Anda di halaman 1dari 8

Universitas ‘Aisyiyah Bandung, 2023

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D 31 TAHUN


DENGAN HEAD INJURY DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN
PROVINSI JAWA BARAT
Sopian1
Program Studi Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah
Bandung Departement Keperawatan Gawat Darurat

Latar Belakang mengurangi waktu produktif


Head injury atau Cedera seseorang karena melibatkan
kepala adalah gangguan traumatik kelompok usia produktif dan
pada otak yang menimbulkan mengakibatkan beban sosial ekonomi
perubahan fungsi atau struktur pada yang besar pertahun (Spencer et al.,
jaringan otak akibat mendapatkan 2010; Tjahjadi et al., 2013). Biaya
kekuatan mekanik eksternal berupa yang harus dikeluarkan baik secara
trauma tumpul ataupun penetrasi langsung maupun tidak langsung
yang menyebabkan gangguan fungsi akibat kejadian cedera kepala untuk
kognitif, fisik maupun psikososial perawatan korban dengan cidera
baik sementara ataupun permanen kepala lebih dari 60,43 juta dollar per
(Dawodu., 2015; Brain Injury tahun (Finkelstein et al., 2006 ; Faul
Association of America., 2012). et al., 2015).
Cedera kepala mencakup trauma pada Penyebab terjadinya cedera
kulit kepala, tengkorak (cranium dan kepala sebagian besar dikarenakan
tulang wajah), atau otak. Keparahan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
cedera berhubungan dengan tingkat ketinggian, tertimpa benda, kecelakan
kerusakan awal otak dan patologi olahraga, dan korban kekerasan fisik
sekunder yang terkait (Stillwell & (Japardi, 2004). Penatalaksaan yang
Susan, 2011). dapat dilakukan bagi pasien cedera
Cedera kepala masih menjadi kepala mengikuti prinsip penanganan
masalah kesehatan masyarakat di cedera pada umumnya, dimulai
banyak negara karena dapat dengan primary survey dengan
menyebabkan kematian, kecacatan, prinsip ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Exposure), Riwayat sebelum kecelakaan
secondary survey berupa pengkajian lalu lintas pasien dalam pengaruh
head to toe, diikuti dengan stabilisasi minuman keras dan mengkonsumsi
dan transport. Penatalaksaan serta obat penenang. Pada periode initial
pengkajian awal yang tepat sangatlah assesment dan resusitasi , faktor usia
penting karena akan menentukan berpengaruh terhadap kematian, pada
outcome pada pasien cedera kepala laki-laki usia tua adalah lebih besar
(Japardi, 2004). Outcome pasien dibandingkan perempuan usia tua (
cedera kepala dipengaruhi oleh pada Injury Severity Score, ISS,
banyak hal salah satunya adalah status rendah dan sedang). Jenis kelamin
fisiologism (Sastrodiningrat, 2006). laki-laki (58%) lebih banyak
Status fisiologis dapat diukur mengalami cedera kepala
menggunakan berbagai sistem dibandingkan perempuan. Hal ini
penilaian cedera seperti Glasgow sesuai dengan teori di atas bahwa
Coma Scale, Trauma Score, Revised laki-laki mempunyai Injury Severity
Trauma Score, Skala CRAMS, Score lebih tinggi apalagi pada usia
Pediatric Trauma Score, serta tua.
National Early Warning Score (Jones,
2012; Salim, 2015).
Laporan kasus
Seorang laki-laki berinisial
Tn. D berusia 31 tahun datang ke
ruang IGD RSUD Al-Ihsan Provinsi
Jawa Barat di bawa oleh polisi pada Gambar 1. Dokumentasi

pukul 11.30 WIB dengan luka terbuka pukul 11.35 WIB

di kepala bagian kiri dan penurunan Pemeriksaan klinis

kesadaran. Laporan dari kepolisian menunjukan nilai GCS: 6 E: 2, M: 2,

pasien mengalami kecelakaan lalu V: 2 dengan akral dingin dan terdapat

lintas bertabrakan dengan pengendara luka robekan di kepala bagian kiri.

motor lain dengan tidak Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

menggunakan helm. meninjukan hasil Tekanan darah


130/85 mmHg, suhu 360 C, nadi 86
kali / menit, respirasi rate 20 kali / pada anak 0-6 tahun dengan cedera
menit, SpO2 93 kali / menit. Hasil kepala sedang dan cedera kepala berat
pemeriksaan labolatorium hematologi menunjukkan perubahan yang
menunjukan hasil Hb: 12.6 g/dl, signifikan pada hasil CT Scan.
Leukosit: 7990 sel/ul, Eritrosit: 4,37 Diskusi
sel/ul, Trombosit: 374.000 sel/ul, Pada kasus ini seorang pasien
Hematokrit: 37,9 %. Hasil dengan diagnosa head injury atau
pemeriksaan kimia klinik cedera kepala. Head injury atau
mrnunjukan hasil Ast (SGOT): 24 u/l, cedera kepala dapat terjadi ketika
Ast (SGPT): 25 u/l, Ureum: 19 mg/dl, terjadi benturan mekanik pada bagian
Kreatinin: 0,93 mg/dl, GDS: 118 kepala melibatkan berbagai bagian
mg/dl. Hasil pemeriksaan CT-scan kepala spesifik yang berkaitan dengan
menunjukan hasil: Fraktur dinding mekanisme cedera yaitu pada
anterior dan posterior sinus. jaringan lunak (SCALP), tulang
Greenwood menyatakan tengkorak, maupun otak terkecuali
bahwa rata-rata GCS penderita cedera luka superfisial di bagian wajah,
kepala berat minimal 6.6, dalam secara langsung maupun tidak
penelitian ini GCS diidentifikasi langsung yang dapat menyebabkan
sebagai bagian diagnosis klinik. gangguan sementara atau permanen
Traumatic Brain Injury (TBI) menjadi dalam aspek fungsi neurologis
kasus paling sering menimbulkan meliputi fisik, kognitif, ataupun
morbiditas dan mortalitas terutama psikososial.
Pasien cedera kepala Saturasi oksigen perifer di bawah
memerlukan suplay oksigen yang 90% menunjukkan sebuah kondisi
adekuat untuk memenuhi kebutuhan hipoksemia (McMulan et al, 2013).
metabolisme otak. Observasi saturasi Saturasi oksigen yang lebih
oksigen dilakukan untuk mencegah rendah secara signifikan
dan mengenali resiko terjadinya meningkatkan risiko kematian, pasien
hipoksia jaringan. Hipoksia jaringan dengan saturasi < 80 % memiliki
akan menyebabkan risiko trauma risiko peningkatan tiga kali lipat
sekunder pada jaringan otak yang angka kematian (Chi et al., 2006 ;
akan berakibat pada kematian pasien. Scott et al., 2015). Hipoksia
merupakan faktor prediktor terhadap oksigen (SaO2) diatas 90% dan
outcome yang buruk pada pasien yang tekanan parsial oksigen (PaO2) diatas
mengalami cidera kepala sedang dan 60 mm Hg setiap saat (shahlei et al,
berat sebagai akibat dari risiko 2011).
tambahan cedera otak sekunder yang Rata-rata pasien cedera kepala
di alami oleh pasien, hipoksia yang mendapatkan nilai NEWS 6 sehingga
tercatat sebanyak 27-55% dapat dapat diasumsikan bahwa rata-rata
berasal dari tempat kejadian, di dalam pasien memiliki cedera kepala dengan
ambulan/saat transportasi, atau pada risiko klinis. Hal ini didapatkan dari
saat kedatangan di instalasi gawat penjumlahan parameter fisiologis
darurat (Bahloul et al, 2011). pasien yang mengindikasikan telah
Hasil tersebut sesuai dengan terjadi perubahan nilai normal pada
penelitian yang dilakukan oleh satu ataupun beberapa parameter. Hal
Sittichanbuncha et al (2015) yang yang perlu diketahui adalah dengan
menyatakan bahwa saturasi oksigen nilai NEWS 6 atau kategori sedang
memiliki negatif korelasi dengan diperlukan penanganan tepat sesuai
prehospital mortality yang memiliki dengan panduan manajemen eskalasi
makna Semakin rendah saturasi NEWS berupa pemantauan status
oksigen yang dimiliki pasien maka fisiologis pasien tiap 1 jam untuk
semakin meningkat resiko kematian menghindari perburukan klinis atau
pasien. Setiap kenaikan 1% saturasi peningkatan nilai serta kategori
oksigen maka akan diikuti oleh NEWS (Royal College of Physician,
penurunan resiko kematian sebesar 2012).
8%. Data-data dari penelitian Pada kategori NEWS rendah
IMPACT (International Mission for dengan nilai 0-4 dapat dilakukan
Prognosis and Clinical Trial) pemantauan rutin setiap 4-12 jam
melaporkan bahwa terdapat hubungan karena pasien dalam kondisi stabil,
yang kuat antara kondisi hipoksia sedangkan untuk NEWS tinggi
setelah cedera dengan outcome dengan nilai 7 atau lebih perlu
neurologi yang jelek, dan guideline pemantauan terus menerus karena
yang terbaru merekomendasikan kondisi pasien yang kritis (Royal
untuk mempertahankan saturasi College of Physician, 2012). Perlu
diketahui bahwa tidak boleh terjadi sehingga tubuh melakukan
penundaan tindakan meskipun pasien mekanisme kompensasi (Celcilia,
dalam kondisi stabil dikarenakan 2015). Kategori RTS sedang memiliki
status fisiologis manusia selalu nilai 9-10 sedangkan kategori berat
berubah-ubah demikan halnya dengan bernilai 7-8. Kedua kategori ini
NEWS yang menggunakan parameter memiliki perubahan fisiologis yang
fisiologis. Penelitian terkait RTS lebih signifikan sehingga penanganan
menunjukkan bahwa rata-rata pasien yang cepat sangat diperlukan agar
cedera kepala mendapatkan nilai 11 tidak jatuh pada kondisi perburukan.
yang bersesuaian dengan data Pasien dengan kategori sedang dan
kategori ringan sebesar 85,4%. berat juga dapat terjadi akibat
Penilaian tersebut diperoleh dengan penanganan yang kurang tepat pada
satu pengukuran awal saat pasien saat pasien masih berada pada
dirawat di IGD meliputi Glasgow kategori ringan (Aprilia, 2017).
Coma Scale, tekanan darah sistolik, Terapi
dan frekuensi pernafasan. Penelitian Pemberian cairan untuk
lain yang dilakukan oleh Saudin rehidrasi awal diberikan Nacl 0,9 %
(2017) mendapatkan data serupa 500 ml. Dan pemberian ketorolac 1
dengan 95% pasien cedera kepala amp, ranitidine 1 amp
berada dalam kategori ringan dengan Masalah Keperawatan
nilai RTS 11-12. Masalah keperawatan
Nilai RTS 11 prioritas yang bisa diangkat yaitu
mengindikasikan perubahan Resiko Gangguan Perfusi Serebral
parameter fisiologis namun dengan b.d Penurunan tingkat kesadaran.
nilai tersebut diketahui bahwa Setelah didapatkan data subjektif dan
perubahan yang terjadi bukanlah hal objektif seperti : Pasien mengalami
yang signifikan sehingga pendarahan di kepala bagian kiri,
diklasifikasikan dalam kategori Pasien terlihat mengalami penurunan
ringan dan kondisi stabil. Perubahan kesadaran, tekanan darah 130/85
status fisiologis tersebut terjadi mmHg dan Hasil pemeriksaan CT-
dipengaruhi oleh perubahan anatomis scan menunjukan hasil: Fraktur
yang terjadi karena cedera kepala dinding anterior dan posterior sinus.
Perawat dapat melakukan intervensi, ini tidak dapat menggantikan secara
dilakukan untuk membantuk klien akurat hasil pengukuran tekanan
mencapai hasil yang diharapkan. oksigen dalam arteri.
Intervensi pada diagnose ini adalah Pemantauan Tekanan Intrakranial
Manajemen Hipovolemia Observasi (I.06198)
Periksa tanda gejala hipovolemia Intervensi pemantauan tekanan
(frekuensi nadi meningkat, nadi intrakranial dalam Standar Intervensi
teraba lemah, tekanan darah menurun, Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
tekanan nadi menyempit, turgor kulit kode (I.06198).
mnurun, membrane mukosa kering, Pemantauan tekanan
volume urin menurun, hematokrit intrakranial adalah intervensi yang
meningkat, hasu, lemah). Monitor dilakukan oleh perawat untuk
intake dan output cairan Terapeutik mengumpulkan dan menganalisis
Hitung kebutuhan cairan, berikan data terkait regulasi tekanan di dalam
asupan cairan oral. Edukasi Anjurkan ruang intrakranial. Tindakan yang
memperbanyak asupan cairan oral, dilakukan pada intervensi
anjurkan menghindari perubahan pemantauan tekanan intrakranial
posisi mendadak Kolaborasi berdasarkan SIKI, antara lain:
Kolaborasi pemberian cairan IV Observasi
Isotonis (mis. NaCl atau RL), Identifikasi penyebab peningkatan
Kolaborasi pemberian cairan TIK (mis: lesi menempati ruang,
Hipotonis (mis. Glukosa 0,2% atau gangguan metabolisme, edema
Nacl 0,4%) serebral, peningkatan tekanan vena,
Kesimpulan obstruksi cairan serebrospinal,
Monitoring oksigenasi jaringan otak hipertensi intracranial idiopatik)
dapat dilakukan dengan pengukuran Monitor peningkatan TS
non invasif, salah satunya adalah Monitor pelebaran tekanan nadi
saturasi oksigen dan pemantauan (selisih TDS dan TDD)
cairan. Pengukuran ini Monitor penurunan frekuensi jantung
mengindikasikan jumlah prosentase Monitor ireguleritas irma napas
oksigen dalam saturasi hemoglobin Monitor penurunan tingkat kesadaran
pada saat pengukuran, meskipun nilai
Monitor perlambatan atau Kepala Sedang. Bandung:
ketidaksimetrisan respon pupil Universitas Padjajaran.
Monitor kadar CO2 dan pertahankan Brain Injury Association of America.
dalam rentang yang diindikasikan (2012). About Brain Injury.
Monitor tekanan perfusi serebral Retrievedfrom
Monitor jumlah, kecepatan, dan http://www.biausa.org/Default.aspx?
karakteristik drainase cairan PageID=6783185&A=SearchResult
serebrospinal &Search
Monitor efek stimulus lingkungan D=9620673&ObjectID=6783185&
terhadap TIK ObjectType=1 on March14, 2016
Terapeutik Aprilia, H 2017, Gambaran status
Ambil sampel drainase cairan fisiologis pasien cedera kepala di
serebrospinal IGD RSUD Ulin Banjarmasin tahun
Kalibrasi transduser 2016. Dinamika Kesehatan, volume 8,
Pertahankan sterilitas sistem nomor 1. Bouzat, P, Legrand, R,
pemantauan Gillois, P, Ageron, FX, Brun, J,
Pertahankan posisi kepala dan leher Savary, D, et al. 2015, Prediction of
netral intrahospital mortality after severe
Bilas sistem pemantauan, jika perlu trauma: which prehospital score is
Atur interval pemantauan sesuai the most accurate?, Injury.
kondisi pasien Campbell, J 2012, International
Dokumentasikan hasil pemantauan trauma life support for emergency
Edukasi care provider 7th Edition, American
Jelaskan tujuan dan prosedur College Emergency Physician,
pemantauan America, ISBN-13: 978013- 215724
Informasikan hasil pemantauan, jika Thornhill, S., Teasdale, G.M.,
perlu Murray, G.D., McEwen, J., Roy,
Daftar Pustaka C.W., Penny, K.I.. Disability In Young
Arifin, Z. M. (2008). Korelasi Antara People And Adults One Year After
Kadar Oxygen Delivery Dengan Head Injury: Prospective Cohort
Length Of Stay Pada Pasien Cidera study. BMJ. 2000; 320: 1631-5.
Dwiphrahasto, I. Clinical
Governance. Seminar Ilmiah
Perhimpunan Dokter Manajemen
Medik Indonesia (PDMMI). 2003.

Anda mungkin juga menyukai