Disusun Oleh:
Nama : Tirsa J Sumaning
Nim: 231420106
ABSTRAK
Cedera kepala merupakan trauma langsung atau tidak langsung mengakibat
kerusakan pada otak. Persentase cedera kepala di Sumatera Barat karena
kecelakaan sepeda motor 49,5 %, karena terjatuh sebanyak 33,2% dan karena
benda tajam dan tumpul sebanyak 7,4%.Pasien yang dirawat dengan cedera
kepala di RSUP Dr. M. Djamil Padang dalan 3 tahun terakhir sebanyak 1581
kasus. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan cedera kepala diruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Jenis penelitian deskriptif dengan desain studi kasus.Pengambilan kasus pada
tanggal 06 – 11 Maret 2018 di ruangTrauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
.Populasi pasien cedera kepala sedang dan subjek penelitian 2 partisipan, sampel
diambil dengan teknik purposive sampling.Instrumen pengumpulan data berupa
format pengkajian sampai evaluasi keperawatan, pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau
tidak langsung terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan
tengkorak dan otak. Cedera kepala merupakan cedera pada kulit
kepala, cedera tengkorak dan cedera yang terjadi pada otak, sehingga
fungsi otak dapat mengalami perdarahan interstisial dalam otak atau
tanpa terputusnya kontuitas otak. Cedera kepala biasanya diakibatkan
karena benturan dan kecelakaan (Muttaqin, 2011).
Cedera kepala sering terjadi pada anak usia remaja dan dewasa, terutama
pada kaum laki-laki yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dan
kekerasan seperti tawuran. Sehingga dapat menyebabkan benturan
pada basis krania (dasar tengkorak) yang bisa terjadi secara langsung
maupun tidak langsung (Satyanegara, 2010).
Dampak masalah yang terjadi pada cedera kepala yaitu perdarahan intra
kranial seperti hematoma epidural, hematoma subdural. Pasien juga
bisa mengalami amnesia, perubahan neurologis dan psikologis
(Borley dan Grace, 2007). Dari tanda gejala dan dampak cedera kepala
tersebut masalah yang biasa muncul pada pasien yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak,
nyeri akut dan resiko infeksi (NANDA International, 2015 - 2017).
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengatur posisi pasien
untuk memaksimalkan ventilasi, kolaborasi dalam pemberian oksigen,
monitor tanda-tanda vital, manajemen nyeri, monitor tingkat kesadaran
dengan GCS, monitor jika terjadinya perdarahan secara tiba-tiba
(NOC-NIC, 2015).
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Laporan penelitian ini dapat mengaplikasikan dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan dalam menerapkan
cedera kepala di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tahun 2018.
2. Bagi Tempat Penelitian
Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien cedera
kepala di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tahun 2018.
3. Institusi Pendidikan
Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan
keperawatan pada pasien cedera kepala di RuanganTrauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian
berikutnya untuk menambah pengetahuan dan data dasar untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Cedera Kepala
1. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung, dengan disertai atau tanpa disertai perdarahan
yang disebabkan karena gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2011).
Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh
kekuatan eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran
dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi tingkah laku dan
emosional (Padila,2012).
4. Patofisiologi
Cedera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul seperti
terjatuh, dipukul dan kecelakaan yang dapat mengenai kepala dan otak
sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada fungsi otak dan
seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma mengenai ekstra kranial akan
dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala dan pembuluh
darah sehingga terjadi perdarahan. Apabila perdarahan yang terjadi
terus– menerus dapat menyebabkan terganggunya aliran darah
sehingga terjadi hipoksia. Akibat hipoksia ini otak mengalami edema
serebri dan peningkatan volume darah di otak sehingga tekanan intra
kranial akan meningkat. Namun bila trauma mengenai tulang kepala
akan menyebabkan fraktur yang dapat menyebabkan desakan pada
otak dan perdarahan pada otak, kondisi ini dapat menyebabkan cedera
intra kranial sehingga dapat meningkatkan tekanan intra kranial,
dampak peningkatan tekanan intra kranial antara lain terjadi kerusakan
jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial
terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
mobilitas (Borley dan Grace, 2007)
11. Penatalaksaan
Menurut Rendy dan Margareth (2012 Terapi yang dapat diberikan
pada pasien dengan cedera kepala adalah :
a. Memberikan oksigen
b. Monitor tingkat kesadaran dengan GCS
c. Terapi hiperventilasi untuk mengurangi vasodilatasi
d. Glukokortikoid biasanya deksametason dan metilprednison untuk
mengurangi edema otak
e. Mengontrol metabolisme otak dapat diberikan barbiturate,
pentobarbital atau thiopental untuk mencegah hipoksia dan
iskemia.
f. Pemberian antibiotik yang mengandung barrier darah otak seperti
penicilin dan untuk infeksi anaerob diberikan metrodinazol
g. Monitor tanda-tanda vital
h. Monitor intake dan output
i. Berikan pasien istirahat yang cukup
4) Aspek neurologis
a) Kaji GCS : biasanya pasien cedera kepala GCS nya
tergantung berat, sedang, ringannya (cedera kepala
ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13, cedera kepala
berat 3-8)
b) Perubahan status mental
c) Nervus carnialis (biasanya pasien yg mengalami cedera
kepala pola bicara abnormal)
d) Perubahan pupil atau penglihatan kabur, diplopia, foto
pobia, kehilangan sebagian lapang pandang
e) Perubahan tanda – tanda vital : biasanya tekanan darah
pasien cedera kepala naik/turun
f) Biasanya pasien mengalami gangguan pengecapan dan
penciuman, serta pendengaran
g) Pasien mengalami adanya tanda – tanda peningkatan
TIK seperti : penurunan kesadaran, gelisah letargi, sakit
kepala, muntah proyektif, pelambatan nadi, pelebaran
tekanan nadi, peningkatan tekanan darah sistolik
h) Aspek kardiovaskuler
Biasanya pasien mengalami perubahan TD, denyut nadi
tidak teratur, TD naik, TIK naik
i) Sistem pernafasan : Biasanya pasien mengalami
perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi), irama dan frekuensi nafas lemah
j) Pengkajian psikologis
Biasanya pasien mengalami gangguan emosi terhadap
penyakit yang dideritanya, elirium, perubahan tingkah
laku atau kepribadian
k) Pengkajian sosial
Mengkaji bagaimana hubungan pasien dengan orang
terdekat, kemampuan komunikasi pasien dengan orang
lain.
