Anda di halaman 1dari 7

Program studi D3 keperawatan

Universitas Kusuma Husada Surakarta


2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON


HEMORAGIK DENGAN PEMENUHAN KEBUTHAN
FISIOLOGIS : OKSIGENASI

Elisa Rinda Fitriana1*, Muhammad Agung Krisdianto2


1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
2
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email : elisarinda18@gmail.com

Abstrak

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler dimana pasokan darah dan oksigen


berkurang didalam otak, karena adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan gangguan hemodinamik termasuk saturasi oksigen dan tekanan
darah. Mobilisasi progresif level 1 adalah serangkaian gerakan secara berurutan
yang di mulai dengan teknik elevasi tempat tidur yaitu merubah posisi pasien
dengan kepala lebih tinggi 30º dari badan kemudian dilanjut dengan latihan ROM
pasif dan terapi rotasi lateral. Mobilisasi progresif dapat mempengaruhi tekanan
darah dan juga saturasi oksigen. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui
gambaran asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan
pemenuhan kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus
ini adalah satu orang pasien dengan stroke non hemoragik dalam pemenuhan
kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa
pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan
pemenuhan kebutuhan fisiologis : oksigenasi dengan masalah keperawatan risiko
perfusi serebral tidak efektif yang dilakukan tindakan keperawatan mobilisasi
progresif level 1 selama 3 hari didapatkan hasil terjadi peningkatan saturasi
oksigen dari 94% menjadi 99%. Rekomendasi tindakan mobilisasi progresif level
1 pada pasien stoke non hemoragik untuk meningkatkan saturasi oksigen.

Kata kunci: Fisiologis, Mobilisasi Progresif Level 1, Stroke Non Hemoragik.


PENDAHULUAN Prevalensi stroke di Jawa Tengah
Stroke atau cidera pada tahun 2015 sebanyak 12795
cerebrovaskular adalah gangguan pada stroke non hemoragik dan 4558
fungsi otak yang disebabkan karena pada stroke hemoragik. Jumlah kasus
suplai darah ke bagian otak tehenti stroke hemoragik tertinggi terdapat
(Oktavianus, 2014). Stroke termasuk di Kota Kebumen sebesar 588 kasus,
penyakit serebrovaskuler dimana untuk Kota Surakarta menepati
pasokan darah dan oksigen urutan ketiga sebesar 365 kasus
berkurang didalam otak, karena (Nasution, 2015).
adanya sumbatan pada pembuluh Aliran darah yang tidak lancar
darah. Stroke merupakan urutan pada pasien stroke mengakibatkan
kedua penyakit mematikan setelah gangguan hemodinamik termasuk
jantung. Faktor penyebab serangan saturasi oksigen dan tekanan darah
stroke seperti hipertensi, diabetes (Setiyawan, 2016). Perubahan
mellitus, obesitas dan gangguan tekanan darah dapat disebabkan
aliran darah ke otak (Pudiastuti, karena metabolisme jantung
2011). dipengaruhi oleh beban miokard dan
Stroke merupakan penyebab kebutuhan oksigen. Kebutuhan
kedua kematian dan penyebab oksigen miokard dapat diukur
keenam yang paling utama dari sebagai interaksi antara ketegangan
kecacatan. Setiap tahunnya sekitar 15 miokard dan kontraktilitas otot
juta orang menderita stroke dan jantung. Semua faktor ini berubah
sekitar 6,6 juta (3,5 juta perempuan selama diberikan aktifitas fisik.
dan 3,1 juta laki-laki) mengakibatkan Peningkatan aliran koroner
kematian karena stroke pada orang meningkat seiring dengan
dibawah usia 70 tahun (WHO, 2016). meningkatnya kebutuhan miokard
Penyakit stroke di Indonesia pada untuk nutrisi dan oksigenasi (Genc,
tahun 2018 mengalami peningkatan. Ozyurek & Gunerli, 2012).
Prevalensi tertinggi terjadi pada Mobilisasi progresif level 1
kelompok umur 75 tahun sebesar memiliki manfaat meningkatkan
50,2%. Seiring dengan bertambahnya saturasi oksigen hal ini dikarenakan
umur penyakit stroke tidak hanya pada saat diberikan posisi head of
menyerang lanjut usia saja. Penderita bed 30º, gravitasi akan menarik
stroke sudah mulai dari kelompok diafragma kebawah sehingga terjadi
usia 15-24 tahun dengan prevalensi ekspansi paru yang lebih baik
0,6%, usia 25-34 tahun sebanyak sehingga oksigen yang diikat oleh
1,4%, usia 35-44 tahun sebanyak hemoglobin meningkat maka terjadi
3,7%, usia 45-54 tahun sebanyak peningkatan saturasi oksigen, pada
14,2% dan usia 65-74 tahun saat diberikan ROM pasif pada
sebanyak 45,3% (Riskesdas, 2018). ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah maka kebutuhan oksigen menggunakan metode deskriptif
dalam sel meningkat, sebagai respon dengan desain studi kasus, subjek
normal dari jantung akan penelitian yang diteliti sebanyak 1
meningkatkan kerja jantung sehingga orang subjek dengan kriteria pasien
hemoglobin yang mengikat oksigen Stroke Non Hemoragik dengan
juga meningkat dan terjadi pemenuhan kebutuhan fisiologis :
peningkatan saturasi oksigen. oksigenasi, diruang ICU RSUD
Kemudian saat diberikan posisi Karanganyar pada tanggal 28
miring kanan dan kiri maka akan Februari – 01 Maret 2020,
terjadi peningkatan ventilasi paru dan pengumpulan data yang digunakan
pertukaran gas akan lebih optimal adalah wawancara, observasi dan
dan memperbaiki saturasi oksigen pemeriksaan fisik serta studi
(Suyanti, 2019). dokumentasi, instrumen studi kasus
Mobilisasi progresif dapat ini menggunakan lembar observasi
mempengaruhi tekanan darah dan sebelum tindakan dan sesudah
juga saturasi oksigen hal ini tindakan. 5 menit sebelum dilakukan
dibuktikan pada penelitian Suyanti tindakan subjek dilakukan
(2019) dengan sampel sebanyak 16 pengukuran awal (pre test) untuk
responden mengalami penurunan menentukan saturasi oksigen dan
tingkat kesadaran yang tekanan tekanan darah. Kemudian dilakukan
sistolik berkisar 90-180 mmHg dan intervensi dengan memberikan
saturasi oksigen berkisar >90%. Pada mobilisasi progresif level 1. Setelah
penelitian p value tekanan darah < dilakukan tindakan, subjek dilakukan
0,001 (systole), < 0,001 (diastole) pengukuran akhir (post test) untuk
dan < 0,001 (saturasi oksigen), yang menentukan pengaruh mobilisasi
artinya ada pengaruh mobilisasi progresif level 1, pengambilan data
progresif level 1 terhadap tekanan dilakukan 2x sehari pada pagi dan
