Review jurnal ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Praktik Kerja Lapangan III
Excel Vidya Shafa
(18230020)
POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA III RADIOLOGI
YOGYAKARTA
2021 REVIEW JURNAL 1
Judul Karakteristik Klinis Trauma Kepala pada Anak di RS Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta Jurnal Sari Pediatri Penulis Msy Rita Dewi MS, Irawan Mangunatmadja, Yeti Ramli Tahun 2008 Volume dan halaman Vol. 9, Nomor 5 Reviewer Excel Vidya Shafa Tanggal review 29 Januari 2021 Lokasi penelitian RS. Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu penyebab anak dibawa ke rumah sakit. Pada umumnya trauma terjadi karena kecelakaan lalu lintas. Di Amerika sekitar 300.000-400.000 anak dirawat karena cedera. Di Indonesia hanya ada data sporadis. Tujuan Penelitian Tujuan dari jurnal ini untuk mendapatkan gambaran karakteristik klinis pada anak dengan cedera kepala di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Metodologi Penelitian Penelitian merupakan studi deskriptif retrospektif. Data dikumpulkan dari catatan medik kasus cedera kepala yang datang berobat di IGD RS Cipto Mangunkusumo, poli rawat jalan divisi neurologi anak RSCM dari bulan Januari 2004 sampai Juli 2005. Hasil Penelitian Pada penelitian Parslow SKG yang sering adalah 3-8 yang terjadi pada pejalan kaki dengan riwayat kehilangan kesadaran >5 menit. Pada penelitian ini SKG yang banyak dijumpai antara 13- 15. Hal ini karena pada saat anak dibawa ke rumah sakit kondisi masih baik dan mekanisme trauma mungkin tidak berat. Anak dibawa karena kepanikan orang tua melihat anaknya cedera kepala. Sedangkan dari penelitian Reed sebagian besar alasan anak dibawa ke rumah sakit karena ada riwayat kehilangan kesadaran. Pedoman AAP menyatakan bahwa bila terdapat riwayat kehilangan kesadaran 1 menit atau lebih merupakan indikasi untuk observasi ketat dan melakukan pemeriksaan CT-scan. Tidak semua kasus cedera kepala dilakukan pemeriksaan radiologi sederhana. Pada penelitian ini pemeriksaan radiologi dilakukan pada 183 kasus (36,4%). Radiologi dilakukan bila dokter mencurigai kemungkinan adanya fraktur kranium, terutama pada pasien yang tidak sanggup melakukan pemeriksaan CT Scan kepala. Dari kasus yang diperiksa radiologi 66,1% normal. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Reed bahwa dari anak dengan cedera kepala yang dilakukan pemeriksaan radiologi sederhana, terbanyak dengan hasil normal. Fraktur tengkorak biasanya jarang terjadi pada anak-anak kecuali bila ada benturan yang kuat hal ini karena adanya sifat plastis dari kepala anak. Namun bila dijumpai adanya fraktur tengkorak harus diwaspadai kemungkinan perdarahan intrakranial. Pemeriksaan CT-Scan hanya dilakukan pada 196 orang (38,9%) karena kesulitan biaya. Dari pasien yang dilakukan pemeriksaan CT-Scan 37 (18,9%) orang mengalami perdarahan intrakranial. Pada anak-anak, perdarahan intrakranial biasanya disertai juga dengan fraktur di tengkorak. Dari kepustakaan pada anak di atas 5 tahun jarang terjadi perdarahan intrakranial kecuali benturan yang sangat kuat, namun pada anak < 1 tahun sering terjadi perdarahan intrakranial (shaken baby sindrom). Terapi yang diberikan pada umumnya tidak ada yang khusus (65,6%) namun pada kasus cedera sedang sampai berat, pasien mendapat pengobatan citikolin. Dari kepustakaan tidak ada obat khusus, namun bila terdapat perdarahan atau edema serebri maka obatobatan yang diberikan untuk mengatasi edema atau perdarahan tersebut. American Academy of Pediatric menyatakan bahwa tindakan utama adalah melakukan CT-scan bila dijumpai riwayat kehilangan kesadaran lebih dari satu menit. Untuk tindakan lanjut berdasarkan hasil temuan dari CT-Scan apakah harus dioperasi atau hanya obat- obatan. Kesimpulan Jumlah kasus trauma kepala pada anak usia < 15 tahun di RSCM selama kurun waktu Januari 2004 hingga Juli 2005 sebanyak 503 pasien. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 1,7 : 1, dengan kelompok usia terbanyak antara 6-10 tahun. Keluhan yang terbanyak nyeri kepala dan muntah. Gangguan saraf kranialis tidak banyak dijumpai. Hasil pemeriksaan radiologi hanya sedikit yang abnormal, jarang terjadi fraktur tengkorak pada anak- anak kecuali bila ada benturan yang kuat hal ini karena adanya sifat plastis dari kepala anak. Pada pasien yang dilakukan pemeriksaan CT-Scan 7,7 % dari seluruh kasus yang mengalami perdarahan intrakranial. Tidak ada tata laksana khusus, namun pada kasus cedera kepala sedang sampai berat, pasien diobati dengan citikholin REVIEW JURNAL 2
Judul PENENTUAN LOCAL DIAGNOSTIC REFERENCE
LEVEL (LDRL) PASIEN PEDIATRIK PADA PEMERIKSAAN CT KEPALA BERDASARKAN NILAI SIZE-SPESIFIC DOSE ESTIMATES (SSDE) Jurnal Journal of Vocational Health Studies Penulis Risalatul Latifah, Naily Z. Jannah, Dezy Z.I. Nurdin, Budi P Tahun 2019 Volume dan halaman Volume 2, Nomor 3 Reviewer Excel Vidya Shafa Tanggal reviewer 29 Januari 2021 Lokasi penelitian Rumah Sakit X Latar belakang CT-Scan memberikan kontribusi besar dalam penerimaan dosis radiasi pada pasien. Terlebih lagio pada pasien pediatric atau nak-anak. Local DRL (Diagnostic Refrence Level) menjadi salah satu upaya optimisasi radiasi pada pasien di setiap fasilitas kesehatan. Selama ini nilai LDRL ditentukan dari CDTIvol yang ditampilkan dari workstation CT-Scan. Namun CTDI memiliki kelemahan yaitu tidak relevan untuk CT berkas lebar dan hanya merupakan dosis output alat, tidak memperhatikan ukuran pasien. SSDE merupakan koeksi dosis berdasarkan ukuran geometri pasien. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi profil dosis pasien pediatric pada pemeriksaan CT-Scan Kepala berdasarkan nilai SSDE untuk menentukan LDRL. Metodologi penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu menghimpun data dosis pasien paediatrik yang menjalani pemeriksaan CT Scan Kepala dengan tipe alat Siemens DURA 422-MV 16 Slice di rumah Sakit “X” dalam kurun waktu Juli-Desember 2017. Sampel diukur diameter lateral dan anterior- posterior untuk menentukan faktor koreksi. Hasil catatan CTDIvol dan faktor konversi akan menentukan nilai SSDE. Data kuartil ketiga dari SSDE ditetapkan sebagai LDRL. Hasil penelitian Nilai SSDE pada ketiga kelompok menunjukkan tren yang sama yaitu lebih kecil dari nilai CTDIvol. Adanya koreksi dari faktor ƒ16X memberikan estimasi dosis yang diterima pasien tereduksi sebesar 2,6%, 8,5% dan 20% berturut-turut untuk umur 0-1 tahun, 2-5 tahun dan 6-10. Penerimaan dosis pasien dipengaruhi oleh tegangan tabung, arus filamen, rotation time, scan length, jumlah fase dan pitch. Pembahasan Diagnostic reference level (DRL) menjadi salah satu upaya optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi pada pasien. Diagnostic reference level bermanfaat sebagai alat pendukung audit dosis untuk mewujudkan prinsip penerimaan dosis pasien serendah mungkin yang dapat dicapai dengan tetap memperhatikan kualitas citra yang memadai untuk keperluan diagnostik atau ALARA (As Low As Reasonably Achievable) (Rahadhy dan Intanung, 2014). Nilai LDRL didapatkan dari pengolahan statistik dari sebaran data pemeriksaan pasien dalam jangka waktu tertentu tidak selayaknya diambil rerata dari keseluruhan data pasien yang ada di setiap fasilitas kesehatan. LDRL ditetapkan berdasarkan kategori anak-anak dan dewasa. Penentuan LDRL menggunakan CTDIvol akan kurang reprentatif pada kategori pasien anak- anak. Mengingat rentang berat badan berkisar dari 3- 50 kg sedangkan verifikasi CTDIvol menggunakan fantom ukuran 16 cm dan 32 cm. Penelitian ini mengklasifikasikan LDRL pada anak-anak berdasarkan rentang usia. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2, nilai SSDE masing-masing kelompok memiliki perbedaan namun ada tren lurus yaitu meningkatnya kelompok umur menghasilkan nilai SSDE semakin besar. Sebagai sistem audit dosis pasien, nilai LDRL ini harus direview secara regular. Nilai LDRL tersebut setiap tahunnya diharapkan lebih rendah lagi. Dengan memperbaiki faktor-faktor parameter maupun skill radiografer yang mengakibatkan pemberian dosis lebih besar. Sebagai langkah review, data di atas nilai kuartil 3 atau diatas nilai DRL dikaji. Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 menyajikan sebaran dosis dari semua sampel serta nilai LDRL tiap kelompok umur. Nilai yang di atas nilai DRL dievaluasi dari pemilihan parameter exposure yang digunakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi DRL antara lain: scan length, arus tabung (mAs), penggunaan mAs modulation, beda potensial, pitch, rotation time, penggunaan iterative reconstruction dan jumlah fase. Kesimpulan Estimasi dosis yang diterima pasien pediatric yang menjalani pemeriksaan CT kepala berupa nilai SSDE telah dilakukan. Dari hasil nilai SSDE dapat ditentukan nilai DRL untuk kelompok umur 0-1 tahun, 2-5 tahun dan 6-10 tahun berturut-turut 23,1±1,5 mGy, 24,3± 1,8 mGy dan 27,5± 10,5mGy. Faktor yang mempengaruhi penerimaan dosis antara lain scan length, tegangan tabung (kVp), arus tabung (mAs), rotation time, jumlah fase dan pitch. KESIMPULAN
Tidak semua cidera dapat langsung melakukan pemeriksaan CT-Scan
kepala. Berdasarkan pedoman AAP menyatakan bahwa bila terdapat riwayat kehilangan kesadaran 1 menit atau lebih merupakan indikasi untuk observasi ketat dan melakukan pemeriksaan CT-Scan. Ada banyak cara untuk mendeteksi cidera pada anak selain melalui CT-Scan. CT Scan tidak dapat langsung dilakukan secara bebas, hal itu disebabkan oleh dosis radiasi yang dihasilkan lebih besar dan apabila tidak terdapat fraktur pada tulang tengkorak maka CT Scan tidak dapat dilakukan. Kriteria klinis untuk neuroimaging setelah trauma kepala minor pada anak-anak masih belum jelas, dan tidak ada konsensus mengenai pemilihan pasien untuk CT.13-17 Sementara beberapa penulis menekankan LOC, amnesia, patah tulang tengkorak, erasi kulit kepala, atau perubahan perilaku sebagai indikator yang dapat diandalkan dari ICI, yang lain tidak menemukan prediktor klinis yang konsisten dari temuan CT positif pada anak-anak yang tidak bijaksana. tanda- tanda kondisi patologis intra kranial. CT Scan memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan dosis radiasi pada pasien. Terlebih pada pasien pediatrik atau anak-anak. Jaringan tubuh anak- anak memiliki radiosensitif lebih besar dibanding orang dewasa sehingga memiliki potensi efek karsinogenik yang lebih besar. Berrington mengestimasi sebanyak 4.350 jenis kanker baru dapat diinduksi oleh pemeriksaan CT Scan dalam satu tahun di Amerika Serikat (Berrington et al., 2009). \ Daftar Pustaka
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis
Hubungan Penanganan Oksigenasi Pasien Gawat Dengan Peningkatan Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien Cedera Otak Sedang Di Igd Rsud DR Abdoer Rahem Situbondo