Anda di halaman 1dari 8

Laporan

Literature
Review
Profesi KMB

Nama Mahasiswa
Maziyatullaila Almuharromah

Ruangan : Tulip RSUD dr Dradjat


Prawiranegara

“Manfaat posisi semi fowler 30


derajat terhadap stabilisasi
CATATAN KOREKSI PEMBIMBING hemodinamik pada pasien dengan
cidera kepala”.

KOREKSI I KOREKSI II

(………………………
..……...
(…………………… ………………………
……………………… ….)
…………)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan


utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalulintas (Mansjoer, 2002). Menurut data terbaru yang
dikeluarkan World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwaIndia
menempati urutan pertama negara dengan jumlah kematian terbanyak akibat
kecelakaan lalu lintas.Sementara Indonesia menempati urutan kelima.Namun
menurut data Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO,
Indonesia justru menempati urutan pertama dalam peningkatan kecelakaan.
Indonesia juga dilaporkan mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalu lintas
hingga lebih dari 80%.

Angka kematian global saat ini tercatat mencapai angka 1,24 juta per tahun.
Diperkirakan, angka tersebut akan meningkat hingga tiga kali lipat menjadi
3,6 juta per tahun pada 2030.Dilansir dari The Washington Post, menurut data
terbaru Global Burden, di negara berkembang kecelakaan lalu lintas
termasuk kedalam lima besar penyebab utama kematian di dunia melampaui
HIV/AIDS, malaria, TBC dan penyakit pembunuh lainnya. Para korban
cenderung merupakan warga miskin, muda dan kebanyakan laki-laki.Di
Indonesia, jumlah korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 120
jiwa per harinya. Tak berbeda jauh dengan di Nigeria, yang mengklaim 140
jiwa warganya tewas akibat kecelakaan setiap harinya.

Pembunuh global yang paling mengancam dalam berlalu lintas adalah


kendaraan bermotor. Menurut Spesialis Keselamatan Lalu Lintas di Bank
Dunia Jose Luis Irigoyen, negara-negara miskin menyumbang 50% dari
kemacetan lalu lintas di dunia.Mereka juga menyumbang 90% jumlah
kematian akibat kecelakaan lalu lintas.
Akibat dari kecelakaan lalu lintas itu sendiri adalah cedera kepala berat.
Cedera kepala berat menyebabkan terjadinya cedera otak sekunder, edema
cerebral, peningkatan tekanan intrakranial, vasospasme, hidrosefalus,
gangguan metabolik, infeksi dan kejan. Dari terjadinya cedera kepala berat
tersebut mengakibatkan terganggunya sistem neurologis yang berada di pusat
otak hinggamenyebabkan tingkat kesadaran pasien menjadi turun.Tingkat
kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator kegawatan dan prognosis
pada cedera kepala.

Pada keadaan kritis, pasienmengalami perubahan psikologis dan fisiologis.


Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran
antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan pernafasan,
kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas menelan,
kemampuan berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak & Gallo, 2002).
Pengkajian tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa digunakan pada
kondisi emergensi atau kritis sebagian besar menggunakan Glasgow Coma
Scale (GCS).

Penatalaksanaan pada pasien dengan cedera kepala dapat dilakukan dengan


menggunakan farmakologi dan non farmakologi.Penatalaksanaan
farmakologi yang disertai dengan non farmakologi dapat lebih efektif
dibandingkan dengan yang hanya mengggunakan farmakologi tanpa disertai
non farmakologi.Salahsatu penatalaksanaan pada klien dengan cedera kepala
yang mengalami penurunan kesadaran adalah dengan posisi semi
fowler.Posisi semi fowler sebagai terapi alternative telah dikembangkan pada
berbagai bagian di RS untuk mengatasi berbagai jenis penyakit, khususnya
dalam perbaikan status hemodinamik pasien dengan cidera kepala.

Pada salah satu pasien yang ada diruang tulip RSUD dr Dradjat
Prawiranegara , yaitu Tn.F, keadaan umum lemah, kesadaran apatis dengan
GCS 10 (E3M4V3). TD 150/90 mmHg, RR 22x/menit, dan suhu 36,2 C.
Tn.F mengalami kecelakaan lalu lintas saat pulang bermain pada malam hari
asal trauma tidak diketahui. Klien pingsan ditempat dan mengalami
perdarahan dihidung dan di kuping .Kemudian klien langsung dibawa ke IGD
RSUD dr Dradjat Prawiranegara.Tn. W didiagnosa oleh dokter mengalami
Mild Head Injury.

2. Analisis Jurnal
Manzoor (2015), melakukan penelitian tentang pengaruh posisi supine dan
semi fowler terhadap stabilisasi hemodinamik pada pasien cidera
kepala.Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen.Jumlah
sampel dalam penelitian tersebut adalah 50 orang yang akan dibagi menjadi
dua grup, yaitu yang mendapat posisi supin selama dua jam dan yang
mendapat posisi semi fowler 30 derajat selama dua jam.Penelitian ini
mengukur stabilitas hemodinamik seperti tekanan darah, nadi, respirasi, suhu,
dan GCS. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata – rata status
hemodinamik sebelum dan sesudah pemberian posisi semi fowler 30 derajat.
Rata – rata tekanan sistolik sebelum pemberian posisi semi fowler adalah
148,6, tekanan diastolik 89,7, nadi 62, respirasi 23, temperatur 36,5, dan GCS
11,6. Sementara status hemodinamik setelah pemberian posisi semi fowler 30
derajat selama 2 jam adalah tekanan sistolik 125,5, tekanan diastolik 89,7,
nadi 34,9, suhu 36,5, respirasi 23, dan GCS 12,8. Hal ini menunjukkan
adanya perubahan yang signifikan pada status hemodinamik seperti tekanan
sistolik dan diastolik, nadi, serta GCS setelah pemberian posisi semi fowler
30 derajat selama 2 jam pada pasien dengan cidera kepala.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai t hitung dengan CI = 95%


untuk kelompok perlakuan (yang diberi terapi musik) sebesar 11,781.
Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel = 2,262. Taraf
signifikansi untuk kelompok perlakuan sebesar 0,000 (p<0,005).
Sedangkan hasil analisa kelompok kontrol adalah t hitung dengan CI =
95% sebesar 3,525. Hasil tersebut juga menunjukkan t hitung lebih besar
dari t tabel. Taraf signifikansi untuk kelompok kontrol (tanpa terapi
musik) bernilai 0,06 (p>0,005). Dari hasil analisa ini dapat disimpulkan
bahwa terapi musik berpengaruh signifikan untuk meningkatkan status
kesadaran pasien trauma kepala berat.

Hasil penelitian tersebut selaras dengan hasil studi kasus yang dilakukan
oleh Rosenfeld & Dun (1999) yang dilakukan pada 2 anak yang
mengalami trauma kepala berat di Royal Children Hospital (RCH)
Australia, yang menyimpulkan bahwa therapi musik bisa membatu
pasien mencapai kesadarannya, komunikasi, beberapa kemampuan fisik,
dan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Auntari (2001) di rumah sakit Srinagarind Universitan
Khon Kaen Thailand juga menyimpulkan bahwa stimulasi pendengaran
adalah merupakan suatu hal yang menguntungkan untuk mendorong
penyembuhan koma pada pasienpasien cidera kepala dan meningkatkan
derajat kesadaran pasien. Lebih lanjut, untuk perubahan respon-respon
fisik dan psikososi al yang positif di atas juga selaras dengan hasil
penelitian ini. Dimana respon perilaku dari pasien-pasien cidera kepala
yang tidak sadar yang diberikan stimulasi suara musik yang akrab
didengar lebih besar dibandingkan pasien-pasien yang tidak diberikan
stimulasi suara musik.

BAB II
HASIL REVIEW DAN PEMBAHASAN

Komplikasi neurologis sering berkisar sekitar peningkatan tekanan


intrakranial (ICP), yang dapat terjadi tiba-tiba.Peningkatan tekanan
intrakranial atau hipertensi intrakranial (ICH) adalah komplikasi yang
mengancam jiwa paling umum yang terjadi pada individu dengan cedera
kepala.Manajemen keperawatan pasien dengan cedera kepala dengan
peningkatan tekanan intrakranial adalah prioritas. Peran perawat bedah saraf
sangat penting dalam memantau kondisi pasien, menilai kebutuhan mereka,
mencegah komplikasi dan mengkomunikasikan temuan mereka kepada tim
medis. Agar perawat membuat keputusan yangcepat, penting bagi mereka
untuk merasa yakin dalam merawat pasien neurologis.

