BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien kritis adalah adalah pasien yang terancam jiwanya sewaktu- waktu
karena kegagalan atau disfungsi satu atau lebih organ dan masih mempunyai
pengobatan intensif (Kemenkes RI, 2017). Pasien dengan sakit kritis yang
dirawat di ruang ICU sebagian besar mengalami kegagalan multi organ dan
yang lebih, dikarenakan dari segi penyakit yang mengalami komplikasi dan
pasien sakit kritis dan dirawat di ICU per 100.000 penduduk, serta kematian
akibat penyakit kritis hingga kronik di dunia meningkat sebanyak 1,1 -7,4 juta
ventilator menempati dua per tiga dari seluruh pasien ICU di Indonesia
pasien yang dirawat di ICU adalah dalam data kurun waktu 6 bulan terakhir
(data Agustus 2017-Januari 2018) diperoleh jumlah pasien kritis di ruang ICU
ada sebanyak 1.586 orang dengan presentasi penurunan kesadaran 97,8% yang
1
2
dan 575 pasien diantaranya meninggal dunia. Sedangkan data dari Kabupaten
Bintan Khususnya RSUD Bintan tercatat tahun 2021 total pasien sebanyak 243
dan hanya mampu untuk tidur di bed dikarenakan kondisi penyakit dan
penurunan kesadaran atau efek sedasi. Bed rest pasien kritis yang terlalu lama
Maka dari itu penting di lakukan suatu intervensi bagi perawat untuk
kehilangan massa otot. Komplikasi ini biasanya terlihat, tetapi dapat dicegah
hipotensi dan komplikasi paru lebih kecil kemungkinannya terjadi, karena saat
rumah sakit hingga keluar dari rumah sakit. Berakhirnya proses perawatan
dapat terjadi karena dinyatakan sembuh, meninggal, rujuk ke rumah sakit lain,
atau pulang paksa. Pada umumnya, rata-rata lama hari rawat pasien adalah 6
sampai 9 hari (Kemenkes RI, 2015). Semakin lama hari rawat pasien di rumah
sakit semakin beresiko untuk terjadi masalah pada pasien. Length of stay yang
dan ekonomi) bagi pasien. Dampak secara biologi yaitu untuk sistem
medis dan ekonomi yang dapat memberikan kerugian baik untuk rumah sakit
maupun pasien. Akibat yang dirasakan pasien salah satunya berupa infeksi
biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien yang disebabkan karena adanya
infeksi nosokomial (Arefian et al., 2019). Akibat lain yang dialami rumah sakit
4
berupa kualitas, efisiensi dan keuangan rumah sakit itu sendiri (Dewi et al,
mobilisasi progresif, akan tetapi hal tersebut harus dimulai sejak dini. Oleh
karena itu, perawat harus memahami tingkat fungsional yang pasien miliki
mobilisasi sesuai dengan kondisi pasien masing – masing agar dapat kembali
pasien dan tindakan ini sangat bedampak positif khususnya pada pasien dengan
Lestari, 2020).
khususnya pada pasien yang bedrest atau pasien yang ada gangguan pergerakan
atau tidak mampu melakukan mobilisasi akibat kelemahan otot dan lain
5
mobilisasi progresif level 1 pada posisi Head of Bed, gravitasi akan menarik
saat diberikan ROM pasif pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah maka
oksigen juga maningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam sel oleh
karena itu nilai saaturasi oksigen juga meningkat (Suyanti et al., 2019).
berikut: latihan di samping tempat tidur (HOB), latihan rentang gerak aktif dan
pasif (ROM), terapi rotasi lateral lanjutan, posisi pronasi, resistensi gerakan
pada pasien ICU dengan kondisi bed rest dapat teratasi serta memperpendek
lebih lanjut pada pasien ICU (Cho, Huh, & Sohn, 2020).
Iswari, dan Ginanjar (2019) juga mendukung hasil penelitian tersebut, dimana
terdapat perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistol dan diastole
pada pre dan post pemberian mobilisasi progresif tingkat I, hal ini dapat
variabel perancu untuk tekanan darah dan saturasi oksigen dan terapi inotropik
stabilnya hemodinamik pada pasien tirah baring sehingga pasien dapat keluar
RSUD Bintan, mobilisasi yang sering dilakukan di ruang ICU pada pasien
kritis hanya dilakukan mobilisasi dini seperti miring kanan miring kiri, hingga
melakukan fisioterapi dada, dan massage. Dalam hal ini mobilisasi progresif
kondisi penyakit yang berat. Oleh karena itu, menjadi sangat penting
terlalu diminati karena hanya berisi tulisan, apalagi jurnal berbahasa inggris.
B. Rumusan Masalah
ini adalah “Apakah ada pengaruh mobilisasi progresif terhadap length of stay
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
progresif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikasi
c. Bagi Peneliti
ilmu yang didapat dalam penelitian ini, dan juga dapat melanjutkan
9
2. Manfaat Akademik/Teoritis/Keilmuwan
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kekuatan otot dan derajat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
Perry, 2015).
yang
dilaksanakan pada 2 jam sekali dan memiliki waktu jeda atau istirahat
bertahap pada pasien dengan kondisi kritis yang dirawat di ruang ICU.
pelaksanaan mobilisasi.
pasien 30 derajat lalu diberikan gerak pasif ROM selama dua kali sehari.
kapasitas pasien.
dilaksanakan tiap 2 jam sekali dan memiliki waktu jeda atau istirahat
untuk merubah ke posisi lainnya selama kurang lebih 5-10 menit. Sebuah
tiap dua jam. Perawatan di ICU Inggris rata- rata perubahan posisi
dilakukan setiap 4 jam, bukan pada 2 jam sekali (Rahmanti & Kartika
Putri, 2016).
progresif adalah
posisi setengah duduk. Posisi ini dapat dimulai dari 30° kemudian
accu angle level. Alat ini dapat ditempelkan di posisi tempat tidur
(AACN, 2015).
rangka tempat tidur yang memutar pasien dari sisi ke sisi. CLRT
terlung
harus kecil atau minim untuk mencegah fleksi servikal atau ekstensi
saat fleksi lutut yang mendukung relaksasi, jika bantal tidak tersedia,
posisi ini dapat mendukung pasien agar dapat tidur deng an posisi
5) Posisi Duduk
16
kursi duduk pantai dengan kaki menggantung melawan arah gaya tarik
dapat dilatih dengan posisi duduk sebanyak dua kali sehari. Apabila
pasien tidak terlihat kelelahan, nyeri dan tidak nyaman (Vollman KM,
2015).
6) Posisi Berdiri
pasien dapat melakukan posisi pada tahap ini maka pasien berada di
7) Posisi Berjalan
memakai
atau walker.
2015).
yang meliputi :
1) Level 1
18
PaO2 : FiO2 > 250, nilai PEEP. <10, suhu <38 0C. MAP >55 <140,
perlahan sadar dengan respon mata baik dengan nilai RASS -5 sampai
stimuli suara dan fisik yang ada pada perkembangan logis (Suhandoko
dkk., 2014).
atau bed pasien >300 kemudian diberikan ROM pasif selama dua kali
2) Level 2
tindakan ROM pasif sebanyak 3 kali per hari dan mulai merencankan
ROM aktif. Kemudian meninggikan posisi atau bed pasien hingga 450-
duduk selama 20
menit.
20
3) Level 3
pasien sampai pasien dapat mentolelir gravitasi. Pada level ini pasien
belum sepenuhnya sadar namun sudah ada kontak mata dengan nilai
4) Level 4
Mobilisasi pada
khusus. Kesadaran pasien pada level ini sudah penuh dan dalam
5) Level 5
Pasien dalam kondisi kooperatif dan sadar penuh dengan nilai RASS -
Progresif
terakhir
f. Indikasi
1) M-Myocardial stability
terakhir.
9) E- Engages to voice
g. Kontra Indikasi
23
terakhir.
terakhir
h. Manfaat Mobilisasi
1) Sistem muskuloskeletal
of motion.
2) Sistem kardiovaskular
oleh jantung meningkat karena aliran balik dari aliran darah. Jumlah
24
3) Sistem respirasi
pernapasan.
4) Sistem gastrointestinal
abdomen.
5) Sistem metabolik
6) Sistem urinari
a. Pengertian
yang dilengkapi dengan staff dan peralatan khusus untuk merawat dan
menyebabkan
oleh
monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan yang terjadi atau
2017).
dalam keperawatan kritis adalah salah satu keahlian khusus didalam ilmu
intensif.
bagi pasien dengan penyakit berat yang membutuhkan terapi intensif dan
1) Pasien prioritas 1
mengancam nyawa.
2) Pasien prioritas 2
jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau pasien yang telah
berubah.
Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status
sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat
d. Penatalaksanaan
1) Farmakologis
sedasi atau analgesik untuk mengatasi rasa nyeri dan kecemasan yang
dalam.
cepat, efektif, dapat dititrasi dan lama kerja yang singkat. Beberapa
intravena, sedasi dapat timbul dalam 10-20 menit dan lama kerja
beberapa jam.
d) Analgesik opoid
hydromorfon.
2) Non Farmakologis
Length of Stay (LOS) atau lama rawat merupakan jumlah hari pasien
dirawat di rumah sakit, mulai hari masuk sampai dengan hari keluar atau
Keterangan :
Total Length of Stay (TLOS) atau total lama rawat merupakan jumlah
keseluruhan lama rawat dari sekelompok lama rawat pasien pulang pada
sebagai bahan evaluasi dan perencanaan sumber daya rumah sakit yang
rawat merupakan rata-rata lama rawat dari pasien keluar (H+M) pada
Total Length of Stay (TLOS) atau total lama rawat merupakan jumlah
keseluruhan lama rawat dari sekelompok lama rawat pasien pulang pada
hari perawatan.
31
tahunan serta dapat dinyatakan dengan perawatan setiap kelas (Safitri &
Kun, 2016). AvLOS atau rata-rata lama rawat merupakan rata-rata lama
rawat dari pasien keluar (H+M) pada periode tertentu (Hosizah &
LOS
jenis kelamin, status nutrisi, kondisi medis pre dan post operatif seperti
1) Jenis penyakit
memendek.
kronis. Penyakit akut ditandai dengan gejala berat dalam waktu yang
baik yang disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul akibat dari
3) Usia
balita dan lansia, yang dimana pada balita memiliki sistem imun yang
menular.
saja tetapi dapat juga dipengaruhi oleh cara pelayanan yang diberiakan
bentuk medis dan ekonomi yang dapat memberikan kerugian baik untuk
35
rumah sakit maupun pasien. Akibat yang dirasakan pasien salah satunya
Akibat lain yang dialami rumah sakit berupa kualitas, efisiensi dan
keuangan rumah sakit itu sendiri (Dewi et al, 2009) dalam (Rosita &
2018).
B. Kerangka Teoritik
1. Kerangka Teoritis
Pasien ICU
Komplikasi
Pneumonia, atelaktasis, kehilangan volume
plasma dan kelinganan massa otot
Gambar 2.13
Kerangka Teoritis
Sumber : Modifikasi dari Kemenkes (2017), Association of Critical Care Nurses
(2015)
C. Kerangka Konseptual
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti
(Notoatmodjo, 2018).
38
length of stay (LOS) pada pasien ICU dapat digambarkan seperti bagan berikut
ini :
Mobilisasi Progresif
Tanpa Mobilisasi
Progresif
Gambar 2.14
Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Bentuk desain penelitian yang dipilih adalah Post-test Only Control Group
Design. Dalam desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak
dipilih secara random. Dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun
Post-test Only Control Group Design ditunjukkan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
O2
B. X1 O4
40
Keterangan:
O1 : Kelompok intervensi
O2 : Kelompok kontrol
O3 37 dilakukan mobilisasi progresif pada
: Mengukur rerata LOS setelah
kelompok intervensi
O4 : Mengukur rerata LOS tanpa dilakukan mobilisasi progresif pada
kelompok kontrol
kelompok kontrol tidak dilakukan secara random atau acak. Pada penelitian ini di
pilih pasien ICU yang diawali dengan observasi pengukuran selama pasien di
rawat di ICU.
1. Waktu Penelitian
b. Tahap Persiapan
c. Tahap pelaksanaan
sampai 10 Januari 2022. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
2. Tempat Penelitian
1. Populasi
tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini
penelitian ini adalah pasien ICU di RSUD Bintan dari bulan Juni sampai
2. Sampel
a. Sampel
subyek terpilih yang drop out, loss to follow up, atau subyek yang tidak
taat maka dilakukan koreksi dari tiap kelompok perlakuan akan dihitung
progresif).
kontrol)
n = jumlah sampel
(n-1) (2-1) ≥ 31
1 (n-1) ≥ 31
n ≥ 32 (Sopyudin, 2018).
b. Teknik Sampling
a) Kriteria Inklusi
(Notoatmodjo, 2018).
b) Kriteria Eksklusi
terakhir
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki oleh satuan peneliti tentang suatu konsep pengertian
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Pengaruh Mobilisasi Progresif Terhadap Length Of Stay (LOS) pada
pasien ICU
Definisi Cara Alat Hasil
No Variabel Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Independen
Mobiliasi Kegiatan Dilakukan Lembaran 1. Nominal
Progresif mobilisasi setiap 2 SOP Dilakukan
yang jam untuk 0. Tidak
dilakukan miring dilakuka
secara kanan dan n
bertahap kiri, jeda
pada pasien waktu
dengan HOB
kondisi kritis dilakukan
dumulai setiap 15
dengan menit dan
pemeriksaan 20 menit
status untuk
hemodinami Latihan
kdan RASS. duduk
kegiatan
tersebut
meliputi
HOB (head
of bed)
30,45,65
derajat,
mobilisasi
miring
kanan kiri,
Latihan
ROM pasif
dan aktif dan
melatih
pasien
duduk.
2. Dependen
LOS Lama hari Observasi Lembar Dalam Interval
(Length of pasien Observasi satuan hari
Stay) dirawat (efektif 3-
mulai dari 12 hari)
masuk
sampai
dengan
keluar ICU
46
2. Meminta data kematian di ICU dan jumlah pasien lama rawatan di Dinas
Bintan.
4. Meminta surat ijin penelitian pada institusi dan menyerahkannya pada pihak
RSUD Bintan
Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data rekam medik. Dalam hal
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi
alat ukur yang valid dengan desain penelitian apapun. Intrumen pada
mengukur dapat dipercayai atau dapat diandalkan. Uji Reliabilitas adalah uji
a. Editing
49
mengecek, atau perbaikan isi lembar observasi atau penulisan hasil dari.
b. Coding
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Setelah semua lembar
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
a. SD diberi kode = 1
e. S1 diberi kode = 5
4. Pekerjaan
50
5. Diagnosa
6. GCS
7. Tingkat Keparahan
8. Peggunaan Ventilator
a. Ya diberi kode 1
c. Entry Data
isian kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati proses
51
dapat dianalisis.
d. Scoring
e. Cleanning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
lunak.
a. Uji Univariat
b. Uji Bivariat
dengan kriteria :
Kabupaten Bintan
I. Pertimbangan Etik
1. Informed Consent
peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data hasil penelitian yang akan
disajikan, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
3. Kerahasiaan ( confidentiality )
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian
keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama
(nonmaleficence).
55
BAB IV
A. Hasil Penelitian
terhadap length of stay (LOS) pada pasien ICU Di RSUD Kabupaten Bintan.
Januari 2022, dengan jumlah responden sebanyak 32 orang yang terdiri dari 16
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis
52
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Diagnosa Medis, GCS, Penggunaan
Ventilator, Tingkat Keparahan di Ruang ICU RSUD Kabupaten Bintan
2 Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 7 43,8 6 37,3
b. Perempuan 9 56,2 10 62,5
3 Pendidikan
a. SD 4 25,0 2 12,5
b. SMP 2 12,5 4 25,0
c. SMA 1 50,0 8 50,0
d. Diploma 1 6,3 0 0,0
e. S1 1 6,3 2 12,5
3 Pekerjaan
a. IRT 8 50,0 6 37,5
b. Nelayan 3 18,8 2 12,5
c. Buruh 3 18,8 4 25,0
d. Pegawai Swasta 1 6,3 2 12,5
e. Guru 1 6,3 0 0,0
f. Pegawai Negeri Sipil 0 0,0 2 12,5
4 Diagnosa Medis
a. Bedah 0 0.0 3 18,8
b. Non Bedah 16 100,0 13 81,2
4 GCS
a. GCS <10 1 6,3 0 0,0
b. GCS ≥10 15 93.8 15 100,0
5 Tingkat Keparahan
c. 0-6 15 93,8 15 93,8
d. 7-9 1 6,3 1 6,3
6 Pengggunaan Ventilator
a. Ya 0 0,0 0 0,0
b. Tidak 16 100,0 16 100,0
Total 16 100 16 100
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Rerata Length Of Stay (LOS) Pada Pasien ICU
Di RSUD Kabupaten Bintan Yang Dilakukan Dengan Tindakan
Mobilisasi Progresif
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata lama hari
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Rerata Length Of Stay (LOS) Pada Pasien ICU
Di RSUD Kabupaten Bintan Yang Tidak Dilakukan Dengan
Tindakan Mobilisasi Progresif
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata lama hari
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pengaruh Mobilisasi Progresif Terhadap Length
Of Stay (LOS) Pada Pasien ICU Di RSUD Kabupaten Bintan
Mean Diference t test p value
Lama Hari 2,00 5,164 0,000
Rawatan
berarti ada perbedaan lama hari rawatan pasien ICU yang dilakukan
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
intervensi tergolong usia lansia awal dan akhir atau berusia 45-60 tahun
sebanyak 50% dan untuk kelompok kontrol diketahui sebagian besar juga
tergolong usia lansia awal dan akhir sebanyak 43,8%. Berdasarkan teori
adalah dimulai dari 46-65 tahun dan dibedakan menjadi usia lansia awal dan
lansia akhir.
frekuensi nadi dan napas. Pada usia dewasa frekuensi nadi berkisar antara
60-100 kali permenit, napas 18-20 kali/ menit dan tekanan darah sistolik
berkisar 90-140 mmHg, tekanan diastolik 60-80 mmHg. Pada usia dewasa
60
pada frekuensi nadi 70 -80 kali/menit, napas 16-18 kali/menit dan tekanan
ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat seperti Kebiasaan Merokok
Rokok banyak mengandung bahan beracun seperti nikotin, tar, dan zat
laki berjumlah 5 responden (33,3%). Selain itu, penelitian ini juga sejalan
pertukaran gas antara alveoli dan pembuluh darah diparu. Hambatan diatas
sebelum menjadi sebuah perilaku yang baik maupun buruk sehingga dapat
rumah tangga, yaitu 50% pada kelompok intervensi dan 37,5% pada
2016). terdapat beberapa fungsi dalam keluarga yang dapat dilihat dan telah
keluarga.
perlakuan dan kontrol pekerjaan swasta dimana hal ini disebebkan karena
asuransi mempunyai lama rawat yang lebih lama dari pada pasien yang
banyak biaya atau justru memperlama karena tidak memiliki biaya untuk
mempengaruhi dalam hal status perawatan pasien ICU dalam hal ekonomi.
sebagian besar non bedah (100%) pada kelompok intervensi dan 81,2%
data bahwa lebih dari setengah yaitu 53,4% pasien yang masuk ke
unit perawatan kritis merupakan kasus emergensi akibat dari penyakit akut
Pasien-pasien ICU adalah Pasien yang dalam kondisi kritis dan perlu
pasien ICU sangat kompleks dimana terdiri lebih dari 1 diagnosa penyakit
lama perawatan
pasien apabila tidak ditangani sejak dini (Lumbantobing, 2015). Dalam hal
ini menurut asumsi peneliti, didapatkan bahwa hasil GCS pasien adalah
93,8% pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. semua pasien tidak
terpasang ventilator mekanik dari total 175 pasien yang dirawat ICU
terhadap lamanya hari rawat, dalam hal ini responden tidak menggunakan
yaitu 2,00 dengan standar deviasi 0,816. Pada pasien kritis lebih baik untuk
diberikan mobilisasi dari pada pasien dibiarkan dalam posisi supine secara
imobilisasi akan memberi dampak yang buruk pada organ- organ tubuh.
pasien kritis yang dalam keadaan terancam jiwanya karena kegagalan atau
yang cukup ketat dari tenaga medis. Mulai dari pasien yang baru saja
paru, reflek batuk, dan drainase tidak bekerja dengan baik ketika pasien
merupakan salah satu komponen tanda vital, yang bisa dijadikan indikator
Perry & Potter (2015), Respiratory Rate (RR) adalah jumlah siklus
mobilisasi progresif level 1 pada posisi Head of Bed, gravitasi akan menarik
dalam paru-paru) yang lebih baik sehingga oksigen yang diikat oleh
saat diberikan ROM pasif pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
maka kebutuhan oksigen dalam sel meningkat, sebagai respon normal dari
dalam sel oleh karena itu nilai saaturasi oksigen juga meningkat (Suyanti et
al., 2019).
balik darah dari bagian inferior menuju ke atrium kanan cukup baik karena
resistensi pembuluh darah dan tekanan atrium kanan tidak terlalu tinggi,
sehingga volume darah yang masuk (venous return) ke atrium kanan cukup
68
baik dan tekanan pengisian ventrikel kanan (preload) meningkat, yang dapat
al., 2019).
dan mental hasil kesehatan untuk populasi yang sakit kritis. Instansi entitas
RASS juga merupakan salah satu indikator untuk menilai kesadaran pasien
kiri, Latihan ROM pasif dan aktif dan melatih pasien duduk. Peneliti
melakukan setiap 2 jam untuk miring kanan dan kiri, jeda waktu HOB
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yurida
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alaparthi dan
dampak positif bagi pasien kritis dan menurunkan hari rawat pasien
antara tekanan darah sistol dan diastole pada pre dan post pemberian
progresif memberikan perbaikan fungsi fisik dan mental pasien, selain itu
tinggal di ICU.
pasien ICU yang tidak dilakukan Tindakan mobilisasi progresif yaitu 4,31
dengan standar deviasi 1,352. Hal ini sejalan dengan teori Potter and Perry
rentang normal. Nilai ini juga sesuai dengan teori Vollman bahwa kriteria
55 dan < 140 mmHg, nilai ini dianggap sebagai batas aman untuk dilakukan
Awalin, dkk pada tahun 2019 di ICU RSU Provinsi Banten yang
pendidikan Kesehatan saja tentang perawatan pada pasien kritis. dalam hal
ini terlihat bahwa lama perawatan pada pasien dikarenakan oleh faktor usia
berarti ada perbedaan lama hari rawatan pasien ICU yang dilakukan
peningkatan nilai saturasi oksigen, pada saat diberikan ROM pasif pada
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah maka kebutuhan oksigen dalam sel
memenuhi kebutuhan oksigen dalam sel oleh karena itu nilai saturasi
kanan dan miring kiri maka akan terjadi peningkatan ventilasi paru dan
pertukaran gas akan lebih optimal dan mem-perbaiki nilai saturasi oksigen.
atau dengan respon yang diberikan oleh telinga bagian dalam atau respon
darah yang jelek, siklus umpan balik autonomic yang tidak berfungsi dan
pada posisi tidak berubah untuk periode waktu yang lama dan menetapkan
solusi yang dapat disarankan adalah dengan melatih pasien untuk toleransi
kecepatan dari perpindahan terapi rotasi lebih lambat dari pada perpindahan
secara manual.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakiyyah (2016)
Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Vollman (2017)
darah. Dalam mobilisasi progresif level 1 ini terdiri dari Head Of Bed 30o,
penyesuaian dengan dua cara yaitu dengan perubahan volume plasma yang
oleh telinga bagian dalam atau repon vestibular yang mempengaruhi system
yang tidak bisa berpindah secara manual, solusi yang dapat disarankan
adalah dengan melatih pasien untuk toleransi perubahan posisi dari pada
II, karena pada level tersebut bisa dilihat dari status hemodinamik apakah
stabil dan kemuadian bisa dilihat kesadaran pasien meningkat, dan pada
dengan gerakan Head of Bed dengan posisi awal 30° kemudian naik menjadi
45° lalu naik lagi sesuai kemampuan dan Range of Motion bisa dilakukan 3
kali sehari dengan waktu 15-20 menit setiap melakukan gerakan tersebut.
progresif juga dapat dilihat dari gaya hidup, kelemahan fisik, usia, dan
tingkat energi. Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan
C. Implikasi Keperawatan
75
terhadap length of stay (LOS) pada pasien ICU. Implikasi dari penelitian ini
D. Keterbatasan Penelitian
penelitian, yaitu :
lama hari rawatan. Peneliti hanya menilai pada saat sesudah dilakukan
BAB V
A. Kesimpulan
pengaruh mobilisasi progresif terhadap length of stay (LOS) pada pasien ICU
a. Karakterisitik usia responden yaitu usia 45-60 tahun yaitu 50% pada
pada kelompok intervensi dan kontrol perempuan yaitu 56,2% dan 62,5%.
kelompok kontrol SMA 50%. Pekerjaan responden ibu rumah tangga pada
kelompok intervensi dan kontrol, yaitu 50% dan 37,5%. Diagnosa Medis
resonden sebagian besar non bedah pada kelompk intervensi dan kontrol
yaitu 100% dan 81,2%. Hasil GCS responden sebagian besar lebih dari 10
pada kelompok intervensi dan kontrol yaitu 3,8% dan 100%. Tingkat
b. Rerata lama hari rawatan pada pasien ICU yang dilakukan Tindakan
c. Rerata lama hari rawatan pada pasien ICU yang tidak dilakukan Tindakan
B. Saran
progresif sebagai salah satu tindakan untuk mengatasi penurunan lama hari
terhadap pasien
variable lain.
DAFTAR PUSTAKA
AACN, (2016). Family Visitation in the Adult Intensive Care Unit. Crit. Care
Nurse 36, e15–e18. https://doi.org/10.4037/ccn2016677
Cho, H., Huh, J. S., & Sohn, J. 2020. Counting self-conjugate (s, s+ 1 , s+ 2) -core
partitions. Ramanujan Journal, 1–13. https://doi.org/10.1007/s11139-020-
00300-y
Das, B., Saha, S., Kabir, F., & Hossain, S. (2021). Effect Of Graded Early
Mobilization On Psychomotor Status And Length Of Intensive Care
Unit Stay In Mechanically Ventilated Patients. Indian Journal of
Critical Care Medicine, 25(4), 416–420. https://doi.org/10.5005/jp-
journals-10071-23789
Deli, H., Rasyid, T. A., & Refki, M. (2018). Hubungan antara Status Nutrisi dan
Penggunaan Alat Bantu Nafas pada Pasien di ICU. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia (JIKI), 2(1), 1-9.
Direktur RSUP Dr. Kariadi. Panduan kriteria pasien masuk dan keluar ruang
rawat intensif. RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2015.
79
Klein, K., Mulkey, M., Bena, J. F., & Albert, N. M. (2015). Clinical and
psychological effects of early mobilization in patients treated in a neurologic
ICU: a comparative study. Critical care medicine, 43(4), 865-873.
Lai, C. C., Chou, W., Chan, K. S., Cheng, K. C., Yuan, K. S., Chao, C. M., &
Chen, C. M. (2017). Early Mobilization Reduces Duration of Mechanical
Ventilation and Intensive Care Unit Stay in Patients With Acute
Respiratory Failure. Archives of Physical Medicine and
Rehabilitation, 98(5), 931–939. https://doi.org/10.1016/j.apmr.2016.11.007
Reade C Michael, Finfer Simon. Sedation and Delirium in the Intensive Care
Unit. J New England 2016:444–54.
Ristanto, Riki (2018). Hubungan Respiratory Rate (RR) dan Oxygen Saturation
(SpO2) Pada Klien Cedera Kepala. Jurnal Keperawatan Poltekkes RS. dr.
Soepraoen Malang. Diakses 22 Desember 2019
Safitri, M. M., Kriswiharsi Kun, S., & SKM, M. Analisa Deskriptif Lama
Perawatan (Los) Pasien Ri Jamkesmas Pada Kasus Penyakit Kanker
Payudara (Ca Mammae) Dengan Tindakan Mastektomi Yang Dirawat Di Rsi
Sultan Agung Semarang Tahun 2016.
Szubski, CR, Tellez, A., Kika, AK, Meng, Z., Kattan, MW, Guzman, JA, &
Barsoum, WK (2014). Memprediksi rumah sakit perawatan akut jangka
panjang setelahnya masuk ke unit perawatan intensif. Jurnal Perawatan
Kritis Amerika, 23(4), e46-53. http://dx.doi.org/10.4037/ajcc2014985
Tanujiarso, B. A., & Lestari, D. F. A. (2020). Mobilisasi Dini Pada Pasien Kritis
Di Intensive Care Unit (Icu): Case Study. Jurnal Keperawatan Widya
81
Tobi KU, Amadasun FE. Prolonged stay in the Intensive Care Unit of a tertiary
hospital in Nigeria: Predisposing factors and outcome. Afr J Med Health Sci.
2015;14:56-60.
Wei, X., Day, A. G., Ouellette-Kuntz, H., & Heyland, D. K. (2015). The
association between nutritional adequacy and long-term outcomes in
critically ill patients requiring prolonged mechanical ventilation: a
multicenter cohort study. Critical care medicine, 43(8), 1569-1579.