darah dan saturasi oksigen. sore hari selama 3 hari.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penulis tertarik untuk HASIL PENELITIAN
menyusun karya tulis ilmiah melalui Hasil pengkajian yang
aplikasi mobilisasi progresif level 1 dilakukan didapatkan data subyektif
terhadap tekanan darah dan saturasi keluarga pasien mengatakan pasien
oksigen sehingga masalah mengalami anggota gerak sebelah
pemenuhan kebutuhan fisiologis kanan tidak dapat digerakkan, data
pada pasien Stroke Non Hemoragik obyektif klien mengalami penurunan
dapat terpenuhi. kesadaran, kesadaran klien delirium
dengan GCS : E3 M5 V2 , TD :
METODE PENELITIAN 170/100 mmHg, N : 107 x/menit, RR
Jenis penelitian ini : 30x/menit, S : 36,5º C, SpO2 :
94%. darah dan saturasi oksigen.
Berdasarkan diagnosa Berdasarkan hasil evaluasi
keperawatan menurut SDKI (2016) keperawatan selama 3 hari. Hari
kasus yang dialami subyek dapat pertama sebelum dilakukan tindakan
dirumuskan masalah keperawatan mobilisasi progresif level 1
yaitu risiko perfusi serebral tidak didapatkan data SPO2 : 94%, TD :
efektif. 160/89 mmHg menjadi SPO2 : 96%,
Intervensi dilakukan selama TD : 155/83 mmHg. Hari kedua
3x24 jam diharapkan perfusi serebral didapatkah data SPO2 : 96%, TD :
meningkat berdasarkan SLKI (2018) 146/83 mmHg menjadi SPO2 : 97%,
perfusi serebral (L. 02014) dengan TD : 145/80 mmHg. Hari ketiga
kriteria hasil tingkat kesadaran didapatkan data SPO2 : 97%, TD :
meningkat, tekanan intrakranial 141/70 mmHg menjadi SPO2 : 99%,
menurun, nilai rata-rata tekanan TD : 140/75 mmHg.
darah membaik.
Intervensi yang dibuat 100
berdasarkan SDKI (2016) 98
manajemen peningkatan tekanan 96
94
intrakranial (I. 06194) perencanaan 92
yang pertama yaitu monitor tanda 90
atau gejala peningkatan tekanan Hari Hari Hari
ke-1 ke-2 ke-3
intrakranial (misalnya : tekanan
darah meningkat, tekanan nadi Sebelum Pagi Sesudah Pagi
melebar, brakikardia, pola nafas Sebelum Sore Sesudah Sore
ireguler, kesadaran menurun) untuk
Diagram. 1 Observasi saturasi
mengetahui terjadi peningkatan
oksigen sebelum dan sesudah
tekanan intrakranial atau tidak pada
diberikan mobilisasi progresif level
klien. Perencanaan kedua yaitu
1.
kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat citicolin,
PEMBAHASAN
mecobalamine, omeprazole,
Dari pengkajian yang
ceftriaxone, azhitromycin, solvinex
dilakukan didapatkan data subyektif
dan clopidogrel (CPG) untuk proses
keluarga pasien mengatakan pasien
penyembuhan. Perencanaan ketiga
mengalami anggota gerak sebelah
yaitu pemantauan tekanan
kanan tidak dapat digerakkan, data
intrakranial (I. 06198) : edukasi
obyektif klien mengalami penurunan
tujuan dan prosedur pemantauan.
kesadaran, kesadaran klien delirium
Perencanaan keempat yaitu
dengan GCS : E3 M5 V2. Kondisi
pengaplikasian jurnal mobilisasi
sakit seperti stroke non hemoragik
progresif level 1terhadap tekanan
disebabkan karena adanya sumbatan
berupa gumpalan darah (Embolus) oksigen ke jaringan otak (Digiulio
atau penyempitan pembuluh darah ke etc, 2014).
otak (Trombus) (Pinzon, 2010). Jika aliran darah terhambat
Apabila sumbatan tersebut terjadi maka akan terjadi iskemia dan terjadi
pada pembuluh darah karotis pada gangguan metabolisme otak yang
cabang menuju otak bagian tengah kemudian terjadi gangguan perfusi
dan bagian depan, maka akan jaringan serebral (Tarwoto, 2013).
menimbulkan pasokan darah ke otak Setelah melakukan pengkajian
berkurang, sehingga menyebabkan terkait dengan risiko perfusi serebral
pasokan oksigen ke otak minimum tidak efektif, dilakukan intervensi
dan membuat penderita mengalami utama keperawatan dengan
penurunan kesadaran (Susilo, 2019). memberikan mobilisasi progresif
Tingkat kesadaran dapat dikaji level 1 untuk meingkatkan saturasi
menggunakan skala GCS oksigen.
(Glasglow’s Coma Scale) yaitu Dalam pemberian mobilisasi
dengan skala 3-15, untuk skala 14-15 progresif level 1 untuk meningkatkan
dalam kesadaran composmentis, saturasi oksigen diperlukan juga
skala 12-13 dalam kesadaran apatis, pemberian terapi oksigen. Pemberian
skala 10-11 dalam kesadaran oksigen adalah bagian integral dari
delirium, skala 7-9 dalam kesadaran pengelolaan untuk pasien yang
somnolen, skala 5-6 dalam kesadaran dirawat dirumah sakit, khususnya
sopor, skala 4 dalam kesadaran pada pasien yang sedang mengalami
semikoma dan skala 3 dalam gangguan pernafasan untuk
kesadaran koma (Mardjono, 2012). mempertahankan oksigen dalam
Hasil tanda-tanda vital tubuh. Pemberian oksigen dengan
didapatkan TD : 170/100 mmHg, N : konsentrasi yang lebih tinggi dari
107 x/menit, RR : 30x/menit, S : udara ruangan digunakan untuk
36,5º C, SpO2 : 94%. Pada pasien mengatasi atau mencegah hipoksia
stroke akan mengalami penurunan (Bariyatun, 2018).
saturasi oksigen karena aliran darah Pemberian mobilisasai
yang tidak lancar dan juga progresif level 1 dilakukan sesuai
mengakibatkan gangguan jurnal dan sesuai SOP yaitu 2 kali
hemodinamik (Sunarto, 2015). sehari pada pagi dan sore hari selama
Penyempitan atau oklusi pembuluh 30 menit, selain itu juga dilakukan
arteri serebral mengakibatkan observasi terhadap saturasi oksigen
berkurangnya aliran darah serebral dan tekanan darah sebelum dan
ke daerah yang biasanya disuplai sesudah dilakukan tindakan
oleh pembuluh darah. Jika aliran mobilisasi progresif level 1.
darah ke tiap bagian otak terhambat,
maka terjadi kekurangan suplai
KESIMPULAN 4. Bagi peneliti lain
Pengelolaan asuhan Hasil peneliti ini diharapkan dapat
keperawatan pada pasien stroke non digunakan sebagai data dasar
hemoragik dengan pemenuhan untuk penelitian lebih lanjut
kebutuhan fisiologis : oksigenasi terkait asuhan keperawatan pada
dengan masalah keperawatan risiko pasien yang mengalami Stroke
perfusi serebral tidak efektif tindakan Non Hemoragik dengan
yang dilakukan adalah pemberian pemenuhan kebutuhan fisiologis
mobilisasai progresif level 1 dengan :oksigenasi.
durasi 2x sehari pada pagi dan sore
hari selama 3 hari didapatkan hasil DAFTAR PUSTAKA
terjadi peningkatan saturasi oksigen AACN. (2010). SOP Mobiliosasi
dari 94% menjadi 99%. Progresif.
http://journal.umpo.ac.id.
SARAN Diakses Pada Tanggal 29
1. Bagi pasien Oktober 2019.
Pasien dengan Stroke Non
Hemoragik diharapkan dapat DiGiulio M, Donna jackson, & Jim
mencegah, mendeteksi serta Koegh.(2014). Keperawatan
mengatasi masalah yang dialami Medikal Bedah. Dialih
pasien dalam pemenuhan bahasakan oleh Dwi
kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Prabatini. Yogyakarta :
2. Rumah Sakit Rapha Publishing.
Hasil studi ini diharapkan dapat
digunakan masukan perbaikan Genc, A., Ozyurek, S., Koca, U., &
dalam pemberian asuhan Gunerli, A. (2012).
keperawatan pasien yang Respiratory and
Hemodynamic Responses to
mengalami Stroke Non
Mobilization, 23 (1), 14-18.
Hemoragik dengan pemenuhan
kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Mardjono, M. Sidharta, P. (2012).
3. Institusi Pendidikan Kesadaran dan Fungsi
Hasil peneliti ini diharapkan dapat Luhur Dalam Neurologi
digunakan sebagai informasi atau Klinis Dasar. Jakarta : Dian
referensi bagi institusi pendidikan Rakyat
dalam mengembangkan asuhan
Nasution, L. F. (2015). Stroke Non
keperawatan pada pasien yang Hemoragik Pada Laki-Laki
mengalami Stroke Non Usia 65 Tahun. Medula,
Hemoragik dengan pemenuhan Volume 1, Nomor 3,
kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Oktober 2013. Universitas
Lampung.
Oktavianus. (2014). Asuhan Tarwoto. (2013). Keperawatan
Keperawatan Pada Sistem Medikal Bedah 2 Gangguan
Neurobehavior. Yogyakarta Sistem Pernafasan.
: Graha Ilmu. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu WHO. (2016). Tobacco & Stroke.


Stroke . Yogyakarta : Nuha Geneva : World Health
Medika. Organization.

Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan


Dasar.
http://www.riskesdas2018.p
df. Diakses Pada Tanggal 3
November 2019.

Setiyawan. (2016). Mean Arterial


Non Invasive Blood
Pressure (MAP-NIBP) Pada
Lateral Position Dalam
Perawatan Intensif : Studi
Literature. University
Research Colloquium.

Sunarto. (2015). Peningkatan Nilai


Saturasi Oksigen Pada
Pasien Stroke Menggunakan
Model Elevasi Kepala.
http://download.portalgarud
a.org. Diakses Pada Tanggal
10 November 2019.

Susilo, Budi Catur. (2019).


Keperawatan Medikal
Bedah Persarafan.
Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

Suyanti. dkk. (2019). Pengaruh


Mobilisasi Progresif Level 1
Terhadap Tekanan Darah
Dan Saturasi Oksigen
Pasien Dengan Penurunan
Kesadaran.http://journal.um
po.ac.id. Diakses Pada
Tanggal 29 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai