Anda di halaman 1dari 4

TELAAH JURNAL

I. Latar Belakang
Trauma kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan mental yang kompleks. Gangguan yang ditimbulkan
dapat bersifat sementara maupun menetap, seperti defisit kognitif, psikis, intelektual, serta
gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena trauma kepala dapat
mengenai berbagai komponen kepala mulai dari bagian terluar hingga terdalam, termasuk
tengkorak dan otak.
Di Amerika Serikat insiden trauma kepala adalah 200 per 100 000 orang per tahun
Di Indonesia, walaupun belum tersedia data secara nasional, trauma kepala juga
merupakan kasus yang sangat sering dijumpai di setiap rumah sakit. Pada tahun 2005, di
RSCM terdapat 434 pasien trauma kepala ringan, 315 pasien trauma kepala sedang, dan
28 pasien trauma kepala berat, sedangkan di RS Swasta Siloam Gleaneagles terdapat 347
kasus trauma kepala secara keseluruhan. Di Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ), pada tahun
2007, jumlah pasien trauma kepala mencapai 125 orang dari 256 orang pasien rawat inap
bagian saraf.
Terdapat berbagai cara penilaian prognosis trauma kepala, diantaranya adalah
dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) dan Revised Trauma Score (RTS).
Penilaian GCS berdasarkan respon mata, verbal, dan motorik, sedangkan penilaian RTS
berdasarkan GCS, tekanan darah sistolik, dan frekuensi nafas pasien.1-3 Namun,
beberapa jurnal hanya menggunakan GCS dalam menentukan tingkat keparahan trauma
kepala.

II. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah ingin membandingkan kemampuan GCS (Glasgow
coma scale) dan RTS (Revised Trauma Score) dalam memprediksi disabilitas
menggunakan DRS (Disability Rating Scale) pada pasien trauma kepala di Rumah Sakit
Atma Jaya.
III. Metodelogi Penelitian
Penelitian merupakan penelitian prospektif observasional. Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. Data diambil dari semua pasien trauma kepala yang
datang ke RSAJ bulan Desember 2008 hingga Mei 2009 berjumlah 30.
Pengumpulan data dasar berupa: jenis kelamin, usia, lama trauma, dan lama
perawatan. Penilaian GCS dan RTS dilakukan saat pasien masuk rumah sakit, dan
tingkat disabilitas dinilai menggunakan DRS (Disability Rating Scale) saat pasien
dipulangkan. Penilaian GCS terdiri dari tiga komponen yaitu: respon membuka mata,
respons motorik, dan respons verbal, sedangkan penilaian RTS terdiri dari tiga komponen
yaitu: GCS, frekuensi napas, dan tekanan darah sistolik. Penilaian tersebut dilakukan oleh
dokter muda bagian neurologi yang dikonfirmasi oleh dokter spesialis saraf. DRS terdiri
atas delapan komponen yaitu: kemampuan membuka mata, berkomunikasi, makan,
merawat diri, toileting, respon motorik, kemampuan untuk menjalankan fungsi, dan
employability. DRS merupakan rentang nilai mulai dari 0 (tidak dijumpai disabilitas) hingga
29 (keadaan vegetatif berat). Data yang didapatkan kemudian diolah dengan SPSS 15.0
menggunakan uji korelasi Spearman (rs).

IV. Hasil Penelitian


Dengan uji korelasi Spearman didapatkan bahwa
1. Penilaian GCS memiliki korelasi bermakna dalam menetukan tingkat disabilitas pasien
trauma kepala (p=0,046).
2. Penilaian RTV (Revised Trauma Score) tidak memiliki hubungan yang bermakna
dalam menentukkan tingkat disabilitas pasien trauma kepala (p=0,207).

V. Pembahasan
Penilaian RTS (Revised Trauma Score) adalah alat untuk di tempat triase. RTS
merupakan penilaian yang dilakukan segera setelah pasien cedera, umumnya saat
sebelum masuk rumah sakit atau ketika berada di unit gawat darurat. dirancang untuk
memberikan penilaian yang komprehensif bagi para profesional medis dari bidang apapun.
terdiri dari Glasgow Coma Scale, Tekanan Darah Sistolik dan Respiratory Rate.
Revised trauma score telah divalidasi sebagai metode penilaian untuk
membedakan pasien yang memiliki prognosis baik atau buruk. Rentang skor adalah 0-12.
Dalam MULAI triase, pasien dengan skor RTS dari 12 yang berlabel tertunda, 11 sangat
mendesak, dan 10-3 adalah segera. Mereka yang memiliki RTS di bawah 3 dinyatakan
mati dan tidak harus menerima perawatan tertentu karena mereka sangat tidak mungkin
untuk bertahan hidup tanpa sejumlah besar sumber daya.
Penilaian RTS dapat mengidentifikasi lebih dari 97% orang yang akan meninggal
jika tidak mendapat perawatan.7 Revised trauma score mudah dilakukan dan dapat
memperkirakan prognosis secara lebih lebih akurat jika digunakan untuk pasien trauma
kepala berat dan pasien dengan politrauma.7 Kemampuan RTS dalam menentukan kondisi
yang membahayakan jiwa adalah 76,9%. (Fedakar R, 2007)
Perbedaannya dengan penilaian GCS (Glasgow coma scale) merupakan instrumen
standar yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma kepala.
Glasgow coma scale merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan
pengobatan, dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk pasien. Komponen
penilaian dari GCS yaitu, respon membuka mata (eye), respon motoric (motorik) dan
respon verbal (verbal).
Hal ini menjelaskan bahwa tidak adanya korelasi bermakna antara penilaian RTS di
karenakan ketiga komponen GCS khususnya respon motorik, paling berperanan dalam
memprediksi disabilitas pasien trauma kepala. Komponen respon motoric GCS memiliki
tingkat sensitivitas dan spesifisitas sebesar 80% dan 73%.
Penelitian oleh Zafonte et al dan Gabbe et al menyatakan bahwa, walaupun penting
dalam triage emergensi, penilaian RTS hanya berguna untuk memprediksi mortalitas
pasien, bukan tingkat disabilitas pasien.

VI. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
Kelebihan daripada jurnal penelitian ini adalah, bahasa dan penyusunan jurnal yang
digunakan singkat padat dan jelas, sehingga mampu membantu pembaca memahami
jurnal ini
2. Kekurangan
Keseluruhan dari jurnal ini sudah bagus, namun perlu ditambahkan mengenai materi
mengenai cara menginterprestasikan hasil penilaian GCS dan RTS tidak disediakan
dalam jurnal ini agar pembaca lebih mengerti tentang bagaimana cara menilai
menggunakan GCS dan RTS.
VII. Kesimpulan
Penilaian RTS (Revised Trauma Score) dan GCS (Glasgow coma scale)
merupakan instrument serupa untuk menilai prognosis trauma kepala. Namun, Pada
penelitian ini didapatkan bahwa penilaian GCS dapat memprediksi tingkat disabilitas pasien
trauma kepala lebih baik dibandingkan penilaian RTS. Sedangkan dari komponen penilaian
GCS, respon motorik adalah komponen yang paling berperanan dalam menentukan tingkat
disabilitas pasien.

VIII. Rekomendasi Untuk Lahan Praktik


Hal-hal yang bisa saya rekomendasikan untuk lahan praktik setelah menelaah jurnal ini
antara lain lahan praktik dapat mengoptimalkan penilaian di atas, apakah itu penilaian
dengan menggunakan GCS ataupun RTS. Kemudian setelah itu mampu memberikan
intervensi yang tepat sesuai dengan perioritas keadaan pasien.

Daftar pustaka

1. Fedakar R, Aydiner AH, Ercan I. A comparison of life threatening injury concept in the
Turkish penal code and trauma scoring systems. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg.
2007;13:192-8.
2. www. wikipedia.org/wiki/Revised_Trauma_Score
3. Susilawati D. (2010). Hubungan Waktu Prehospital Dan Nilai Tekanan Darah Dengan
Survival Dalam 6 Jam Pertama Pada Pasien Cedera Kepala Berat Di Igd
Rsup.Dr.M.Djamil Padang Tahun 2010

Anda mungkin juga menyukai