Posisi pasien berperan penting dalam menangani hipertensi intrakranial,


analisis temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa menempatkan pasien
dalam posisi semi-fowler dengan kepala ditinggikan 30 derajat bagi mereka
dengan cedera kepala telah mempengaruhi mereka. Hal ini menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam nilai rata-rata dari tekanan darah sistolik,
penurunan nilai rata-rata tekanan darah diastolik dan secara signifikan
menurunkan nilai rata-rata tekanan nadi ke kisaran normal, secara signifikan
meningkatkan skor GCS pasien setengah sadar.

Di sisi lain, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa posisi pasien dengan
peningkatan tekanan intrakranial pada posisi terlentang memberikan
kontribusi terhadap hipertensi sistolik yang signifikan, pelebaran signifikan
dari tekanan nadi. Temuan seperti itu mirip dengan Abd El Hamid (2003)
yang menyimpulkan bahwa posisi semi-fowler ini meningkatkan oksigenasi
arteri.

ICP, meningkatkan tingkat kesadaran dalam penelitiannya.Dia menambahkan


bahwa posisi terlentang bukan posisi fisiologis untuk pasien dengan ICH.
Selain itu, Durwardet al (1983) dan, Kenning et al (1991) melaporkan bahwa
berkurangnya ICP diamati pada pasien yang diatur posisi semi fowler. Selain
itu, Moraine et al (2000) dan, Fisher (1997) menunjukkan bahwa mengangkat
kepala dari tempat tidur 30 derajat telah menciptakan tekanan hidrostatik
antara sinus intrakranial yang dialirkan kubah cranial ke atrium kanan.
Demikian pula, Klein (1999) mengamati bahwa ketika tempat tidur
ditinggikan 30 derajat itu mengurangi ICP dengan mengurangi tekanan vena
jugularis dan otak dan meningkatkan aliran vena.Wong (2000) dan Rosveret
al (1986) membuktikan bahwa penurunan tekanan perfusi serebral (CPP)
terjadi dengan elevasi kepala. Meskipun, Ng et al (2004) menyimpulkan
bahwa merawat pasien dengan ICH dengan elevasi kepala 30 derajat telah
menyebabkan penurunan konsistensi ICP, dan perbaikan di CPP tapi
menyatakan bahwa itu tanpa perubahan yang merugikanpada oksigenasi otak.
Feldman et al (1992) juga telah menyimpulkan bahwa elevasi kepala 30
derajat mengurangi ICP tanpa mengurangi CPP, atau CBF.Selanjutnya,
Winkelman (2000) menyarankan bahwa elevasi kepala bermanfaat bagi
perfusi serebral. Dalam konteks ini, Stephan et al (2002), dan Fan (2004)
menemukan bahwa elevasi kepala ke 30derajat telah mengurangi ICP tanpa
diikuti penurunan CPP, aliran darah otak (CBF), atau cardiac output. Selain
itu, Meixenburgeret al (1997), dan Schneider et al (1993) membuktikan
bahwa elevasi kepala tidak membahayakan atau merugikan oksigenasi otak
dan dengan tidak berpengaruh pada oksigenasi otak.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan teori yang ada dan dari beberapa penelitian, sudah membuktikan
manfaat dari posisi semi fowler 30 derajat terhadap stabilisasi hemodinamik
pada pasien dengan cidera kepala.Dengan demikian, tentunya sesuatu yang
perlu untuk diaplikasikan oleh perawat mengenai posisi semi fowler 30
derajat pada pasien yang mengalami cedera kepala dan disertai penurunan
tingkat kesadaran.
REFERENSI

Guyton & Hall.(2008). Buku Ajar Fisiologi kedpkteran.Edisi 11.Jakarta : EGC.

Hudak & Gallo.(2002). Keperawatan Kritis, Edisi IV.Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. (2002).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Edisi 3. Jakarta :Media


Aesculapius FKUI. Halaman : 416-418.

Republika TV. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/4/11/06/nem9nc-


indonesia-urutan-pertama-peningkatan-kecelakaan-lalu lintas. Diakses pada tanggal
14 Maret 2018.

Manzoor. (2015). Effect of supine versus semifowler positions on hemodinamic


stability of patients with had injury.
https://www.researchgate.net/profile/Manzoor_Mir2/publication/274376873_EFFEC
T_OF_SUPINE_VERSUS_SEMI-
FOWLER'S_POSITIONS_ON_HEMODYNAMIC_STABILITY_OF_PATIENTS_
WITH_HEAD_INJURY/links/551d1a350cf2000f8f93830d.pdf/download?
version=vtp. Diakses 14 Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai