Dosen Pengajar :
Ns. Suheti, M. Kep
Disusun oleh :
Imelda Sitepu
202143018
Problem :
Untuk mengetahui rasio neutrophil limfosit dapat dipakai
sebagai prediktur luaran cedera kepala sedang dan berat yang
dilakukan operasi kraniotomi.
Intervensi Penelitian :
Pasien cedera kepala sedang dan berat (GCS 7-13) di
multisenter Rumah Sakit yaitu : RSUPN Cipto
Mangunkusumo (RSCM), RSUP Fatmawati (RSF) dan
RSUD Koja November 2019 – November 2020.
Kriteria Ekslusi adalah pasien cedera kepala sedang dan berat
(GCS 7-13) saat admisi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
sudah lebih dari 24 jam dan pasien cedera kepala sedang dan
berat yang menolak operasi.
Cedera kepala tetap menjadi penyebab kematian paling
umum pada individu yang berusia kurang dari 40 tahun, dan
insiden serta beban sosial cedera kepala di negara-negara
berkembang juga meningkat.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa neuroinflamasi
merupakan mekanisme cedera penting yang berkontribusi
terhadap neurodegenerasi dan gangguan neurologis yang
terkait dengan cedera.
Neuroinflamasi pasca trauma di tandai dengan aktivitas sel
glial, rekruitmen leukosit dan penngkatan mediator-mediator
inflamasi.
Neuroinflamasi sebagai respons terhadap cedera kepala
melibatkan aktivitas sel glial (mikroglia dan astrosit),
pelepasan mediator inflamasi di dalam otak, dan perekrutan
sel imun perifer (leukosit). Cedera kepala adalah patologi
multisistem dengan interaksi kompleks antara otak, perifer
dan sistem imun tubuh.
Mikroglia adalah sel imun penghuni utama otak yang
diperkirakan berasal dari makrofag/monosit dari sumsum
tulang lebih awal selama embryogenesis.
Rasio neutrophil limfosit (RNL), yang merupakan indikator
penting untuk memprediksi status inflamasi pasien, telah
ditunjukkan sebagai predictor prognosis pada pasien dengan
kondisi yang melibatkan otak termasuk tumor glial, stroke
iskemik, stroke hemoragik dan status epilepticus konvulsif.
Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan perhitungan
rasio neutrophil limfosit mudah dilakukan dan di aplikasikan
pada pasien dengan cedera kepala dengan GCS 7-13 (sedang-
berat) yang akan dilakukan operasi kraniotomi.
4 O (Outcome) Dari 54 orang pasien cedera kepala sedang dan berat (GCS
7-13) tahun 2019-2020 di dapatkan dominasi laki-laki 41
(75,9%) pasien dn perempuan 13 (24,1%) pasien.
Median GCS pre operasi 12 (7-13), gejala klinis pupil
anisokor 33 (61,1%), kejang 5 (9,3%), hemiparesis 1
(1,86%), median GCS pasca operasi hari ke lima dan ke tujuh
14 (6-15).
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan median RNL pada
7,4 (1,9-26,2). Kurva area Receiver Operating Characteristic
(ROC) berada di atas diagonal dan Area Under Curve (AUC)
mencapai 80,8% sehingga dapat digunakan untuk diagnose.
Dalam hubungan kategori RNL dan perbaikan GCS,
menunjukkan bahwa perbaikan GCS pasien hari ke lima dan
hari ke tujuh pasca operasi lebih tinggi pada RNL < 9,8
dengan nilai p < 0,001.
Kesimpulan :
Terdapat hubungan antara RNL dan GCS pada kasus cedera kepala, sehingga RNL dapat
dijadikan sebagai biomarker neuroinflamasi yang memberikan nilai prognostik pada kasus
cedera kepala yang dilakukan operasi kraniotomi. Nilai RNL yang rendah memiliki luaran
fungsional yang sebaliknya pada pasien dengan RNL yang tinggi dengan luaran fungsional
yang buruk.