Anda di halaman 1dari 8

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Kusuma Husada Surakarta


Tahun 2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON


HEMORAGIK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
FISIOLOGIS: OKSIGENASI

Muhammad Hamid Irfanudin1, Ari Pebru Nurlaily2


1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Kusuma
Husada Surakarta 2020
2
Dosen Prodi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Kusuma
Husada Surakarta 2020

m.hamid.26051999@gmail.com

ABSTRAK

Stroke Non Hemoragik merupakan stroke yang terjadi karena pembuluh darah ke
otak mengalami sumbatan atau penyempitan, sehingga menyebabkan pasokan
oksigen menjadi minimum sehingga terjadi penurunan kesadaran maka akan
mengakibatkan gangguan kebutuhan fisiologis:oksigenasi. Tingkat kesadaran
adalah salah satu tanda indikator prognosis dan kegawatan pada cidera kepala.
Pasien dengan penurunan kesadaran perlu diberikan stimulus, salah satunya
dengan diberikan terapi musik. Terapi musik bertujuan untuk mempercepat proses
pemulihan kesadaran pasien. Tujuan dari studi kasus ini untuk mengetahui
gambaran asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik dalam
pemeneuhan kebutuhan fisiologis (oksigenasi) di ruang HCU RSUD Salatiga.
Jenis penelitian ini yaitu deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi
kasus. Subyek dalam studi kasus ini adalah Tn. S dengan Stroke Non Hemoragik
diruang High Care Unit RSUD Salatiga. Hasil studi kasus dalam pengelolaan
pada Tn. S dengan Stroke Non Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan
fisiologis:oksigenasi dengan masalah resiko perfusi serebral tidak efektif pada
tanggal 19- 21 Febuari selama 30 menit terjadi peningkatan, dari nilai Glasgow
Coma Scale (E1, M3, V2) menjadi (E3, M3, V2). Sehingga diharapkan pemberian
terapi musik intrumental klasik dapat menjadi tindakan non farmakologi untuk
meningkatkan Glasgow Coma Scale pada pasien Stroke Non Hemoragik dengan
penurunan kesadaran.

Kata kunci: Penurunan Kesadaran, Terapi Musik, Stroke Non Hemoragik


NURSING STUDY PROGRAM OF DIPLOMA 3 PROGRAM
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
UNIVERSITY OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020

NURSING CARE ON NON-HEMORRHAGIC STROKE


PATIENTS IN FULFILLMENT OF PHYSIOLOGICAL NEEDS
(OXYGENATION)

Muhammad Hamid Irfanudin1, Ari Pebru Nurlaily2

1
Student of Diploma 3 Nursing Study Program, University of Kusuma Husada
Surakarta 2020
2
Lecturer of Diploma 3 Nursing Study Program, University of Kusuma Husada
Surakarta 2020

m.hamid.26051999@gmail.com

ABSTRACT

A non-hemorrhagic stroke happens because the blood vessels to the brain


experience blockage or narrowing of minimum oxygen supply and reduced
consciousness resulting in disruption of physiological needs: oxygenation. The
level of consciousness is one of the prognostic indicators of head injury. Patients
require stimuli of music therapy. The therapy improves the recovering process of
patients’ consciousness. The case study aimed to determine the description of
nursing care in non-hemorrhagic stroke patients in meeting physiological needs
(oxygenation) in the HCU room at Salatiga Hospital. This type of research was
descriptive with a case study approach. The subject was Mr. S with Non-
hemorrhagic stroke in the High Care Room of Salatiga Hospital. The results of
management at Mr. S with Non-Haemorrhagic Stroke in meeting physiological
needs: oxygenation with problems with the ineffective of cerebral perfusion risk
on 19-21 February for 30 minutes revealed an improvement in the Glasgow Coma
Scale (E1, M3, V2) to (E3, M3, V2). Therefore, providing classical instrumental
music therapy could be a non-pharmacological action to enhance the Glasgow
Coma Scale in non-hemorrhagic stroke patients with reduced consciousness.

Keywords: Reduced Consciousness, Music Therapy, Non-Hemorrhagic Stroke.


PENDAHULUAN Non Hemoragik dapat terjadi penurunan
Stroke adalah gangguan pada kesadaran apabila terdapat sumbatan atau
pembuluh darah yang disebabkan oleh penyempitan di pembuluh darah karotis
adanya penyumbatan akibat gumpalan pada cabang menuju otak bagian tengah
aliran darah baik itu sumbatan karena dan cabang otak bagian depan, oleh karena
trombosis atau embolik ke otak atau itu diperlukan pemantauan dan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau penanganan yang tepat untuk memperbaiki
ruang subarakhnoid (Black & Jane, 2014). tingkat kesadaran pada pasien Stroke Non
Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang Hemoragik. (Susilo, 2019)
terjadi ketika pembuluh darah ke otak Terapi musik merupakan teknik
mengalami sumbatan atau penyempitan yang digunakan untuk penyembuhan suatu
(Pinzon, 2010) penyakit dengan menggunakan bunyi atau
Stroke disebabkan oleh beberapa irama tertentu. Musik lembut dan teratur
faktor resiko diantaranya yaitu hipertensi, seperti intrumentalia dan musik klasik
usia tua, merokok, riwayat keluarga, jenis merupakan musik yang sering digunakan
kelamin, diabetes melitus, dan obesitas untuk terapi musik (Suryana, 2012).
(Pinzon, 2010). Pemberian terapi musik pada pasien stroke
Menurut World Health mempunyai manfaat yaitu efek yang
Organization (2019) angka kejadian ditimbulkan musik dapat menurunkan
kematian di Dunia yang disebabkan oleh stimulus saraf simpatis. Respon yang
Stroke termasuk tinggi, pravelensi yang muncul dari penurunan aktivitas tersebut
terjadi karena stroke setiap tahunnya adalah menurunnya aktivitas adrenalin,
mencapai 15 juta jiwa, dari jumlah tersebut menurunkan ketegangan neuromoskular
5 juta jiwa meninggal dan 5 juta jiwa dan meningkatnya ambang kesadaran
lainnya menjadi cacat permanen, dan salah pasien (Novita, 2012).
satu penyebabnya adalah tekanan darah
tinggi (Hipertensi) (WHO, 2019). Menurut METODE
Riskesdas tahun 2018, pada tahun 2013 Jenis rancangan ini yaitu dekriftif
angka penderita stroke di Indonesia dengan metode Studi Kasus. Studi kasus
mencapai 7% permil dan meningkat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
menjadi 10,9% permil di tahun 2018 asuhan keperawatan pada pasien Stroke
(Riskesdas, 2018). Berdasarkan hasil Non Hemoragik dalam pemeneuhan
rekapitulasi data kasus baru penyakit tidak kebutuhan fisiologis (oksigenasi) di ruang
menular pada tahun 2018 adalah 2.412.297 High Care Unit RSUD Salatiga.
kasus. Adapun kasus stroke sebanyak Subjek studi kasus ini adalah satu
3,09% dari 2.412.297 kasus penyakit tidak orang pasien Stroke Non Hemoragik yaitu
menular di Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Tn.S dengan penurunan kesadaran dalam
Jateng, 2018). Angka penderita stroke pemenuhan kebutuhan fisiologis:
mencapai 661 orang dan membuat oksigenasi di ruang High Care Unit RSUD
penyakit stroke termasuk 10 kasus terbesar Salatiga.
di RSUD Salatiga (Rekam Medis, 2016) Studi kasus dilakukan pada tanggal
Stroke mempunyai tanda dan gejala 19 Febuari 2020 sampai 21 Febuari 2020
antara lain wajah akan melemah pada satu di Ruang HCU RSUD Salatiga.
sisi, gangguan gerak pada kaki atau Adapun instrumen yang digunakan
tangan, gangguan dalam berbicara, nyeri pada studi kasus ini adalah handphone dan
kepala, dan penurunan kesadaran
musik instrumentalia klasik yang bertujuan
(Goldszmidt & louis, 2013).
Masalah keperawatan yang muncul untuk meningkatkan tingkat kesadaran
