PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh suatu kekuatan mekanis dari luar tubuh yang dapat menyebabkan
(GCS), cedera kepala dibagi menjadi cedera kepala berat (GCS ≤ 8),
sedang (GCS 9-13), dan ringan (GCS 14-15). Cedera kepala adalah salah
lalu lintas akan menjadi penyebab dan trauma ke tiga terbanyak di dunia.
tiba di rumah sakit, dan sisanya yang memerlukan perawatan sekitar 80%
kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat.
sebanyak 8,59% kasus. Insidens cedera kepala paling banyak terjadi pada
usia 1-4 tahun (29,5%), usia 15-34 tahun (17,7%) dan usia >65 tahun
darat (47,7%), jatuh (40,9%), benturan objek tumpul dan tajam (7,3%),
dan tertimpa benda (2,5%). 1 (11,5%). (Riskesdas, 2018 ; Maria Putri Sari
Utami et al.,2021).
cedera kepala berjumlah 8,6 % pada tahun 2018 sedangkan pada tahun
(Riskesdas, 2018).
cedera kepala tertutup dan cedera kepala dengan penitrasi atau luka
2020).
sirkulasi darah. Bantuan hidup dasar terdiri dari A-B-C. Dimana A adalah
airway control yaitu untuk pengendalian jalan napas dan servikal, B adalah
cidera kepala berat dalam sebuah penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
Banjarmasin’’.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Penatalaksaan Airway, Breathing, dan Circulation
2. Tujuan Khusus
2023.
1. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu upaya untuk
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
4. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah kemampuan penulis untuk
5. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian studi kasus ini dapat menjadi sarana untuk
Banjarmasin 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Cedera kepala merupakan penyakit neurologis yang paling
kepala ini akan memiliki gejala sisa yang berat serta peluang
dan metabolik otak yang signifikan, dan lebih berisiko terhadap cedera
mental, fisik, kognitif, dan sosial.Salah satu komplikasi dan akibat dari
a. Trauma tajam
hernia.
b. Trauma tumpul
3. Patofisiologis
Cidera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul seperti
gangguan pada fungsi otak dan seluruh sistem dalam tubuh. Bila
2016).
pada awalnya disebabkan oleh kekuatan fisik yang lalu diikuti proses
(Youmans, 2017) :
menjadi:
Cedera ini akan di ikuti oleh fase lanjut, yang di mediasi jalur
atau rusak irreversible, proses ini disebut proses primer dan sel
(Hergenroeder, 2018)
pada tipe ini ditentukan oleh velositas, masa dan bentuk dari
ada cairan dalam otak cairan akan tumpah. Cedera kepala tertutup
didasari atas GCS. Dimana GCS ini terdiri dari tiga komponen
yaitu :
a) Mengikuti perintah 6
tengkorak, kontusio/hematoma
tanda atau gejala klinis untuk yang cedera kepala berat adalah
fungsi.
disfagia)
– ulang.
penciuman.
lama.
detoriorasi yang cepat, sakit kepala, kejang, koma dan hernia otak
pernapasan)
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya & Putri (2016), pemeriksaan diagnostik Cidera
Kepala diantaranya:
b. Radiografi kranium:
2019).
c. CT scan kranial:
d. MRI :
e. EEG :
f. X – Ray :
7. Penatalaksanaan
Cidera Kepala Secara umum, pasien dengan cedera kepala
a. Bedah
mendesak ruang.
menekan pada laserasi kulit kepala. Jika ada, maka hal ini
b. Medikamentosa
1) Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi peningkatan
penurunan kesadaran.
a. Airway
Pada kasus non trauma dan korban tidak sadar, buatlah posisi
jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan lihat: Apakah
b. Breathing
Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah
Retraksi intercostalis.
ekspansi paru.
c. Circulation
dilakukan oleh tim ICU (Intensive Care Unit) dalam ABC (Airway,
Wahyuningsih, 2018).
3. Indikasi
a. Pasien yang mengalami gangguan pernapasan
4. Kontra Indikasi
a. Pasien dengan kesadaran penuh
b. Tujuan
1) Airway
dengan Krikotoromi)
2) Breathing
diselangi ekshalasi
mekanik)
3) Circulation
darah
chest compression.
4) Evaluasi
Lakukan pengukuran saturasi oksigen, frekuensi nafas dan
produksi sputum
1. Identitas pasien
3. Keluhan utama
dengan skor GCS 3-8 dengan penuruna kesadaran <24 jam dan
4. Riwayat kesehatan
makanan.
anggota keluarga
d. Riwayat psikososial
masyarakat.
e. Permeriksaan fisik
pasien:
a) Kesadaran pasien:
- 12.
– 7.
4.
atau berat.
f. Pengkajian ABC
1) Airway
2) Breathing
bantu pernapasan
3) Circulation
b) Tekanan darah
c) Sianosis, CRT
f) Turgor kulit
g) Diaphoresis
g. Pengkajian B1-B6
1) B1 (Breathing)
berlebih.
2) B2 (Blood)
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
neurologis luas
6) B6 (Bone)
istirahat.
5. Diagnosa Keperawatan
(D.0131)
mekanis (D.0129)
neuromuskular (D.0054)
6. Intervensi Keperawatan
DPP PPNI (2018) serta tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan Tim
a. Diagnosa 1
Tabel 2.2 Kriteria Hasil Keperawatan Bersihan Jalan Napas tidak efektif
Rencana tindakan:
Kriteria hasil:
Rencana tindakan:
c. Diagnosa 3
2019)
Rencana tindakan:
d. Diagnosa 4
mekanis (D.0129)
membaik.
Kriteria hasil:
neuromuskular (D.0054)
membaik.
Kriteria hasil:
7. Implementasi Keperawatan
8. Evaluasi Keperawatan
berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini
METODE PENELITIAN
bahasan pada studi kasus ini adalah pelaksanaan airway, breathing dan
data atau sumber informasi untuk riset yang dilakukannya. Subyek dalam
studi kasus keperawatan ini yaitu pasien dengan cedera kepal berat
diruang ICU merupakan individu dengan kasus yang akan diteliti secara
rinci dan mendalam. Adapun kriteria subyek studi kasus yang akan dipilih,
sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat
meliputi:
responden
3. Fokus Studi
Fokus studi kasus ini adalah melakukan intervensi dengan
keperawatan.
analisis yang digunakan untuk mencapai hasil yang valid dan dapat
3. Analisis Data
Pada studi kasus analisis data dilakukan sejak di lapangan,
subjektif yang berasal dari pasien atau keluarga dan data objektif
diganosa keperawatan.
operasional.
f. Barulah membuat hasil evaluasi studi kasus.
4. Penyajian Data
Pada penelitian ini, penyajian data di lakukan dengan cara
penelitian, tiga prinsip etik (kaidah dasar moral), yaitu : respect for
(Handayani, 2018).
menghormati