PEMBAHASAN JURNAL
Pengaruh Mobilisasi Progresif Level 1 Terhadap Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen
Pasien Dengan Penurunan Kesadaran Diruangan Icu Rumah Sakit Muhamadyah
Palembang
ANALISIS PICOT
Intervensi :
Comparasi
Outcome
82
83
sistole (p value < 0,001); Terdapat pengaruh mobilisasi progresif level I terhadap
tekanan darah diastole (p value < 0,001); Terdapat pengaruh mobilisasi progresif level I
terhadap saturasi oksigen (p value < 0,001) sturasi oksigen terhadap status
hemodinamik. Hal ini didapatkan dari hasil data penelitian dengan nilai p value < 0,001
(p value < 0,05).
Time
Kelebihan :
Kekurangan :
Jurnal ini tidak mencantumkan populasi dan waktu penelitian dilakukan lebih
kurang 1 bulan serta tidak menyertakan jam.
Pembahasan :
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari (2016) tentang pengaruh
mobilisasi progresif terhadap status hemodinamik pada pasien kritis di ICU RSUD
Karanganyar. Pada penelitian ini terdapat pengaruh mobilisasi progresif terhadap status
hemodinamik. Hal ini didapatkan dari hasil data penelitian dengan nilai p value < 0,001
(p value < 0,05).
Tekanan darah sistole merupakan tekanan darah yang terukur pada saat ventrikel
kiri jantung berkontraksi. Darah mengalir dari jantung ke pembuluh darah arteri
sehingga pembuluh darah teregang maksimal karena tekanan maksimum yang diberikan
oleh darah. (Ardiansyah, 2012). Tekanan darah diastole merupakan tekanan darah yang
terjadi saat jantung berelaksasi. Pada saat diastole, tidak ada darah yang mengalir dari
jantung ke pembuluh darah sehingga pembuluh darah dapat kembali ke ukuran
normalnya, sementara darah didorong ke bagian arteri lebih distal (Ardiansyah, 2012).
Saturasi oksigen adalah rasio antara jumlah oksigen aktual yang terikat oleh hemoglobin
terhadap kemampuan total Hb darah mengikat O2. Saturasi oksigen (SaO2) merupakan
persentase hemoglobin (Hb) yang mengalami saturasi oleh oksigen yang mencerminkan
tekanan oksigen arteri darah (PaO2) yang digunakan untuk mengevaluasi status
pernafasan (Zakiyyah, 2014; Lestari, 2016).
83
84
84
85
Deni Wahyudi1
ABSTRAK
Perawatan merupakan inter disipliner untuk focus pasien dengan cedera pada otak
karena traumatik dengan mengobati cedera otak primer dan membatasi kerusakan otak
lebih lanjut dari cedera sekunder. Pada perawatan unit intensif perawat memiliki peran
integral dalam mencegah cedera otak sekunder, namun sedikit yang diketahui tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian perawat tentang risiko cedera otak
sekunder. Tujuan mengetahui variable mana yang fisiologis dan situasional
mempengaruhi penilaian perawat unit intensif yang peduli risiko pasien untuk cedera
otak sekunder, manajemen memfasilitasi dengan intervensi keperawatan, dan
manajemen dengan berkonsultasi anggota lain dari tim kesehatan dalam perawatan.
Metode, Tahapan metode yang digunakan dengan survey beberapa faktor. Sketsa
mencerminkan kompleksitas scenario kehidupan nyata secara acak dihasilkan dengan
menggunakan nilai yang berbeda dari masing-masing variable independen. Survei yang
berisi sketsa dikirim keperawat di 2 tingkat pusat trauma. Regresi digunakan untuk
menentukan variable mempengaruhi penilaian tentang cedera otak sekunder. Hasil,
Penilaian tentang risiko cedera otak sekunder dipengaruhi oleh saturasi oksigen dari
seorang pasien tersebut, tekanan intrakranial, tekanan perfusi serebral, mekanisme
cedera, dan diagnosis utama, serta dengan pergeseran keperawatan. Penilaian tentang
intervensi dipengaruhi oleh saturasi oksigen pasien, tekanan intra kranial, dan tekanan
perfusi serebral dan dengan pergeseran keperawatan. Penentuan awal yang dilakukan
oleh perawat adalah variabel yang paling signifikan dari prediksi tindak lanjut penilaian.
Kesimpulan, Perawat perlu standar, berbasis bukti yang nyata dari manajemen cedera
otak sekunder pada pasien sakit kritis dengan cedera otak akibat
ABSTRACT
Interdisciplinary care for patients with traumatic brain injury focuses on treating the
primary brain injury and limiting further brain damage from secondary injury. Intensive
care unit nurses have an integral role in preventing secondary brain injury; however,
little is known about factors that influence nurses’ judgments about risk for secondary
brain injury. Objective To investigate which physiological and situational variables
influence judgments of intensive care unit nurses about patients’ risk for secondary
braininjury, management solely with nursing interventions, and management by
consulting another member of the health care team. Methods A multiple segment
factorial survey design was used. Vignettes reflecting the complexity of real-life
85
86
ANALISIS PICOT
Pada jurnal ini populasi tidsk disebutkan berapa banyak pasien yang di jadikan
sempel, hanya mencantumkan pasien COB di IGD RS dr. Soetomo Surabaya.
Intervensi :
Comparasi :
Outcome
Tidak Tercantumkan.
Time :
Kelebihan :
86
87
Kekurangan :
Jurnal ini tidak mencantumkan populasi dan waktu penelitian dilakukan dalam
rentan waktu berapa lama.
Pembahasan :
Hasilnya ada pola atau trend yang menunjukkan bahwa kepala pada tempat tidur
yang ditinggikan akan meningkatkan vasospasme. Sebagian kelompok , tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam pasien pada posisi yang berbeda dari kepala yang
ditinggikan tempat tidurnya. Memanfaatkan lain langkah analisis varians, nilai P
berkisar 0,34-0,97, baik melampaui 05. Hal tersebut menunjukan tidak ada kerusakan
saraf terjadi. Kesimpulan secara umum, elevasi kepala pada tempat tidur tidak
menyebabkan perubahan berbahaya dalam aliran darah di otak yang berhubungan
dengan vasospasme .
87