HEMORAGIK DENGAN PEMENUHAN KEBUTHAN FISIOLOGIS : OKSIGENASI
Elisa Rinda Fitriana1*, Muhammad Agung Krisdianto2
1 Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2 Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email : elisarinda18@gmail.com
Abstrak
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler dimana pasokan darah dan oksigen
berkurang didalam otak, karena adanya sumbatan pada pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan hemodinamik termasuk saturasi oksigen dan tekanan darah. Mobilisasi progresif level 1 adalah serangkaian gerakan secara berurutan yang di mulai dengan teknik elevasi tempat tidur yaitu merubah posisi pasien dengan kepala lebih tinggi 30º dari badan kemudian dilanjut dengan latihan ROM pasif dan terapi rotasi lateral. Mobilisasi progresif dapat mempengaruhi tekanan darah dan juga saturasi oksigen. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien dengan stroke non hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis : oksigenasi dengan masalah keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif yang dilakukan tindakan keperawatan mobilisasi progresif level 1 selama 3 hari didapatkan hasil terjadi peningkatan saturasi oksigen dari 94% menjadi 99%. Rekomendasi tindakan mobilisasi progresif level 1 pada pasien stoke non hemoragik untuk meningkatkan saturasi oksigen.
Kata kunci: Fisiologis, Mobilisasi Progresif Level 1, Stroke Non Hemoragik.
PENDAHULUAN Prevalensi stroke di Jawa Tengah Stroke atau cidera pada tahun 2015 sebanyak 12795 cerebrovaskular adalah gangguan pada stroke non hemoragik dan 4558 fungsi otak yang disebabkan karena pada stroke hemoragik. Jumlah kasus suplai darah ke bagian otak tehenti stroke hemoragik tertinggi terdapat (Oktavianus, 2014). Stroke termasuk di Kota Kebumen sebesar 588 kasus, penyakit serebrovaskuler dimana untuk Kota Surakarta menepati pasokan darah dan oksigen urutan ketiga sebesar 365 kasus berkurang didalam otak, karena (Nasution, 2015). adanya sumbatan pada pembuluh Aliran darah yang tidak lancar darah. Stroke merupakan urutan pada pasien stroke mengakibatkan kedua penyakit mematikan setelah gangguan hemodinamik termasuk jantung. Faktor penyebab serangan saturasi oksigen dan tekanan darah stroke seperti hipertensi, diabetes (Setiyawan, 2016). Perubahan mellitus, obesitas dan gangguan tekanan darah dapat disebabkan aliran darah ke otak (Pudiastuti, karena metabolisme jantung 2011). dipengaruhi oleh beban miokard dan Stroke merupakan penyebab kebutuhan oksigen. Kebutuhan kedua kematian dan penyebab oksigen miokard dapat diukur keenam yang paling utama dari sebagai interaksi antara ketegangan kecacatan. Setiap tahunnya sekitar 15 miokard dan kontraktilitas otot juta orang menderita stroke dan jantung. Semua faktor ini berubah sekitar 6,6 juta (3,5 juta perempuan selama diberikan aktifitas fisik. dan 3,1 juta laki-laki) mengakibatkan Peningkatan aliran koroner kematian karena stroke pada orang meningkat seiring dengan dibawah usia 70 tahun (WHO, 2016). meningkatnya kebutuhan miokard Penyakit stroke di Indonesia pada untuk nutrisi dan oksigenasi (Genc, tahun 2018 mengalami peningkatan. Ozyurek & Gunerli, 2012). Prevalensi tertinggi terjadi pada Mobilisasi progresif level 1 kelompok umur 75 tahun sebesar memiliki manfaat meningkatkan 50,2%. Seiring dengan bertambahnya saturasi oksigen hal ini dikarenakan umur penyakit stroke tidak hanya pada saat diberikan posisi head of menyerang lanjut usia saja. Penderita bed 30º, gravitasi akan menarik stroke sudah mulai dari kelompok