Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Puji syukur kepada Allah Swt, karena berkat Rahmat dan atas izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penilaian Tingkat Kesadaran Glasgow
Coma Scale” sebagai makalah mata kuliah Kegawatan Neurosensori. Makalah ini
kami susun berdasarkan referensi dari beberapa buku, media internet dan berbagai
sumber yang kami dapatkan dan kami mencoba menyusun data-data itu hingga
menjadi sebuah makalah yang sederhana ini.
Akhir kata, penulis secara terbuka menerima saran dan kritik atas segala kekurangan
dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan masyarakat
luas.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Skala Koma Glasgow pertama kali diterbitkan pada tahun 1974 di Universitas
Glasgow oleh profesor bedah saraf Graham Teasdale dan Bryan Jennett. Glasgow
Coma Scale (GCS) digunakan untuk menggambarkan secara obyektif tingkat
gangguan kesadaran pada semua jenis pasien medis dan trauma akut. Skala tersebut
menilai pasien berdasarkan tiga aspek responsivitas yaitu respon membuka mata,
motorik, dan verbal. Masing-masing melaporkan hal ini secara terpisah sehingga
memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan status pasien.
Setiap penggabungan komponen skala menjadi total dari Skor Koma Glasgow
yang memberikan deskripsi namun kurang mendetail, tetapi dapat memberikan
ringkasan 'singkatan' yang berguna dari keseluruhan tingkat keparahan. Ekspresi skor
adalah jumlah skor serta elemen individu. Misalnya, skor 10 dapat dinyatakan sebagai
GCS10 = E3V4M3.
Penggunaan Glasgow Coma Scale menjadi meluas pada tahun 1980-an ketika
edisi pertama Advanced Trauma and Life Support merekomendasikan
penggunaannya pada semua pasien trauma. Selain itu, Federasi Masyarakat Bedah
Saraf Dunia (WFNS) menggunakannya dalam skalanya untuk menilai pasien dengan
perdarahan subaraknoid pada tahun 1988, Skala Koma Glasgow dan skor totalnya
telah dimasukkan dalam berbagai pedoman klinis dan sistem penilaian untuk korban
trauma atau penyakit kritis. Hal ini mencakup pasien dari segala usia, termasuk anak-
anak praverbal. Skala Koma Glasgow adalah komponen wajib dari NIH Common
Data Elements untuk studi cedera kepala dan revisi ICD 11 dan digunakan di lebih
dari 75 negara.
Adapun rumusan masalah yang penulis ambil sebagai dasar dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami cara penilaian tingkat kesadaran menurut Glasgow
Coma Scale (GCS)
2. Tujuan KhususTujuan khusus dari penulisan makalah adalah:
a) Memahami pengertian dari penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)
b) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tinkat kesadaran
c) Mampu melakukan/ mempraktikkan penilaian tingkat kesadaran GCS
sesuai SOP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
GCS adalah suatu skala neurologik yang dipakai untuk menilai secara
obyektif derajat kesadaran seseorang. Skala Koma Glasgow dibagi menjadi tiga
parameter: respons mata terbaik (E), respons verbal terbaik (V), dan respons motorik
terbaik (M). Tingkat respons dalam komponen Skala Koma Glasgow 'diberi skor' dari
1, untuk tanpa respons, hingga nilai normal 4 (Respons membuka mata) 5 (Respons
verbal) dan 6 (Respons motorik)
GCS, yang dikembangkan oleh Prof. Graham Teasdale pada tahun 1974,
dirancang untuk mengukur tingkat kesadaran pada pasien cedera otak. Awal mula
penilaian awal GCS terdiri dari 14 skala seiring waktu berkembang menjadi 15 skala
dan kini telah menjadi bagian integral dari penilaian dan prognosis untuk perubahan
status mental pasien di seluruh dunia. Hal itu diadopsi dalam edisi pertama ATLS
pada tahun 1980 dan terus dimasukkan dalam bentuk yang lebih modern dalam edisi
ke-10 ATLS.
Komponen asli GCS adalah sebagai berikut:
Klarifikasi Terminologi
Edisi skala GCS ini adalah salah satu yang disadari oleh kebanyakan orang.
Namun, pada peringatan 40 tahun skala tersebut, terminologi tersebut mengalami
pembaruan dengan tujuan untuk menyederhanakan bahasa yang digunakan2. Versi
GCS tersebut adalah sebagai berikut (perubahan disorot).
