Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

ANALISIS DAN TELAAH JURNAL

Dosen Pengampu : Setiyawan S.Kep.,Ners. M.Kep

Disusun Oleh :

Nama : Dwi Setyaaji

NIM : S20010

Kelas : S20A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2023/2024

1
Analisis Jurnal

Pengarang :Mugihartadi, Mei Rika Handayani

Tahun : 2020

Judul Artikel : Pemberian Terapi Oksigenasi Dalam Mengurangi


Ketidakefektifan Pola Pola Nafas Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF)
Di Ruang ICU/ICCU RSUD D. Soedirman Kebumen.

Penerbit/Nama Jurnal : Nursing Scirnce Journal (NSJ) Volume 1, Nomor 1


Juni 2020 | p-ISSN : 2722-4988 e-ISSN : 2722-5054

Latar Belakang

Gagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan


ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal jantung
menjadi penyakit yang terus meningkat terutama pada lansia. Pada Congestive
HeartFailure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena
yang adekuat (Asmoro, 2017).

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih


tepatnya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang
tinggi, menurut data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007
dilaporkan bahwa Congestive Heart Failure (CHF) mempengaruhi lebih dari 20
juta pasien di dunia dan meningkat seiring pertambahan usia dan pada
umumnya mengenai pasien dengan usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan
presentase sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita.
Pada tahun 2030 WHO memprediksi bahwa peningkatan penderita Congestive
Heart Failure (CHF) mencapai 23 juta jiwa di dunia. Congestive Heart Failure
(CHF) merupakan salah satu masalah khas utama pada beberapa negara industri
maju dan Negara berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012).

2
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2015)
menunjukan Penyakit jantung di Indonesia sendiri merupakan penyakit
tertinggi kedua setelah penyakit hipertensi. Diperkirakan dari tahun 2015
adalah 603.840 kasus dan 18,33% dari kasus tersebut ialah klien dengan
penderita penyakit jantung. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064
individu di Indonesia menderita penyakit jantung.Masalah keperawatan yang
muncul pada pasien dengan gagal jantung adalah resiko tinggi penurunan curah
jantung, nyeri dada, resiko tinggi gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan
pola napas, kelebihan volume cairan, intoleransi aktifitas. Pada pasien gagal
jantung dengan pola nafas tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru sehinggaterjadi peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan
paru (Retno dkk, 2016).

Menurut Retno, dkk (2016) pada pasien CHF sering kesulitan


mempertahankan oksigenasi sehingga mereka cenderung sesak nafas.
Mengingat masih banyaknya penderita gagal jantung kongestif dengan pola
nafas tidak efektif yang masih kurang tertangani oleh tenaga medis sehinga
penulis tertarik untuk mengambil judul “Pemberian Terapi Oksigenasi dalam
Mengurangi Ketidakefektifan Pola Nafas pada Pasien Congestive Heart Failure
(CHF) di Ruang ICU/ICCU RSUD DR. Soedirman Kebumen”

Tujuan penelitia

Mengetahui penerapan pemberian terapi oksigenasi dalam mengurangi


ketidakefektifan pola nafas pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di
Ruang ICU/ICCU RSUD dr. Sordirman Kebumen

Pertanyaan penelitian

Adakah pengaruh pemberian terapi oksigenasi dalam memengaruhi


ketidakefektifan pola nafas pads pasien CHF di Ruang ICU/ICCU RSUD dr.
Soedirman Kebumen ?

Desain penelitian

Desain penelitian menggunakan desain deskriptif dengan desain pendekatan


studi kasus

3
Metodologi penelitian.

Kualittatif bersifat deskriptif Dengan metode pendekatan studi kasus

Lokasi penelitian :

Diruang ICU/ICCU RSUD DR. Soedirman Kebumen

Karakteristik responden:

Klien yang mengalami gagal jantung kongestif dengan kriteria mengalami


sesak nafas dan kesadaran composmentis

Jumlah Responden:

Subjek dalam peneliti adah dua orang klien

Teknik Sampling :

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen


khususnya di ruang ICCU. Waktu penelitian studi kasus ini dimulai pada
tanggal 26 – 28 Juni 2019 untuk partisipan I (Tn.S) dan pada tanggal 27 – 29
Juni 2019 untuk partisipan II (Tn.P) Waktu untuk studi kasus selama 3 hari
untuk partisipan pertama dan 3 hari untuk partisipan yang kedua

Variabel yang diukur/diteliti :

1. Pemeriksaan fisik
2. Pengukuran aat pemriksaan tanda-tanda vital
3. Dokumentasi asuhan keperawatan

Variabel dependen :
Pemberian terapi oksigenasi

Variablel independen :
Mengurangi ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien CHF

Prosedur tindakan :

1. Memasang nasal kanul Oksigen menggunakan SOP Rumah Sakit


2. Pedoman observasi respiratory rate (RR) atau frekuens nafas

4
Metode Pengumpulan data :

Observasi, pengukuran, wawancara, dokumentasi

Studi literature dengan jurnal penelitian jurnal penelitian berbahasa


inggris tahun

Analisis Penelitian :.

1. Gambaran frekuensi nafas (RR) sebelum diberikan terapi oksigen Pada


kedua klien sebelum diberikan terapi oksigenasi dengan nasal kanul
4liter per menit didapatkan bahwa jalan nafas tidak ada hambatan,
frekuensi nafas meningkat antara 28-30x/menit, menggunakan otot
bantu pernafasan, dan tampak adanya cuping hidung serta SPO2 98%.
Menurut Padila (2012) fokus pengkajian pada klien congestive heart
failure dengan keluhan utama yaitu dyspnea atau sesak nafas,
kelemahan fisik, edema sistemik. Penyebab adanya dipsnea secara
umum adalah gagal jantung kongestif karna perubahan posisi pada
pasien akan menyebabkan perubahan ventilasi dan perfusi
(Djojodibroto, 2009). hiperventilasi. Hiperventilasi ini terjadi karena
metabolisme tubuh yang terlalu tinggi sehingga mendesak alveolus
melakukan ventilasi secara berlebihan (Somantri, 2009).
2. Gambaran frekuensi nafas (RR) setelah diberikan terapi oksigen.
Setelah diberikan terapi oksigen Nasal kanul 4ltr/ menit pada Tn P dan
Tn. S tampak nyaman dan mampu mengaturnafas dengan RR dalam
batas normal (16-24x/mnt), tidak menggunakan otot bantu pernafasan
dan tidak ada cuping hidung.Hal ini sesuai dengan pendapat Bahtiar
(2015) klien dengan gangguan system pernapasan tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen secara normal, oksigensangat berperan
dalam pernafasan, oksigen berperan didalam tubuh dalam proses
pembentukam metabolisme sel sehingga jika kekurangan oksigen maka
akan berdampak buruk bagi tubuh, sehingga diperlukan terapi tambahan
untuk pasien yang mengalami gangguan oksigenasi. Lalu memposisikan
klien dengan semifowler dengan data subyektifklien mengatakan lebih
nyaman posisi tersebut untuk mempermudah fungsi pernapasan dengan

5
adanya gravitasi (Kushariyadi, 2010).Penyebab adanya sesak nafas pada
pasien jantung biasanya karena

Hasil penelitian (isi / contetnt isi penelitian ) :

Menunjukkan bahwa ada perubahan pola nafas menjadi lebih baik, tidak
mengalami sesak dan frekuensi pernafasan normal setelah diberikan terapi
oksigenasi. Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi dapat teratasi

dengan terapi pemberian oksigen dan peningkatan oksigen

Implikasi hasil penelitian bagi perawatan/asuhan keperawatan :

1. Gambaran frekuensi nafas (RR) sebelum diberikan terapi oksigen

Pada kedua klien sebelum diberikan terapi oksigenasi dengan nasal kanul 4liter
per menit didapatkan bahwa jalan nafas tidak ada hambatan, frekuensi nafas
meningkat antara 28-30x/menit, menggunakan otot bantu pernafasan, dan
tampak adanya cuping hidung serta SPO2 98%. Menurut Padila (2012) fokus
pengkajian pada klien congestive heart failure dengan keluhan utama yaitu
dyspnea atau sesak nafas, kelemahan fisik, edema sistemik. Penyebab adanya
dipsnea secara umum adalah gagal jantung kongestif karna perubahan posisi
pada pasien akan menyebabkan perubahan ventilasi dan perfusi (Djojodibroto,
2009). Penyebab adanya sesak nafas pada pasien jantung biasanya karena
hiperventilasi. Hiperventilasi ini terjadi karena metabolisme tubuh yang terlalu
tinggi sehingga mendesak alveolus melakukan ventilasi secara berlebihan
(Somantri, 2009).

2. Gambaran frekuensi nafas (RR) setelah diberikan terapi oksigenSetelah


diberikan terapi oksigen Nasal kanul 4ltr/ menit pada Tn P dan Tn. S
tampak nyaman dan mampu mengaturnafas dengan RR dalam batas
normal (16-24x/mnt), tidak menggunakan otot bantu pernafasan dan
tidak ada cuping hidung.Hal ini sesuai dengan pendapat Bahtiar (2015)
klien dengan gangguan system pernapasan tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen secara normal, oksigensangat berperan dalam
pernafasan, oksigen berperan didalam tubuh dalam proses
pembentukam metabolisme sel sehingga jika kekurangan oksigen maka
akan berdampak buruk bagi tubuh, sehingga diperlukan terapi tambahan
untuk pasien yang mengalami gangguan oksigenasi. Lalu memposisikan

6
klien dengan semifowler dengan data subyektifklien mengatakan lebih
nyaman posisi tersebut untuk mempermudah fungsi pernapasan dengan
ada gravitasi (Kushariyadi, 2010)

Kekuatan penelitian/studi :

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk Menguji kualitas data atau informasi
yang Diperoleh dalam penelitian sehingga Menghasilkan data dengan validitas
tinggi. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan Triangulasi observasi,
yaitu hasil pengukuran Respiratory rate post test dan triangulasi waktu, Yaitu
dilakukan dengan mengukur respiratory Rate setelah diberikan terapi
oksigenasi.

Keterbatasan penelitian/studi :

Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi memiliki kelemahan dari


triangulasi aadalah kurangnya metodologi yang seragam . Mereka yang
menggunakan triangulasi sering gagal menjelaskan teknik mereka secara
memadai dan menggunakan berbagai metode untuk menggabungkan hasil.

Kesimpulan :

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan


dengan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi dapat
teratasi dengan terapi pemberian oksigen, peningkatan oksigen, untuk
memperoleh kriteria hasil yang akan dicapai

7
JURNAL

Nursing Science Journal (NSJ) p-ISSN: 2722-4988


Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 e-
ISSN : 2722-5054 Hal 1-6

PEMBERIAN TERAPI OKSIGENASI DALAM MENGURANGI


KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN CONGESTIVE
HEART FAILURE (CHF) DI
RUANG ICU/ICCU RSUD
DR. SOEDIRMAN
KEBUMEN
Mugihartadi 1, Mei Rika
Handayani2

Akademi Keperawatan
Pemkab Purworejo
Purworejo, (0275) 3140576
E-mail : gik_kippi@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung yaitu


ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
melakukan metabolisme memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dengan kata lain, diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada
jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Masalah utama pada
klien dengan gagal jantung kongestif yaaitu ketidakefektifan pola nafas. Untuk
mengatasi pola nafas dilakukan dengan pemberian terapi oksigen. Tujuan :
mengetahui penerapan pemberian terapi oksigenasi dalam mengurangi
ketidakefektifan pola nafas pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang
ICU/ICCU RSUD DR. Soedirman Kebumen. Metode : Jenis penelitian ini adalah
deskriptif menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subyek dalam penelitian ini
adalah dua orang klien yang mengalami gagal jantung kongestif dengan kriteria
mengalami sesak nafas dan kesadaran composmentis. Hasil: menunjukkan bahwa
ada perubahan pola nafas menjadi lebih baik, tidak mengalami sesak dan frekuensi
pernafasan normal setelah diberikan terapi oksigenasi. Kesimpulan: masalah
keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi dapat
teratasi dengan terapi pemberian oksigen dan peningkatan oksigen

8
Kata kunci : Congestive Heart Failure, Ketidakefektifan Pola Nafas, Terapi Pemberian
Oksigen

ABSTRACT

Background : Congestive Heart Failure is the inability of the heart to pump enough
blood to carry out metabolism to meet the requirements for oxygen and nutrients in
other words, it requires an abnormal increase in pressure on the heart to meet the
needs of metabolism. The main problem with clients with congestive heart failure is
ineffective breathing patterns. To overcome the breathing pattern is giving oxygen
therapy. Objective : to determine know the application of oxygenation therapy in
reducing the effectiveness of breathing patterns in patient congestive heart failure in
ICU/ICCU Room DR. Soedirman Kebumen Hospital. Method : This type of research is
descriptive using a case study approach. The subjects in this study were two clients
who experienced congestive heart failure with criteria experiencing shortness of
breath and compositional awareness. Results : showed that there were changes in
breathing patterns for the better, not experiencing shortness and normal breathing
frequency after being given oxygenation therapy. Conclusion : Nursing problems
with ineffective breathing patterns associated with hyperventilation can be overcome
with giving oxygen therapy, and increased oxygen.

Keywords: Congestive Heart Failure, Ineffective Breathing Patterns, Giving Oxygen


Therapy

9
Latar Belakang merupakan penyakit tertinggi kedua setelah
Gagal jantung atau Congestive Heart penyakit hipertensi. Diperkirakan dari tahun 2015
Failure adalah suatu keadaan ketika jantung adalah 603.840 kasus dan 18,33% dari kasus
tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang tersebut ialah klien dengan penderita penyakit
cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan jantung. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
darah pada vena itu normal. Gagal jantung tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan
menjadi penyakit yang terus meningkat terutama pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke
pada lansia. Pada Congestive Heart Failure atau tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar
Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit
untuk mempertahankan curah jantung yang jantung.
adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik Masalah keperawatan yang muncul pada
dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun pasien dengan gagal jantung adalah resiko tinggi
aliran balik vena yang adekuat (Asmoro, 2017). penurunan curah jantung, nyeri dada, resiko
tinggi gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan
Masalah kesehatan dengan gangguan
pola napas, kelebihan volume cairan, intoleransi
sistem kardiovaskuler lebih tepatnya Congestive
aktifitas. Pada pasien gagal jantung dengan pola
Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat
nafas tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri
yang tinggi, menurut data Whorld Health
tidak mampu memompa darah yang datang dari
Organization (WHO) pada tahun 2007 dilaporkan
paru sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam
bahwa Congestive Heart Failure (CHF)
sirkulasi paru yang menyebabkan cairan
mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia
terdorong ke jaringan paru (Retno dkk, 2016).
dan meningkat seiring pertambahan usia dan
pada umumnya mengenai pasien dengan usia Menurut Retno, dkk (2016) pada pasien
sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase CHF sering kesulitan mempertahankan oksigenasi
sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari sehingga mereka cenderung sesak nafas.
pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi Mengingat masih banyaknya penderita gagal
bahwa peningkatan penderita Congestive Heart jantung kongestif dengan pola nafas tidak efektif
Failure (CHF) mencapai 23 juta jiwa di dunia. yang masih kurang tertangani oleh tenaga medis
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan sehinga penulis tertarik untuk mengambil judul
salah satu masalah khas utama pada beberapa “Pemberian Terapi Oksigenasi dalam Mengurangi
negara industri maju dan Negara berkembang
Ketidakefektifan Pola Nafas pada Pasien
seperti Indonesia (Austaryani, 2012).
Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan ICU/ICCU RSUD DR. Soedirman Kebumen”.
Provinsi Jawa Tengah (2015) menunjukan Penyakit
jantung di Indonesia sendiri

10
Metode beberapa peralatan yang akan digunakan

Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam proses pengumpulan data yaitu

dalam bentuk studi kasus. Penelitian diarahkan tensimeter jarum, stetoskop, jam tangan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan alat tulis.

bagaimana penerapan asuhan keperawatan

3. Wawancara
pada pasien dengan Congestive Heart Failure
Dalam penelitian ini wawancara yang
(CHF) di ruangan ICCU selama 3 hari. Subyek dilakukan dengan menggunakan

dala penelitian ini adalah dua orang klien yang wawancara. Wawancara jenis ini

mengalami gagal jantung kongestif dengan merupakan kombinasi dari wawancara

kriteria mengalami sesak nafas dan kesadaran tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.

composmentis.

4. Dokumentasi
Pelaksanaan pengumpulan data

Dokumentasi yang dilakukan oleh penulis


dilakukan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen yaitu pendokumentasi hasil pengkajian,

khususnya di ruang ICCU. Waktu penelitian analisa data, diagnosa keperawatan,

studi kasus ini dimulai pada tanggal 26 – 28 rencana keperawatan, tindakan

Juni 2019 untuk partisipan I (Tn.S) dan pada keperawatan, dan evaluasi dari tindakan.

tanggal 27 – 29 Juni 2019 untuk partisipan II

Instrumen pengumpulan data yang


(Tn.P) Waktu untuk studi kasus selama 3 hari meliputi:

untuk partisipan pertama dan 3 hari untuk

1. Memasang nasal kanul Oksigen


partisipan yang kedua menggunakan SOP Rumah Sakit.

Pengumpulan data tentang pemberian

2. Pedoman observasi respiratory rate (RR)


terapi oksigenasi
dalam mengurangi
atau frekuensi nafas.

11
ketidakefektifan pola nafas pada pasien

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk


Congestive Heart Failure (CHF), yaitu: menguji kualitas data atau informasi yang

1. Observasi diperoleh dalam penelitian sehingga


Dalam penelitian ini, penulis menghasilkan data
dengan validitas tinggi.

mengobservasi atau melihat keadaan

Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan

umum partisipan dengan pemeriksaan triangulasi observasi, yaitu hasil pengukuran

fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi, respiratory rate post test dan triangulasi waktu,

palpasi, perkusi, dan auskultasi). yaitu dilakukan dengan mengukur respiratory

2. Pengukuran rate setelah diberikan terapi oksigenasi.


Dalam penelitian ini, penulis mengukur

menggunakan alat ukur pemeriksaan,

Hasil
seperti melakukan pengukuran tekanan

Tn. S (umur 22 tahun) dan Tn. P (32

darah, menghitung frekuensi napas, dan tahun) alamat Kebumen, Jawa Tengah, agama

menghitung frekuensi nadi, frekuensi yang dianut adalah agama islam, tanggal masuk

nafas (RR). Penulis menggunakan

12
rumah sakit pada Tn. S 24 Juni 2019 sedangkan pada Tn. P pada tanggal 25 Juni 2019,
diagnosa medis congestive heart failure (CHF).

Saat pengkajian di dapatkan data bahwa alasan masuk klien ke rumah sakit yaitu
klien mengalami sesak nafas. Tn. S mengatakan jika sebelumnya pernah dirawat di rumah
sakit namun tidak sampai masuk ruang ICCU, klien sering mengatakan cemas dan sering
memikirkan tentang penyakit yang dideritanya saat ini, sedangkan pada Tn. P klien lebih
tenang dan rileks tentang penyakitnya saat ini.

Pengkajian primer pada Tn. S didapatkan bahwa airway: klien tidak mengalami
sumbatan jalan nafas. Breathing : frekuensi nafas 27x/menit, menggunakan otot bantu
pernafasan, SPO2 96%, serta terpasang kanul nasal 4l/menit. Circulation : tekanan darah
120/81 mmHg, nadi 81x/menit, suhu 36,4° tidak terjadi perdarahan pada klien, akral
dingin. Disability : kesadaran klien Tn. S composmentis dengan keadaan umum lemah,
pupil isokor.

Pada Tn. P di dapatkan bahwa airway : klien tidak mengalami sumbatan jalan
nafas, breathing, frekuensi nafas 25x/menit, menggunakan otot bantu pernafasan, SPO2
98%, serta terpasang kanul nasal 4l/menit. Circulation : tekanan darah 118/70mmHg,nadi
68x/menit, suhu 36°C, tidak terjadi perdarahan pada klien, CRT <2 detik. Disability:
kesadaran Tn. P composmentis dengan keadaan umum lemah, pupil isokor.

Pada hari pertama tanggal 26 Juni 2019 pukul 07.00 WIB Tn. S dengan congestive
heart failure (CHF), penulis menemukan frekuensi pernafasan pada klien dengan respon
subyektif klien mengatakan sesak nafas, data obyektif didapatkan klien tampak sesak
nafas, RR 28x/menit, SPO2 96%. Penulis melakukan pemasangan O2 kanul nasal 4l/menit
dan memposisikan pasien semi fowler.

Pada hari kedua tanggal 27 Juni 2019 pukul 08.30 WIB pada Tn. S penulis memonitor
status respirasi dan oksigen dengan data subyektif klien mengatakan masih sesak nafas dan
data data obyektif klien tampak sesak, klien tampak cemas, 27x/menit, terpasang O2 kanul
nasal 4l/menit.

13
Pada hari ketiga tanggal 28 Juni 2019 pukul 15.00 WIB memonitor status respirasi
dan status oksigen pada klien dengan data subyektif klien mengatakan merasakan sesak
nafas tetapi berkurang, RR : 22x/menit dan data obyektif klien tampak rileks dan sudah tidak
terpasang kanul oksigen.

Pada Tn. P, saat hari pertama tanggal 27


Juni 2019 pukul 07.00 WIB dilakukan monitoring status respirasi dan status oksigen dengan
data subjektif klien mengatakan sesak nafas, dan data obyektif klien tampak sesak, RR
30x/menit, tampak adanya cuping hidung dan otot-otot bantu pernafasan. Penulis
memberikan posisi semifowler pada klien dan melakukan pemasangan O2 kanul nasal

4l/menit.
Pada hari kedua pada Tn. P, penulis memonitor status respirasi dan oksigen dengan
hasil klien mengatakan tidak merasakan sesak seperti hari kemarin, data obyektif RR
28x/menit, klien tampak lebih rileks dan tenang, Penulis memberikan posisi semifowler
pada klien. Mengajarkan klien teknik nafas dalam dan klien dapt melakukannya.
Pada hari ketiga penulis memonitor status respirasi dan oksigen dengan data
subyektif klien sudah tidak merasakan sesak nafas, dan data obyektif RR 24x/menit,
tampak rileks, dan lebih tenang.

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan dari Tn. P dan Tn S


menunjukkan bahwa ada perubahan pola nafas menjadi lebih baik, tidak mengalami sesak
dan frekuensi pernafasan normal setelah diberikan terapi oksigenasi.

Pembahasan
1. Gambaran frekuensi nafas (RR) sebelum diberikan terapi oksigen
Pada kedua klien sebelum diberikan terapi oksigenasi dengan nasal kanul
4liter per menit didapatkan bahwa jalan nafas tidak ada hambatan, frekuensi nafas
meningkat antara 28-30x/menit, menggunakan otot bantu pernafasan, dan tampak
adanya cuping hidung serta SPO2 98%.

14
Menurut Padila (2012) fokus pengkajian pada klien congestive heart failure
dengan keluhan utama yaitu dyspnea atau sesak nafas, kelemahan fisik, edema
sistemik. Penyebab adanya dipsnea secara umum adalah gagal jantung kongestif
karna perubahan posisi pada pasien akan menyebabkan perubahan ventilasi dan
perfusi (Djojodibroto, 2009).

Penyebab adanya sesak nafas pada pasien jantung biasanya


karena hiperventilasi. Hiperventilasi ini terjadi karena metabolisme tubuh yang
terlalu tinggi sehingga mendesak alveolus melakukan ventilasi secara berlebihan
(Somantri, 2009).
2. Gambaran frekuensi nafas (RR) setelah diberikan terapi oksigen
Setelah diberikan terapi oksigen Nasal kanul 4ltr/ menit pada Tn P dan Tn. S
tampak nyaman dan mampu mengatur nafas dengan RR dalam batas normal
(1624x/mnt), tidak menggunakan otot bantu pernafasan dan tidak ada cuping hidung.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bahtiar (2015) klien dengan gangguan system
pernapasan tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen secara normal, oksigen sangat
berperan dalam pernafasan, oksigen berperan didalam tubuh dalam proses
pembentukam metabolisme sel sehingga jika kekurangan oksigen maka akan
berdampak buruk bagi tubuh, sehingga diperlukan terapi tambahan untuk pasien yang
mengalami gangguan oksigenasi. Lalu memposisikan klien dengan semifowler dengan
data subyektif klien mengatakan lebih nyaman posisi tersebut untuk mempermudah
fungsi pernapasan dengan adanya gravitasi (Kushariyadi, 2010).

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan
dengan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
dapat teratasi dengan terapi pemberian oksigen, peningkatan oksigen, untuk memperoleh
kriteria hasil yang akan dicapai.

15
Ucapan Terima Kasih
Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur Akper Pemkab
Purworejo dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil dalam penyelesaian publikasi ini.

Daftar Pustaka

Asmoro, Didik Aji. 2017. Asuhan

Keperawatan pada Klien Congestive Heart Failure (CHF) dengan Penurunan


Curah Jantung di Ruang
ICU RSU PKU Muhammadiyah Gombong. Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Diakses pada tanggal
30 Maret 2019

Pukul 13.10 WIB

http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/ id/eprint/668

Austaryani, Nessma Putri 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Congestive
Heart Failure (CHF) Di Ruang Intensive Cardiovascular Care
Unit (Icvcu) Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada tanggal 1 April 2019 Pukul 17.40 WIB.

http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/22
066

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Semarang. Diakses pada tanggal 8 April 2019 Pukul 21.12
WIB.http://www.depkes.go.id/resourc es/download/profil/PROFIL_KES_PR
OVINSI_2015/13_Jateng_2015.pdf

Gede, Putu. 2017. Terapi Oksigen. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah
Udayana. Diakses Pada Tanggal 22 April 2019 Pukul 15.08WIB.

Kasron. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha


Medika. Kusharyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

16
Miati, luji. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Congestive
Heart Failure Di ICU RS Muhammdiyah Purwokerto. Fakultas Ilmu Kesehatan
Program Studi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.


Jakarta: Salemba
Medika.

Nurarif, Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction
Jogja.

Nurcholifah, Frischalia, 2017. Analisis Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada
pasien CHF di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Cilacap. Program studi
Profesi Ners Stikes Muhammadiyah Gombong. 1 April 2019 Pukul 14.15 WIB.

http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/8
12/1/FRISCHALIA%20NURCHOLI FAH%20NIM.%20A31600953.pdf

Oktavianus & Febriana Sartika Sari. 2014. Sistem Kardiovaskuler Dewasa.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sonia, Koni. 2018. Standar Prosedur Operasional Pemberian Oksigen.


Diakses pada tanggal 22 April 2019
Pukul 16.15 WIB.

https://www.academia.edu/37691

17

Anda mungkin juga menyukai