Anda di halaman 1dari 5

BAB III

HASIL ANALISIS

BAB ini dibahas mengenai hasil analisis mengenai penerapan fisioterapi


dada dan mobilisasi pada pasien yang di ruang ICU pada masing-masing jurnal
1. Fisioterapi dada merupakan salah satu intervensi keperawatan pada
pasien terpasang ventilator sebagai pencegahan VAP. Pada jurnal yang
diteliti oleh Paska Ramawati Situmorang yang berjudul Pelaksanaan
Fisioterapi Dada Terhadap Pencegahan Pneumonia Pada Pasien Terpasang
Ventilator Di Intensive Care Unit Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan hasil
yang didapat responden yang melaksanakan fisioterapi dada dengan baik 13
orang (65%), cukup 25% dan kurang 10% pelaksanaan fisioterapi dada dapat
terlaksana dengan baik apabila responden diberikan tambahan waktu dan
bantuan tenaga serta standarisasi operasional prosedur dilakukannya
fisioterapi dada yang benar agar tidak terjadi pneumonia pada pasien yang
terpasang ventilator tindakan fisioterapi dada yang dilakukan di rumah sakit
Santa Elisabeth Medan tidak selalu dilakukan karena pasien yang dirawat
kebanyakan adalah pasien tidak sadar, dan juga dapat terlaksana dengan baik
apabila responden diberikan tambahan waktu dan bantuan tenaga serta
standarisasi operasional prosedur dilakukannya fisioterapi dada yang benar
agar tidak terjadi pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator. Hal ini
juga sejalan menurut teori (Saputra 2014) Dalam teori, tindakan mengulang
fisioterapi tercantum. Namun, tindakan ini dilakukan apabila keadaan pasien
menoleransi.
2. Jurnal 2 berjudul Mobilisasi Dini Pada Pasien Kritis Di Intensive Care Unit
(Icu): Case Study Perubahan posisi mempunyai efek terhadap perubahan
tekanan darah dan tekanan vena sentral (Lesmana, Ose, Zulfia, & Tobing,
2019). Perubahan posisi lateral atau miring mempengaruhi aliran balik darah
yang menuju ke jantung dan berdampak pada hemodinamik. Pada pasien kritis
lebih baik untuk diberikan mobilisasi dari pada pasien dibiarkan dalam posisi
supine secara terus menerus. Karena dengan membiarkan pasien dalam
keadaan imobilisasi akan memberi dampak yang buruk pada organ tubuh
(Bein et al., 2015). Pada peneliti Bagus Ananta Tanujiarso , Dilla Fitri Ayu
Lestari didapaakan Terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan di ruang ICU,
seperti head up, memposisikan lateral, ROM dan berkolaborasi dengan ahli
fisioterapi. Namun demikian, menerapkan mobilisasi dini pada pasien di ICU
sering kali mengalami hambatan. Kendala yang paling umum ditemukan
adalah kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk mobilisasi, seperti
adanya nyeri hebat, kelelahan, penurunan kesadaran, oversedasi, atau
terpasang alat medis yang invasif. Oleh karena itu melakukan mobilisasi dini
juga sangat bergantung pada keterampilan petugas kesehatan yang ada di ICU,
fisioterapis, dan ketersediaan alat yang mendukung mobilisasi di ICU serta
diperlukan sinergi atau kolaborasi dan kerjasama yang baik petugas kesehatan
untuk mencapai kepuasan dan kualitas hidup pasien.
3. Jurnal 3 Gambaran Pelaksanaan fisioterapi Dada Terhadap Pencegahan
Pneumonia Pasien Terpasang Ventilator Di Ruangan Intensif Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Dalam jurnal yang diteliti oleh Erna Manik didapatkan
hasil studi kasus, analisa data frekuensi tindakan dengan menjelaskan dan
mendemonstrasikan prosedur pada pasien, sebagian besar dilakukan
responden sebanyak 13 orang (65%), sebagian kecil sering sebanyak 5 orang
(25%), dan kadang – kadang sebanyak 2 orang (10%), yang dilakukan
sebagian besar responden yaitu melakukan fisioterapi dada tidak
menggunakan handuk sebagai pengalas. Sedangkan menurut teori Saputra
(2014), yaitu: menutup area yang akan dilakukan vibrasi dengan handuk atau
perkusi untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien. Menurut teori Saputra,
tindakan ini ada. Menginstruksikan pasien untuk menarik napas dalam. Ketika
pasien mengeluarkan napas secara perlahan, lakukan vibrasi (gerakan tremor).
Dalam teori, melakukan vibrasi saat ekspirasi tercantum. Namun dalam
penelitian ini rata-rata responden tidak melakukan, ulangi perkusi dan vibrasi
hingga seluruh lapang paru terdrainage. Dalam. hasil studi kasus, berdasarkan
dari karakteristik ternyata lama pendidikan sangat memengaruhi kinerja
perawat dalam melakukan fisioterapi dada, dan kebanyakan yang termasuk
kategori baik 65% sebagian besar adalah perawat dengan pengalaman kerja ≥
5 tahun,namun tidak ada teori yang menyebutkan pengaruh lama bekeja
dengan kemampuan melakukan tindakan fisioterapi. Menurut peneliti,
pelaksanaan fisioterapi dada dapat terlaksana dengan baik apabila responden
diberikan tambahan waktu dan bantuan tenaga serta standarisasi operasional
prosedur dilakukannya fisioterapi dada yang benar agar tidak terjadi
pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator.
4. Jurnal 4 Manfaat Dan Penerapan Mobilisasi Dini Pada Pasien Icu yang ditulis
oleh Nurfitri didapatkan kesimpulan bahwa Mobilisasi dini berpengaruh
terhadap respon fisiologis, menurunkan skore delirium, menurunkan lama
penggunan ventilasi mekanik, menurunkan lama rawat di ICU dan rumah
sakit serta menurukan biaya perawatan, dan mencegah VAP. hal ini sejalan
dengan Penelitian telah menunjukkan bahwa mobilisasi dini aman dan layak
pada pasien kritis, mencegah terjadinya Ventilation Assosiated Pneumonia
(VAP), menurunkan skor delirium, penggunaan ventilasi mekanik, lama rawat
di ICU dan Rumah sakit. Pelaksanaan mobilisasi dini melibatkan
multidisipliner yaitu, perawat, terapis okupasi, dan dokter (Hunter, Johnson,
Willis, & Coustasse, 2014; Vanderbilt University Medical Center,
2013).menuru penulis hambatan dalam melakukan mobilisasi kemampuan
kognitif dan komunikasi, dan tingkat pelatihan staf dan pengalaman bervariasi
sehingga dibutuhkan pelatihan dan penerapan protokol mobilisasi dini serta
kolaborasi antar tim.
5. Jurnal 5 yang berjudul Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada Terhadap
Kejadian Ventilator Associated Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif oleh
Hendra, Emil Huriani didapatkan Perlakuan oleh responden pada kelompok
kontrol berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa dalam melakukan
tindakan mobilisasi (ambulasi) seperti miring ke kiri, dan miring ke kanan
hanya sekali dalam sehari ketika pagi hari selesai memandikan pasien.
Selanjutnya, tindakan fisioterapi dada dimulai bila sudah adanya tanda-tanda
penumpukan sekret. Hasil penelitian dengan uji Mann-Whitney didapatkan
hasil uji statistic dimana nilai p= 0,189 (>0,05). Sesuai dengan aturan
keputusan hipotesis statistic berarti Ha di tolak dan Ho di terima, berarti
terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan kejadian Ventilator Associated
Pneumonia (VAP), antara mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada yang
dilakukan sesuai dengan kebiasaan ruangan dengan mobilisasi (ambulasi) dan
fisioterapi dada yang dilakukan sesuai dengan konsep teori. Tidak adanya
perbedaan yang bermakna ini dapat terjadi karena pelaksanan tindakan
mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada yang dilakukan sesuai dengan
kebiasaan ruangan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Rumah sakit yang acuannya pada konsep dan teori yang sudah ada, tapi
frekuensi pelaksanaan tindakannya tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
hal ini sejalan dengan teori umumnya Mobilisasi pada pasien dilakukan setiap
2 jam sebanyak 3 kali sehari sebelum makan dan disesuaikan dengan jadwal
makan pasien. Tujuan dari mobilisasi antara lain: mempertahankan fungsi
tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernapasan menjadi lebih
baik, mempertahankan tonus otot, mengembalikan aktivitas tertentu sehingga
pasien dapat kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
(Suzan, 2004).
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam paparan Junal diatas didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya :
 Fisioterapi dada merupakan salah satu tindakan nonfarmakologi dalam
mencegah pneumonia/ VAP pada pasien yang terpasang ventilator, namun
hal ini bias sukses apabila didukung oleh beberapa factor diantaranya,
kolaborasi antar tim kesehatan, SOP yang disepakati, dilakukan dalam
frekuensi yang teratur dan keadaan pasien yan kondusif.
 Mobilisasi pada pasien yang dirawat di ICU mempunyai beberapa manfaat
diantaranya menurunkan skor delirium, menurunkan lam penggunaan
ventilasi mekanik, menurunkan lama rawat di ICU dan rumah sakit serta
menurukan biaya perawatan dan mencegah VAP, namun sama halnya dgan
fisioterapi dada mobilisasi dini bisa mendapatkan hasil yang baik apabila
ada kolaborasi yang baik antar tim dan juga dilakukan dengan frekuensi
yang teratur.

B. SARAN
Diharapkan Literature review ini dapat dijadikan bahan acuan untuk melaksanakan
fisioterapi dada dan Mobilisasi Dini pada pasien di ruang ICU khususnya sehingga pasien
mendapatkan tindakan nonfarmakologi yang diharapakan mencegah dari perburukan
kondisi.

Anda mungkin juga menyukai