Pada versi baru 2014, skor ditabulasi seperti sebelumnya dengan skor
gabungan dari 3 hingga 15 dan skor individu. Namun, dalam kasus aspek yang tidak
dapat diuji, GCS baru hanya boleh dicatat dalam komponennya. Berikut ini
contohnya:
Pria 42 tahun, diintubasi setelah traumatic brain injury (TBI) untuk mengurangi GCS.
Saat ini, dia membuka mata untuk tekanan, diintubasi, dan menarik lengan dan kaki
kirinya untuk merasakan sakit.
2.2 Etiologi
1. S : Sirkulasi
Meliputi stroke dan penyakit jantung, Syok (shock) adalah kondisi medis tubuh
yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh kegagalan sistem sirkulasi darah
dalam mempertahankan suplai darah yang memadai. Berkurangnya suplai darah
mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan tubuh. Jika tidak
teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ penting yang dapat
mengakibatkan kematian. Kegagalan sistem sirkulasi dapat disebabkan oleh
Kegagalan jantung memompa darah, terjadi pada serangan jantung.
Berkurangnya sirkulasi cairan tubuh. Tipe ini terjadi pada perdarahan besar
maupun perdarahan dalam, hilangnya cairan tubuh akibat diare berat, muntah
maupun luka bakar yang luas.
2. E : Ensefalitis
3. M : Metabolik
Gejala-gejala yang timbul akibat hipoglikemia terdiri atas 2 fase. Fase 1 yaitu
gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga
dilepaskannya hormon efinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak
keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual. gejala ini timbul bila kadar
glukosa darah turun sampai 50% mg. Sedangkan Fase 2 yaitu gejala-gejala yang
terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak , karena itu dinamakan juga
gejala neurologi. Gejalanya berupa pusing, pandang kabur, ketajam mental
menurun, hilangnya keterampilan motorik halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma.gejala neurologi biasanya muncul jika kadar glukosa darah
turun mendekati 20% mg.
Pada pasien ini menurut gejalanya telah memasuki fase 2 karena telah terjadi
gangguan neurologik berupa penurunan kesadaran, pusing, dan penurunan kadar
glukosa plasma mendekati 20 mg%.dan menurut stadiumnya pasien telah
mengalami stadium gangguan otak karena terdapat gangguan kesadaran.
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan. Diare akut karena infeksi dapat
disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau
kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan
renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan
berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor
kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik.
5. N : Neoplasma
Tumor otak baik primer maupun metastasis, Muntah : gejala muntah terdapat
pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai
pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tak
disertai dengan mual. Kejang : bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal
dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Bangkitan
kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrositoma,
40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
6. I : Intoksikasi
7. T : Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan
subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada. Cedera pada dada dapat
mengurangi oksigenasi dan ventilasi walaupun terdapat airway yang paten. Dada
pasien harus dalam keadaan terbuka sama sekali untuk memastikan ada ventilasi
cukup dan simetrik. Batang tenggorok (trachea) harus diperiksa dengan
melakukan rabaan untuk mengetahui adanya perbedaan dan jika terdapat
emphysema dibawah kulit. Lima kondisi yang mengancam jiwa secara
sistematik harus diidentifikasi atau ditiadakan (masing-masing akan didiskusikan
secara rinci di Unit 6 - Trauma) adalah tensi pneumothorax, pneumothorax
terbuka, massive haemothorax, flail segment dan cardiac tamponade. Tensi
pneumothorax diturunkan dengan memasukkan suatu kateter dengan ukuran 14
untuk mengetahui cairan atau obat yang dimasukkan kedalam urat darah halus
melalui jarum melalui ruang kedua yang berada diantara tulang iga pada baris
mid-clavicular dibagian yang terkena pengaruh. Jarum pengurang tekanan udara
dan/atau menutupi luka yang terhisap dapat memberi stabilisasi terhadap pasien
untuk sementara waktu hingga memungkinkan untuk melakukan intervensi yang
lebih pasti. Jumlah resusitasi diperlukan untuk suatu jumlah haemothorax yang
lebih besar, tetapi kemungkinannya lebih tepat jika intervensi bedah dilakukan
lebih awal, jika hal tersebut sekunder terhadap penetrating trauma (lihat
dibawah). Jika personalia dibatasi melakukan chest tube thoracostomy dapat
ditunda, tetapi jika pemasukkan tidak menyebabkan penundaan transportasi ke
perawatan yang definitif, lebih disarankan agar hal tersebut diselesaikan sebelum
metransportasi pasien.
8. E : Epilepsi
Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.
Nilai Keterangan
4 Mata membuka spontan : pasien membuka matanya tanpa rangsangan
eksternal.
3 Membuka mata karena perintah: pasien merespon membuka matanya
terhadap rangsangan verbal.
2 Membuka mata terhadap rangsangan yang menyakitkan: pasien membuka
mata setelah adanya stimulus rasa sakit
1 Tidak membuka mata: Tidak membuka mata meskipun ada rangsangan verbal
maupun nyeri yang diberikan.
Catatan:
Komponen penilaian ini adalah untuk menilai respon verbal dari pasien
dengan mengajukan tiga pertanyaan orientasi. Tiga pertanyaan tersebut adalah
waktu, tempat, dan orang (nama). Ada 5 nilai dalam komponen ini diantaranya:
Nilai Keterangan
5 Berorientasi/ Orientated : Pasien mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
waktu, tempat, dan orang dengan benar. Beberapa pasien yang menjawab
semua pertanyaan dengan benar tiga, namun, selama percakapan lanjut,
perawat dapat menemukan pasien tidak benar-benar koheren. Karena pasien
mampu menjawab semua tiga pertanyaan dengan benar maka dia masih
mencetak sebagai berorientasi
4 Bingung/ Confused (Disorientasi): Pasien tidak mampu menjawab satu atau
lebih dari tiga pertanyaan orientasi (waktu, tempat, dan orang) dengan benar.
Beberapa pasien tidak dapat menjawab semua tiga pertanyaan orientasi benar
tapi percakapan mereka koheren. Mereka masih memiliki nilai (4).
3 Kata-kata yang tidak tepat/ Inappropriate words : Pasien melakukan
pengucapan secara acak atau menjawab pertanyaan namun tidak sesuai
dengan pertanyaan/ menyimpang dari pertanyaan dan tidak ada umpan balik
pembicaraan yang berkelanjutan.
2 Suara tidak bermakna/ Incomprehensible sounds: Pasien mengerang (tidak
ada kata-kata) dengan atau tanpa adanya rangsangan dari luar.
1 Tidak ada respon verbal/ No verbal response: Pasien tidak membuat suara
bahkan ketika ada rangsangan yang menyakitkan diterapkan.
Catatan:
a. Jika pasien memiliki trakeostomi, intubasi, atau afasia, bahkan jika mereka
dapat menulis atau berjabat dan nob / nya kepalanya untuk pertanyaan
orientasi benar, dia hanya akan mencetak (1) karena dia tidak membuat
"verbal" tanggapan . Perawat harus menjelaskan berlangsung pasien
perhatikan bagaimana respon pasien ini untuk pertanyaan orientasi.
b. Ketika meminta tempat, dimulai dengan negara, provinsi, kota, dan kemudian
membangun. Jangan mengajukan pertanyaan spesifik.
c. Tanyakan pasien tahun berjalan dan bulan atau musim. Jangan tanya tanggal
atau hari .
Nilai Keterangan
6 Mematuhi perintah/ Obeys commands: Pasien mampu melakukan tugas-tugas
sederhana seperti bertanya "menunjukkan ibu jari Anda", atau "menunjukkan
dua jari". Jangan meminta pasien untuk "pegangan jari-jari saya". Ini mungkin
refleks.
Untuk pasien lumpuh yang tidak dapat menggerakkan anggota mereka,
perawat dapat meminta pasien untuk tersenyum, julurkan lidah mereka, atau
menunjukkan gigi mereka.
5 Melokalisir nyeri/ Localizing pain: menjangkau dan menjauhkan stimulus saat
diberi rangsang nyeri .
4 Penarikan terhadap nyeri/ Withdrawal from pain: menghindar atau menarik
tubuh untuk menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri
3 Abnormal fleksi/ Abnormal flexion to pain (decortication): salah satu tangan
atau keduanya menekuk saat diberi rangsang nyeri
2 Abnormal ekstensi/ Abnormal extension to pain (decerebration): salah satu
tangan atau keduanya bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh saat diberi
rangsang nyeri
1 Tidak ada respon/ No motor response: Pasien tidak menunjukkan dan gerakan
anggota tubuh ketika rasa sakit pusat diterapkan.
Menurut data yang dikumpulkan dari uji coba CRASH dan IMPACT yang
digunakan untuk mendapatkan skor tersebut, GCS 6 membawa mortalitas 6
bulan sebesar 28,82%. Namun, pasien dengan GCS 6 dan pupil tetap bilateral
(GCS-P = 4) memiliki mortalitas 6 bulan sebesar 42,94% 5. Penambahan
pemeriksaan pupil tampaknya memungkinkan dokter untuk memperkirakan
hasil yang lebih baik daripada GCS saja dan dapat dilakukan dengan cepat
dan mudah di samping tempat tidur.
Glasgow Coma Scale dapat digunakan pada anak-anak di atas 5 tahun tanpa
modifikasi. Anak-anak dan bayi yang lebih kecil tidak dapat memberikan tanggapan
verbal yang diperlukan praktisi untuk menggunakan skala guna menilai orientasi
mereka atau mematuhi perintah untuk mengevaluasi respons motorik mereka. Sejak
Skala Koma Glasgow Pediatric awalnya dijelaskan di Adelaide, ada beberapa
modifikasi tanpa satu pun yang diterima secara universal. Versi di bawah ini berasal
dari James dan Jaringan Penelitian Terapan Perawatan Darurat Pediatrik
Score Keterangan
4 Mata terbuka secara spontan
3 Mata terbuka untuk suara
2 Membuka mata karena nyeri
1 Tidak ada lubang mata
b. Respon verbal terbaik
Score Keterangan
5 Coos and babbles / 5 Orientated: berbicara mengoceh seperti biasa
4 Mudah tersinggung / menangis lemah / Bingung
3 Menangis sebagai respons terhadap rasa sakit / Kata-kata yang tidak
bisa dimengerti
2 Erangan/ merintih sebagai respons terhadap rasa sakit/ Suara yang
tidak bisa dimengerti
1 Tidak ada respon
Score Keterangan
6 Bergerak secara spontan dan sengaja / Menaati perintah
5 Menarik diri untuk disentuh / Melokalisasi rasa sakit
4 Penarikan nyeri
3 Fleksi abnormal hingga nyeri
2 Perpanjangan nyeri yang abnormal
1 Tidak ada respons motor
Penurunan GCS dapat terjadi karena cedera yang terjadi pada kepala. Untuk
meningkatkan nilai GCS dibutuhkan beberapa tindakan seperti:
1. Pemberian Obat
Obat diberikan untuk mencegah kerusakan pada organ otak setelah terjadi
kecelakaan. Obat yang diberikan dapat berupa:
a. Obat Diuretik
Digunakan untuk mengurangi jumlah cairan dalam lapisan tissur dan
meningkatkan pengeluaran urin. Obat diuretik diberikan untuk seseorang
dengan cedera kepala untuk mengurangi tekanan yang terjadi dalam otak.
b. Obat Anti Kejang Seseorang yang mengalami cedera kepala ringan sampai
berat mungkin mengalami kejang selama minggu pertama setelah
kecelakaan. Obat anti kejang mungkin diberikan untuk menghidari resiko
kerusakan lebih buruk pada otak yang diakibatkan karena kejang.
2. Operasi
Operasi darurat mungkin dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan
tambahan pada jaringan otak.
3. Rehabilitasi
Kebanyakan orang yang mengalami kecelakaan otak mungkin akan
membutuhkan rehabilitasi. Pasien perlu belajar kembali hal-hal dasar
seperti berjalan dan berbicara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan aktifitas harian.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Membuka Mata
Score Keterangan
4 Spontan
3 Membuka mata dengan rangsang suara (menyuruh pasien membuka
mata)
2 Membuka mata dengan rangsang nyeri tekan pada supraorbita / kuku
jari
1 Dengan rangsang nyeri tidak membuka mata
Score Keterangan
5 Baik, dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan tahu siapa ia,
dimana ia berada, dan kapan
4 Dapat bicara dalam kalimat tetapi terdapat disorientasi waktu dan
tempat
3 Dapat mengucapkan kata-kata, tetapi ltidak berupa kalimat dan tidak
tepat.
2 Mengerang, tidak ada kata-kata
1 Tidak ada respon dengan rangsang nyeri
Score Keterangan
6 Menuruti perintah
5 Mengetahui lokasi nyeri
4 Dapat menghindar dari rangsang nyeri
3 Dengan rangsang nyeri terdapat gerakan fleksi
2 Dengan gerakan nyeri terdapat gerakan ekstensi
1 Tidak terdapat respon dengn rangsang nyeri
3.2 Perbandingan Full Outline of Unresponsiveness Score (FOUR) dengan
Glasgow Coma Scale
Penilaian kesadaran penting dilakukan pada pasien anak dengan sakit kritis
untuk memperkirakan prognosis. Modifikasi Glasgow Coma Scale (GCS) banyak
digunakan untuk menilai kesadaran tetapi memiliki keterbatasan terutama pada pasien
yang diintubasi. Terdapat skor alternatif baru yaitu Full Outline of UnResponsiveness
score (FOUR score) yang dapat digunakan untuk menilai kesadaran pasien
terintubasi.
Dengan keterbatasan tersebut maka diperlukan suatu alternatif lain yang dapat
menggantikan GCS dengan menambahkan beberapa kelemahan komponen pada
GCS. Dilaporkan FOUR score dapat memberikan lebih banyak informasi
dibandingkan dengan GCS dengan penilaian empat komponen yaitu: penilaian refleks
batang otak, penilaian mata, respon motorik dengan spektrum luas, dan adanya pola
napas abnormal serta usaha napas, dengan skala penilaian 0-4 untuk masing-masing
komponen.
Skor FOUR diciptakan untuk memenuhi kebutuhan akan skala penilaian
tanda-tanda neurologis yang cepat dan mudah digunakan pada pasien dengan
penurunan kesadaran. Skala ini mengabaikan disorientasi atau delirium pada
penilaian verbal, namun memberikan kemampuan penilaian yang baik untuk
pergerakan mata, refleks batang otak, dan usaha napas pada pasien dengan ventilator.
Kelebihan lain dari FOUR score adalah tetap dapat digunakan pada pasien dengan
gangguan metabolik akut, syok, atau kerusakan otak nonstruktural lain karena dapat
mendeteksi perubahan kesadaran lebih dini. Dengan rentang skala penilaian yang
sama di tiap komponen yakni 0-4, FOUR score juga memiliki keunggulan lain
dibandingkan GCS karena menjadi lebih mudah diingat. Dengan memperhatikan hal-
hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan FOUR
score dengan GCS dalam menentukan prognosis pasien yang dirawat di Unit
Perawatan Intensif Anak.
Respirasi
(4) pola nafas regular, tidak terintubasi
(3) pola cheyne-stokes, tidak terintubasi
(2) pola nafas iregular, tidak terintubasi
(1) nafas dengan kecepatan di atas
ventilator, diintubasi
(0) apnea atau pernafasan dengan
kecepatanventilator.
Skala koma yang ideal seharusnya linear (memiliki bobot yang sama bagi
setiap komponen), reliabel (mengukur yang seharusnya diukur), valid (meng hasilkan
nilai yang sama pada pemeriksaan berulang), dan mudah digunakan (memiliki
instruksi yang simpel tanpa memerlukan alat bantu atau kartu). Selain itu skala koma
harus dapat memprediksi luaran walaupun angka kematian di ruang rawat intensif
dapat dipengaruhi dengan withdrawal bantuan hidup.
Jika pemeriksaan awal mengidentifikasi bahwa respon terhadap modus perilaku tidak
dapat secara sah dinilai, peringkat tersebut diklasifikasikan sebagai "Tidak diuji" dan
dicatat sebagai "NT".
Peringkat A pasien dapat dilambangkan dengan skor angka atau sesuai; meskipun ini
memungkinkan untuk komunikasi yang cepat, itu juga membawa risiko
memperkenalkan variabilitas melalui kesalahan dalam penomoran dan bukan
merupakan pengganti untuk melaporkan tanggapan pasien secara penuh.
Gambar 3 meringkas urutan dalam penilaian dan alokasi peringkat di grafik yang
dapat ditampilkan sebagai poster,flashcard saku atau bantuan lain untuk berlatih.
3.4 SOP Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)
STANDARD
OPERSIONAL
PROSEDUR
Pemeriksaan tingkat kesadaran klien dengan
PENGERTIAN
menggunakan Skala Koma Glasgow
TUJUAN Mendapatkan data obyektif
1. Pasien baru
KEBIJAKAN
2. Evaluasi perkembangan kondisi pasien
PETUGAS Perawat
PERALATAN Alat tulis
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Membuka Mata
Spontan 4
Dengan perintah 3
Dengan rangsang nyeri 2
Tidak berespons 1
Respon Verbal
Berorientasi 5
Bicara membingungkan 4
Kata-kata tidak tepat 3
Suara tidak dapat dimengerti 2
Tidak berespons 1
Respon Motorik
Dengan perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik area yang nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak berespons 1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
GCS adalah suatu skala neurologik yang dipakai untuk menilai secara
obyektif derajat kesadaran seseorang. GCS terdiri dari 3 pemeriksaan, yaitu penilaian:
respons membuka mata (eye opening), respons motorik terbaik (best motor response),
dan respons verbal terbaik (best verbal response).
4.2 Saran
GCS adalah suatu skala neurologik yang dipakai untuk menilai secara obyektif
derajat kesadaran seseorang. Sebaiknya pemeriksaan GCS dilakukan di awal
pemeriksaan kesadaran pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Teasdale GM, Drake CG, Hunt W, Kassell N, Sano K, Pertuiset B, De Villiers JC. A
universal subarachnoid hemorrhage scale: report of a committee of the World
Federation of Neurosurgical Societies. J. Neurol. Neurosurg. Psychiatry. 1988
Nov;51(11):1457. [PMC free article] [PubMed]
Borgialli DA, Mahajan P, Hoyle JD, Powell EC, Nadel FM, Tunik MG, Foerster A,
Dong L, Miskin M, Dayan PS, Holmes JF, Kuppermann N., Pediatric
Emergency Care Applied Research Network (PECARN). Performance of the
Pediatric Glasgow Coma Scale Score in the Evaluation of Children With
Blunt Head Trauma. Acad Emerg Med. 2016 Aug;23(8):878-84. [PubMed]
Reilly PL, Simpson DA, Sprod R, Thomas L. Assessing the conscious level in infants
and young children: a paediatric version of the Glasgow Coma Scale. Childs
Nerv Syst. 1988 Feb;4(1):30-3. [PubMed]
James HE. Neurologic evaluation and support in the child with an acute brain insult.
Pediatr Ann. 1986 Jan;15(1):16-22. [PubMed]
Reith FCM, Lingsma HF, Gabbe BJ, Lecky FE, Roberts I, Maas AIR. Differential
effects of the Glasgow Coma Scale Score and its Components: An analysis of
54,069 patients with traumatic brain injury. Injury. 2017 Sep;48(9):1932-
1943. [PubMed]
Gennarelli TA, Champion HR, Copes WS, Sacco WJ. Comparison of mortality,
morbidity, and severity of 59,713 head injured patients with 114,447 patients
with extracranial injuries. J Trauma. 1994 Dec;37(6):962-8. [PubMed]
Brennan PM, Murray GD, Teasdale GM. Simplifying the use of prognostic
information in traumatic brain injury. Part 1: The GCS-Pupils score: an
extended index of clinical severity. J. Neurosurg. 2018 Jun;128(6):1612-1620.
[PubMed]
Reith FC, Van den Brande R, Synnot A, Gruen R, Maas AI. The reliability of the
Glasgow Coma Scale: a systematic review. Intensive Care Med. 2016
Jan;42(1):3-15. [PubMed]
Haukoos JS, Gill MR, Rabon RE, Gravitz CS, Green SM. Validation of the
Simplified Motor Score for the prediction of brain injury outcomes after
trauma. Ann Emerg Med. 2007 Jul;50(1):18-24. [PubMed]
Teasdale GM, Stocchetti N, Maas AI, Murray GD. Predicting Mortality in Critically
Ill Patients. Crit. Care Med. 2015 Oct;43(10):e471-2. [PubMed]
Murray GD, Brennan PM, Teasdale GM. Simplifying the use of prognostic
information in traumatic brain injury. Part 2: Graphical presentation of
probabilities. J. Neurosurg. 2018 Jun;128(6):1621-1634. [PubMed]
Adeleye, Amos O. dkk, 2012, “Physicians’ knowledge of the Glasgow Coma Scale in
a Nigerian university hospital: is the simple GCS still too complex?”. Original
Research Article, Volume 3, Article 28,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3297815/pdf/fneur-03-
00028.pdf, 28 November 2015
Practice, Nursing. 2014. “Forty years on: updating the Glasgow Coma Scale” Nursing
Times. Volume 110, No. 42.
http://www.nursingtimes.net/Journals/2014/10/10/n/p/l/141015Forty-years-
on-updating-the-Glasgow-coma-scale.pdf, 30 November 2015