PENDAHULUAN
Cedera kepala atau trauma kepala yaitu salah satu kasus kematian
terbanyak sampai saat ini karena kepala merupakan bagian terpenting pada
peningkatan beban kerja dokter maupun perawat yang bertugas di IGD. Instalasi
Gawat Darurat adalah instalasi bagian rumah sakit yang melakukan Tindakan
merupakan suatu kejadian cedera yang didapat dan yang tidak diturunan, tidak
bersifat bawaan, degenerative, atau disebabkan oleh trauma saat lahir. Cedera
kepala ini dapat memengaruhi kemampuan fungsional sel saraf di otak. CDC
mendfinisikan cedera kepala traumattis sebagai gangguan pada fungsi normal otak
yang disebabkan oleh adanya benturan, pukulan, atau sentakan pada kepala, atau
cedera kepala tembus. Cedera kepala traumatis sedang hingga berat merupakan
salah satu penyebab kematian dan kecacatan pada anak-anak dan dewasa (Shaikh
1
Cedera kepala menjadi permasalahan Kesehatan global sebagai penyebab
mengalami cedera, Hal ini dikarenkan kepala sebagai pusat kehidupans eseorang,
Oleh karenanya, apabila terjadi kerusakan akan mengganggu semua system tubuh
(Kumar, 2013) .
Sampai saat ini kejadian cedera kepala menajadi salah satu penyebab
tahunnya terjadi sekitar 200.000 kasus cedera kepala. Angka kematian pada
cedera kepala yang dirawat di rumah sakit mencapai 52.000 korban jiwa. Dari
jumlah tersebut 10% korban meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Sisanya
yang di rawat di rumah sakit, Sebagian besar tergolong cedera kepala ringan yaitu
80%, sedangkan yang 20% merupakan cedera kepala sedang dan cedera kepala
2
Sedangkan di Indonesia kejadian cedera kepala mencapai 11,9%,
sedangkan di Yogyakarta mencapai 11% dari total proporsi bagian tubuh yang
kendaraan bermotor roda dua terutama bagi yang tidak memakia helm. Hal ini
juga menjadi tantangan sulit dikarenakan diantara mereka datang dari golongan
cedera kepala dikota Medan adalah 8,98%. Terjadinya akibat kecelakaan lalu
lintas dikota Medan (2,37%). Proporsi terlibatnya bagian kepala pada saat cedera
dialami oleh kelompok umur 15-24 tahun (6,41%), dengan jenis kelamin pada laki
laki (11,1%) dan pada perempuan (9,1%), terjadi pada status sekolah (7,45%),
tempat terjadinya cedera dijalan raya (47,53%) pada kelompok umur 15-24
tahun , dialami pada lakilaki (27,45%) dan perempuan (26,93%), dan pada usia
Kesehatan (LPB),2019).
kepala adalah pemeriksaan penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) telah menjadi
perlengkapan dalam penilaian awal kesadaran yang tidak normal namun tidak
dirancang untuk menangkap rincian pemeriksaan dari segi neurologis. GCS telah
3
memprediksi hasil pasien kurang memuaskan, terutama berkaitan dengan
menambahkan respon ukuran pupil agar memberikan informasi yang lebih baik.
Hal ini yang melandasi adanya sistem penilaian atau skoring FOUR score yang
bisa digunakan untuk menilai pasien dengan kesadaran yang berubah, termasuk
informasi penting yang sebelumnya di GCS belum ada yaitu reflek batang otak
dengan cara melihat ukuran pupil ketika diberi stimulus cahaya (Wijdicks et al,
Pakam, diperoleh data pasien di Intensive Care Unit pada Psien Cedera Kepala
Sakit Grandmed.
1. Tujuan Umum
4
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis kemampuan
2. Tujuan Khusus
3. Bagi peneliti
Laporan studi kasus ini berguna sebagai bekal ilmu bagi penulis dan untuk
5
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Cedera kepala adalah (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara
kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan
2012). Cedera kepala merupakan suatu proses terjadinya cedera langsung maupun
Sampai saat ini definisi cedera kepala masih belum konsisten dan cenderung
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas. Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau
7
deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak.
Cedera otak primer merupakan kerusakan yang terjadi pada otak segera setelah
kesadaran dengan skor GCS 3 sampai 8, mengalami amnesia >24 jam (Haddad
(Advanced Trauma Life Support, 2014). Dari semua pengertian di atas dapat
disimpulkan cedera kepala berat adalah proses terjadi trauma langsung atau
fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial dimana mengalami
penurunan kesadaran dengan skor GCS 3 sampai 8 dan mengalami amnesia > 24
jam.
senjata api, golok, parang, palu dan lain-lain. Pasien cedera kepala yang
2.1.2. ETIOLOGI
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi
trauma olehbenda/ serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari
8
(akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu dapat disebabkan oleh Keceakaan,
2.1.3. PATOFISIOLOGI
pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan
vaskuler.Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera
kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu
proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat
memberi dampak kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi
akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan
jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi
jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak. (Tarwoto, 2013).
Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka dapat kita lihat sebagai berikut:
a) Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi
9
kurang dari 2 jam, jika ada penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio
b) Cedera kepala kepala sedang (CKS) jika GCS antara 9-12, hilang
kesadaran atau amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur
c) Cedera kepala berat ( CKB ) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24
jam, juga meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau
edema.
d) Selain itu ada istilah-istilah lain untuk jenis cedera kepala sebagai berikut :
tulang tengkorak.
f) Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan disertai
edema cerebra.
1) Cedera Primer
2) Cedera Sekunder
10
parenkim otak. Kemampuan kompensasi yang terlampaui akan
Tekanan Perfusi Serebral (CPP) yang dapat fatal pada tingkat seluler.
11
Sel Dipicu Ca influks yang mengakitvasi enzym degradatif akan
yang banyak diperlukan pada sintesa fosfolipid untuk menjaga integritas dan
berlebih.
5). Apoptosis
bodies terjadi kondensasi kromatin dan plenotik nuclei, fragmentasi DNA dan
Menurut Manurung (2018), tanda dan gejala dari cedera kepala antara lain :
a. Commotio Cerebri
b. Contiso cerebri
2) Amnesia anterograde
12
5) Gejala neurologi, seperti parese
6) Perdarahan
c. Laserasio Serebri
Cedera kepala secara luas dapat dibagi atas cedera kepala tertutup dan
kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau terkena pukulan benda tumpul.
secara klinisberatnya cedera otak. Glasgow Coma Scale meliputi 3 kategori yaitu
respon membuka mata, respon verbal, dan respon motorik. Skor ditentukan oleh
jumlah skor dimasing -masing 3 kategori, dengan skor maksimum 15 dan skor
13
Kehilangan kesadaran atau terjadi amnesia > 24 jam, juga meliputi
Kehilangan kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi kurang dari 24 jam
2010).
C. Morfologi
1) Fraktur kranium
Fraktur tulang tengkorak (cranium) dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak
(basiscranii), dan dapat berbentuk garis atau linear dan dapat pula terbuka
antara laserasi kulit kepala dengan permukaan otak karena robeknya selaputdura
(ATLS,2014).
3.Terhadap suara
2 Terhadap nyeri
14
1 Tidak ada
5 Melokalisir nyeri
dirangsang)
1 Tidak ada
1) Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai lesi fokal atau lesi difus,
walaupun kedua jenis lesi ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal adalah
15
2). Cedera otak difusi
Cedera otak difusi mulai dari konkusi ringan dimana gambaran CT scan
biasanya diakibatkan oleh hipoksia, iskemi otak karena syok yang berkepanjangan
atau periode apneu yang terjadi segera setelah trauma. Pada kasus tersebut,
bengkak secara merata dengan batas area substasia putih dan abu-abu hilang.
Kelainan difus lainnya, seringterlihat pada cedera dengan kecepatan tinggi atau
Perdarahan epidural relatif jarang, lebih kurang 0,5% dari semua cedera
otak dan 9% dari pasien yang mengalami koma. Hematom epidural itu secara
kepala. Perdarahan ini sering terjadi pada area temporal atau temporoparietal dan
biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur tulang
tengkorak.
-kira 30% dari cedera otak berat. Perdarahan ini sering terjadi akibat robekan
pembuluh darah atau vena -vena kecil di permukaan korteks serebri. Berbeda
16
dengan perdarahan epidural yang berbentuk lensa cembung pada CT scan,
Perdarahan ini dapat menutupi seluruh permukaan otak. Kerusakan otak yang
berada di bawah perdarahan subdural biasanya lebih berat dan prognosisnya lebih
Kontusio serebri sering terjadi (20% sampai 30% dari cedera otak berat).
Sebagian besar terjadi di lobus frontal dan lobus temporal, meskipun dapat juga
terjadi pada setiap bagian dari otak. Kontusio serebri dapat terjadi dalam waktu
beberapa jam atau hari, berkumpul menjadi perdarahan intraserebral atau kontusio
Gejala klinis dari trauma kapitis ditentukan oleh derajat cedera dan lokasinya.
Derajat cedera otak kurang lebih sesuai dengan tingkat gangguan kesadaran
penderita. Tingkat yang paling ringan ialah pada penderita gegar otak, dengan
gangguan kesadaran yang berlangsung hanya beberapa menit saja, atas dasar ini
17
e. Pasien dapat mengeluh abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala
b) Konfusi
d) Muntah
f) Kejang
a. Foto Polos
Foto polos indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm, luka tembus (peluru/tajam),
deformasi kepala (dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang menetap,
b. CT-Scan
18
CT scan kepala adalah standart baku dalam penatalaksanaan cedera kepala.
Ct scan adalah :
2) Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat pada lesi
febris dll).
6) Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS
2014).
e. MRI
19
telah terbukti lebih sensitif daripada CT-Scan, terutama dalam
f. EEG
Peran yang paling berguna EEG pada cedera kepala mungkin untuk
pemantauan EEG terus menerus pada pasien rawat inap dengan cedera otak
traumatik. Kejang konfulsif dan non konfulsif tetap terlihat dalam 22%. Pada
tahun 2012 sebuah studi melaporkan bahwa perlambatan yang parah pada
pola penekanan melonjak dikaitkan dengan hasil yang buruk pada bulan
subarachnoid.
20
n. Kadar elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
r. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup) Analisa gas darah adalah salah satu tes
2.1.7. Komplikasi
2. Kejang
3. Pneumonia
4. Perdarahan gastrointestinal
5. Disritmia jantung
7. Hidrosepalus
9. Inkotinensia bladder dan bowel 10. Nyeri kepala akut maupun kronik
(Tarwoto, 2013)
21
2.1.8. Penatalaksanaan
(Manurung, 2018) :
a) Keperawatan
1. Observasi 24 jam
cairan infus dextrose 5%, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
b) Medis
1. Terapi obat-obatan
22
Menurut Rendy dan Margaret Clevo (2014) penatalaksanaan konservatif
a) Bedres total
b) Pemberian obat-obatan
7 hari pasca trauma karena tidak menurunkan resiko kejang fase lanjut
ventrikel.
23
5. Kortikosteroid terapi dengan dan tanpa kortikosteroid pada pasien memar
memberikan hasil yang baik dalam fungsi sedasi serta memudahkan dalam
sedasi tanpa efek neurologis dan memberikan efek proteksi pada otak
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Definisi
yang dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Pengetahuan adalah hasil
24
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
perilaku yang baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi
stimulus.
lasting).
25
Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
a. Tahu (know)
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
CAUTI.
b. Memahami (comprehension)
26
c. Aplikasi (application)
rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
satu struktur objek tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
dan mengelompokkan.
e. Sintesis (synthetic)
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
27
f. Evaluasi (evaluation)
apendiktomi
a. Pendidikan
menangkap informasi.
b. Pengalaman
28
Pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang
c. Sumber informasi
d. Lingkungan
29
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
e. Usia
perawat dapat berasal dari intuisi atau trik yang dilakukan oleh perawat
yang berasal dari intuisi dan pengalaman pribadi terkait dengan berbagai
30
Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa seseorang yang dikatakan memiliki
a. Pendidikan
31
Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tata laku
b. Media
yang sangat luas. Contoh dari media masa kini adalah televisi, radio,
c. Keterpaparan informasi
d. Pengalaman
32
menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya
e. Lingkungan
terampil.
(Notoatmodjo, 2014).
yaitu:
33
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari
seluruh pertanyaan.
bangkit dan koma (tidak sadar). Hal ini menginisiasi sebuah alat untuk
Fielding, 2015)
lebih baik. Hal ini yang melandasi adanya sistem penilaian atau skoring
di GCS belum ada yaitu reflek batang otang dengan cara melihat ukuran
34
pupil ketika diberi stimulus cahaya (Wijdick et al, 2013;Wolf et al,
2015).
mrespoun motorik, reflek batang otak dan pola respirasi atau pernafasan.
2015).
diminta untuk menggerakan ibu jari, kepalan tangan dan tangan damai
35
Cedera Kepala
Tingkat Pengetahuan
(Kurniadi, 2013
Penilaian Four Score
Coma Scale
BAB III
METODE PENELITIAN
36
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
karena variabel bebasnya terdiri lebih dari satu variabel. Variabel yang
Tingkat Pengetahuan
Penanganan Awal Pasien
Cedera Kepala
Penilaian Four Scole
1. Lokasi Penelitian
pendahuluan yang telah peneliti lakukan angka kasus pasien cedera kepala
37
Mengklasifikasi Pasien Cedera Kepala Berdasarkan Penilaian Full Outline
2. Waktu Penelitian
3. Jadwal Penelitian
1. Populasi
orang.
2. Sampel
a. Kriteria Inklusi
38
3. Mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Kriteria Eklusi
39
melakukan pertanyaan.
pengamata e.Cukup :
n dan bila
memahami respounden
suatu objek mampu
tertentu menjawab
dengan benar
56%-75% dari
seluruh
pertanyaan.
f. Baik : Bila
responden
mampu
menjawab
dengan benar
76% - 100%
dari seluruh
petanyaan
40