diafragma kebawah sehingga terjadi usia 15-24 tahun dengan prevalensi ekspansi paru yang lebih baik 0,6%, usia 25-34 tahun sebanyak sehingga oksigen yang diikat oleh 1,4%, usia 35-44 tahun sebanyak hemoglobin meningkat maka terjadi 3,7%, usia 45-54 tahun sebanyak peningkatan saturasi oksigen, pada 14,2% dan usia 65-74 tahun saat diberikan ROM pasif pada sebanyak 45,3% (Riskesdas, 2018). ekstremitas atas dan ekstremitas bawah maka kebutuhan oksigen menggunakan metode deskriptif dalam sel meningkat, sebagai respon dengan desain studi kasus, subjek normal dari jantung akan penelitian yang diteliti sebanyak 1 meningkatkan kerja jantung sehingga orang subjek dengan kriteria pasien hemoglobin yang mengikat oksigen Stroke Non Hemoragik dengan juga meningkat dan terjadi pemenuhan kebutuhan fisiologis : peningkatan saturasi oksigen. oksigenasi, diruang ICU RSUD Kemudian saat diberikan posisi Karanganyar pada tanggal 28 miring kanan dan kiri maka akan Februari – 01 Maret 2020, terjadi peningkatan ventilasi paru dan pengumpulan data yang digunakan pertukaran gas akan lebih optimal adalah wawancara, observasi dan dan memperbaiki saturasi oksigen pemeriksaan fisik serta studi (Suyanti, 2019). dokumentasi, instrumen studi kasus Mobilisasi progresif dapat ini menggunakan lembar observasi mempengaruhi tekanan darah dan sebelum tindakan dan sesudah juga saturasi oksigen hal ini tindakan. 5 menit sebelum dilakukan dibuktikan pada penelitian Suyanti tindakan subjek dilakukan (2019) dengan sampel sebanyak 16 pengukuran awal (pre test) untuk responden mengalami penurunan menentukan saturasi oksigen dan tingkat kesadaran yang tekanan tekanan darah. Kemudian dilakukan sistolik berkisar 90-180 mmHg dan intervensi dengan memberikan saturasi oksigen berkisar >90%. Pada mobilisasi progresif level 1. Setelah penelitian p value tekanan darah < dilakukan tindakan, subjek dilakukan 0,001 (systole), < 0,001 (diastole) pengukuran akhir (post test) untuk dan < 0,001 (saturasi oksigen), yang menentukan pengaruh mobilisasi artinya ada pengaruh mobilisasi progresif level 1, pengambilan data progresif level 1 terhadap tekanan dilakukan 2x sehari pada pagi dan darah dan saturasi oksigen. sore hari selama 3 hari. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk HASIL PENELITIAN menyusun karya tulis ilmiah melalui Hasil pengkajian yang aplikasi mobilisasi progresif level 1 dilakukan didapatkan data subyektif terhadap tekanan darah dan saturasi keluarga pasien mengatakan pasien oksigen sehingga masalah mengalami anggota gerak sebelah pemenuhan kebutuhan fisiologis kanan tidak dapat digerakkan, data pada pasien Stroke Non Hemoragik obyektif klien mengalami penurunan dapat terpenuhi. kesadaran, kesadaran klien delirium dengan GCS : E3 M5 V2 , TD : METODE PENELITIAN 170/100 mmHg, N : 107 x/menit, RR Jenis penelitian ini : 30x/menit, S : 36,5º C, SpO2 : 94%. darah dan saturasi oksigen. Berdasarkan diagnosa Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan menurut SDKI (2016) keperawatan selama 3 hari. Hari kasus yang dialami subyek dapat pertama sebelum dilakukan tindakan dirumuskan masalah keperawatan mobilisasi progresif level 1 yaitu risiko perfusi serebral tidak didapatkan data SPO2 : 94%, TD : efektif. 160/89 mmHg menjadi SPO2 : 96%, Intervensi dilakukan selama TD : 155/83 mmHg. Hari kedua 3x24 jam diharapkan perfusi serebral didapatkah data SPO2 : 96%, TD : meningkat berdasarkan SLKI (2018) 146/83 mmHg menjadi SPO2 : 97%, perfusi serebral (L. 02014) dengan TD : 145/80 mmHg. Hari ketiga kriteria hasil tingkat kesadaran didapatkan data SPO2 : 97%, TD : meningkat, tekanan intrakranial 141/70 mmHg menjadi SPO2 : 99%, menurun, nilai rata-rata tekanan TD : 140/75 mmHg. darah membaik. Intervensi yang dibuat 100 berdasarkan SDKI (2016) 98 manajemen peningkatan tekanan 96 94 intrakranial (I. 06194) perencanaan 92 yang pertama yaitu monitor tanda 90 atau gejala peningkatan tekanan Hari Hari Hari ke-1 ke-2 ke-3 intrakranial (misalnya : tekanan darah meningkat, tekanan nadi Sebelum Pagi Sesudah Pagi melebar, brakikardia, pola nafas Sebelum Sore Sesudah Sore ireguler, kesadaran menurun) untuk Diagram. 1 Observasi saturasi mengetahui terjadi peningkatan oksigen sebelum dan sesudah tekanan intrakranial atau tidak pada diberikan mobilisasi progresif level klien. Perencanaan kedua yaitu 1. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat citicolin, PEMBAHASAN mecobalamine, omeprazole, Dari pengkajian yang ceftriaxone, azhitromycin, solvinex dilakukan didapatkan data subyektif dan clopidogrel (CPG) untuk proses keluarga pasien mengatakan pasien penyembuhan. Perencanaan ketiga mengalami anggota gerak sebelah yaitu pemantauan tekanan kanan tidak dapat digerakkan, data intrakranial (I. 06198) : edukasi obyektif klien mengalami penurunan tujuan dan prosedur pemantauan. kesadaran, kesadaran klien delirium Perencanaan keempat yaitu dengan GCS : E3 M5 V2. Kondisi pengaplikasian jurnal mobilisasi sakit seperti stroke non hemoragik progresif level 1terhadap tekanan disebabkan karena adanya sumbatan berupa gumpalan darah (Embolus) oksigen ke jaringan otak (Digiulio atau penyempitan pembuluh darah ke etc, 2014). otak (Trombus) (Pinzon, 2010). Jika aliran darah terhambat Apabila sumbatan tersebut terjadi maka akan terjadi iskemia dan terjadi pada pembuluh darah karotis pada gangguan metabolisme otak yang cabang menuju otak bagian tengah kemudian terjadi gangguan perfusi dan bagian depan, maka akan jaringan serebral (Tarwoto, 2013). menimbulkan pasokan darah ke otak Setelah melakukan pengkajian berkurang, sehingga menyebabkan terkait dengan risiko perfusi serebral pasokan oksigen ke otak minimum tidak efektif, dilakukan intervensi dan membuat penderita mengalami utama keperawatan dengan penurunan kesadaran (Susilo, 2019). memberikan mobilisasi progresif Tingkat kesadaran dapat dikaji level 1 untuk meingkatkan saturasi menggunakan skala GCS oksigen. (Glasglow’s Coma Scale) yaitu Dalam pemberian mobilisasi dengan skala 3-15, untuk skala 14-15 progresif level 1 untuk meningkatkan dalam kesadaran composmentis, saturasi oksigen diperlukan juga skala 12-13 dalam kesadaran apatis, pemberian terapi oksigen. Pemberian skala 10-11 dalam kesadaran oksigen adalah bagian integral dari delirium, skala 7-9 dalam kesadaran pengelolaan untuk pasien yang somnolen, skala 5-6 dalam kesadaran dirawat dirumah sakit, khususnya sopor, skala 4 dalam kesadaran pada pasien yang sedang mengalami semikoma dan skala 3 dalam gangguan pernafasan untuk kesadaran koma (Mardjono, 2012). mempertahankan oksigen dalam Hasil tanda-tanda vital tubuh. Pemberian oksigen dengan didapatkan TD : 170/100 mmHg, N : konsentrasi yang lebih tinggi dari 107 x/menit, RR : 30x/menit, S : udara ruangan digunakan untuk 36,5º C, SpO2 : 94%. Pada pasien mengatasi atau mencegah hipoksia stroke akan mengalami penurunan (Bariyatun, 2018). saturasi oksigen karena aliran darah Pemberian mobilisasai yang tidak lancar dan juga progresif level 1 dilakukan sesuai mengakibatkan gangguan jurnal dan sesuai SOP yaitu 2 kali hemodinamik (Sunarto, 2015). sehari pada pagi dan sore hari selama Penyempitan atau oklusi pembuluh 30 menit, selain itu juga dilakukan arteri serebral mengakibatkan observasi terhadap saturasi oksigen berkurangnya aliran darah serebral dan tekanan darah sebelum dan ke daerah yang biasanya disuplai sesudah dilakukan tindakan oleh pembuluh darah. Jika aliran mobilisasi progresif level 1. darah ke tiap bagian otak terhambat, maka terjadi kekurangan suplai KESIMPULAN 4. Bagi peneliti lain Pengelolaan asuhan Hasil peneliti ini diharapkan dapat keperawatan pada pasien stroke non digunakan sebagai data dasar hemoragik dengan pemenuhan untuk penelitian lebih lanjut kebutuhan fisiologis : oksigenasi terkait asuhan keperawatan pada dengan masalah keperawatan risiko pasien yang mengalami Stroke perfusi serebral tidak efektif tindakan Non Hemoragik dengan yang dilakukan adalah pemberian pemenuhan kebutuhan fisiologis mobilisasai progresif level 1 dengan :oksigenasi. durasi 2x sehari pada pagi dan sore hari selama 3 hari didapatkan hasil DAFTAR PUSTAKA terjadi peningkatan saturasi oksigen AACN. (2010). SOP Mobiliosasi dari 94% menjadi 99%. Progresif. http://journal.umpo.ac.id. SARAN Diakses Pada Tanggal 29 1. Bagi pasien Oktober 2019. Pasien dengan Stroke Non Hemoragik diharapkan dapat DiGiulio M, Donna jackson, & Jim mencegah, mendeteksi serta Koegh.(2014). Keperawatan mengatasi masalah yang dialami Medikal Bedah. Dialih pasien dalam pemenuhan bahasakan oleh Dwi kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Prabatini. Yogyakarta : 2. Rumah Sakit Rapha Publishing. Hasil studi ini diharapkan dapat digunakan masukan perbaikan Genc, A., Ozyurek, S., Koca, U., & dalam pemberian asuhan Gunerli, A. (2012). keperawatan pasien yang Respiratory and Hemodynamic Responses to mengalami Stroke Non Mobilization, 23 (1), 14-18. Hemoragik dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Mardjono, M. Sidharta, P. (2012). 3. Institusi Pendidikan Kesadaran dan Fungsi Hasil peneliti ini diharapkan dapat Luhur Dalam Neurologi digunakan sebagai informasi atau Klinis Dasar. Jakarta : Dian referensi bagi institusi pendidikan Rakyat dalam mengembangkan asuhan Nasution, L. F. (2015). Stroke Non keperawatan pada pasien yang Hemoragik Pada Laki-Laki mengalami Stroke Non Usia 65 Tahun. Medula, Hemoragik dengan pemenuhan Volume 1, Nomor 3, kebutuhan fisiologis : oksigenasi. Oktober 2013. Universitas Lampung. Oktavianus. (2014). Asuhan Tarwoto. (2013). Keperawatan Keperawatan Pada Sistem Medikal Bedah 2 Gangguan Neurobehavior. Yogyakarta Sistem Pernafasan. : Graha Ilmu. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu WHO. (2016). Tobacco & Stroke.
Stroke . Yogyakarta : Nuha Geneva : World Health Medika. Organization.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan
Dasar. http://www.riskesdas2018.p df. Diakses Pada Tanggal 3 November 2019.
Setiyawan. (2016). Mean Arterial
Non Invasive Blood Pressure (MAP-NIBP) Pada Lateral Position Dalam Perawatan Intensif : Studi Literature. University Research Colloquium.
Sunarto. (2015). Peningkatan Nilai
Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Menggunakan Model Elevasi Kepala. http://download.portalgarud a.org. Diakses Pada Tanggal 10 November 2019.
Susilo, Budi Catur. (2019).
Keperawatan Medikal Bedah Persarafan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Suyanti. dkk. (2019). Pengaruh
Mobilisasi Progresif Level 1 Terhadap Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Pasien Dengan Penurunan Kesadaran.http://journal.um po.ac.id. Diakses Pada Tanggal 29 Oktober 2019.