Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI

RADIOLOGI RUMAH SAKIT X

PROPOSAL PENELITIAN
Proposal Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Pembuatan Tugas Akhir Karya Tulis
Ilmiah D-3 Radiologi Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto

Disusun oleh :
MAYANG ARSYA MARSHELLA
NIM. 18230006

PROGRAM STUDI D3 RADIOLOGI


POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan radiologi diagnostik telah menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kerhidupan sehari hari, terutama penatalaksanaan klinis
pasien di dalam pelayanan kesehatan. Radiologi diagnostik adalah ilmu
kedokteran yang memiliki spesialisasi dalam pencitraan tubuh manusia untuk
mendiagnosa berbagai kelainan dengan menggunakan alat yang berhubungan
dengan radiasi, magnetik, gelombang suara, ultrasonik, nuklir, dan teknologi
lainnya. Radiologi sangat berperan penting terhadap sarana dalam penunjang
diagnosa pada suatu klinis. Dalam penggunaan radiasi dapat berbagai manfaat
dan kerugian yang dihasilkan. Salah satu manfaat dari radiasi yaitu untuk
menegakkan diagnosa suatu penyakit, sedangkan kerugian yang dihasilkan
dapat menyebabkan efek yang berbahaya bagi tubuh, seperti kerusakan
jaringan pada sel sehat. Untuk mengurangi paparan radiasi maka dianjurkan
untuk meggunakan proteksi radiasi.
Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik
yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan
berkaitan dengan pemberian perlindugan kepada seseorang atau kelompok
orang. Upaya proteksi radiasi harus dilakukan dengan tiga asas yaitu meliputi
justifikasi, optimisasi dan limitasi. Asas justifikasi ini setiap kegiatan yang
berhubungan dengan paparan radiasi harus dilakukan pengkajian yang cukup
mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar
dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan. Sedangkan asas
optimisasi sering dikenal juga dengan prinsip ALARA (As Low As
Reasonably Achievable ) serta asas limitasi agar dosis yang telah di tetapkan
dan semua resiko paparan radiasi yang cukup tinggi dapat ditangani.
Prinsipnya adalah untuk mencegah bahaya radiasi, membatasi waktu
penyinaran dengan sesingkat mungkin dan menggunakan alat pelindung diri.
KEPMENKES Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan. Peraturan- peraturan tersebut
dijadikan tolak ukur untuk menilai apakah proteksi radiasi, alat pelindung diri
(APD), desain ruangan, dan nilai batas dosis pekerja sudah memenuhi standar
menurut peraturan yang telah diuraikan. Dengan penjelasan yang telah
diuraikan, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “
Implementasi Proteksi Radiasi Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit X”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Proteksi Radiasi di Instalasi Rumah Sakit X ?
2. Bagaimana Penerapan Proteksi Radiasi untuk pasien di Rumah Sakit
X?

C. Tujuan
1. Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui apakah
ruang Instalasi Radiologi di Rumah Sakit sudah menerapkan Proteksi
Radiasi
2. Untuk mengetahui proteksi radiasi pada pasien

D. Batasan Masalah
Pada penelitian ini berfokus kepada proteksi radiasi di suatu instlasi radiologi
rumah sakit dan edukasi terhadap pasien

E. Manfaat

1. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah menambah wawasan dan pengetahuan serta
pengalaman di bidang radiologi, khususnya tentang penerapan proteksi radiasi
di instalasi radiologi.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan masukan kepada manajement radiologi tentang penerapan
proteksi radiasi di instalasi radiologi.
3. Bagi Radiografer
Dapat mengetahui seberapa mengetahui seberapa pentingnya proteksi radiasi
di instlasi radiologi.

F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca memahami isi laporan ini, penulis
membagi 4 bab pokok pembahasan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penulisan, sistemika penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI yang meliputi dasar teori sinar x, pesawat
konvensional,asas proteksi radiasi,
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN
yang meliputi pengambilan data, hasil dan pembahasan
BAB IV : PENUTUP meliputi simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Dasar Sinar- x

Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C.Rontgen pada tahun 1895
merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek,
sehingga mempunyai daya tembus yang tinggi. Foton sinar-x dihasilkan ketika
elektron berkecepatan tinggi yang berasal dari katoda menabrak target pada anoda.
Elektron – elektron dari katoda ini berasal dari pemanasan filamen , sehingga pada
filamen ini akan terbentuk awan elektron. Elektron – elektron dari katoda ini akan
bergerak cepat menabrak bidang target (anoda) akibat diberikannya tegangan tinggi
atau beda potensial antara katoda dan anoda. Dari hasil tabrakan tersebut
menghasilkan foton sinar-x lebih kurang 1% dan sisanya 99% berupa energi panas.
Ada dua type kejadian yang terjadi kejadian yang terjadi di dalam proses
menghasilkan foton sinar-x yaitu, sinar-x bremsstrahlung dan sinar-x karakteristik.
Sinar- x berguna untuk terapi dan diagnose suatu penyakit. Penggunaan sinar- x
untuk diagnos sangat menguntungkan karena dapat mengetahui keadaan dalam tubuh
tanpa pembedahan maupun pembelahan dari pasien. Selain itu sinar- x memiliki
beberapa keuntungan antara lain :

1. Mendiagnosa sesuatu dalam jangka yang relative pendek


2. Mempunya efek yang relative kecil terhadap operator maupun pasien
3. Dapat mendiagnosa seluruh tubuh manusia

Keadaan tubuh dari pasien yang dilakukan penyinaran terhadap sinar- x dapat
dilihat dari hasil citrabpada film, sehingga akan memberikan informasi yang akurat
mengenai keadaan tubuh yang sebenarnya. Selain memberikan sifat yang
menguntungkan ternyata sinar-x juga memberikan sifat yang merugikan yaitu sinar
yang dikeluarkan dari general x- ray mempunyai sifat ionisasi terhadap suatu jaringan
yang dilewatinya, sehingga apabila sinar- x tersebut mengenai manusia secara
berlebihan maka akan dapat mengakibatkan efek-efek yang merugikan.

B. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi adalah merupakan hal yang sangat penting dalam
bidang radiologi. Kesalahan dalam penerapan sistem proteksi akan berakibat
fatal bagi pasien, operator dan masyarakat umum. Paparan radiasi terhadap
suatu objek harus dilakukan setepat mungkin yang meliputi pemilihan arus
(mA), beda potensial (kV), dan waktu (s) yang sesuai sehingga
menghasilkan gambar film yang baik tanpa merugikan pasien. Filsafah baru
tentang proteksi radiasi muncul dengan diterbitkannya Publikasi ICRP No.26
Tahun 1977. Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya
keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka
diperkenalkan tiga asas proteksi radiasi, antara lain yaitu :
1. Asas Justifikasi
Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat
mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan
setelah dilakukan pengkajian yang cukup mendalam dan
diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar
dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.
2. Asas Optimasi
Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal
dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan
mempertimbangkan factor ekonomi dan social. Asas ini
dikenal juga dengan sebutan ALARA atau As Low Reasonably
Achieveble. Dalam kaitanya dengan penyusunan program
proteksi radiasi asas optimisasi mengandung pengerrtian
bahwa setiap komponen dalam program telah dipertimbangkan
secara seksama, termasuk besarnya biaya yang dapat
dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas
optimisasi apabila semua komponen dalam program tersebut
disusun dan direncanakan sebaik mungkin dengan
memperhitungkan biaya yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ekonomi.
3. Asas Limitasi
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima
oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh
melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instalasi yang
berwenang. Untuk menjamin agar semua jaringan dan organ
tubuh kita tidak terkena efek-efek dari radiasi, maka selalu
diperhatikan teknik proteksi radiasi dengan menggunakan
beberapa teknik berikut ini : Pengaturan waktu adalah metode
penting untuk mengurangi penerimaan dosis. Dengan
mengurangi waktu bekerjanya radiasi, dosis yang diterima
dapat diminimalkan. Dosis radiasi yang diterima seseorang di
suatu tempat sangat dipengaruhi oleh faktor jarak, semakin
jauh jarak dari radiasi dosis yang diterima oleh seseorang di
tempat tersebut semakin berkurang.

Agar organ tidak terkena radiasi yang berlebih maka diperhatikan teknik proteksi
radiasi dengan menggunakan beberapa teknik berikut ini :

a) Waktu
Pengaturan waktu adalah metode penting untuk mengurangi penerimaan
dosis. Dengan mengurangi waktu bekerjanya radiasi, dosis yang diterimapun
dapat diminimalkan
b) Jarak
Dosis radiasi yang diterima seseorang di suatu tempat sangat dipengaruhi oleh
faktor jarak, dimana semakin jauh jarak dari sumber radiasi, dosis yang
diterima oleh seseorang di tempat tersebut semakin berkurang.
c) Perisai
Teknik proteksi radiasi yang selanjutnya adalah dengan menggunakan
penahan radiasi.

Secara Keseluruhan alat proteksi radiasi untuk petugas radiasi, pasien maupun
pengunjung (yang berada di dalam ruangan radiasi) yang digunakan atau tersedia di
Instalasi Radiologi antara lain : Lead Apron, Apron Thyroid, Gloves, Film Badge dan
Surveymeter.

1) Upaya Proteksi terhadap Petugas Radiasi


a. Menggunakan Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri berupa berupa apron digunakan jika
mengharuskan pekerja radiasi berada di ruang pemeriksaan
saat penyinaran dan ketika berhubungan langsung dengan alat
itu sendiri. Disediakan di setiap ruangan.
b. Personal Monitoring Radiasi
Film Badge yang disediakan oleh Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) - Departemen Kesehatan atau
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi
(PTKMR) - Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Termoluminisensi Dosimeter (TLD) yang disediakan
oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
-Departemen Kesehatan atau Pusat Teknologi Keselamatan dan
Metrologi Radiasi (PTKMR) - Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN)

2) Upaya Proteksi Radiasi Terhadap Pasien


a. Pemeriksaan radiologi hanya bisa dikerjakan atas perintah
dokter
b. Menghindari pengulangan dalam pembuatan foto
c. Membuat batasan atau mengatur kolimator sedemikian rupa
sehingga sedikit terjadi hamburan sinar radiasi
d. Menggunakan proteksi atau apron untuk penderita, misalnya
proteksi untuk gonad dan lain-lain
e. Menghindari pemeriksaan bagi wanita hamil, kalau tidak terlau
dibutuhkan
f. Apabila pemeriksaan sangat dibutuhkan kepada penderita yang
sedang hamil maka bagian janin atau perut harus ditutup
dengan load atau apron, sehingga janin terhindar dari radiasi.
g. Meminimalkan frekuensi paparan
h. Penyinaran sesuai kebutuhan
i. Menghindari pengulangan foto

3) Upaya Proteksi Radiasi Terhadap Lingkungan


a. Penempatan sinar-x harus ditempatkan di ruang yang kedap
radiasi
b. Tidak ada bocoran radiasi yang keluar dari ruangan pesawat
sinar-x baik tembok dan pintu
c. Memberi tanda di setiap pintu masak maupun pintu keluar
dengan lampu merah dalam keadaan menyala berarti sedang
terjadi pemeriksaan
d. Memeberi tanda yang bisa dibaca oleh umum bahwa ruangan
tersebut adalah daerah radiasi.
e. Memberi peringatan kepada pengantar penderita agar tidak ikut
masuk kedalam ruang pemeriksaan.
4) Peralatan Pelindung Radiasi

a. Apron
Apron yang setara dengan 0,2 mm Pb, atau 0,25 mm Pb
untuk Penggunaan pesawat sinar-X Radiologi Diagnostik,
dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 Pb untuk pesawat sinar-X
Radiologi Intervensional. Tebal kesetaran timah hitam harus
diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

b. Pelindung Gonad

Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm (nol koma


dua milimeter) Pb, atau 0,25 mm

c. Tabir

Tabir yang digunakan oleh Radiografer harus dilapisi


dengan bahan yang setara dengan 1 mm Pb. Ukuran tabir
adalah sebagai berikut: tinggi 2 m (dua meter), dan lebar 1
m yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara dengan
1 mm Pb. (Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 Tahun
2011).

5) Desain Ruangan Radiologi


Persyaratan Ruangan :
a. Letak unit atau instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau
dari ruangan gawat darurat, perawatan intensive care, kamar
bedah dan ruangan lainnya.
b. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran dan alarm sesuai dengan kebutuhan
c. Suhu ruang pemeriksaan 20-24 °C dan kelembaban 40 - 60 %
d. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.

Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran dan luas ruangan yang
dibutuhkan sebagai berikut :

1) Ketebalan Dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3
atau beton dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam
(Pb), sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar-X tidak
melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun.

2) Pintu dan Ventilasi


Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam dengan
ketebalan tertentu sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar-
X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per
tahun). Ventilasi setinggi 2 meter dari lantai sebelah luar agar orang di luar
tidak terkena paparan radiasi.
3) Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala
pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran
(lampu peringatan tanda bahaya radiasi).

4) Jenis dan ukuran ruangan penyinaran atau Ruang X-ray


5) Ukuran Ruangan Sesuai kebutuhan/besarnya alat.
Ruang X-ray tanpa fluoroskopi, minimal: Alat dengan kekuatan s/d 125 KV:
4m (p) x 3m (l) x 2,8m (t).
Alat dengan kekuatan >125 KV : 6,5m (p) x 4m (l) x 2,8m (t)
Ruang X-ray dengan fluoroskopi : 7.5m (p) x 5,7m (l) x 2,8m (t).

6) Ruang Baca Dan Konsultasi Dokter


Terpisah dari ruangan pemeriksaan dan luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan, minimal 2m (p) x 2m (l) x 2,7m (t) untuk dokter spesialis
radiologi dan dapat menampung 1 buah meja kerja, 2 buah kursi, dan 1 buah
lemari dan light box

7) Ruang CR dan PACS

Ukurannya minimal 3m (p) x 3m (l) x 2,8m (t). Dapat menampung


tempat printer, tempat processing, dan tempat rekam medik elektronik.
Diengkapi dengan AC. Suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan
alat.

8) Ruang Ganti Pasien


Ada disetiap ruang pemeriksaan, luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan, minimal 1m (p) x 1,5m (l) x 2,7m (t) dan dilengkapi dengan
lemari baju/locker.
9) Kamar Mandi
Dengan ukuran minimal 1,5m (p) x 1m (l) x 2,7m (t). m. Ruang
tunggu dan ruang administrasi mempunyai ukuran yang disesuaikan dengan
kebutuhan. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014 Tahun 2008).

B. Hipotesis
Penelitian ini masih belum dilaksakan, gambaran mengenai hipotesis yaitu apabila
prosedur proteksi radiasi di instalasi radiologi sesuai dengan PERKA BAPETEN
maka ada hubungan antara prosedur penerapan proteksi radiasi di instalasi
radiologi dengan , ruangan, proteksi dan pasien. Jika tidak ada pengaruh maka
tidak terdapat hubungan antara prosedur proteksi radiasi di instalasi radiologi
dengan ruangan, proteksi dan pasien.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian karya tulis ini adalah
Metode Deskriptif-Kuantitatif. Menurut Bungin (2015, hlm. 48-49)
penelitian deskriptif kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi,
situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian
sebagaimana adanya yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi, serta
yang dapat diungkapkan melalui bahan-bahan dokumenter
Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi, survey dan
dokumentasi.
B. Tempat dan waktu penelitian
Tempat : Rumah Sakit X
Waktu :

C. Populasi dan subyek penelitian


Populasi dan subyek pada penelitian ini adalah pasien dan tenaga
kesehatan

D. Definisi Operasional

Sinar- X Merupakan gelombang


elektromagnetik dengan panjang
gelombang sangat pendek, sehingga
mempunyai daya tembus yang
tinggi.
Proteksi Radiasi Merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan atau teknik yang
mempelajari masalah kesehatan
manusia maupun lingkungan dan
berkaitan dengan pemberian
perlindugan kepada seseorang atau
kelompok orang
Asas Justifikasi Bahwa manfaat dari kegiatan
tersebut cukup besar dibandingkan
dengan kerugian yang dapat
ditimbulkan.
Asas Optimasi Semua komponen dalam program
tersebut disusun dan direncanakan
sebaik mungkin dengan
memperhitungkan biaya yang dapat
dipertanggung jawabkan secara
ekonomi.

Asas Limitasi Dosis radiasi yang diterima oleh


seseorang dalam menjalankan suatu
kegiatan tidak boleh melebihi nilai
batas yang telah ditetapkan oleh
instalasi yang berwenang

E. Instrumen Operasional Dan Cara Pengumpulan Data


1. Instrumen Operasional
Unit Radiologi, Pasien
2. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah
adalah dengan cara :
A. Survey
Perolehan data dengan teknik ini yaitu dengan menyebarkan
quisioner yang harus diisi oleh pasien dan nakes.
B. Dokumentasi
Perolehan data dengan teknik ini yaitu dengan meminta data
rumah sakit mengenai rancangan bangunan ruang instalasi
radiologi, dan mendokumentasikan proteksi radiasi yang ada di
instalasi radiologi.
C. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung
terhadap lingkungan instalsi radiologi untuk memperoleh data
mengenai penerapan proteksi radiasi di rumah sakit x

G. Cara Analisis Data


Data yang yang diperoleh dari penelitian ini adalah data survey
dan dokumentasi. Data survey ini dengan memberikan kuesioner pada
pasien, tenaga kesehatan yang ada dirumah sakit serta beberapa
radiografer. Kuesioner tersebut berisi beberapa pernyataan tentang
proteksi radiasi. Untuk data dengan dokumentasi dilakukan dengan
pengambilan gambar proteksi radiasi yang ada di unit radiologi rumah
sakit. Setelah data sudah terkumpul, data dengan kuesioner nantinya
akan dihitung dan di rata-rata.

H. Etika Penelitian
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan,
dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan
memeberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan
informed consent adalah agar partisipan mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia maka
mereka harus mendatatangani lembar persetujuan, serta nersedia
direkam dan jika partisipan tidak bersedia maka peneliti menghormati
hak partisipan.
2. Tanpa Nama (Anonomity)
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan
dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya,
semua partisipan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil
penelitiaan.

I. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan beberapa tahap pelaksanaan, yaitu :
1. Tahap Persiapan Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan
studi kelayakan permasalahan. Selanjutnya, melakukan proses
administrasi pengajuan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan suvey dengan menggunakan lembar quisioner yang
sudah terlampir
b. Melakukan dokumetasi dengan mengambil gambar proteksi radiasi
di rumah sakit

3. Tahap Pengolahan Data


a. Melakukan olah data yang telah didapat dari hasil survey yang ada,
lalu dilakukan perhitungan untuk mengetahui penerapan proteksi
radiasi untuk instalasi radiologi dan pasien
b. Menyajikan hasil pengolahan data tersebut dalam karya tulis ilmiah

4. Tahap Akhir
a. Melakukan pengesahan hasil penelitian kepada Program Studi D3
Radiologi Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta
b. Mempresentasikan hasil pembahasan yang telah diolah pada saat
seminar hasil dan melakukan perbaikan atau revisi sesuai seminar
hasil

DAFTAR PUSTAKA

KEPMENKES,1014. 2008. Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik

KEPMENKES,104. 2010. Standar Pelayanan Radiologi Doagnostik Disarana


Pelayanan Kesehatan

Bungin, Burhan. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers

Soraya NF. Proteksi Radiasi di Instalasi Radiologi RSUD Moewardi Surakarta


[Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2011.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Peraturan Kepala Pengawas Tenaga Nuklir No. 8
Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostik Intervensional. Jakarta: BAPETEN; 2011
Peraturan Pemerintah RI. Undang-Undang No. 33 tahun 2007 tentang Keselamatan
Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber radioaktif. Jakarta; 2007.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi.


Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai