_Radiologi_Diagnostik).
3. https://rpop.iaea.org/RPOP/RPoP/Content/Documents/Whitepapers/poster-patient-
radiation-protection-id.pdf.
4. Marpaung, Togap. 2006. Proteksi Radiasi Dalam Radiologi Interventional,
(https://ansn.bapeten.go.id/files/725-744_PB_10__PROTEKSI_RADIASI.pdf).

20

Anda mungkin juga menyukai