Anda di halaman 1dari 8

1

Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

PENGARUH MOBILISASI PROGRESIF LEVEL I TERHADAP TEKANAN DARAH DAN


SATURASI OKSIGEN PASIEN KRITIS DENGAN PENURUNAN KESADARAN

Mugi Hartoyo1; Shobirun2; Budiyati3; Rizqi Rachmilia4


1, 2, 3
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang
(Korespondensi autor: jurnalppnijateng@gmail.com)
4
Laboran Jurusan Keperawatan

Abstrak

Pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) merupakan pasien kritis yang dalam keadaan terancam
jiwanya karena kegagalan atau disfungsi pada satu atau multipel organ yang disertai gangguan hemodinamik.
Pasien kritis dalam keadaan penurunan kesadaran memiliki keterbatasan dalam mobilisasi, yang berdampak
terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen yang tidak stabil. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk
menangani hal tersebut dengan mobilisasi progresif level I berupa head of bed, ROM, dan rotasi lateral. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mobilisasi progresif level I terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen
pada pasien kritis dengan penurunan kesadaran di ruang ICU. Metode penelitian ini menggunakan pra
eksperimental dengan rancangan pre-test and post-test one group design. Responden penelitian ditetapkan dengan
non probability sampling dengan metode total sampling. Penelitian dilaksanakan di ruang ICU pada 15 responden
yang terdiri dari 10 responden perempuan dan 5 responden laki-laki dan memenuhi kriteria inklusi. Uji dependent
t-test menunjukkan ada pengaruh mobilisasi progresif level I terhadap tekanan darah sistolik (p = 0,024), tekanan
diastolik (p = 0,002), dan saturasi oksigen (p = 0,000). Mobilisasi Progresif Level I dapat meningkatkan tekanan
darah dan saturasi oksigen pada pasien kritis dengan penurunan kesadaran. Mobilisasi Progresif Level I dapat
dijadikan salah satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan tekanan darah dan saturasi oksigen pasien kritis
dengan penurunan kesadaran dengan tekanan darah di bawah normal.

Kata kunci: Mobilisasi progresif level I, tekanan darah, saturasi oksigen, pasien kritis.

Pendahuluan angka kematian pasien sebanyak 89 pasien. Pada


Pasien yang dirawat di ruang Intensive tahun 2015 sebanyak 655 pasien yang masuk ruang
Care Unit (ICU) adalah pasien dalam keadaan ICU dengan angka kematian sebanyak 92 pasien.
terancam jiwanya karena kegagalan satu atau Pada tahun 2016 periode Januari-September
multipel organ yang disertai gangguan sebanyak 448 pasien dengan angka kematian
hemodinamik dan masih ada kemungkinan dapat sebanyak 60 pasien. Rata-rata pasien perbulan
disembuhkan kembali melalui perawatan, sebanyak 43 pasien yang dirawat di ruang ICU.
pemantauan dan pengobatan intensif (Setiyawan, Pasien dalam keadaan penurunan
2016). Pemantauan hemodinamik sangat penting kesadaran, terutama dengan kasus-kasus stroke dan
karena dapat digunakan untuk mengenali syok cidera kepala pada umumnya akan memberi dampak
sedini mungkin pada pasien kritis (Jevon, 2009). pada tekanan darah menjadi tidak stabil (Rihiantoro,
Pasien Kritis dengan masa rawat yang lama akan 2008). Pasien kritis yang diberikan sedasi akan
menimbulkan banyak masalah kesehatan yang mempengaruhi kesadaran yang menyebabkan
mucul diantaranya pneumonia, kelemahan, nyeri penurunan kemampuan secara aktif yang dapat
akut, gangguan fungsi organ dan gangguan mengganggu sirkulasi darah dan kerja jantung
kesadaran (Ainnur, 2016). (Zakiyyah, 2014). Oleh karena itu, penilaian dan
Penelitian Iyer (2009) di ruang ICU pada penanganan hemodinamik merupakan bagian
100 pasien yang mengalami penurunan kesadaran penting pada pasien ICU. Komponen pemantauan
diantaranya disebabkan oleh perdarahan hemodinamik meliputi tekanan darah, heart rate,
intraserebral, stroke iskemik, perdarahan indicator perfusi perifer, pernapasan, produksi urine,
subarachnoid, craniotomi, trauma dan anoxic saturasi oksigen dan GCS (Jevon, 2009).
ischemic. Berdasarkan studi pendahuluan yang Pada keadaan gangguan hemodinamik,
dilakukan pada tanggal 7 Desember 2016 dari data diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat
rekam medis menunjukkan pada tahun 2014 terdapat karena kondisi hemodinamik sangat mempengaruhi
sebanyak 777 pasien yang masuk ruang ICU dengan fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh dan

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017


2
Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

melibatkan fungsi organ jantung (1). Penanganan dipengaruhi oleh posisi tubuh dan perubahan
hemodinamik pasien ICU bertujuan memperbaiki gravitasi tubuh. Sehingga perfusi, difusi, distribusi
penghantaran oksigen dalam tubuh yang aliran darah dan oksigen dapat mengalir ke seluruh
dipengaruhi oleh curah jantung, haemoglobin dan tubuh (Vollman, 2010). Penelitian yang dilakukan
saturasi oksigen. Apabila penghantaran oksigen oleh Olviani (2015) tentang mobilisasi progressif
mengalami gangguan akibat curah jantung menurun level I terhadap nilai monitoring hemodinamik non
diperlukan penanganan yang tepat (Setiyawan, invasif pada pasien cerebral injury di ruang ICU
2016). Penelitian Vollman (2010) di ruang ICU pada tahun 2015 menunjukkan bahwa setelah
menyatakan pemberian posisi terlentang secara terus diberikan intervensi terdapat perubahan pada
menerus dapat menurunkan sirkulasi darah dari parameter tekanan darah dan respiratory rate
ekstermitas bawah, yang seharusnya jumlahnya dibandingkan pada awal pengukuran (p value =
banyak untuk menuju jantung. Pada tiga hari 0.020). Penelitian lain yang dilakukan oleh
pertama bedrest, volume plasma akan berkurang Zakiyyah tentang pengaruh mobilisasi progresif
8%-10% dan menjadi berkurang 15%-20% pada level I terhadap resiko dekubitus dan saturasi
minggu keempat bedrest. Sehingga penurunan oksigen pada pasien kritis terpasang ventilator
volume plasma mengakibatkan terjadinya didapat mobilisasi progresif level I secara signifikan
peningkatan beban jantung, peningkatan masa dapat mencegah dekubitus (p= 0,000) dan
istirahat dari denyut jantung, dan penurunan volume meningkatkan saturasi oksigen (p= 0,000).
curah jantung. Berdasarkan data dan fakta yang ada, maka
Perubahan tekanan darah baik dalam peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
kondisi penurunan kesadaran maupun kondisi sadar pelaksanaan mobilisasi progressif level I terhadap
sangat dipengaruhi oleh adanya stimulus. Stimulus tekanan darah dan saturasi oksigen.
dapat berasal dari dalam diri sebagai manifestasi
perubahan fisiologi tubuh akibat dari penyakit yang Metode
dideritanya. Selain itu stimulus dapat berasal dari Penelitian ini menggunakan desain
luar individu yang bersifat fisik maupun sosial penelitian pra eksperimental, dengan rancangan
(Rihiantoro, 2008). penelitian yang digunakan adalah pre-test and post-
Pasien yang dirawat di ruang ICU dengan test one group design. Teknik sampling yang dipakai
penurunan kesadaran yang disebabkan oleh suatu adalah total sampling. Sampel yang digunakan
penyakit misalnya stroke atau cerebral injury tidak dalam penelitian ini adalah pasien kritis dengan
mampu untuk merasakan dan mengkomunikasikan penurunan kesadaran yang memenuhi kriteria
nyeri yang dirasakan atau pasien merasakan adanya inklusi dan eksklusi. Variabel independen penelitian
tekanan namun mereka tidak bisa mengatakan pada ini adalah mobilisasi progresif level I dan variabel
orang lain untuk membantu merubah posisi. dependen adalah tekanan darah dan saturasi oksigen.
Dampak yang mungkin terjadi pada pasien dengan Pemberian mobilisasi level I berupa posisi head of
penurunan kesadaran antara lain kerusakan bed 300, ROM pasif ekstremitas atas dan bawah pagi
mobilitas, jalan nafas yang tidak paten, sirkulasi dan sore hari, dan rotasi lateral kanan kiri.
yang dapat terganggu akibat immobilisasi dan Pengumpulan data menggunakan lembar observasi
hambatan komunikasi (Anna, 2015). dan alat berupa bedside monitor. Hasil dianalisis
American Association of Critical Care Nurses menggunakan uji dependent t-test.
(AACN) memperkenalkan intervensi mobilisasi
progresif yang terdiri dari beberapa tahapan: Head Hasil Penelitian
of Bed (HOB), latihan Range of Motion (ROM) pasif Karakteristik Responden
dan aktif, terapi lanjutan rotasi lateral, posisi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tengkurap, pergerakan melawan gravitasi, posisi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
duduk, posisi kaki menggantung, berdiri dan kelompok terbesar adalah responden perempuan
berjalan. Mobilisasi progresif yang diberikan kepada yaitu 10 responden (66,7%). Karakteristik
pasien diharapkan menimbulkan respon responden berdasarkan umur paling banyak pada
hemodinamik yang baik. Pada posisi duduk tegak kategori usia >65 tahun yaitu sebanyak 5 responden
kinerja paru-paru baik dalam proses distribusi (33,3%). Karakteristik responden berdasarkan
ventilasi serta perfusi akan membaik selama diagnosa medis paling banyak pada diagnosa Stroke
diberikan mobilisasi. Proses sirkulasi darah juga Hemoragik yaitu sebanyak 4 responden (26, 7%).

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017


3
Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

Normal (120-
2 1 6,7 3 20,0
Tabel 1 129/80-84)
Distribusi frekuensi karakteristik responden Normal Tinggi
3 0 0 1 6,7
berdasarkan jenis kelamin dan umur responden di (130-139/85-89)
ruang ICU (N=15) Hipertensi derajat
4 I (140-159/90- 7 46,7 4 26,7
Kategori n % 99)
Jenis Kelamin Hipertensi derajat
Perempuan 10 66,7 5 II(160-179/100- 3 20,0 5 33,3
Laki-laki 5 33,3 109)
Jumlah 15 100 1
Jumlah 100 15 100
Usia 5
18 – 25 3 20.0 Saturasi Oksigen
26 – 35 1 6.7 Normal
1 5 33,3 10 66,7
36 – 45 3 20.0 (95-100%)
46 – 55 3 20.0 Tidak Normal
2 10 66,7 5 33,3
>65 5 33.3 (<95%)
Jumlah 15 100 Jumlah 15 100 15 100
Diagnosa Medis
DSS 1 6.7 Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan
SH 4 26.7 darah dan saturasi oksigen
Post VT 2 13.3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DM 2 13.3 tekanan darah sistolik rata-rata sebelum mobilisasi
Syok Hipovolemik 1 6.7
progresif level I yaitu 141,73 mmHg dan setelah
Post Laparatomi 2 13.3
SLE 1 6.7 mobilisasi progresif level I yaitu 145,27 mmHg,
HONK 1 6.7 sehingga peningkatan selisih sistol sebesar 3,5
Ketoasidosis 1 6.7 mmHg. Nilai indeks kepercayaan 95% peneliti
Jumlah 15 100 percaya bahwa terjadi peningkatan sistol dari 0,5
sampai 6,5 pada setiap responden setelah perlakuan
mobilisasi progresif level I. Nilai p value 0,024
Gambaran tekanan darah dan saturasi oksigen
artinya ada pengaruh antara sebelum dan setelah
sebelum dan setelah mobilisasi progresif level I
dilakukan mobilisasi progresif level I. Tekanan
Hasil penelitian menunjukan bahwa
darah diastolik sebelum mobilisasi progresif level I
tekanan darah sebelum dilakukan mobilisasi
yaitu 77,67 mmHg dan setelah mobilisasi progresif
progresif level I mayoritas berada didalam kategori
level I yaitu 82,47 mmHg, sehingga peningkatan
hipertensi derajat I yaitu sebanyak 7 responden
selisih diastol sebesar 4,8. Nilai indeks kepercayaan
(46,67%), sedangkan setelah dilakukan mobilisasi
95% peneliti percaya bahwa terjadi peningkatan
progresif level I responden terbanyak pada kategori
diastol dari 2,0 sampai 7,5 pada setiap responden
hipertensi derajat II yaitu sebanyak 5 responden
setelah perlakuan mobilisasi progresif level I.
(33,33%). Saturasi oksigen sebelum dilakukan
Diperoleh nilai p value 0,002 artinya ada pengaruh
mobilisasi progresif level I mayoritas dalam kategori
antara sebelum dan setelah perlakuan mobilisasi
kurang yaitu sebanyak 10 responden (66,7%),
progresif level I.
sedangkan setelah dilakukan mobilisasi progresif
Saturasi oksigen sebelum mobilisasi
level I mayoritas terdapat pada kategori normal
progresif level I yaitu 93,0% dan setelah mobilisasi
sebanyak 10 responden (66,7%).
progresif level I yaitu 95,5%, sehingga terjadi
peningkatan sebesar 2,5. Nilai indeks kepercayaan
Tabel 2 95% peneliti percaya bahwa terjadi peningkatan
Distribusi frekuensi berdasarkan kategori tekanan saturasi oksigen dari 1,6 sampai 3,3. Diperoleh nilai
darah (mmHg) dan saturasi oksigen di ruang ICU p value 0,000 artinya ada pengaruh antara sebelum
(N=15) dan setelah mobilisasi progresif level I.
No Kategori Pre Post
n % n % Tabel 3
Tekanan Darah Hasil uji statistik pengaruh tekanan darah
Optimal
1 4 26,7 2 13,3 (dalam mmHg) dan saturasi oksigen responden
(<120/<80)

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017


4
Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

sebelum dan setelah mobilisasi progresif level I di penting meningkatnya jumlah pasien kritis lansia
ruang ICU (n = 15) dengan penyakit multiple dan penyakit akut.
IK Semakin tua umur seseorang maka akan mengalami
p
Kategori Mean Selisih 95 perubahan fisiologis karena proses penuaan.
value
% Perubahan tersebut akan berimbas pada kesehatan
Pre Post seseorang. Penyebab utama kematian lansia adalah
0,5- penyakit-penyakit jantung, neoplasma maligna,
Sistole 141,73 145,27 3,5 0,024
6,5 cedera cerebrovascular, dan penyakit obstruksi
82,4 2,0- menahun.Kondisi ini biasanya yang menyebabkan
Diastol 77,67 4,8 0,002
7 7,5 banyaknya lansia yang dirawat di rumah sakit
1,6- 0,000 (Hudak & Gallo, 2010).
SpO2 93,0 95,5 2,5
3,3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik respoden berdasarkan diagnosa medis
Pembahasan terbanyak adalah Stroke Hemorrhagic sebanyak 4
Karakteristik Responden responden (26,7%). Stroke hemoragi terjadi sekitar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20% dari kasus stroke.Sekitar seperempat kasus
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin stroke adalah hemoragi, yang diakibatkan oleh
terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 10 penyakit vascular hipertensi. Biasanya stroke
responden (66,7%). Berdasarkan penelitian Sunaryo hemoragi secara cepat menyebabkan kerusakan
(2012) yang dilakukan di ruang perawatan intensif fungsi otak dan penuran kesadaran(Hudak & Gallo,
didapatkan jumlah laki-laki 76 dan perempuan 66 2010). Penyebab perdarah intraserebrum anatara
responden. Hasil penelitian lain oleh Regina (2012) lain perdarahan intraserebrum hipertensif, perdarah
tentang pengaruh mobilisasi pasif terhadap subaracknoid karena rupture aneurisme subkular,
hemodinamik pada pasien terpasang ventilator rupture malforasi arteriovena dan trauma,
mekanik didapatkan sebanyak 9 responden berjenis penyalahgunaan kokain dam amfetamin, perdarahan
kelamin laki-laki dan 4 responden berjenis kelamin akibat tumor otak, infrak hemoragik, penyakit
perempuan. Laki-laki lebih rentan terkena penyakit perdarahan siskemik termasuk terapi antikoagulasi
stroke hemoragik, dibandingkan perempuan. Hal ini (Purnawan, 2012).
berhubungan dengan faktor pemicu lainnya yang
lebih banyak dilakukan oleh laki-laki seperti Gambaran tekanan darah sebelum dan setelah
merokok, mengonsumsi alkohol, dan sebagainya. dilakukan mobilisasi progresif level I
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan stroke Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
karena beberapa efek bahan kimia yang terkandung sebelum dilakukan mobilisasi progresif terdapat 3
dalam rokok dapat menyebabkan peningkatan (20%) responden kategori hipertensi derajat II
konsentrasi fibrinogen, hematokrit, dan agregrasi sedangkan setelah dilakukan mobilisasi progresif
platelet, menurunkan aktifitas fibrinolitik, dan aliran level I terdapat 5 (33,3%) responden dengan
darah serebral. Kondisi tersebut menyebabkan kategori hipertensi derajat II. Hal ini sejalan dengan
vasokontriksi, sehingga menyebabkan terjadinya penelitian yang dilakukan oleh Aries (2011) bahwa
plak atherosclerosis (Ratnasari, 2012). pemberian posisi lateral dapat meningkatkan
Hasil penelitian yang berbeda-beda terkait tekanan darah 4-5 mmHg. Di dukung pula oleh hasil
faktor risiko jenis kelamin sangat wajar karena penelitian Almeida (2009) bahwa posisi lateral dapat
setiap daerah tentunya memiliki jumlah penduduk meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik
yang berbeda-beda dan persebaran jenis kelamin 15 mmHg pada 60 menit pertama pemberian posisi
yang berbedabeda pula. pada wanita hamil trimester akhir.
Sedangkan karakteristik berdasarkan umur Pasien Kritis menghabiskan waktu yang
lebih dari 65 tahun yaitu sebanyak 5 responden lama untuk masa rawat di rumah sakit. Perubahan
(33,3%) dan sisanya responden berumur kurang dari besar terjadi pada sistem kardiovaskular saat bed
65 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan Ignatius rest. Posisi terlentang membuat 11% dari volume
(2012) di ruang ICU tentang angka kematian end darah menghilang dari kaki, yang seharusnya
stage renal disease rata-rata berumur lebih dari 41 banyak menuju dada. Dalam 3 hari pertama bed rest
tahun sebanyak 34 (79,1%) responden. Lamanya volume plasma akan berkurang 8% sampai 10 %.
usia hidup merupakan penyebab tunggal paling Kerugian menjadi 15% sampai 20% pada minggu

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017


5
Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

keempat. Perubahan ini mengakibatkan peningkatan VAP, mengurangi durasi penggunaan ventilator, dan
beban kerja jantung, peningkatan masa istirahat meningkatkan kemampuan fungsional jangka
denyut jantung, dan perubahan stoke volume panjang (Vollman, 2013).
menyebabkan penurunan cardiac out put (Vollman, Ketidakstabilan hemodinamik merupakan salah
2010). satu tantangan untuk perawat dalam melakukan
Secara teori tekanan darah dapat mobilisasi pada pasien kritis. Untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cardiac menyeimbangkan anatara resiko dan manfaat dari
output (COP), preload, dan resistensi perifer. mobilisasi pada pasien kritis maka perawat harus
Cardiac output merupakan jumlah darah yang menentukan jenis mobilisasi yang tepat,
dikeluarkan dari ventrikel kiri dalam satu menit. memperhatikan penyakit tertentu, mengkaji faktor
Preload merupakan tekanan saat pengisian atrium resiko, menentukan waktu sesi mobilisasi,
kanan selama diastolic yang menggambarkan mengurangi kecepatan saat melakukan mobilisasi
volume dari aliran balik jantung (Jevon, 2009). yang dapat mempengaruhi respon sistem
Posisi mempunyai efek terhadap perubahan tekanan kardiovaskular (Vollman, 2013).
darah dan tekanan vena sentral. Pada posisi head of
bed menunjukan aliran balik darah dari bagian Gambaran Saturasi oksigen sebelum dan setelah
inferior menuju ke atrium kanan cukup baik karena mobilisasi progresif level I
resistensi pembuluh darah dan tekanan atrium kanan Dari hasi penelitian dapat diketahui
tidak terlalu tinggi, sehingga volume darah yang kategori saturasi oksigen sebelum dilakukan
masuk (venous return) ke atrium kanan cukup baik mobilisasi progresif level I jumlah responden
dan tekanan pengisian ventrikel kanan (preload) terdapat 5 (33,3%) responden kategori normal,
meningkat, yang dapat mengarah pada peningkatan setelah dilakukan mobilisasi progresif level I
stroke volume dan cardiac output. Perubahan posisi terdapat 10 (66,7) responden kategori normal.
lateral atau miring mempengaruhi aliran balik darah Berdasarkan rekap data semua responden yang
yang menuju ke jantung dan berdampak pada berjumlah 15 responden mengalami kenaikan
hemodinamik (Setiyawan, 2016). saturan oksigen. Penelitian ini sejalan dengan
Pada penelitian ini dari hasil rekap satistik penelitian yang dilakukan Ozyurek (2012) yang
diketahui sebelum dilakukan mobilisasi progresif berjudul Respiratory Hemodinamic Responses to
nilai terendah sistole adalah 92 mmHg dan nilai Mobilization of Critically ill Obese Patients setelah
tertinggi adalah 177 mmHg, sedangkan setelah dilakukan mobilisasi terdapat peningkatan pada
dilakukan mobilisasi progresif nilai nilai terendah parameter saturasi oksigen dengan rata-rata saturasi
systole adalah 96 dan nilai tertinggi adalah 178 oksigen sebelum perlakuan 98% menjadi 99%
mmHg. Hal ini sesuai dengan jurnal Vollman (2013) setelah perlakuan mobilisasi.
bahwa nilai tekanan sistolik yang boleh dilakukan Pada pasien kritis konsekuensi terbesar dari
mobilisasi progresif pada rentang nilai >90 sampai bed rest atau imobilisasi adalah sistem pernafasan
<180. Pada penenlitian Ozyurex (2012)mengatakan meliputi pengembangan kompressi atelectasis dari
respon ketidak toleran pada mobilisasi pada tekanan pembentukan edema dengan pasien posisi supine
darah yaitu apabila terjadi kenaikan tekanan darah dan kelemahan fungsi paru, reflek batuk, dan
>20mmHg dan penurunan tekanan darah <20mHg. drainase tidak bekerja dengan baik ketika pasien
Pada pasien kritis lebih baik untuk dalam posisi supine (Vollman, 2010). Hal ini akan
diberikan mobilisasi dari pada pasien dibiarkan berdampak pada oksigenasi karena kelemahan
dalam posisi supine secara terus menerus. Karena fungsi paru akibat imobilisasi.
dengan membiarkan pasien dalam keadaan Saturasi oksigen merupakan salah satu
imobilisasi akan memberi dampak yang buruk pada indikator dari status oksigenasi. Saturasi Oksigen
organ-organ tubuh. Maka dari itu perawat perlu adalah kemampuan haemoglobin mengikat oksigen
merencanakan kegiatan mobilisasi kepada pasien. (Kozier, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Mobilisasi adalah kegiatan fundamental saturasi oksigen yaitu jumlah oksigen yang masuk
keperawatan yang membutuhkan pengetahuan dan ke paru-paru (ventilasi), kecepatan difusi, dan
ketrampilan untuk menerapkan secara efektif untuk kapasitas haemoglobin dalam membawa oksigen
pasien sakit kritis. Mobilisasi dapat menghasilkan (Widiyanto, 2014). Diharapkan bahwa mobilisasi
outcome yang baik bagi pasien seperti akan meningkatkan transportasi oksigen pasien,
meningkatkan pertukaran gas, mengurangi angka

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017


6
Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

karena efek positif dari posisi tegak pada ventilasi Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
alveolar dan perfusi. dilakukan Ainnur (2016) tentang mobilisasi
progresif terhadap perubahan tekanan darah pasien
Pengaruh mobilisasi progresif level I terhadap kritis di ICU bahwa tidak ada perubahan yang
tekanan darah signifikan antara variable mobilisasi progresif
Berdasarkan hasil uji dependent t test dengan tekanan darah pasien ICU. Dalam penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh mobilisasi ini mobilisasi progresif yang dilakukan adalah
progresif level I terhadap tekanan darah pada pasien gerakan head of bed 300, head of bed 450, lateral
kritis dengan penurunan kesadaran. Hal ini kanan dan lateral kiri. Pemberian mobilisasi
ditunjukkan dengan data jumlah sampel adalah 15 progresif diharapkan dapat sebagai rehabilitas pada
responden dengan nilai signifikan pada tekanan pasien yang mengalami penurunan kesadaran yang
darah sistole p = 0,024 dan pada tekanan darah mengalami imobilisasi karena keadaannya.
diatole p = 0,002. Hasil penelitian ini sejalan dengan Mobilisasi progresif dapat sebagai pemberian
penelitian yang dilakukan oleh Yurida (2015) yang aktivitas pada pasien untuk mempertahankan
berjudul Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I kekuatan otot dan untuk mencegah perubahan yang
terhadap Nilai Hemodinamik Non Invasif pada buruk pada respon kardiovaskuler. Perubahan
pasien cerebral injury terdapat pengaruh pada tekanan darah dapat disebabkan karena metabolisme
parameter tekanan darah (p value = 0,02). Penelitian jantung yang dipengaruhi oleh beban miokard,
tersebut melakukan mobilisasi progresif dengan ketegangan miokard, dan kontraktilitas miokard.
tindakan head of bed, ROM pasif dan rotasi lateral Semua faktor tersebut berubah selama diberikan
pada pasien cerebral injury. aktifitas fisik. Peningkatan aliran koroner meningkat
Pengaruh ini dapat terjadi karena ketika seiring dengan meningkatnya kebutuhan miokard
pasien diberikan perubahan posisi maka secara untuk nutrisi dan oksigenasi. Aktivitas fisik
fisisolgis tubuh akan beradaptasi untuk bermanfaat untuk kekuatan otot dan menjaga
mempertahankan kardiovaskular homeostatis. kesehatan kardiovaskuler. Hasil mobilisasi secara
Sistem kardiovaskular biasanya melakukan pasif menghasilkan metabolisme jantung yang
penyesuaian dengan dua cara yaitu dengan rendah sehingga peningkatan tekanan darah belum
perubahan volume plasma yang dapat menyebabkan terjadi secara maksimal.
transmisi pesan kepada sistem saraf autonomic Berdasarkan uraian diatas dapat
untuk merubah elastisitas pembuluh darah, atau disimpulkan bahwa mobilisasi progresif dapat
dengan respon yang diberikan oleh telinga bagian mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
dalam atau respon vestibular yang mempengaruhi Mobilisasi merupakan fundamental keperawatan
sistem kardiovaskular selama perubahan posisi. dan jika kita memperhatikan beberapa hal penting
Pasien sakit kritis pada umumnya memiliki dalam memobilisasi pasien hal ini akan aman dan
elastisitas pembuluh darah yang jelek, siklus umpan bermanfaat untuk pasien kritis.
balik autonomik yang tidak berfungsi dan atau
cadangan kardiovaskular yang rendah. Seringnya, Pengaruh movilisasi progresif level I terhadap
pasien ditinggalkan pada posisi tidak berubah untuk Saturasi oksigen
periode waktu yang lama dan menetapkan sebuah Bedasarkan hasil penelitian uji dependent t
“gravitasi equilibrium” dari waktu ke waktu, test pada parameter SpO2 didapatkan ada pengaruh
sehingga semakin sulit untuk beradaptasi perubahan sebelum dan setelah pemberian mobilisasi progresif
posisi. Untuk pasien-pasien yang status dengan nilai signifikan p value = 0,000. Penelitian
hemodinamiknya tidak seimbang yang tidak bisa lain yang dilakukan oleh Zakiyyah (2016) setelah
berpindah secara manual, solusi yang dapat dilakukan mobilisasi progresif level I pada pasien
disarankan adalah dengan melatih pasien untuk kritis terpasang ventilator di ruang ICU RSUD dr.
toleransi perubahan posisi dari pada membiarkannya Moewardi Surakarta terdapat peningkatan pada
dalam posisi supine. Terapi rotasi dapat membantu parameter saturasi oksigen secara signifikan
pasien bertoleransi pada perpindahan karena (p=0,000).
kecepatan dari perpindahan terapi rotasi lebih Penelitian ini juga didukung oleh penelitan
lambat dari pada perpindahan secara manual Ozyurek (2012) yang berjudul “Respiratory and
(Vollman KM, 2013). Hemodinamic Response to Mobilization of
Critically ill Obese Patients” mobilisasi secara

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017


7
Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

signifikan dapat meningkatkan SpO2 p = 0,02 (p < kritis dengan penururnan kesadaran yang dirawat
0,05). Penelitian ini melakukan 37 sesi mobilisasi diruang ICU.
pada 31 responden yang mengalami obesitas. Untuk mengurangi faktor perancu
Sebelum dilakukan mobilisasi rata-rata nilai SpO2 (confounding factor) baik dari tim medis, responden
98% menjadi 99% setelah dilakukan mobilisasi. maupun peneliti disarankan peneliti selanjutnya
Mobilisasi memiliki manfaat yang berbeda memodifikasi penelitian tentang mobilisasi
pada tiap sistemnya. Pada sistem respirasi mobilisasi progresif ini dan memperdalam jangkauan
berfungsi meningkatkan frekuensi dan kedalaman penelitiannya bisa dengan menggunakan mobilisasi
pernapasan, meningkatkan ventilasi alveolar, progresif di ruangan lain atau pada pasien dengan
menurunkan kerja pernapasan dan meningkatkan diagnosa medis yang spesifik untuk memperhatikan
pengembangan diafragma. Sehingga pemberian status hemodinamik responden saat dilakukan
mobilisasi diharapkan mampu meningkatkan tindakan mobilisasi progresif.
transport oksigen ke seluruh tubuh pasien (Rifai A,
2015). Referensi
Saturasi oksigen merupakan salah satu Almeida, M Pavan, Rodringues. (2009. The
indikator dari status oksigenasi saat pasien di Hemodinamic, Renal Excretory and Humoral
Changes Induced By Resting in the Left Lateral
posisikan head of bed gravitasi menarik diafragma
Position in Normal Pregnant Women during
ke bawah sehingga memungkinkan ekspansi paru Gestation.
yang lebih baik saat klien berada dalam posisi head Aprilia M, Budi R. (2015). Pemeriksaasn neurologis
of bed. Sehingga proses pernapasan akan bekerja pada kesadaran menurun. CDK-233.; 42 no.10
baik(Kozier, 2009). Kemudian rotasi lateral Pengaruh Stimulasi Snesori terhadap Nilai GCS
dilakukan untuk meningkatakan ventilasi paru dan pada Pasien Cedera Kepala di Ruang Neuro
perfusi ke jaringan dan untuk mengoptimalkan Surgical Critical Care Unit RSUP Dr. Hasan
pertukaran gas. Rotasi Lateral selain meningkatkan Sadikin Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan.
fungsi fisiologis, mengurangi atelektasis, 2015 September; III (2).
meningkatkan mobilisasi, mencegah kerusakan Hudak, Gallo. (2010). Keperawatan Kritis
kulit, meningkatkan oksigenasi juga dapat Pendekatan Holistik Volume 2. 6th ed. Asih Y,
membantu pemulihan (Zakiyyah, 2014). editor. Jakarta: ECG
Berdasarkan uraian diatas mobilisasi progresif level Ignatius. (2012). Angka kematian pasien end stage
I dapat meningkatkan saturasi oksigen responden renal disease di ICU HCU RSUP dr. Kariadi
karena transport oksigen membaik. Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Semarang:
Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran
Simpulan dan Saran Iyer V, dkk. (2009). Validity of the Four Score Coma
Simpulan Scale in the Medical Intensive Care Unit. Mayo
Karakteristik jenis kelamin responden pada Clinic Proc.
penelitian ini mayoritas adalah perempuan, Kozier. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan
karakteristik responden terbanyak berada pada usia Klinis. 5th ed. Fruriolina A, editor. Jakarta: EGC
>65 tahun, dan karakteristik diagnosa responden Olviani Y. (2015). Pengaruh Pelaksanaan
paling banyak menderita stroke hemoragi. Hasil Mobilisasi Progressive Level I terhadap Nilai
penelitian menunjukkan ada pengaruh mobilisasi Monitoring Hemodinamika Non Invasive pada
progresif level I terhadap tekanan darah pada pasien Pasien Cerebral Injury di Ruang ICU RSUD
kritis dengan penurunan kesadaran. Tekanan darah Ulin Banjarmasin Tahun 2015. Diakses pada
antara sebelum dan setelah mobilisasi progresif level tanggal 12 September 2015
I terdapat peningkatan. Saturasi oksigen sebelum Ozyurex S, dkk. (2012). Respiratory Hemodinamic
dan setelah mobilisasi progresif level I terdapat Response to Mobilization of Critically ill Obese
peningkatan. Patients. Journal of Cardiopulmonary Physical
Theraphy. 2012; 23 No. 1
Saran Purnawan I. (2012). The Effect of Murotal Al-Quran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai stimulation to level of consciousness at
masukan intervensi keperawatan untuk hemorrhagic stroke patient in Goeteng
meningkatkan tekanan darah dan SpO2 pada pasien Taroenadibrata Hospital Purbalingga. Laporan

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017


8
Pengaruh mobilisasi progresif terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen

Penelitian Purwokerto: Universitas Soedirman,


Lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat
Rahmati A. (2016). Mobilisasi Progresif terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pasien di Intensive
Care Unit (ICU). Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan. Diakses pada tanggal 12 Februari
2016.
Ratnasari P. (2012). Hubungan antara tingkat
ketergantungan activity daily living dengan
depresi pada pasien stroke di RSUD Tugurejo
Semarang. Karya Ilmiah S1 Keperawatan.
Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Telogorejo Semarang, Keperawatan; 2012
Regina E, Fernacche F, Freitas D. (2012). Effect of
Passive Mobilization on Acute Hemodynamic
Response in Mechanically Ventilated Patients.
24(1), 72-78
Rihiantoro T, Nurachmah E, Hariyati TS. (2008).
Pengaruh Terapi Musik terhadap status
hemodinamika pasien koma di ruang ICU
sebuah rumah sakit di Lampung. Jurnal
Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 12
Juli 2008
Setiyawan. (2016). Mean Arterial Non Invasive
Blood Pressure (MAP-NIBP) pada Lateral
Position Dalam Perawatan Intensif: Studi
Literature. Universty Research Colloquium.
2016; 3
Sunaryo A, Redjeki IS, Bisri T. (2012).
Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA
scores untuk memperkirakan mortalitas pasien
yang dilakukan di ruang perawatan intensive.
Majalah Kedokteran Terapi Intensive. Vol. 2 No.
Diakses 20 Januari 2012
Syifa Z. (2014). Pengaruh Mobilisasi Progresif
Level 1 Terhadap Resiko Dekubitus dan
Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis
Terpasang Ventilator di Ruang ICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro, Pascasarjana; 2014
Vollman KM. (2013). Understanding critically ill
patients’ hemodynamic response to
mobilization: Using the evidence to make it safe
and feasible. Critical Care Nursing Quarterly.
2013 January; Vol. 36 No. 1, pp. 17-27

Nomor 1, Volume 1, Issue 1, Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai