Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I Terhadap Respirasi Rate (RR) Pasien Kritis di

ICU RS Indriati Solo Baru

Angga Arinda Tri Murti Nugroho1, Setiyawan2, Maria Wisnu Kanita3


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Pasien kritis yang menjalani perawatan di ICU memiliki berbagai kondisi yang
mengharuskan pasien untuk bed rest. Mobilisasi progresif level I akan mempengaruhi
saturasi oksigen yang akan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan,
meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan dan meningkatkan
pengembangan diafragma. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi
progresif level I terhadap Respirasi Rate (RR) pasien kritis di ICU RS Indriati Solo Baru.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian pre eksperimen design dengan desain one group pre test-post test design.
sampel yang digunakan sebanyak 23 responden. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 15
Maret – 15 Mei 2020 di Ruang ICU RS Indriati Solo Baru. Alat penelitian menggunakan
alat pengukur respirasi rate menggunakan Bedside Monitor Philips tipe model MX450,
No seri DE5177527 dan lembar observasi. analisis yang digunakan statistic non
parametrik yaitu analisis Wilcoxon Signed Rank Test
Hasil analisis Respirasi Rate (RR) pretest yaitu nilai rata-rata 16 x/menit,.
Respirasi Rate (RR) posttest yaitu nilai rata-rata 17 x/menit,. Kesimpulan Ada pengaruh
mobilisasi progresif level I terhadap Respirasi Rate (RR) pasien kritis di ICU RS Indriati
Solo Baru dengan signifikan 0,000 < 0,05. Saran bagi perawat diharapkan perawat dapat
memantau status hemodinamik pasien dikarenakan status hemodinamik merupakan suatu
teknik pengkajian pada pasien kritis dan dapat memberikan mobilisasi progresif level I
sehingga mempengaruhi frekuensi dan kedalaman pernafasan serta menurunkan kerja
pernafasan

Kata Kunci : Mobilisasi progresif level I, Respirasi Rate (RR), pasien kritis
Dafta Pustaka : 26 literatur (2011-2018)

1
The Effect of Level I Progressive Mobilization on Respiration Rate (RR) of Critical
Patients at the ICU Indriati Hospital Solo Baru

Angga Arinda Tri Murti Nugroho1, Setiyawan2, Maria Wisnu Kanita3


1)
Bachelor of Nursing Study Program Student at University Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Bachelor of Nursing Study Program Lecturer at University Kusuma Husada Surakarta

Abstract

Critical patients who undergo treatment in the ICU have various conditions that
require patients to have bed rest. Level I progressive mobilization will affect oxygen
saturation which will increase the frequency and depth of breathing, increase alveolar
ventilation, decrease the work of breathing and increase diaphragmatic expansion. The
purpose of this study was to determine the effect of level I progressive mobilization on the
Respiration Rate (RR) of critical patients at the ICU Indriati Hospital Solo Baru.
This type of research is quantitative research with pre-experimental research
design with one group pre-test-post-test design. The sample used was 23 respondents.
This research was conducted on March 15 - May 15 2020 in the ICU Room at Indriati
Hospital Solo Baru. The research tool uses a respiration rate measuring device using a
Philips Bedside Monitor type model MX450, serial No DE5177527 and an observation
sheet. The analysis used non-parametric statistics, namely the Wilcoxon Signed Rank Test
analysis.
The results of the pretest Respiration Rate (RR) analysis were the average value of
16 x / minute. Posttest Respiration Rate (RR) is an average value of 17 x / minute.
Conclusion There is an effect of level I progressive mobilization on the Respiration Rate
(RR) of critical patients in the ICU Indriati Solo Baru Hospital with a significant 0.000
<0.05. Suggestions for nurses are expected that nurses can monitor the patient's
hemodynamic status because hemodynamic status is an assessment technique in critical
patients and can provide level I progressive mobilization so that it affects the frequency
and depth of breathing and reduces the work of breathing.

Keywords : Level I progressive mobilization, Respiration Rate (RR), critical


patients
Bibliography : 26 literatures (2011-2018)

2
LATAR BELAKANG mengalir ke seluruh tubuh (Hartoyo,
Perawatan pasien kristis yang 2017).
dilakukan di ruang intensif untuk Pasien kritis yang mengalami
menjamin jalan nafas dan ventilasi penurunan kesadaran akan
adekuat sehingga oksigenasi dapat mengakibatkan penurunan kemampuan
dipenuhi dengan baik dan dimonitor secara aktif yang dapat mengganggu
dengan pemeriksaan AGD, untuk sirkulasi darah dan kerja jantung. Ketika
mencapai tujuan tersebut perlu hal itu tidak teratasi pasien akan
dilakukan intubasi dan pemasangan mengalami kegagalan fungsi organ
ventilator Ventilator atau ventilasi multiple yang meliputi Dissaminated
mekanik adalah alat bantuan pernapasan Intrvascular Coagulation (DIC),
yang memberikan tekanan positif Systemic Inflam-matory Response
melaluijalan nafas buatan (Sukarja, Symdrome (SIRS) SEPSIS, Multipel
2013). Organ Dysfunction Syndeome MODS
American Association of Critical (Suyanti, 2019). Oleh karena itu,
Care Nurses (AACN) memperkenalkan penilaian dan penanganan hemodinamik
intervensi mobilisasi progresif yang merupakan bagian penting pada pasien
terdiri dari beberapa tahapan: Head of ICU. Komponen pemantauan
Bed (HOB), latihan Range of Motion hemodinamik meliputi tekanan darah,
(ROM) pasif dan aktif, terapi lanjutan heart rate, indikator perfusi perifer,
rotasi lateral, posisi tengkurap, pernapasan, produksi urine, saturasi
pergerakan melawan gravitasi, posisi oksigen dan GCS (Hartoyo, 2017).
duduk, posisi kaki menggantung, berdiri Respiratory Rate (RR) adalah
dan berjalan. Mobilisasi progresif yang jumlah siklus pernafasan (inspirasi dan
diberikan kepada pasien diharapkan ekspirasi penuh) yang dihitung dalam
menimbulkan respon hemodinamik yang waktu 1 menit atau 60 detik. Pernapasan
baik. Pada posisi duduk tegak kinerja (respirasi) adalah peristiwa mengirup
paru-paru baik dalam proses distribusi udara yang mengandung oksigen dari
ventilasi serta perfusi akan membaik luar tubuh hingga ke dalam tubuh serta
selama diberikan mobilisasi. Proses mengeluarkan karbondioksida dai dalam
sirkulasi darah juga dipengaruhi oleh tubuh keluar tubuh. Sistem pernapasan
posisi tubuh dan perubahan gravitasi berperan menyediakan oksigen dan
tubuh. Sehingga perfusi, difusi, mengeluarkan karbondioksida, proses
distribusi aliran darah dan oksigen dapat bernafas berlangsung dengan dukungan

3
sistim saraf pusat dan system pembuluh darah menjadi elastis dan
kardiovaskuler (Jannah, 2017). terjadi fase dilatasi pada pembuluh
Frekuensi pernafasan merupakan salah darah maka aliran darah menuju
satu komponen tanda vital, yang bisa kejantung menjadi lancar yang
dijadikan indikator untuk mengetahui menyebabkan kerja jantung meningkat
kondisi pasien, terutama kondisi pasien sehingga kemampuan jantung dalam
kritis. frekuensi pernafasan merupakan memompa darah meningkat kemudian
prediktor yang baik untuk mengetahui terjadi peningkat-an tekanan darah.
outcome pasien (Ristanto, 2018). Perubahan posisi lateral atau miring
Mobilisasi progresif level I akan mempengaruhi aliran balik darah yang
mempengaruhi saturasi oksigen yang menuju ke jantung sehingga terjadi
akan meningkatkan frekuensi dan peningkatan volume jantung oleh karena
kedalaman pernafasan, meningkatkan itu kemampuan jantung dalam
ventilasi alveolar, menurunkan kerja memompa darah meningkat (Suyanti
pernafasan dan meningkatkan dkk, 2019).
pengembangan diafragma. Mobilisasi Terdapat berbagai penelitian dan
progresif dapat mempengaruhi tekanan studi yang membahas tentang
darah hal ini dikarenakan setelah penggunaan posisi untuk mengatasi
diberikan mobilisasi progresif level 1 berbagai masalah pernapasan pada
pada posisi head of bed menunjukkan pasien dengan bermacam-macam kasus
aliran balik darah dari bagian inferior di luar negeri. Penelitian
menuju ke atrium kanan cukup baik Moaty,Mokadem dan Elhy (2017)
karena resistensi pembuluh darah dan tentang efek posisi semi fowler terhadap
tekanan atrium kanan tidak terlalu oksigenasi dan status hemodinamik pada
tinggi, sehingga volume darah yang pasien dengan cedera kepala
masuk (venous return) ke atrium kanan menunjukan bahwa posisi semi fowler
cukup baik dan tekanan pengisian dengan elevasi 30° memiliki dampak
ventrikel kanan (preload) meningkat, positif terhadap pernapasan dengan hasil
yang dapat mengarah pada peningkatan terjadinya peningkatan PaO2, SaO2, dan
volume jantung dan cardiac output RR serta penurunan PaCO2. Menurut
(volume darah yang dipompakan Rahmanti (2016), mobilisasi progressive
ventrikel kiri ke aorta setiap menit), saat mengahsilkan metabolism jantung yang
diberikan ROM pasif pada ekstremitas rendah sehingga peningkatan tekanan
atas dan ekstremitas bawah maka darah belum terjadi secara maksimal.

4
Pemberian mobilisasi diharapkan dapat paru sebanyak 25 pasien (27,5%), dan
meningkatkan transport oksigen dari penyakit infeksi sebanyak 24 pasien
pasien. Mobilisasi pasien di ICU dapat (26,4%). Pasien kritis di RS Indriti Solo
dilihat sebagai proses rehabilitasi dini baru pada saat masuk diberikan terapi
untuk mempertahankan kekuatan otot fisik diberikan pada pasien yang
dan untuk mencegah perubahan yang mempunyai keterbatasan untuk
buruk dalam respon kardiovaskuler melakukan pencapaian aktivitas. Terapi
selain itu, hal ini diharapkan dapat okupasi dilakukan untuk memenuhi
mempercepat proses penyapihan dan ADL secara mandiri dan menjalankan
mempersingkat lama rawat di ICU. mobilisasi dini dan program berjalan
Hasil penelitian didukung pasien kritis di ICU. Berdasarkan uraian
penelitian yang dilakukan Suryanti tersebut peneliti akan melakukan
(2018) dengan hasil terdapat pengaruh penelitian dengan judul “Pengaruh
mobilisasi progresif level I terhadap Mobilisasi Progresif Level I terhadap
saturasi oksigen (p value < 0,001). Respirasi Rate (RR) pasien kritis di ICU
Mobilisasi progresif level I dapat RS Indriati Solo Baru”.
meningkatkan tekanan darah dan Tujuan umum dalam penelitian
saturasi oksigen pasien dengan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penurunan kesadaran. Sehingga mobilisasi progresif level I terhadap
mobilisasi progresif level I dapat Respirasi Rate (RR) pasien kritis di ICU
dijadikan salah satu intervensi RS Indriati Solo Baru.
keperawatan untuk meningkatkan
tekanan darah dan saturasi oksigen METODOLOGI PENELITIAN
pasien dengan penurunan kesadaran Jenis penelitian yang digunakan
yang mudah dan aman. adalah penelitian kuantitatif dengan
Hasil studi pendahuluan yang rancangan penelitian pre eksperimen
dilakukan peneliti di bulan November design dengan desain one group pre
pada tiga bulan terakhir terdapat 91 test-post test design. sampel yang
pasien kritis di Ruang ICU RS Indriati digunakan sebanyak 23 responden.
Solo Baru. Berdasarkan data rekam Penelitian ini telah dilaksanakan pada 15
medis pasien serangan jantung Maret – 15 Mei 2020 di Ruang ICU RS
menduduki peringkat pertama di Ruang Indriati Solo Baru. Alat penelitian
ICU RS Indriati Solo Baru sebanyak 42 menggunakan alat pengukur respirasi
pasien (46,1%), pasien dengan penyakit rate menggunakan Bedside Monitor

5
Philips tipe model MX450, No seri sistem pembuluh perifer. Perubahan
DE5177527 dan lembar observasi. yang terjadi seperti aterosklerosis,
analisis yang digunakan statistic non kehilangan elastisitas jaringan
parametrik yaitu analisis Wilcoxon penghubung dan menurunnya relaksasi
Signed Rank Test otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh
HASIL PENELITIAN DAN darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
PEMBAHASAN besar berkurang kemampuannya dalam
1. Karakteristik Responden mengakomodasi volume darah yang
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi umur dipompa oleh jantung (volume
responden (n= 23)
sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan
Std.
Variabel Mean MiN Max
Deviasi perifer. Perubahan tersebut juga
Umur 48,8 30 65 8,14
mengakibatkan kontraktilitas
Sumber: Data Primer (2020)
miokardium. Salah satu perubahan yang
Hasil penelitian menunjukkan rata-
disebabkan karena usia adalah respon
rata umur responden 48,8 tahun, umur
fisik dan stres emosional menurunkan
minimum 30 tahun dan umur maximum
curah jantung dan volume sekuncup
65 tahun serta standar deviasi 8,14
yang disebabkan oleh penurunan
Menurut Hartoyo (2012), semakin tua
kontraktilitas dan respon denyut jantung
umur seseorang maka akan mengalami
meningkat.
perubahan fisiologis karena proses
Menurut peneliti usia responden
penuaan. Perubahan tersebut akan
dalam penelitian ini merupakan usia
berimbas pada kesehatan seseorang.
lansia dimana secara struktur anatomi
Penyebab utama kematian adalah
maupun fungsional terjadi kemunduran
penyakit-penyakit jantung, neoplasma
(degenerasi) pada banyak organ dan
maligna, cedera cerebrovascular, dan
system yaitu menurunnya daya tahan
penyakit obstruksi menahun.
tubuh atau imunitas sehingga sangat
Menurut Febtrina dan Eka
rentan terhadap penyakit, kapasitas vital
Malfasari (2018), usia yang semakin
paru menurun, indeks cardiac menurun
menua menjadikan tekanan darah
sehingga mudah terjadi sesak bila
meningkat hal ini disebabkan karena
beraktivitas.
perubahan struktur dan fungsional pada

6
Hasil penelitian menunjukkan
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi jenis Respirasi Rate (RR) pretest pasien kritis
kelamin (n = 23)
dengan ventilasi mekanik yaitu nilai
Jenis Frekuensi
No Persentase rata-rata 16 x/menit, rata-rata minimum
Kelamin (F)
(%)
1 Laki-laki 13 56,5 sebesar 14 x/menit, serta nilai rata-rata
2 Perempuan 10 43,5 maksimum 19 x/menit dan standar
Total 23 100
Sumber: Data Primer (2020) deviasi 1.53. Menurut Lestari (2017),

Hasil penelitian diketahui diketahui pasien dengan fase kritis dengan satu

responden kebanyakan adalah laki-laki atau lebih gangguan fungsi sistem organ

sebanyak 13 responden (56,5%). Hasil vital manusia yang dapat mengancam

ini sejalan dengan penelitian yang kehidupan serta memiliki morbiditas dan

dilakukan Sarmana (2018), mortalitas tinggi, sehingga

menunjukkan bahwa jumlah pasien laki– membutuhkan suatu penanganan khusus

laki yang dirawat di ICU adalah dan pemantauan secara intensif. Pasien

sebanyak 43 orang (52,4%) dan kritis memiliki kerentanan yang

perempuan sebanyak 39 orang (47,6%) berbeda. Kerentanan itu meliputi

dari keseluruhan sampel sebanyak 82 ketidakberdayaan, kelemahan dan

orang. ketergantungan terhadap alat bantu.

Hasil penelitian didukung Hasil di dukung penelitian Agustin

penelitian yang dilakukan oleh Armiati dkk (2020), dengan judul Pengaruh

di ICU RSUP DR. Kariadi Semarang Mobilisasi Progresif Terhadap Status

pada Periode Januari – Mei 2014 Hemodinamik Pada Pasien Kritis Di

didapati persentase pasien ICU jenis Intensive Care Unit, rerata Respiratory

kelamin laki-laki adalah 52 orang Rate (RR) sebelum mobilisasi progresiv

(53,1%) dan persentase jenis kelamin adalah mean=18,6 dengan median=18,3,

perempuan adalah 46 orang (46,9%). SD=3,4, min=14 serta max=25,3.

Respirasi Rate (RR) Sedangkan kadar Respirasi Rate

Tabel 4.4 Respirasi Rate (RR) (RR) posttest yaitu nilai rata-rata 17
(n= 23) x/menit, rata-rata minimum sebesar 15
Variabel x/menit, nilai rata-rata maksimum 20
Respirasi Std.
Mean Min Max x/menit dan standar deviasi 1.53. Hasil
Rate Deviasi
(RR)
penelitian ini sejalan penelitian yang
Pretest 16 14 19 1.53
Posttest 17,2 15 20 1.53 dilakukan Agustin dkk (2020), rerata
Sumber: Data Primer (2020) Respiratory Rate (RR) sesudah

7
mobilisasi progresif adalah mean=19,9 alveolar, menurunkan kerja pernapasan
dengan median=19,7, SD=3,1, min=15,3 dan meningkatkan pengembangan
serta max=26,3.Dalam penelitian ini diafragma. Sehingga pemberian
mobilisasi progresif level I yang terdiri mobilisasi diharapkan mampu
0
dari Head of Bed 30 (posisi semifowler meningkatkan transpor oksigen ke
300), kemudian melakukan ROM pasif seluruh tubuh pasien.
(ekstremitas atas : fleksi dan ekstensi Penanganan hemodinamik pasien
jari tangan, fleksi dan ekstensi ICU bertujuan memperbaiki
pergelangan tangan, adduksi dan penghantaran oksigen dalam tubuh yang
abduksi pergelangan tangan, fleksi dan dipengaruhi oleh curah jantung,
ekstensi siku, fleksi dan ekstensi bahu; haemoglobin dansaturasioksigen.
ekstemitas bawah : fleksi dan ekstensi Apabila penghantaran oksigen
jari kaki, dorsofleksi, plantarfleksi, mengalami gangguan akibat curah
fleksi dan ekstensi lutut, adduksi dan jantung menurun diperlukan penanganan
abduksi kaki) setiap gerakan dilakukan yang tepat (Setiyawan, 2016). Menurut
pengulangan sebanyak 5 (lima) kali Hartoyo (2017), mobilisasi memiliki
Hasil penelitian didukung manfaat yang berbeda pada tiap
penelitian yang dilakukan Aini (2012), sistemnya. Pada sistem respirasi
menunjukkan bahwa dari 22 responden mobilisasi berfungsi meningkatkan
sebagian besar responden setelah frekuensi dan kedalaman pernapasan,
dilakukan pemberian posisi semi fowler, meningkatkan ventilasi alveolar,
responden dengan pernafasan Normal menurunkan kerja pernapasan dan
16-24x/menit sebanyak 15 orang meningkatkan pengembangan
(68,2%). Setelah dilakukan pemberian diafragma. Sehingga pemberian
posisi semi fowler pada responden mobilisasi diharapkan mampu
terdapat perubahan respiratory pada meningkatkan transpor oksigen ke
responden setelah dilakukan tindakan seluruh tubuh pasien. Pengaruh ini dapat
posisi semi fowler. terjadi karena ketika pasien diberikan
Menurut Hartoyo (2017), perubahan posisi maka secara fisiologis
mobilisasi memiliki manfaat yang tubuh akan beradaptasi untuk
berbeda pada tiap sistemnya. Pada mempertahankan kardiovaskular
system respirasi mobilisasi berfungsi homeostatis. Sistem kardiovaskular
meningkatkan frekuensi dan kedalaman biasanya melakukan penyesuaian
pernapasan, meningkatkan ventilasi dengan dua cara yaitu dengan perubahan

8
volume plasma yang dapat kritis menekankan perawat untuk fokus
menyebabkan transmisi pesan kepada terhadap stabilisasi kondisi respirasi,
sistem saraf autonomic untuk merubah sirkulasi, dan status fisiologis lainnya
elastisitas pembuluh darah, atau dengan untuk mempertahankan kehidupan
respon yang diberikan oleh telinga pasien. Hal ini menyebabkan mobilisasi
bagian dalam atau respon vestibular terkadang terlewatkan oleh perawat
yang mempengaruhi sistem (Nofianto, 2016).
kardiovaskular selama perubahan posisi. Pada pasien kritis konsekuensi
0
Menurut peneliti pada 30 (posisi terbesar dari bedrest atau imobilisasi
semifowler 300), kemudian melakukan adalah sistem pernafasan meliputi
ROM pasif kinerja paru-paru baik dalam pengembangan kompresi atelectasis dari
proses distribusi ventilasi serta perfusi pembentukan edema dengan pasien
akan membaik selama diberikan posisi supine dan kelemahan fungsi
mobilisasi. Proses sirkulasi darah juga paru, reflek batuk, dan drainase tidak
dipengaruhi oleh posisi tubuh dan bekerja dengan baik ketika pasien dalam
perubahan gravitasi tubuh. posisi supine (Vollman, 2010). Menurut
Pasien yang dirawat di ruang Ristanto (2018), respirasi, umumnya
Intensive Care Unit (ICU) merupakan dilakukan melalui pengukuran RR.
pasien kritis yang dalamkeadaant Frekuensi pernafasan merupakan salah
erancamjiwanyakarena kegagalan atau satu komponen tanda vital, yang bisa
disfungsi pada satu atau multipelorgan dijadikan indikator untuk mengetahui
yang disertai gangguan hemodinamik. kondisi pasien, terutama kondisi pasien
Pasien kritis dalam keadaan penurunan kritis. Menurut Perry & Potter (2015),
kesadaran memiliki keterbatasan. Pasien Respiratory Rate (RR) adalah jumlah
kritis atau membutuhkan perawatan dan siklus pernafasan (inspirasi dan ekspirasi
pemantauan yang cukup ketat dari penuh) yang dihitung dalam waktu 1
tenaga medis. Mulai dari pasien yang menit atau 60 detik.
baru saja menjalani operasi, kecelakaan,
atau mengalami cedera di kepala
(Maulana, 2019). Pasien kritis yang
menjalani perawatan di ICU memiliki
berbagai kondisi yang mengharuskan
pasien untuk bed rest. Kompleksitas
program terapi dan pemantuan pasien

9
2. Analisis bivariate adalah kegiatan fundamental
Tabel 4.6 Uji Analisis Wilcoxon Signed keperawatan yang membutuhkan
Rank Test (n = 23)
pengetahuan dan ketrampilan untuk
Mean Postest – Pretest Signifikan
Pretest Posttest N (p) menerapkan secara efektif untuk pasien
16 17.2 Negative Ranks 0a 0,000 sakit kritis. Mobilisasi dapat
Positive Ranks 23b
Ties 0c menghasilkan outcome yang baik bagi
Total 23 pasien seperti meningkatkan pertukaran
gas, mengurangi angka VAP,
Hasil penelitian menunjukkan ada
mengurangi durasi penggunaan
pengaruh mobilisasi progresif level I
ventilator, dan meningkatkan
terhadap Respirasi Rate (RR) pasien
kemampuan fungsional jangka panjang
kritis di ICU RS Indriati Solo Baru.
Hasil analisis data Wilcoxon
Menurut Suyanti (2019), akibat dari
dengan signifikan 0,000 < 0,05,
imobilisasi terhadap sistem pernapasan
sehingga dapat dikatakan ada pengaruh
adalah menurunnya gerak pernapasan,
mobilisasi progresif level I terhadap
penumpukan sekret dan atelektasis.
Respirasi Rate (RR) pasien kritis di ICU
Penurunan gerak pernapasan ini dapat
RS Indriati Solo Baru.
disebabkan oleh pembatasan gerak,
Hasil ini didukung penelitian Aini
hilangnya koordinasi otot atau karena
(2014) dengan hasil ada pengaruh
jarangnya otot tersebut digunakan.
pemberian posisi semi fowler terhadap
Penumpukan sekret pada saluran
respiratory rate pada pasien
pernapasan normalnya dapat
tuberkulosis paru di ruang Flamboyan
dikeluarkan pada perubahan posisi atau
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Hasil
postur tubuh, serta dengan batuk, pada
sejalan dengan penelitian yang
kondisi imobilisasi sekret berkumpul
dilakukan Agustin dkk (2020) dengan
pada jalan napas akibat gravitasi
hasil ada perbedaan bermakna antara
sehingga mengganggu proses per-
Heart Rate (HR), Respiratory Rate
tukaran oksigen dan karbondioksida di
(RR), saturasi oksigen (Sa), Tekanan
alveoli, selain itu upaya batuk untuk
Darah (BP) dan Mean Arterial Pressure
mengeluarkan sekret juga terhambat
(MAP) sebelum dan sesudah mobilisasi
karena melemahnya tonus otot-otot
progresif dengan dengan p value 0,000
pernapasan. Atelektasis adalah kolaps-
dan 0,037 (p < 0,05). Respiratory Rate
nya alveoli akibat tersumbat pada
(RR) dengan nilai p value = 0,000 (p
bronkus atau bronkiolus. Mobilisasi
<0,05).

10
Menurut Suyanti (2018), sistem saraf autonomic untuk merubah
mobilisasi progresif level 1 pada posisi elastisitas pembuluh darah, atau dengan
Head of Bed, gravitasi akan menarik respon yang diberikan oleh telinga
diafragma kebawah sehingga terjadi bagian dalam atau respon vestibular
ekspansi paru (menyebarnya oksigen yang mempengaruhi sistem
dalam paru-paru) yang lebih baik kardiovaskular selama perubahan posisi.
sehingga oksigen yang diikat oleh Pasien sakit kritis pada umumnya
hemoglobin meningkat maka terjadi memiliki elastisitas pembuluh darah
peningkatan nilai saturasi oksigen, pada yang jelek, siklus umpan balik
saat diberikan ROM pasif pada autonomic yang tidak berfungsi dan atau
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah cadangan kardiovaskular yang rendah.
maka kebutuhan oksigen dalam sel Seringnya, pasien ditinggalkan pada
meningkat, sebagai respon normal dari posisi tidak berubah untuk periode
jantungakan meningkatkan kerja jantung waktu yang lama dan menetapkan
sehingga hemoglobin yang mengikat sebuah “gravitasi equilibrium” dari
oksigen juga maningkat untuk waktu ke waktu, sehingga semakin sulit
memenuhi kebutuhan oksigen dalam sel untuk beradaptasi perubahan posisi.
oleh karena itu nilai saturasi oksigen Untuk pasien-pasien yang status
juga meningkat. Kemudian saat pasien hemodinamiknya tidak seimbang yang
diberikan posisi miring kanan dan tidak bisa berpindah secara manual,
miring kiri maka akan terjadi solusi yang dapat disarankan adalah
peningkatan ventilasi paru dan dengan melatih pasien untuk toleransi
pertukaran gas akan lebih optimal dan perubahan posisi dari pada
mem-perbaiki nilai saturasi oksigen. membiarkannya dalam posisi supine.
Menurut Hartoyo (2018), pengaruh Terapi rotasi dapat membantu pasien
ini dapat terjadi karena ketika pasien bertoleransi pada perpindahan karena
diberikan perubahan posisi maka secara kecepatan dari perpindahan terapi rotasi
fisiologis tubuh akan beradaptasi untuk lebih lambat dari pada perpindahan
mempertahankan kardiovaskular secara manual.
homeostatis. Sistem kardiovaskular
biasanya melakukan penyesuaian
dengan dua cara yaitu dengan perubahan
volume plasma yang dapat
menyebabkan transmisi pesan kepada

11
SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Agustin, Wahyu Rima, dkk (2020)
Diketahui responden rata-rata umur Pengaruh Mobilisasi Progresif
Terhadap Status Hemodinamik
responden 48,8 tahun, umur minimum
Pada Pasien Kritis Di Intensive
30 tahun dan umur maximum 65 tahun Care Unit. Avicenna Journal of
Health Research . Vol 3 No 1.
serta standar deviasi 8,50. kebanyakan
Maret 2020 (19 – 26)
adalah laki-laki sebanyak 13 responden
Hartoyo, Mugi (2017) Pengaruh
(56,5%), kebanyakan responden dengan
Mobilisasi Progresif Level I
tingkat pendidikan SMA sebanyak 11 Terhadap Tekanan Darah Dan
Saturasi Oksigen Pasien Kritis
responden (47,8%).
Dengan Penurunan Kesadaran
Respirasi Rate (RR) pretest yaitu JurnalPerawat Indonesia,
Volume1No 1, Hal 1-10, Mei 2017
nilai rata-rata 16 x/menit, rata-rata
e-ISSN 2548-7051. Persatuan
minimum sebesar 14 x/menit, serta nilai Perawat Nasional Indonesia Jawa
Tengah. Diakses 24 Nopember
rata-rata maksimum 19 x/menit dan
2019
standar deviasi 1.53.
Lestari, Apriliya Endang (2017).
Respirasi Rate (RR) posttest yaitu
Pengaruh Mobilisasi Progresif
nilai rata-rata 17 x/menit, rata-rata Terhadap Status Hemodinamik
Pada Pasien Kritis di ICU RSUD
minimum sebesar 15 x/menit, nilai rata-
Karanganyar Lestari
rata maksimum 20 x/menit dan standar digilib.stikeskusumahusada.ac.id ›
download. Diakses 3 Desember
deviasi 1.53.
2019
Ada pengaruh mobilisasi progresif
Maulana, Hafizh Ridwan (2019).
level I terhadap Respirasi Rate (RR)
Prevalensi Kandidiasis Invasif di
pasien kritis di ICU RS Indriati Solo Unit Perawatan Intensif Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Baru dengan signifikan 0,000 < 0,05
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia |
Diharapkan untuk peneliti Vol. 6, No. 1 | Maret 2019. Diakes
5 Desember 2019
selanjutnya yang hendak melakukan
penelitian yang serupa tentang) dengan Majompoh, Rondonuwu dan Onibala
(2013) Pengaruh Pemberian Posisi
menambah variabel penelitian lain
Semi Fowler Terhadap Kestabilan
sehingga didapatkan hasil penelitian Pola Napas Pada Pasien TB Paru di
Irina c5 RSUP Prof dr. R. D.
yang lebih baik lagi.
Kandou Manado ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 3.
Nomor 1 Februari 2013. Diakes 5
Desember 2019

12
Nofianto, Muhamat (2016). Pengaruh Tindakan Mobilisasi Dini Terhadap
Denyut Jantung dan Frekuensi Suryani, (2012). Aspek Psikososial
Pernapasan pada Pasien Kritis di Dalam Merawat Pasien Kritis.
ICU RSUD Sleman Yogyakarta. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. UNPAD
3, Desember 2019 Suyanti, (2019) Pengaruh Mobilisasi
Progresif Level 1 Terhadap
Ristanto, Riki (2018). Hubungan Tekanan Darah Dan Saturasi
Respiratory Rate (RR) dan Oxygen Oksigen Pasien Dengan Penurunan
Saturation (SpO2) Pada Klien Kesadaran. Indonesian Journal for
Cedera Kepala. Jurnal Keperawatan Health Sciences Vol. 3, No. 2,
Poltekkes RS. dr. Soepraoen September 2019, Hal. 57-63 ISSN
Malang. Diakses 22 Desember 2549-2721 (Print), ISSN 2549-2748
2019 (Online) 57
journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS
Sonata, Wendi Era (2015). Rancang
Bangun Alat Ukur Laju Pernapasan Zakiyyah, (2014). Pengaruh Mobilisasi
Manusia Berbasis Mikrokontroler Progresife Level 1 terhadap resiko
ATmega8535Jurnal Fisika Unand dekubitus dan perubahan saturasi
Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN oksigen pada pasien kritis terpasang
2302-8491. Diakes 5 Desember ventilator di ruang ICU RSUD Dr.
2019 Moewardi Surakarta. Penelitian
Keperawatan

13

Anda mungkin juga menyukai