l) Nyeri / kenyamanan : biasanya pasien mengalami sakit
kepala dengan intensitas dan lokasi berbeda, respon
menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian
studi kasus.. Penelitian deskriptif adalah suatu metode tentang keadaan pasien secara
objektif dengan pendekatan studi kasus (Nursalam, 2015). Penelitian ini diarahkan
untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Cedera Kepala di Ruang Rawat Bedah Trauma Center RSUP. Dr. M.Djamil
Padang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Rawat Bedah Trauma Center RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Waktu penelitian dilakukan dari bulan September 2017 - Juni 2018.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 5 orang dengan diagnosa cedera kepala yang
dirawat di Ruang Rawat Bedah Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
tahun 2018.
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dipengaruhi sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah
2 pasien dengan diagnosa Cedera Kepala sedang yang dirawat di Ruang Rawat
Bedah Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik
pemilihan partisipan atau penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantaranya populasi berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan. Cara
pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengundi untuk dipilih sebagai
sampel penelitian.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini antara lain :
a. Inklusi
1) Klien dan keluarga bersedia menjadi responden
2) Klien cedera kepala dengan cedera kepala sedang
D. Instrument Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implemanstasi
keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari
tensimeter, stetoskop, thermometer, dan penlight. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan medikal bedah terdiri dari identitas pasien,
identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan
fisik, data psikologis, sosial dan spiritual. Pemeriksaan laboratariu dan teori
pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, masalah dan
etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik,
diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah serta tanggal dan
paraf pemecahannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik,
hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, impplementasi keperawatan dan paraf
yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, hari
dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan dan paraf yang
mengevaluasi tindakan keperawatan.
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian seperti, identitas pasien,
identitas penanggung jawab pasien, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), dan activity daily living
seperti makan, minum, BAB, BAK, istirahat dan tidur.
2. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien,
seperti keadaan umum pasien, respon nyeri pada pasien cedera kepala,
mengamati tingkat kesadaran pasien, mengamati proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa yang ditegakkan, intervensi, implementasi dan evaluasi serta
mengamati perkembangan pasien tiap harinya.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian metode studi dokumentasi digunakan peneliti melihat hasil
laboratarium pasien, catatan perkembangan pasien, arsip dan hasil rontgen.
F. Analisis
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan
dibandingkan dengan teori.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.2
Diagonsa keperawatan pada partisipan 1 dan 2
Partisipan I Partisipan II
Diagnosa berdasarkan studi Diagnosa berdasarkan studi
dokumentasi: dokumentasi:
1. Gangguan perfusi jaringan 1. Gangguan perfusi jaringan
serebri berhubungan serebri berhubungan dengan
dengan trauma kepala trauma kepala
2. Nyeri akut berhubungan 2. Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik dengan agen cedera fisik
3. Resiko perdarahan 3. Hipertermi
Diagnosa berdasarkan observasi Diagnosa berdasarkan observasi
peneliti : peneliti :
1. Nyeri akut 1. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan berhubungan dengan
agen cedera fisik gangguan neurologis
2. Kerusakan integritas 2. Ketidakefektifan perfusi
kulit berhubungan jaringan ke perifer
dengan factor mekanik berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke
perifer
3. Resiko infeksi
4. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC dan
NOC. Intervensi yang dapat disusun berdasarkan diagnosa pada partisipan 1 dan 2
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Dx 1 : Resiko ketidakefektifan Dx 1 : Ketidakefektifan pola
perfusi jaringan otak nafas berhubungan dengan
berhubungan dengan trauma gangguan neurologis
kepala NOC :
NOC : a. Status pernafasan : ventilasi
a. Status sirkulasi 1) Frekuensi pernafasan dalam
1) Tekanan darah sistol rentang normal
dalam rentang normal 2) Tidak ada retraksi dinding
2) Tekanan darah diastol dada
dalam rentang normal 3) Tida mengalami dispnea saat
3) Saturasi O2 dalam istirahat
rentang normal 4) Tidak ditemukan ortopnea
4) Tekanan PaO2 (tekanan 5) Tidak ditemukan atelektasis
parsial O2 dalam darah NIC :
arteri) dalam rentang normal a. Terapi oksigen
5) Tekanan PaCO2 (tekanan 1) Pertahankan kepatenan
parsial CO2 dalam darah jalan nafas
arteri) dalam rentang normal 2) Atur peralatan oksigen
b. Perfusi jaringan serebral 3) Monitor aliran oksigen
1) Mempertahankan 4) Pertahankan posisi pasien
tekanan intracranial 5) Observasi adanya tanda-
