ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D 31 TAHUN
DENGAN HEAD INJURY DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT Sopian1 Program Studi Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Bandung Departement Keperawatan Gawat Darurat
Latar Belakang mengurangi waktu produktif
Head injury atau Cedera seseorang karena melibatkan kepala adalah gangguan traumatik kelompok usia produktif dan pada otak yang menimbulkan mengakibatkan beban sosial ekonomi perubahan fungsi atau struktur pada yang besar pertahun (Spencer et al., jaringan otak akibat mendapatkan 2010; Tjahjadi et al., 2013). Biaya kekuatan mekanik eksternal berupa yang harus dikeluarkan baik secara trauma tumpul ataupun penetrasi langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi akibat kejadian cedera kepala untuk kognitif, fisik maupun psikososial perawatan korban dengan cidera baik sementara ataupun permanen kepala lebih dari 60,43 juta dollar per (Dawodu., 2015; Brain Injury tahun (Finkelstein et al., 2006 ; Faul Association of America., 2012). et al., 2015). Cedera kepala mencakup trauma pada Penyebab terjadinya cedera kulit kepala, tengkorak (cranium dan kepala sebagian besar dikarenakan tulang wajah), atau otak. Keparahan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari cedera berhubungan dengan tingkat ketinggian, tertimpa benda, kecelakan kerusakan awal otak dan patologi olahraga, dan korban kekerasan fisik sekunder yang terkait (Stillwell & (Japardi, 2004). Penatalaksaan yang Susan, 2011). dapat dilakukan bagi pasien cedera Cedera kepala masih menjadi kepala mengikuti prinsip penanganan masalah kesehatan masyarakat di cedera pada umumnya, dimulai banyak negara karena dapat dengan primary survey dengan menyebabkan kematian, kecacatan, prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure), Riwayat sebelum kecelakaan secondary survey berupa pengkajian lalu lintas pasien dalam pengaruh head to toe, diikuti dengan stabilisasi minuman keras dan mengkonsumsi dan transport. Penatalaksaan serta obat penenang. Pada periode initial pengkajian awal yang tepat sangatlah assesment dan resusitasi , faktor usia penting karena akan menentukan berpengaruh terhadap kematian, pada outcome pada pasien cedera kepala laki-laki usia tua adalah lebih besar (Japardi, 2004). Outcome pasien dibandingkan perempuan usia tua ( cedera kepala dipengaruhi oleh pada Injury Severity Score, ISS, banyak hal salah satunya adalah status rendah dan sedang). Jenis kelamin fisiologism (Sastrodiningrat, 2006). laki-laki (58%) lebih banyak Status fisiologis dapat diukur mengalami cedera kepala menggunakan berbagai sistem dibandingkan perempuan. Hal ini penilaian cedera seperti Glasgow sesuai dengan teori di atas bahwa Coma Scale, Trauma Score, Revised laki-laki mempunyai Injury Severity Trauma Score, Skala CRAMS, Score lebih tinggi apalagi pada usia Pediatric Trauma Score, serta tua. National Early Warning Score (Jones, 2012; Salim, 2015). Laporan kasus Seorang laki-laki berinisial Tn. D berusia 31 tahun datang ke ruang IGD RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat di bawa oleh polisi pada Gambar 1. Dokumentasi
pukul 11.30 WIB dengan luka terbuka pukul 11.35 WIB
di kepala bagian kiri dan penurunan Pemeriksaan klinis
kesadaran. Laporan dari kepolisian menunjukan nilai GCS: 6 E: 2, M: 2,
pasien mengalami kecelakaan lalu V: 2 dengan akral dingin dan terdapat
lintas bertabrakan dengan pengendara luka robekan di kepala bagian kiri.
motor lain dengan tidak Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
menggunakan helm. meninjukan hasil Tekanan darah
130/85 mmHg, suhu 360 C, nadi 86 kali / menit, respirasi rate 20 kali / pada anak 0-6 tahun dengan cedera menit, SpO2 93 kali / menit. Hasil kepala sedang dan cedera kepala berat pemeriksaan labolatorium hematologi menunjukkan perubahan yang menunjukan hasil Hb: 12.6 g/dl, signifikan pada hasil CT Scan. Leukosit: 7990 sel/ul, Eritrosit: 4,37 Diskusi sel/ul, Trombosit: 374.000 sel/ul, Pada kasus ini seorang pasien Hematokrit: 37,9 %. Hasil dengan diagnosa head injury atau pemeriksaan kimia klinik cedera kepala. Head injury atau mrnunjukan hasil Ast (SGOT): 24 u/l, cedera kepala dapat terjadi ketika Ast (SGPT): 25 u/l, Ureum: 19 mg/dl, terjadi benturan mekanik pada bagian Kreatinin: 0,93 mg/dl, GDS: 118 kepala melibatkan berbagai bagian mg/dl. Hasil pemeriksaan CT-scan kepala spesifik yang berkaitan dengan menunjukan hasil: Fraktur dinding mekanisme cedera yaitu pada anterior dan posterior sinus. jaringan lunak (SCALP), tulang Greenwood menyatakan tengkorak, maupun otak terkecuali bahwa rata-rata GCS penderita cedera luka superfisial di bagian wajah, kepala berat minimal 6.6, dalam secara langsung maupun tidak penelitian ini GCS diidentifikasi langsung yang dapat menyebabkan sebagai bagian diagnosis klinik. gangguan sementara atau permanen Traumatic Brain Injury (TBI) menjadi dalam aspek fungsi neurologis kasus paling sering menimbulkan meliputi fisik, kognitif, ataupun morbiditas dan mortalitas terutama psikososial. Pasien cedera kepala Saturasi oksigen perifer di bawah memerlukan suplay oksigen yang 90% menunjukkan sebuah kondisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan hipoksemia (McMulan et al, 2013). metabolisme otak. Observasi saturasi Saturasi oksigen yang lebih oksigen dilakukan untuk mencegah rendah secara signifikan dan mengenali resiko terjadinya meningkatkan risiko kematian, pasien hipoksia jaringan. Hipoksia jaringan dengan saturasi < 80 % memiliki akan menyebabkan risiko trauma risiko peningkatan tiga kali lipat sekunder pada jaringan otak yang angka kematian (Chi et al., 2006 ; akan berakibat pada kematian pasien. Scott et al., 2015). Hipoksia merupakan faktor prediktor terhadap oksigen (SaO2) diatas 90% dan outcome yang buruk pada pasien yang tekanan parsial oksigen (PaO2) diatas mengalami cidera kepala sedang dan 60 mm Hg setiap saat (shahlei et al, berat sebagai akibat dari risiko 2011). tambahan cedera otak sekunder yang Rata-rata pasien cedera kepala di alami oleh pasien, hipoksia yang mendapatkan nilai NEWS 6 sehingga tercatat sebanyak 27-55% dapat dapat diasumsikan bahwa rata-rata berasal dari tempat kejadian, di dalam pasien memiliki cedera kepala dengan ambulan/saat transportasi, atau pada risiko klinis. Hal ini didapatkan dari saat kedatangan di instalasi gawat penjumlahan parameter fisiologis darurat (Bahloul et al, 2011). pasien yang mengindikasikan telah Hasil tersebut sesuai dengan terjadi perubahan nilai normal pada penelitian yang dilakukan oleh satu ataupun beberapa parameter. Hal Sittichanbuncha et al (2015) yang yang perlu diketahui adalah dengan menyatakan bahwa saturasi oksigen nilai NEWS 6 atau kategori sedang memiliki negatif korelasi dengan diperlukan penanganan tepat sesuai prehospital mortality yang memiliki dengan panduan manajemen eskalasi makna Semakin rendah saturasi NEWS berupa pemantauan status oksigen yang dimiliki pasien maka fisiologis pasien tiap 1 jam untuk semakin meningkat resiko kematian menghindari perburukan klinis atau pasien. Setiap kenaikan 1% saturasi peningkatan nilai serta kategori oksigen maka akan diikuti oleh NEWS (Royal College of Physician, penurunan resiko kematian sebesar 2012). 8%. Data-data dari penelitian Pada kategori NEWS rendah IMPACT (International Mission for dengan nilai 0-4 dapat dilakukan Prognosis and Clinical Trial) pemantauan rutin setiap 4-12 jam melaporkan bahwa terdapat hubungan karena pasien dalam kondisi stabil, yang kuat antara kondisi hipoksia sedangkan untuk NEWS tinggi setelah cedera dengan outcome dengan nilai 7 atau lebih perlu neurologi yang jelek, dan guideline pemantauan terus menerus karena yang terbaru merekomendasikan kondisi pasien yang kritis (Royal untuk mempertahankan saturasi College of Physician, 2012). Perlu diketahui bahwa tidak boleh terjadi sehingga tubuh melakukan penundaan tindakan meskipun pasien mekanisme kompensasi (Celcilia, dalam kondisi stabil dikarenakan 2015). Kategori RTS sedang memiliki status fisiologis manusia selalu nilai 9-10 sedangkan kategori berat berubah-ubah demikan halnya dengan bernilai 7-8. Kedua kategori ini NEWS yang menggunakan parameter memiliki perubahan fisiologis yang fisiologis. Penelitian terkait RTS lebih signifikan sehingga penanganan menunjukkan bahwa rata-rata pasien yang cepat sangat diperlukan agar cedera kepala mendapatkan nilai 11 tidak jatuh pada kondisi perburukan. yang bersesuaian dengan data Pasien dengan kategori sedang dan kategori ringan sebesar 85,4%. berat juga dapat terjadi akibat Penilaian tersebut diperoleh dengan penanganan yang kurang tepat pada satu pengukuran awal saat pasien saat pasien masih berada pada dirawat di IGD meliputi Glasgow kategori ringan (Aprilia, 2017). Coma Scale, tekanan darah sistolik, Terapi dan frekuensi pernafasan. Penelitian Pemberian cairan untuk lain yang dilakukan oleh Saudin rehidrasi awal diberikan Nacl 0,9 % (2017) mendapatkan data serupa 500 ml. Dan pemberian ketorolac 1 dengan 95% pasien cedera kepala amp, ranitidine 1 amp berada dalam kategori ringan dengan Masalah Keperawatan nilai RTS 11-12. Masalah keperawatan Nilai RTS 11 prioritas yang bisa diangkat yaitu mengindikasikan perubahan Resiko Gangguan Perfusi Serebral parameter fisiologis namun dengan b.d Penurunan tingkat kesadaran. nilai tersebut diketahui bahwa Setelah didapatkan data subjektif dan perubahan yang terjadi bukanlah hal objektif seperti : Pasien mengalami yang signifikan sehingga pendarahan di kepala bagian kiri, diklasifikasikan dalam kategori Pasien terlihat mengalami penurunan ringan dan kondisi stabil. Perubahan kesadaran, tekanan darah 130/85 status fisiologis tersebut terjadi mmHg dan Hasil pemeriksaan CT- dipengaruhi oleh perubahan anatomis scan menunjukan hasil: Fraktur yang terjadi karena cedera kepala dinding anterior dan posterior sinus. Perawat dapat melakukan intervensi, ini tidak dapat menggantikan secara dilakukan untuk membantuk klien akurat hasil pengukuran tekanan mencapai hasil yang diharapkan. oksigen dalam arteri. Intervensi pada diagnose ini adalah Pemantauan Tekanan Intrakranial Manajemen Hipovolemia Observasi (I.06198) Periksa tanda gejala hipovolemia Intervensi pemantauan tekanan (frekuensi nadi meningkat, nadi intrakranial dalam Standar Intervensi teraba lemah, tekanan darah menurun, Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi tekanan nadi menyempit, turgor kulit kode (I.06198). mnurun, membrane mukosa kering, Pemantauan tekanan volume urin menurun, hematokrit intrakranial adalah intervensi yang meningkat, hasu, lemah). Monitor dilakukan oleh perawat untuk intake dan output cairan Terapeutik mengumpulkan dan menganalisis Hitung kebutuhan cairan, berikan data terkait regulasi tekanan di dalam asupan cairan oral. Edukasi Anjurkan ruang intrakranial. Tindakan yang memperbanyak asupan cairan oral, dilakukan pada intervensi anjurkan menghindari perubahan pemantauan tekanan intrakranial posisi mendadak Kolaborasi berdasarkan SIKI, antara lain: Kolaborasi pemberian cairan IV Observasi Isotonis (mis. NaCl atau RL), Identifikasi penyebab peningkatan Kolaborasi pemberian cairan TIK (mis: lesi menempati ruang, Hipotonis (mis. Glukosa 0,2% atau gangguan metabolisme, edema Nacl 0,4%) serebral, peningkatan tekanan vena, Kesimpulan obstruksi cairan serebrospinal, Monitoring oksigenasi jaringan otak hipertensi intracranial idiopatik) dapat dilakukan dengan pengukuran Monitor peningkatan TS non invasif, salah satunya adalah Monitor pelebaran tekanan nadi saturasi oksigen dan pemantauan (selisih TDS dan TDD) cairan. Pengukuran ini Monitor penurunan frekuensi jantung mengindikasikan jumlah prosentase Monitor ireguleritas irma napas oksigen dalam saturasi hemoglobin Monitor penurunan tingkat kesadaran pada saat pengukuran, meskipun nilai Monitor perlambatan atau Kepala Sedang. Bandung: ketidaksimetrisan respon pupil Universitas Padjajaran. Monitor kadar CO2 dan pertahankan Brain Injury Association of America. dalam rentang yang diindikasikan (2012). About Brain Injury. Monitor tekanan perfusi serebral Retrievedfrom Monitor jumlah, kecepatan, dan http://www.biausa.org/Default.aspx? karakteristik drainase cairan PageID=6783185&A=SearchResult serebrospinal &Search Monitor efek stimulus lingkungan D=9620673&ObjectID=6783185& terhadap TIK ObjectType=1 on March14, 2016 Terapeutik Aprilia, H 2017, Gambaran status Ambil sampel drainase cairan fisiologis pasien cedera kepala di serebrospinal IGD RSUD Ulin Banjarmasin tahun Kalibrasi transduser 2016. Dinamika Kesehatan, volume 8, Pertahankan sterilitas sistem nomor 1. Bouzat, P, Legrand, R, pemantauan Gillois, P, Ageron, FX, Brun, J, Pertahankan posisi kepala dan leher Savary, D, et al. 2015, Prediction of netral intrahospital mortality after severe Bilas sistem pemantauan, jika perlu trauma: which prehospital score is Atur interval pemantauan sesuai the most accurate?, Injury. kondisi pasien Campbell, J 2012, International Dokumentasikan hasil pemantauan trauma life support for emergency Edukasi care provider 7th Edition, American Jelaskan tujuan dan prosedur College Emergency Physician, pemantauan America, ISBN-13: 978013- 215724 Informasikan hasil pemantauan, jika Thornhill, S., Teasdale, G.M., perlu Murray, G.D., McEwen, J., Roy, Daftar Pustaka C.W., Penny, K.I.. Disability In Young Arifin, Z. M. (2008). Korelasi Antara People And Adults One Year After Kadar Oxygen Delivery Dengan Head Injury: Prospective Cohort Length Of Stay Pada Pasien Cidera study. BMJ. 2000; 320: 1631-5. Dwiphrahasto, I. Clinical Governance. Seminar Ilmiah Perhimpunan Dokter Manajemen Medik Indonesia (PDMMI). 2003.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis