HASIL ANALISIS
Perubahan posisi mempunyai efek terhadap perubahan tekanan darah dan tekanan vena
sentral (Lesmana, Ose, Zulfia, & Tobing, 2019). Perubahan posisi lateral atau miring
mempengaruhi aliran balik darah yang menuju ke jantung dan berdampak pada
hemodinamik. Pada pasien kritis lebih baik untuk diberikan mobilisasi dari pada pasien
dibiarkan dalam posisi supine secara terus menerus. Karena dengan membiarkan pasien
dalam keadaan imobilisasi akan memberi dampak yang buruk pada organ tubuh (Bein et
al., 2015). Pada peneliti Bagus Ananta Tanujiarso , Dilla Fitri Ayu Lestari didapaakan
Terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan di ruang ICU, seperti head up, memposisikan
lateral, ROM dan berkolaborasi dengan ahli fisioterapi. Namun demikian, menerapkan
mobilisasi
dini pada pasien di ICU sering kali mengalami hambatan. Kendala yang paling umum
ditemukan
adalah kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk mobilisasi, seperti adanya nyeri
hebat,
kelelahan, penurunan kesadaran, oversedasi, atau terpasang alat medis yang invasif.
Melakukanmobilisasi dini juga sangat bergantung pada keterampilan petugas
kesehatan yang ada di ICU,
fisioterapis, dan ketersediaan alat yang mendukung mobilisasi di ICU. perawat perlu
merencanakan kegiatan mobilisasi kepada pasien.
dalan jurnal 2 didapatkan kekurangan yaitu Kendala yang paling umum ditemukan
adalah kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk mobilisasi, seperti adanya nyeri
hebat,
kelelahan, penurunan kesadaran, oversedasi, atau terpasang alat medis yang invasif.
Melakukan
mobilisasi dini juga sangat bergantung pada keterampilan petugas kesehatan yang ada di
ICU,
fisioterapis, dan ketersediaan alat yang mendukung mobilisasi di ICU.
jurnal 3
Menurut peneliti, pelaksanaan
fisioterapi dada dapat terlaksana dengan
baik apabila responden diberikan
tambahan waktu dan bantuan tenaga
serta standarisasi operasional prosedur
dilakukannya fisioterapi dada yang
benar agar tidak terjadi pneumonia pada
pasien yang terpasang ventilator.
kekurangan penelitian
1. Pengetahuan
Dalam melakukan studi kasus
ini, peneliti menyadari bahwa masih
perlu mendapatkan bimbingan dan ilmu
pengetahuan yang up to date
dikarenakan peneliti masih memiliki
pengetahuan yang minim.
2. Referensi
Mengenai teori – teori mengenai
fisioterapi dada yang dilakukan pada
pasien terpasang ventilator masih kurang
terupdate. Sehingga, peneliti masih
membutuhkan sumber – sumber terbaru
mengenai studi kasus ini.
Jurnal 4
jurnal 5
Dalam pencegahan VAP dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: strategi non
farmakologi dan strategi farmakologi. Dalam strategi non farmakologi, yaitu:
mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan, pelindung muka atau
masker, posisi pasien dengan setengah duduk, menghindari pemberian nutrisi
enteral dengan volume besar, intubasi oral, pemeliharaan sirkuit ventilator,
penghisapan sekret dan perubahan posisi pasien miring kiri, telentang, miring
kanan. Sebaliknya, strategi farmakologi diantaranya, yaitu: pemberian
antibiotik (Sedono, 2007).
Tidak adanya perbedaan yang bermakna ini dapat terjadi karena pelaksanan tindakan
mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada yang dilakukan sesuai dengan kebiasaan
ruangan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Rumah sakit yang
acuannya pada konsep dan teori yang sudah ada, tapi frekuensi tindakannya tidak
sesuai dengan hasil yang diharapkan. Pada penelitian ini secara uji statistik tidak ada
perbedaan yang signifikan kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP), antara
kelompok kontrol dengan kelompok intervensi, namun demikian jumlah responden
VAP ada penurunan pada kelompok intervensi dari 7 berkurang menjadi 4. Terjadi
karena pelaksanan tindakan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada yang dilakukan
sesuai dengan kebiasaan ruangan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Rumah sakit yang acuannya pada konsep dan teori yang sudah ada.
kekurangan tidak adanya SOP