2) Tekanan darah tanda hipoventilasi
dalam rentang 6) Monitor adanya kecemasan
normal b. Monitor tanda-tanda vital
3) Tidak ada nyeri kepala 1) Monitor tekanan darah,
4) Tidak ada muntah nadi, suhu, dan frekuensi
1) Memonitor tingkat pernafasan
kesadaran 2) Catat adanya flutuasi
NIC tekanan darah
a. Terapi oksigen 3) Monitor kualitas nadi
1) Periksa mulut, 4) Monitor suara paru
hidung, dan sekret 5) Monitor suara pernafasan
trakea 6) Monitor suhu, warna, dan
2) Pertahankan jalan nafas kelembapan kulit
yang paten
3) Atur peralatan
oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi
pasien
6) Observasi tanda-tanda
hipovolemi
7) Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
b. Monitor peningkatan
intracranial
1) Monitor tekanan perfusi
serebral
2) Catat respon pasien
terhadap stimulasi
3) Monitor tekanan
intrakranial pasien dan
respon neurologi
terhadap aktifitas
4) Monitor intake dan
output cairan
5) Kolaborasidalam
pemberian antibiotik
6) Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
7) Minimalkan stimulasi
dari lingkungan
c. Monitor vital signs
1) Monitor TD, nadi, suhu
dan RR
2) Monitor vital sign saat
pasien berbaring, duduk
dan berdiri
3) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
4) Monitor TD, nadi, RR
sebelum dan sesudah,
selama dan setelah
aktivitas
5) Monitor kualitas nadi
6) Monitor frekuensi
dan irama pernafasan
7) Monitor pola
pernafasan abnormal
8) Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit
9) Monitor sianosis perifer
10) Monitor adanya clushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
11) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
Dx 2 :Nyeri akut Dx 2 : Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
berhubungan dengan agen
NOC :
cedera fisik c. Status sirkulasi
1) Tekanan darah sistol dalam
NOC :
rentang normal
a. Level nyeri
2) Tekanan darah diastol
1) Melaporkan nyeri
dalam rentang normal
2) Durasi nyeri
3) Saturasi O2 dalam rentang
3) Menunjukan lokasi nyeri
4) Meringis normal
4) Tekanan PaO2 (tekanan
5) Ekspresi wajah
nyeri kegelisahan parsial O2 dalam darah
6) Fokus menyempit arteri) dalam rentang
b. Pain control normal
1) Mengakui timbulnya 5) Tekanan PaCO2 (tekanan
parsial CO2 dalam darah
nyeri arteri) dalam rentang
2) Menjelaskan factor normal
penyebab d. Perfusi jaringan serebral
3) Menggunakan buku 1) Mempertahankan tekanan
harian untuk memantau intracranial
gejala dari waktu ke 2) Tekanan darah dalam rentang
waktu normal
4) Menggunakan tindakan 3) Tidak ada nyeri kepala
pecegahan non analgesic 4) Tidak ada muntah
ukuran lega 5) Memonitor tingkat kesadaran
menggunakan analgesic NIC
seperti yang dianjurkan a. Terapi oksigen
5) Laporan nyeri 1) Periksa mulut, hidung,
dikendalikan dan sekret trakea
NIC : 2) Pertahankan jalan nafas
a. Manajemen nyeri yang paten
1) Lakukan pengkajian 3) Atur peralatan oksigenasi
nyeri secara 4) Monitor aliran oksigen
komprehensif termasuk 5) Pertahankan posisi pasien
lokasi, karakteristik, 6) Observasi tanda-tanda
durasi, frekuensi, hipovolemi
kualitas dan faktor 7) Monitor adanya
presipitasi kecemasan pasien
2) Observasi reaksi terhadap oksigenasi
nonverbal pasien b. Monitor peningkatan
dari intracranial
ketidaknyamanan 1) Monitor tekanan perfusi
3) Gunakan teknik serebral
komunikasi terapeutik 2) Catat respon pasien
untuk mengetahui terhadap stimulasi
pengalaman nyeri 3) Monitor tekanan
pasien intrakranial pasien dan
4) Kaji kultur yang respon neurologi
mempengaruhi respon terhadap aktifitas
nyeri 4) Monitor intake dan
5) Evaluasi pengalaman output cairan
nyeri masa lampau 5) Kolaborasidalam
6) Evaluasi bersama pasien pemberian antibiotic
dan tim kesehatan lain 6) Posisikan pasien pada
tentang ketidakefektifan posisi semi fowler
control nyeri masa 7) Minimalkan stimulasi
lampau dari lingkungan
7) Bantu pasien dan c. Monitor vital signs
keluarga untuk 1) Monitor TD, nadi, suhu dan
mencari
dan menemukan
dukungan
8) Kontrol lingkungan yang RR
dapat suhu ruangan, 2) Monitor vital sign saat
pencahayaan dan pasien berbaring, duduk dan
kebisingan berdiri
9) Kurangi factor 3) Auskultasi TD pada kedua
presipitasi lengan dan bandingkan
nyeri 4) Monitor TD, nadi, RR
10) Pilih dan lakukan sebelum dan sesudah,
penanganan nyeri selama dan setelah aktivitas
(farmakologi, non 5) Monitor kualitas nadi
farmakologi dan 6) Monitor frekuensi dan irama
interpersonal) pernafasan
11) Kaji tipe dan sumber 7) Monitor pola pernafasan
nyeri untuk abnormal
menentukan intervensi 8) Monitor suhu, warna dan
Ajarkan tentang teknik kelembaban kulit
nonfarmakologi 9) Monitor sianosis perifer
10) Monitor adanya clushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
11) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan partisipan I dan II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Dx 1 : Resiko ketidakfektifan perfusi Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas
jaringan otak berhubungan dengan gangguan
Terapi oksigen : mempertahankan jalan neurologis
nafas, memonitor aliran oksigen, Terapi oksigen : mempertahankan posisi
pertahankan posisi pasien, monitor pola kepala pasien elevasi 30º untuk
pernafasan abnormal. memaksimalkan ventilasi, memonitor
Monitor peningkatan intracranial : kepatenan aliran oksigen, memonitor
mempertahankan posisi kepala pasien frekuensi dan irama pernafasan,
elevasi 30˚ untuk memaksimalkan memberikan terapi oksigen nasal kanul 4
ventilasi, memberikan rangsangan suara l/i.
untuk meningkatkan tingkat kesadaran, Monitor vital sign : memonitor tekanan
memonitor tanda-tanda peningkatan TIK darah, nadi, pernafasan dan suhu,
dan respon neurologis. memonitor frekuensi pernadasan dan
Monitor vital signs : monitor tekanan irama pernafasan, memonitor kualitas
darah, nadi, pernafasan dan suhu, nadi.
monitor kualitas nadi, monitor pola
pernafasan abnormal, mencatat adanya
fluktuasi tekanan darah, monitor suhu,
warna dan kelembaban kulit.
Dx 2 : Nyeri Akut berhubungan Dx 2 : Resiko ketidakfektifan perfusi
dengan Agen Cidera Fisik jaringan otak
Manajemen nyeri : lakukan pengkajian Terapi oksigen : mempertahankan jalan
nyeri secara komprehensif termasuk nafas, memonitor aliran oksigen,
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, pertahankan posisi pasien, monitor pola
kualitas dan faktor presipitasi, kaji hal pernafasan abnormal.
yang mempengaruhi respon nyeri. Monitor peningkatan intracranial :
Mempertahankan posisi kepala pasien mempertahankan posisi kepala pasien
elevasi 300 untuk memaksimalkan elevasi 30˚ untuk memaksimalkan
ventilasi, melakukan pengukuran TD, ventilasi, memberikan rangsangan suara
nadi, respirasi, suhu, memonitor untuk meningkatkan tingkat kesadaran,
terjadinya fluktuasi TD, mengukur skala memonitor tanda-tanda peningkatan TIK
nyeri dengan raut wajah. dan respon neurologis.
Monitor vital signs : monitor tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu,
monitor kualitas nadi, monitor pola
pernafasan abnormal, mencatat adanya
fluktuasi tekanan darah, monitor suhu,
warna dan kelembaban kulit.
Dx 3 : kerusakan integritas kulit Dx 3 : Ketidakefektifan perfusi
berhubungan dengan faktor mekanik jaringan ke perifer berhubungan
Pressure management : hidari kerutan dengan penurunan sirkulasi darah ke
pada tempat tidur, jaga kebersihan kulit perifer
agar tetap bersihdan kering, monitor Terapi oksigen : Periksa mulut, hidung,
luka akan adanya kemerahan, monitor dan sekret trakea, pertahankan jalan
status nutrisi pasien. nafas yang paten, monitor aliran
Insision site care : membersihkan, oksigen, pertahankan posisi pasien
memantau dan meningkatkan proses Monitor Vital Sign : mempertahankan
penyembuhan luka, monitor tanda-tabda posisi kepala pasien elevasi 300 untuk
infeksi, melakukan dressing pada memaksimalkan ventilasi, memonitor
interval waktu sesuai program. kepatenan aliran oksigen, memonitor
frekuensi dan irama pernafasan,
memonitor pola pernafasan abnormal,
memberikan terapi oksigen binasal kanul
4l/menit, mengobservasi tanda-tanda
syok hipovolemi, melakukan penilaian
CRT, memonitor hasil laboratorium.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari, pada partisipan I dilakukan selama 6 hari dan pada
partisipan II dilakukan selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang dilakukan
pada kedua partisipan.
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Evaluasi berdasarkan observasi dan Evaluasi berdasarkan observasi dan
wawancara peneliti : wawancara peneliti :
Setelah dilakukan implementasi Setelah dilakukan implementasi
keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan berdasarkan
resiko ketidakefektifan perfusi ketidakefektifan pola nafas
jaringan otak didapatkan evaluasi berhubungan dengan gangguan
pada hari pertama yaitu : S : keluarga neurologis pada hari pertama yaitu :
mengatakan pasien mengalami S : keluarga mengatakan nafas pasien
penurunan kesadaran O : pasien sesak O : pasien terpasang oksigen
mengalami penurunan kesadaran, nasal kanul 4 l/I, pasien tampak
kesadaran pasien apatis GCS 12, sesak. A : masalah belum teratasi P:
pasien belum bisa berinteraksi A : intervensi dilanjutkan. Pada hari ke
masalah belum teratasi P: intervensi lima (Tn. S ) tampak sudah tidak
dilanjutkan. Pada hari keempat sesak , pasien tidak memakai
pasien mengatakan kepalanya tidak oksigen, RR : 20 x/menit, masalah
sakit, pasien tampak tenang. teratasi, intervensi dihentikan.
Pada hari ke lima (Tn. S ) tampak sudah tidak sesak , pasien tidak
memakai oksigen, RR : 19 x/menit, masalah teratasi, intervensi
dihentikan.
B. Saran
1. Bagi Perawat ruang Trauma Center
Melalui hasil peneitian ini di sarankan bagi perawat diruang Trauma center
RSUP. Dr. M. Djamil Padang agar dapat melakukan asuhan keperawatan lebih
baik lagi dan dapat meningkatkan asuhan keperawatan secara optimal.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan pengkajian secara tepat dan
mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang ditetapkan. Dalan
melaksanakan tindakan keperawatan harus terlebih dahulu memahami
masalah dengan baik serta mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan.
b. Diharapkan hasil peneliti ini dapat dijadikan sebagai atau pembanding dalam
melakukan penelitian.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo. Ditto dan Fritz Sumantri Usman.(2014). 45 Penyakit Dan Gangguan
Saraf. Yogyakarta :Rapha Publishing.
Awaloe, Astrid C., dkk. (2016). Gambaran cedera kepala yang menyebabkan
kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
periode Juni 2015 – Juli 2016. Jurnal e-Clinic (e-Cl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember
2016. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/14369/13
941.
Kumar Vinay, dkk. (2007). Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : EGC.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L.Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Mosby : Lowa City
Nasir. (2012). Asuhan Keperawatan pada Psien Ny.A denagn cedar kepala sdang di
IGD RSUP. Srangen. Jurnal Fk UMS. Diakses pada 28 januari 2018. Pukul
13.45. http://www.co.id/eprints.ums.ac.id.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis Ed. 4. Jakarta : Salemba Medical.
Muttaqin, Arif. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem persyarafan. Jakarta : Salemba Medikal.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem persyarafan. Jakarta : Salemba Medikal.
Yolanda, R. (2017). Karya Tulis Ilmiah : Asuhan keperawatan pada pasien cedera
kepala diruang HCU Bedah RSUP.dr. M. Djamil Padang. Poltekkes Kemenkes
Padang
PARTISIPAN I
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Pasien:
1) Nama : Tn. Z ( umur 42 tahun)
2) Jenis kelamin : Laki - laki
3) Status kawin : Kawin
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SLTA
6) Pekerjaan : Petani
7) Alamat : Lubuk basung
8) Diagnosa medis : CK Gcs 12 E3M6V3
9) No MR : 0100xxxx
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a) Keluhan Utama:
Pasien masuk RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 04 maret 2018,
pada pukul 14.30 WIB, melalui IGD rujukan dari RSUD. Lubuk Basung
dengan keluhan penurunan kesadaran ±7 jam sebelum masuk rumah sakit
karena kecelakaan lalu lintas pada tanggal 2 Maret 2018. Pasien pingsan
setelah kejadian, muntah proyektif (+) 5 kali, keluar darah dari telinga (+),
hidung (-), kejang (+), TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit dan
pernafasan : 20 x/ menit.
b) Keluhan saat dikaji :
Saat dilakukan pengkajian pada Selasa, 06 Maret 2018 pukul 09.00 WIB,
keluarga mengatakan pasien sering memegang kepalanya, malam hari
pasien sering terbangun dan gelisah, keluarga mengatakan pasien sering
terasa mual saat membuka mata.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan pasien sedang mengendarai motor bersama anaknya
untuk pergi mancing, kemudian setelah sampai ditempat pemancingan
pasien memberhentikan motornya, pada saat pasien berhenti tiba-tiba
datang motor lain menabrak pasien sehingga pasien terjatuh dan kepalanya
terbentur dan robek.
Keluarga mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah dirawat dirumah
sakit dan tidak ada memiliki riwayat penyakit DM, hipertensi dan jantung.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak mengetahui anggota keluarga pasien yang
memiliki penyakit DM, hipertensi dan penyakit keturunan lainnya.
d. Pola Aktivitas Sehari- hari
1) Pola Nutrisi
a. Makan
Sehat: Saat sehat keluarga mengatakan pasien makan 3 x sehari dengan nasi
+ lauk + sayur.
Sakit : pasien mendapatkan diit MC 6X 300 cc melalui oral. Pasien hanya
menghabiskan 200 cc untuk diit pagi.
2) Pola Eliminasi
a. BAB
Sehat: pasien BAB 1 kali dalam sehari, konsistensi lunak, BAB normal.
Sakit: Selama dirawat dirumah sakit pasien BAB hanya 1 kali selama
dirawat. BAB tidak ada masalah.
b. BAK
Sehat: pasien BAK 6 – 7 kali/hari, warna kuning, bau urin khas
Sakit: pasien menggunakan kateter, urine tampak berwarna kuning pekat,
bau khas urin, banyak urin ± 400 cc/8 jam.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Sehat: pasien tidur 6 – 7 jam pada malam hari, tidur nyenyak.
Sakit: keluarga mengatakan pasien susah tidur, pasien sering gelisah
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sehat: keluarga mengatakan pasien bekerja sebagai petani sawah.
Sakit: saat sakit aktivitas pasien dibantu perawat dan keluarga.
e. Pemeriksaan Fisik (Secara Head to toe)
1) Keadaan umum
Kesadaran : Apatis
GCS : 12 (E3M6V3)
TTV : TD : 120/90 mmHg, Nadi: 80x/i, Pernafasan: 21 x/i dan suhu:
36.7oC.
a. Kepala :
Tampak simetris, tampak luka jahit dibagian pariental sepanjang 8 cm, luka
jahit sudah tampak kering, tidak ada pus.
b. Wajah :
Tampak pucat, N VII (fasial) tidak dapat dinilai.
c. Mata:
Mata tampak simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tampak
lebam pada mata sebelah kanan, berwarna kebiruan. Pada pemeriksaan N II
(Optikus) tidak ada penurunan penglihatan. N. III (Occulomotorius) pupil
isokor dengan diameter Ø OD/OS : Ø 2/2 mm, N.VI (trochlearis) dan
N.VI (Abdicens) tidak dapat dinilai.