pada pasien stroke non hemoragik adalah yang ukur dengan kenaikan nilai GCS
penurunan kesadaran. Pada pasien Stroke (Glasgow Coma Scale).
HASIL perfusi serebral (L.02014) Tingkat
Berdasarkan hasil pengkajian awal kesadaran GCS (Glasgow Coma Scale)
dalam studi kasus ini berfokus pada meningkat antara 8-15, tekanan
peningkatan nilai GCS pada tanggal 19 intrakranial menurun, Nilai rata-rata
Febuari 2020 didapatkan keluhan utama tekanan darah pasien sistolik dan diastolik
pada Tn. S berupa penurunan kesadaran, membaik 120/80 mmHg. Intervensi
nilai GCS: E1, Mkanan 1 &Mkiri 3, V2), dan keperawatan disesuaikan dengan SIKI
kelemahan anggota gerak. data obyektif yaitu: manajemen peningkatan tekanan
pasien tampak lemah, Tamda-tanda vital intrakranial (I.06194). Intervensinya
didapatkan TD: 185/110 mmHg. RR: berupa identifikasi penyebab peningkatan
28x/menit, N: 86x/menit, S: 37,0oC, SPO2 TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme,
90%. Pasien terpasang O2 NRM 6 lpm dan edema serebral), monitor tanda/ gejala
hasil CT-Scan : Tampak lesi hypodens peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
didaerah corpus callosum forcep minor, meningkat, tekanan nadi melebar,
nucleus caudatus. bradikardia, pola nafas ireguler, kesadaran
Hasil pengkajian fokus kritis menurun), kaji tingkat kesadaran GCS
didapatkan hasil yaitu, Breathing: (Glasgow Coma Scale) sebelum dan
Respirasi pasien spontan dengan terpasang sesudah diberikan terapi musik, berikan
O2 NRM 6 lpm, RR: 28x/menit, SPO2: terapi musik, kolaborasi dengan dokter
90%. Blood: CRT < 3 detik, TD: 185/110 dalam pemberian analgesik berupa Infus
mmhg, N: 86x/menit, akral hangat, S: Asering 20 TPM, Arixtra 1x 2,5 mg,
37,0oC. Brain: kesadaran umum pasien citicoline 2x 250mg, ketorolac 3 x30mg,
lemah, kesadaran pasien somnolen dengan paracetamol 1x 100ml, omeprazol 2x
nilai GCS: E:1, V:2, M: 3. Bladder: pasien 40mg.
terpasang DC, urine berwarna kuning Hasil evaluasi hari pertama pada
jernih ± 400 cc/ 8 jam. Bowel: BAB pasien tanggal 19 Febuari 2020 setelah dilakukan
1x sehari dengan konsistensi lunak, warna implementasi keperawatan yaitu,
kuning kecoklatan berbau khas. Bone: mengkaji nilai GCS (Glasgow Coma
Kekuatan otot pasien atas 1/3, otot pasien Scale) sebelum diberikan terapi musik
bawah 1/3. nilainya adalah E1, M3, V2, lalu setelah
Adapun terapi medis yang diberikan terapi musik selama 30 menit,
diberikan untuk pasien pada tanggal 19 nilai GCS (Glasgow Coma Scale) masih
Febuari 2020 sampai 21 Febuari 2020 sama yaitu: E1, M3, V2. Hasil evaluasi hari
yaitu Infus Asering 20 TPM, Arixtra 1x kedua pada tanggal 20 Febuari 2020
2,5 mg, citicoline 2x 250mg, ketorolac 3 setelah dilakukan implementasi
x30mg, paracetamol 1x 100ml, omeprazol keperawatan yaitu, mengkaji skor GCS
2x 40mg (Glasgow Coma Scale) sebelum diberikan
Berdasarkan hasil dari pengkajian terapi musik skornya adalah E1, M3, V2,
yang didapat, maka penulis mengambil lalu setelah diberikan terapi musik selama
prioritas diagnosa keperawatan berupa 30 menit, skor GCS (Glasgow Coma
resiko perfusi serebral tidak efektik Scale) meningkat yaitu: E2, M3, V2. Hasil
(D.0017). evaluasi hari ketiga pada tanggal 21
Intervensi keperawatan pada studi Febuari 2020 setelah dilakukan
kasus ini berfokus pada prioritas diagnosa implementasi keperawatan yaitu,
keperawatan berupa resiko perfusi serebral mengkaji skor GCS (Glasgow Coma
tidak efektif (D.0017) yaitu setelah Scale) sebelum diberikan terapi musik
dilakukan tindakan keperawatan selama skornya adalah E2, M3, V2, lalu setelah
3x24 jam diharapkan masalah keperawatan diberikan terapi musik selama 30 menit,
resiko perfusi serebral tidak efektif dapat skor GCS (Glasgow Coma Scale)
teratasi dengan kriteria hasil SLKI yaitu: meningkat yaitu: E3, M 3, V2).
Dapat dilihat pada table berikut: mengalami penurunan kesadaran (Susilo,
Tabel 1 Hasil nilai GCS (Glasgow Coma 2019).
Scale) Pada pasien stroke non hemoragik
Aspek Tanggal Sebelum Sesudah perlu pemantauan dan penanganan yang
yang tepat untuk memperbaiki tingkat kesadaran
dinilai pasien. Terapi musik adalah materi yang
Nilai 19 Febuari E1, M3,V2 - mampu mempengaruhi kondisi mental dan
GCS 2020 memberikan rangsangan petumbuhan
fungsi otak, fungsi pendengaran, fungsi
19 Febuari - E1, M3,
2020
penglihatan, dan fungsi kesadaran
V2 (Maharani, 2013). Musik dihasilkan dari
20 Febuari E1, M3,V2 - stimulus yang gelombangnya
2020 ditranformasikan melalui assicles berjalan
20 Febuari - E2, M3, menuju nervus auditori serta pada area
2020 V2 sistem saraf otonom kemudian nervus
21 Febuari E2, M3,V2 - auditori menghatarkan sinyal ini ke
2020 korteks auditori di lobus temporal.
21 Febuari - E3, M3, Kemudian musing merangsang
2020 V2). mengeluarkan hormon endorfin. Endorfin
Berdasarkan data tabel diatas dapat memiliki efek relaksasi pada tubuh. Efek
disimpulkan adanya peningkatan nilai GCS yang ditimbulkan musik adalah dapat
(Glasgow Coma Scale) setelah diberikan memberikan rangsangan pada saraf
tindakan terapi musik 1x dalam satu hari simpatis untuk menghasilkan respon
selama 30 menit dan dilakukan selama 3 relaksasi. Efek yang muncul dari relaksasi
hari secara berturut-turut. Pada hari tersebut adalah menurunkan ketegangan
pertama sampai hari ketiga yaitu otot, meningkatkan ambang kesadaran
didapatkan nilai GCS (Glasgow Coma (Novita, 2012).
Scale) pada pasien meningkat dari E1, M3, Hemiparesis adalah gangguan jika
V2 menjadi E3, M3, V2. satu tangan atau satu kaki atau sisi wajah
menjadi lemah, namun tidak sampai terjadi
PEMBAHASAN kelumpuhan. Pada pasien Stroke Non
Adapun pasien Tn. S dengan Hemoragik dapat terjadi jika ada gangguan
diagnosa medis Stroke Non Hemoragik pada Pembuluh Darah Karotis pada cabang
saat dilakukan pengkajian didapatkan menuju otak bagian tengah dan gangguan
keluhan utama berupa penurunan Pembuluh Darah Vertebrobasilaris pada
kesadaran, nilai GCS: E1, M3, V2, dan Arteri Serebri Posterior (Susilo, 2019).
kelemahan anggota gerak (Hemiparesis). Hasil tanda-tanda vital didapatkan
Penyebab Stroke Non Hemoragik tekanan darah 185/110 mmHg. Pernafasan
karena adanya sumbatan pada pembuluh 28x/menit, nadi 86x/menit, suhu 37,0oC,
darah, sumbatan itu bisa berupa gumpalan SPO2 90%. Pada pasien Stroke Non
darah (Embolus) atau penyempitan Hemoragik akan ditemukan tekanan darah
pembuluh darah ke otak (Trombus) tinggi/ Hipertensi. Sesorang mengalami
(Pinzon, 2010). Apabila sumbatan tersebut hipertensi apabila tekanan darahnya lebih
terjadi pada pembuluh darah karotis pada dari 120/80 mmHg. Hipertensi juga akan
cabang menuju otak bagian tengah dan memicu munculnya timbunan plak (plak
otak bagian depan, maka akan atherosklerotik) pada pembuluh darah
menimbulkan pasokan darah ke otak besar. Timbunan plak ini akan
berkurang, sehingga menyebabkan menyempitkan lumen/diameter pembuluh
pasokan oksigen ke otak menjadi darah. Plak yang tidak stabil akan mudah
minimum dan membuat penderitnya ruptur/pecah dan terlepas. Plak yang
terlepas meningkatkan resiko diberikan terapi musik instrumental klasik
tersumbatnya pembuluh darah otak yang menjadi E1, M3, V2. Pada hari kedua terjadi
lebih kecil (Pinzon, 2010). peningkatan nilai GCS (Glasgow Coma
Berdasarkan hasil pengkajian yang Scale) dari sebelum diberikan terapi musik
didapat, maka penulis mengambil prioritas instrumental klasik nilainya adalah E1, M3,
diagnosa keperawatan berupa Resiko V2 dan setelah diberikan terapi musik
perfusi serebral tidak efektik (D.0017) instrumental klasik nilainya adalah E2, M3,
yang ditandai dengan pasien mengalami V2. Pada hari ketiga terjadi peningkatan
penurunan kesadaran. Hal tersebut sesuai nilai GCS (Glasgow Coma Scale) dari
dengan Susilo, (2019) bahwa pasien sebelum diberikan terapi musik
dengan kasus stroke non hemoragik instrumental klasik nilainya adalah E2, M3,
keluhan utama berupa penurunan V2, dan setelah diberikan terapi musik
kesadaran dengan skor GCS (Glasgow instrumental klasik nilainya adalah E3, M3,
Coma Scale) yaitu E1, M3, V2,, kelemahan V2.
anggota gerak. Salah satu penyebabnya Hal ini sejalan dengan penelitian
adalah terjadinya gangguan aliran yang dilakukan oleh Rahimi dkk, (2019) di
pembuluh darah ke otak (Susilo, 2019). unit perawatan intesif kermanshah
Implemntasi keperawatan yang pendidikan rumah sakit, Iran, pada tahun
diberikan oleh penulis adalah pemberian 2018. Setelah diberikan rangsangan terapi
terapi musik instrumental klasik 3x24 jam musik pada 40 pasien kelompok intervensi
selama 30 menit adalah tindakan yang yang memiliki nilai GCS (Glasgow Coma
dilakukan untuk meningkatkan nilai Scale) 4 sampai 8. Dan pada hari ketiga
(GCS)Glasgow Coma Scale/ kesadaran nilai GCS (Glasgow Coma Scale) pasien
pasien (Damayanti Rossa dkk, 2018). meningkat sebanyak ± 1,9 (Rahimi dkk,
Rasionalisasi diberikan tindakan terapi 2019).
musik yaitu memiliki efek yang dapat Adapun penelitian yang dilakukan
menurunkan stimulus saraf simpatis. Damayanti dkk (2018), tentang pengaruh
Respon yang muncul dari penurunan terapi musik intrumental klasik terhadap
aktivitas tersebut adalah menurunnya peningkatan nilai GCS (Glasgow Coma
aktivitas adrenalin, menurunkan Scale) pasien stroke hemoragik. Setelah
ketegangan neuromoskular dan diberikan terapi musik instrumental klasik
meningkatnya ambang kesadaran (Novita, terjadi peningkatan dihari ketiga pada 12
2012). Selain itu terapi musik ini akan responden kelompok inetervensi. Pada
memberikan stimulasi pada sistem syaraf pasien yang diberikan terapi musik
untuk menciptakan kestabilan status instrumental klasik akan memberikan
hemodinamika yang berdampak terhadap stimulasi pada sistem syaraf untuk
perbaikan perfusi jaringan cerebral menciptakan kestabilan status
(Damayanti Rossa dkk, 2018). hemodinamika yang berdampak pada
Berdasarkan hasil studi kasus, perfusi jaringan cerebral, sehingga dapat
dilakukan evaluasi pada diagnosa resiko mempercepat pemulihan kesadaran pasien
perfusi serebral tidak efektif dengan (Damayanti Rossa dkk, 2018).
memberikan terapi musik instrumental Kesimpulan yang diperoleh dari
klasik yang di lakukan pada pasien pada penulis didapatkan hasil, ada perbedaan
hari pertama sampai dengan hari ketiga yang artinya ada pengaruh pada
dilakukan pengkajian, terjadi peningkatan peningkatan nilai GCS (Glasgow Coma
nilai GCS (Glasgow Coma Scale). Pada Scale) setelah dilakukan tindakan
hari pertama tidak terjadi peningkatan nilai pemberian terapi musik instrumental
GCS (Glasgow Coma Scale) dari sebelum klasik.
diberikan terapi musik instrumental klasik
nilainya adalah E1, M3, V2, dan setelah
KESIMPULAN kode etik keperawatan terutama pada
Kesimpulan didapatkan adanya kasus stroke non hemoragik. 4.Bagi
peningkatan nilai GCS (Glasgow Coma penulis: Diharapkan dapat memberikan
Scale) setelah diberikan tindakan terapi tindakan pengelolaan selanjutnya pada
musik instrumental klasik 1x dalam satu klien dengan stroke non hemoragik dalam
hari selama 30 menit dan dilakukan selama pemenuhan kebutuhan fisiologis
3 hari secara berturut-turut dari hari (Oksigenasi) dengan memberikan terapi
pertama sampai hari ketiga (sebelum dan musik instrumental klasik sehingga dapat
sesudah) yang dilakukan di RSUD Salatiga meningkatkan nilai GCS(Glasgow Coma
yaitu didapatkan nilai GCS (Glasgow Scale).
Coma Scale) pada pasien meningkat dari
E:1, V:2,M:3 menjadi E:3, V:2,M:3. Efek
yang ditimbulkan dari pemberian terapi DAFTAR PUSTAKA
musik instrumental klasik yaitu
menurunkan stimulus saraf simpatis. Black. M, joyce, Hawks, Jane Hokanson.
Respon yang muncul dari penurunan (2014). Keperawatan Medikal
aktivitas tersebut adalah menurunkan Bedah Edisi: 8 – buku: 3. Indonesia:
ketegangan neuromoskular dan CV Pentasada Media Edukasi.
meningkatnya ambang kesadaran.
Damayanti Rosa, Indah Lestari, Catur
SARAN prasatia L.D., Sarjana, P Stikes Bina
Setelah penulis melakukan Asuhan Sehat PPNI Mojokerto. 2018.
Keperawatan pada pasien dengan Stroke Pengaruh Terapi Musik Intrumental
Non Hemoragik dalam Pemenuhan Klasik Terhadap Peningkatan GCS
Kebutuhan Fisiologis (Oksigenasi), Pasien Stroke Hemoragik
penulis memberikan masukan yang positif
dalam bidang kesehatan antara lain: 1.Bagi Goldszmidt J Andrian Dan Louis R
rumah sakit: Diharapkan rumah sakit Caplan. 2013. Stroke esensial.
khususnya RSUD Salatiga dapat Jakarta barat: PT indeks permata
meningkatkan mutu dalam pelayananan puri media.
kesehatan dan mempertahankan hubungan
kerjasama baik antara tim kesehatan Maharani, Anjar, 2013. Durasi Pemberian
maupun pasien untuk terciptanya Terapi Musik Klasik Mozart
pelayanan yang maksimal dan optimal. Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
2.Bagi perawat: baiknya perawat Anak. Skripsi, Uvivesitas Jendral
senantiasa meningkatkan keterampilan dan Soedirman. Purwokerto
selalu berkordinasi dengan tim kesehatan
lain serta bertanggung jawab dalam Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
memberikan asuhan keperawatan 2018. Hasil utama riskesdas 2018,
khususnya pada pasien dengan diagnosa di akses tanggal 20 november 2019,
medis stroke non hemoragik. 3.Bagi https://www.slideshare.net/mobile/s
institusi pendidikan: Diharapkan institusi suser200d5e/hasil-riskesdas-riset-
pendidikan dapat meningkatkan mutu kesehatan-dasar-tahun-2018.
pelayanan pendidikan yang berkualitas
dengan mengupayakan aplikasi riset dalam Novita Dian, 2012. Pengaruh Terapi
setiap tindakan yang dilakukan sehingga Musik Terhadap Nyeri Post Operasi
mampu membentuk perawat yang Open Reduction Internal Fixation
profesional, inovatif, terampil dan bermutu (ORIF) di RSUD DR. H Abdul
dalam memberikan asuhan keperawatan Moeloek provinsi Lampung. Tesis.
yang komprehensif, berdasarkan ilmu dan Universitas Indonesia. Jakarta.
Diakses 12 febuari 2020 HoECAEQAQ#v=onepage&q=Day
http://lontar.ui.ac.id/file=digital/203 at%20suryana%202012&f=false
28120%20- diakses pada tanggal 10 Januari
%20pengaruh%20terapi.pdf 2020.

Persatuan Perawat Indonesia, 2016. Susilo Budi Catur. 2019.


Standar Diagnoasa Keperawatan KEPERAWATAN MEDIKAL
Indonesia: Definisi dan Kriteria BEDAH PERSARAFAN.
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Yogyakarta : PUSTAKA BARU
DPP PPNI. PRESS.

Persatuan Perawat Indonesia, 2018. Tarwoto, 2013. Keperawatan Medikal


Standar Intervensi Keperawatan Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Indonesia: Definisi dan Kriteria Anggota IKAPI, Jakarta : CV
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Sagung Selo.
DPP PPNI.
Triyanto, Budi, 2011. Stroke Di Usia
Persatuan Perawat Indonesia, 2018. Muda Holistic Health Solution.
Standar Luaran Keperawatan Anggota IKAPI, Jakarta: Gramedia
Indonesia: Definisi dan Kriteria Widiasarana Indonesia.
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI. World Health Organization, (2019).
Stroke,cerebrovascular accident, di
Pinzon, Rizaldy dan Laksmi Asanti. 2010. akses tanggal 20 november 2019,
Awas stroke!, Pengertian, Gejala, http://www.emro.who.int/health-
Tindakan, Perawatan, dan topics/stroke-cerebrovascular-
Pencegahan. Yogyakarta: CV. accident/index.html
ANDI OFFSET.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


tahun 2018. Di akses tanggal 20
november
2019,http://dinkesjatengprov.go.id/v
2018/dokumen/profil_2018/mobile/i
ndex.html

Rahimi, Farzad, Kamal Salehi, Jamal


Seidi, 2019. The Effect Of Pleasant
Audio Stimulation On The Level Of
Consciousness Of Coma Tose
Patient: A Randomized Clinical
Trial. Acta Mediaterranea, 2019, 35:
985.

Suryana, Dayat, 2012. Terapi Musik,


https://books.google.co.id/books?id
=DMpyDwAAQBAJ&printse=front
cover&dq=Dayat+suryana+2012&h
l=id&sa=X&ved=2aUKHEwjz3eqj7
7LrAhVTSX0KHZr6BTkQ6AEwA

Anda mungkin juga menyukai