d. Hidung :
Hidung simetris, hidung tampak kurang bersih (adanya serumen), tidak ada
lesi. Pada pemeriksaan N.I (olfaktorius) tidak dapat dinilai.
e. Mulut :
Bibir pasien tampak kering, pucat. N. IX (Glassofaringeus) dan N. X
(Vagus) pasien bisa menelan saat diberikan air minum, N XII (Hipoglosus)
tidak dapat dinilai
f. Telinga :
Tampak simetris, tidak ada luka, telinga tampak kurang bersih. Pada N.VIII
(akustikus) tidak ada gangguan pendengaran
g. Leher:
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. N. X (vagus) pasien bisa
menelan saat diberikan air minum, N. XI (aksesorius) tidak dapat dinilai.
h. Thorax :
I: simetris kiri dan kanan, tampak tidak ada luka, pergerakan dinding dada
kiri dan kanan sama
Pa: fremitus kiri dan kanan tidak dapat dinilai
Pe: Bunyi sonor
A: Vesikuler
i. Jantung :
I : Iktus cordis tidak terlihat
Pa : Iktus kordis teraba di RIC V
sinistra Pe : pekak
A : tidak ada bunyi jantung tambahan
j. Abdomen:
I : tampak simetris
A : Bising usus normal ( 8 x/i)
Pa : Tidak ada perbesaran hepar
Pe : Tympani
k. Ekstremitas:
Atas : tampak ada luka lecet ditangan sebelah kiri panjang luka 2,5
cm, luka tampak kering, tidak ada pus, CRT kembali > 2
detik, akral teraba hangat,
Bawah : tampak ada luka lecet di kaki sebelah kiri dengan panjang
luka 2,5 x 1,5 cm luka tampak berwarna kemerahan, luka
belum kering, dan akral teraba dingin
l. Genitalia : tidak diperiksa.
f. Data Psikologis
1) Status Emosional
Keluarga mengatakan pasiem lebih banyak tidur, ketika dipanggil pasien
hanya melihat sebentar saja.
2) Kecemasan
Keluarga mengatakan pasien sering memegang kepalanya, dan keluarga
selalu mengajak pasien untuk berbicara dan memberi dukungan untuk
kesembuhan pasien.
3) Pola Koping
Keluarga mengatakan selalu meyakinkan pasien untuk sembuh dan tidak
menyerah dengan kondisinya.
4) Gaya Komunikasi
Keluarga mengatakan pasien lebih sering tidur
g. Data sosial
Pasien banyak dikunjungi oleh kelurga dan teman-temannya
h. Data Spiritual
Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran.
i. Data Penunjang
Hematologi
Tanggal pengambilan sampel: 04 Maret 2018
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 13.0 gr/dl 14 - 18 g/dl
2. Leukosit 17.960 gr/dl 5.000-10.000/mm3
3. Trombosit 189000 /mm3 150.000-400.000/mm3
4. Hematrokit 39% 40 – 48 %
5. Gula Darah Puasa 158 mg/dl <200
6. Ureum darah 19 mg/dl 10,0-50,0 mg/dl
7. Kreatinin darah 0,9 mg/dl 0,8-1,3 mg/dl
8. Natrium 142 Mmol/L 136-145 Mmol/L
9. Kalium 4,1 Mmol/L 3,5-5,1 Mmol/L
10. Klorida Serum 110 Mmol/L 97-111 Mmol/L
11. SGOT 35 u/l <38
12. SGPT 16 u/l < 41
j. Program Pengobatan
1) Ceftriaxon 1 gr frekuensi 2 x IV
2) Ranitidine 50 mg frekuensi 2 x IV
3) Paracetamol oral
ANALISA DATA
1) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nanda 2015-2017
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
Tgl Paraf Tgl Paraf
1 Resiko ketidakefektifan perfusi 06 maret 2018 08 maret 2018
jaringan otak
Manajemen sensasi
perifer
a) Monitor adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
mpul
b) Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
c) Gunakan sarung
tangan untuk proteksi
d) Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
e) Kolaborasi pemberian
analgetik
f) Monitor adanya
tromboplebitis
g) Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi
2 Nyeri akut Pain level a) Manajemen nyeri
berhubungan dengan Indicator : Aktivitas:
agen cedera fisik a) Melaporkan nyeri 1) Lakukan pengkajian
b) Durasi nyeri nyeri secara
c) Menunjukkan lokasi komprehensif
nyeri termasuk lokasi,
d) Meringis karakteristik, durasi,
e) Ekspresi wajah nyeri frekuensi, kualitas
kegelisahan dan factor presipitasi
f) Focus menyempit 2) Observasi reaksi
g) Ketergantungan otot nonverbal pasien dari
h) Kehilangan selera makan ketidaknyamanan
i) Mual 3) Gunakan teknik
j) Intoleransi makanan komunikasi
Pain control terapeutik untuk
Indicator : mengetahui
a) Mengakui timbulnya pengalaman nyeri
nyeri pasien
b) Menjelaskan factor 4) Kaji kultur yang
penyebab mempengaruhi
c) Menggunakan buku respon nyeri
harian untuk memantau 5) Bantu pasien dan
gejala dari waktu ke keluarga untuk
waktu mencari dan
d) Menggunakan tindakan menemukan
pecegahan non analgesic dukungan
ukuran lega 6) Control lingkungan
menggunakan analgesic yang dapat suhu
seperti yang dianjurkan ruangan,
e) Laporan nyeri pencahayaan dan
dikendalikan kebisingan
Comfort level 7) Kurangi factor
Indicator : presipitasi nyeri
a) Reaksi obat 8) Pilih dan lakukan
b) Otonomi pribadi penanganan nyeri
c) Relokasi adaptasi (farmakologi, non
d) Lingkungan yang aman farmakologi dan
interpersonal)
9) Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
10) Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
11) Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
12) Evaluasi keefektifan
control nyeri
13) Tingkatkan istirahat
14) Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindaka
nyeri yang tidak
berhasil
b.Pemberian analgetik
aktivitas :
1) Tentukan lokasi
nyeri, karakteristik
nyeri, kualitas dan
tingkay keparahan
sebelum mengobati
pasien
2) Evaluasi
kemampuan pasien
untuk berpartisipasi
dalam pemilihan
analgesic, rute, dan
dosis serta
melibatkan pasien
3) Pilih analgesic
sesuai atau
kombinasi dari
analgesic ketika
lebih dari satu yang
diresepkan
4) Pantau tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah pemberian
analgesik
5) Fasilitasi respon
pasien terhadap
analgesic
6) Informasikan kepada
pasien terkait efek
samping dari
analgesic
7) Evaluasi efektifitas
analgesik pada
interval yang sering
dan teratur setelah
pemberian masng-
masing, terutama
setelah dosis awal
c.Pengurangan kecemasan
aktivitas :
1) Gunakan pendekatan
yang menenangkan
pasien
2) Tetap bersama
pasien untuk
mempromosikan
keaman dan
ngurangi rasa kuat
3) Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
4) Sediakan objek yang
menandakan
keamanan
5) Identifikasi jika
tingkat kecemasan
pasien berubah
6) Tentukan
kemampuan
pengambilan
keputusan pasien
7) Ajarkan pasien
melakukan teknik
relaksasi
8) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
d.Terapi latihan ambulasi
aktifitas:
1) Bantu pasien untuk
duduk di tepi tempat
tidur untuk
memfasilitasi
ketahanan posisi
2) Batu pasien untuk
berpindah sesuai
kebutuhan
3) Sediakan alat bantu
seperti kursi roda
untuk ambulasi
4) Ajarkan pasien dan
keluarga terkait cara
berpindah yang
aman dan teknk
ambulasi
e.Monitirng tanda-tanda
vital
aktivitas:
a) Monitor TD, nadi,
suhu, RR sesuai
anjuran
b) Catat fluktuasi
tekanan darah pasien
c) Monitor tekanan
darah setelah pasien
memperoleh
pengobatan
d) Monitor tanda dan
gejala hipotermi dan
hipertermia yang
dilaporkan
e) Monitor kuantitas
dan kualitas denyut
nadi
f) Monitor pernafasan
g) Monitor suara nafas
h) Monitor pola nafas
abnormal
i) Identifikasi adanya
perubahan tanda-
tanda vital
f.Peningkatan tidur
aktivitas :
1) Tentukan pola
aktifitas/tidur pasien
2) Tentukan efek
pengobatan pasien
terhadap pola tidur
pasien
3) Monitor / catat pola
tidur, jumlah waktu
tidur pasien
4) Monitor pola tidur
dan catat tanda
fisikyang dapat
mengganggu tidur
5) Bantu untuk
mengurangi situasi
yang bias membuat
pasien stress
sebelum tdiur
6) Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
terkait teknik
meningkatkan
kualitas tidur
P :Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi
dilanjutkan
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
a. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Pasien :
1) Nama : Tn. S ( usia 62 tahun )
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Status Kawin : Kawin
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SD
6) Pekerjaan : Tani
7) Alamat : Jorong Galanggang Tinggi Kinari,
Solok
8) Diagnosa Medis : CK Gcs 10
9) No MR : 0100xxxx
b. Identifikasi Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. E
2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Alamat : Jorong Galanggang Tinggi Kinari,
Solok
4) Hubungan : Istri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a) Keluhan Utama:
Pasien masuk RSUP. DR M. Djamil Padang pada tanggal
04 maret 2018 pukul 17.25 WIB, melalui IGD rujukan
RSUD solok dengan keluhan penurunan kesadaran ± 9 jam
sebelum masuk rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas
pada tanggal 04 maret 2018. Pasien pingsan setelah
kejadian, muntah (+) 4 kali, keluar darah dari telinga (+) ,
hidung (-), kejang(-), TD : 130/90 mmHg, Nadi : 102
x/menit dan pernafasan : 28 x/menit, suhu : 36,8 ºc
b) Keluhan saat dikaji :
Saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa tanggal 07
Maret 2018 pukul 10.00 WIB, keluarga mengatakan pasien
mengalami penurunan kesadaran, pasien sering mengeracau
dan gelisah.
2) Riwayat Kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan pasien sedang mengendarai sepeda
motor kemudian pasien disenggol oleh mobil dan pasien
terjatuh dari motornya, pasien langsung pingsan dan dibawa
langsung ke RSUD Solok. Keluarga mengatakan sebelumnya
pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak ada
memiliki riwayat penyakit DM, hepertensi dan penyakit
jantung.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak mengetahui ada anggota keluarga
pasien yang memiliki penyakit DM, hipertensi dan penyakit
keturunan lainnya.
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
a. Makan
2) Pola Eliminasi
a. BAB
b. BAK
Sehat : pasien BAK 6 – 7 kali dalam sehari, warna kuning
dan bau pesing.
Sakit : pasien menggunakan kateter, banyak urin ±2500
cc/hari, warna urin kuning dan bau pesing.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Sehat : pasien tidur 6 – 7 jam pada malam hari, tidur nyenyak.
Sakit : keluarga mengatakan pasien lebih banyak tidur. Pasien
mengalami penurunan kesadaran.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sehat : keluarga mengatakan pasien bekerja sebagai petani
Sakit : saat sakit aktivitas pasien dibantu perawat dan keluarga.
e. Pemeriksaan Fisik (Secara head to toe)
1) Keadaan umum
Kesadaran : Delirium
GCS : 10 (E2M5V3)
j. Program Pengobatan
1) Ceftriaxone 2 gr frekuensi 2 x IV
2) Ranitidine 50 mg frekuensi 2 x IV
3) Paracetamol 500 gr frekuensi 4x 1 melalui NGT
ANALISA DATA
3) INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakefektifan a.status pernafasan a. Manajemen jalan
pola nafas ventilasi nafas
berhubungan Indicator : aktivitas
dengan gangguan 1) Respiratory rate 1) Buka jalan nafas
neurologis daalam rentang 2) Posisikan pasien
normal untuk
2) Tidak ada retraksi memaksimalkan
dinding dada ventilasi
3) Tidak mengalami 3) Identifikasi
dispnea saat pasien perlunya
istirahat pemasangan alat
4) Tidak ditemukan jalan nafas
orthopnea 4) Auskultasi suara
5) Tidak ditemukan nafas, catat
atelektasis adanya suara
nafas tambahan
5) Monitor
respirasi dan
status O2
b.Terapi Oksigen
aktivitas :
1) Peratahankan
kepatenan jalan
nafas
2) Monitor aliran
oksigen
3) Pertahankan
posisi pasien
4) Observasi
adanya tanda-tanda
hipoventilasi
5) Monitor adanya
kecemasan
c.Monitor Tanda-tanda
vital
aktivitas:
1) Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
2) Catat adanya
flutuasi tekanan
darah
3) Monitor kualitas
nadi
4) Monitor suara
paru
5) Monitor suara
pernafasan
Monitor suhu, warna,
kelembaban kulit
2 Ketidakefektifan a. Status sirkulasi a. Terapi oksigen
perfusi jaringan Indikator Aktivitas :
perifer behubungan 1) Tekanan darah sistol 1) Periksa mulut,
dengan penurunan dalam rentang hidung, dan
siekulasi darah ke normal sekret trakea
perifer 2) Tekanan darah 2) Pertahankan
diastol dalam jalan nafas yang
rentang normal paten
3) Akral teraba hangat 3) Berikan oksigen
4) Nadi teraba kuat dan sesuai
teratur kebutuhan
5) Saturasi O2 dalam pasien
rentang normal 4) Atur peralatan
6) CRT < 3 detik oksigenasi
b. Tissue perfusion 5) Monitor aliran
perifer oksigen
Indikator 6) Pertahankan
1) CRT (jari tangan dan posisi pasien
kaki ) dalam batas 7) Observasi
normal tanda-tanda
2) Suhu kulit hipovolemi
ekstremitas dalam 8) Monitor adanya
rentang normal kecemasan
3) Kekuatan denyut pasien terhadap
nadi dalam rentang oksigenasi
normal
4) Blood pressure dan b. Monitor tanda-
MAP dalam rentang tanda vital
normal Aktivitas :
1) Monitor tekanan
darah, nadi,
suhu, dan
frekuensi
pernafasan
2) Catat adanya
flutuasi tekanan
darah
3) Monitor kualitas
nadi
4) Monitor suara
paru
5) Monitor suara
pernafasan
6) Monitor suhu,
warna, dan
kelembapan
kulit
3 Resiko a. Status sirkulasi a. Terapi oksigen
ketidakefektifan Indikator : Aktivitas :
perfusi jaringan 1) Tekanan darah 1) Periksa mulut,
otak sistol dalam hidung, dan
rentang normal sekret trakea
2) Tekanan darah 2) Pertahankan
diastol dalam jalan nafas yang
rentang normal paten
3) Saturasi O2 dalam 3) Atur peralatan
rentang normal oksigenasi
4) Tekanan PaO2 4) Monitor aliran
(tekanan parsial oksigen
O2 dalam darah 5) Pertahankan
arteri) dalam posisi pasien
rentang normal 6) Observasi
5) Tekanan PaCO2 tanda-tanda
(tekanan parsial hipovolemi
CO2 dalam darah 7) Monitor adanya
arteri) dalam kecemasan
rentang normal pasien terhadap
oksigenasi
b. Perfusi jaringan
serebral b. Monitor
Indicator : peningkatan
2) Mempertahankan intracranial
tekanan 1) Monitor tekanan
intracranial perfusi serebral
3) Tekanan darah 2) Catat respon
dalam rentang pasien terhadap
normal stimulasi
4) Tidak ada nyeri 3) Monitor tekanan
kepala intracranial
5) Tidak ada muntah pasien dan
6) Memonitor respon
tingkat kesadaran. neurologi
terhadap
aktifitas
4) Monitor intake
dan output
cairan
5) Kolaborasidala
m pemberian
antibiotic
6) Posisikan pasien
pada posisi semi
flower
7) Minimalkan
stimulasi dari
lingkungan
c. Monitor vital signs
1) Monitor TD,
nadi, suhu dan
RR
2) Monitor vital
sign saat pasien
berbaring,
duduk dan
berdiri
3) Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
4) Monitor TD,
nadi, RR
sebelum dan
sesudah, selama
dan setelah
aktivitas
5) Monitor kualitas
nadi
6) Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan
7) Monitor pola
pernafasan
abnormal
8) Monitor suhu,
warna dan
kelembaban
kulit
9) Monitor
sianosis perifer
10) Monitor adanya
clushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
11) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
4) Impelmentasi
Maret 2018
- TD : 120/90
mmHg
- Nadi : 80 x/
menit
- RR : 20
x/menit
A : masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan