Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruangan Intensive care Unit (ICU) adalah unit perawatan kritis

yang merupakan ruangan perawatan pasien dengan disfungsi atau

kegagalan dalam satu atau beberapa sistem tubuh dengan kondisi yang

mengancam jiwa dan bergantung pada peralatan pemantauan dan terapi

disertai dengan gangguan hemodinamik dimana masih ada kemungkinan

pulih dengan pemantauan dan perawatan di Intensive Care Unit (ICU)

(Rahayu et al., 2017).

Pemasangan alat bantu pernapasan yaitu ventilasi mekanik

merupakan suatu tindakan untuk membantu mempertahankan pemberian

terapi oksigen pada pasien kritis yang mengalami gagal nafas dalam kurun

waktu tertentu. Dampak jangka pendek yang dapat dirasakan oleh pasien

yang sakit kritis diantaranya Associated Pneumonia Ventilator (VAP),

penundaan ventilasi mekanis karena kelemahan otot, dan tejadinya luka

tekan (Rahayu et al., 2017).

Pencegahan pneumonia pada pasien terintubasi sangat penting

karena pneumonia merupakan efek buruk dari penggunaan ventilasi

mekanis (Messer, 2015). Pneumonia yang diakibatkan pemakaian

ventilator atau dikenal VAP (ventilator asosiated pneumonia) adalah

infeksi nosokomial yang didapat akibat penggunan ventilasi mekanik, hal

1
ini hal ini menjadi komplikasi serius bahkan terkadang fatal pada pasien

yang menjalani anestesi umum atau mengalami gagal napas akut (Messer,

2015).

Menurut Kharabsheh et al., (2014), akibat gangguan sirkulasi darah

setempat secara terus menerus akibat adanya penekanan pada satu area

dapat menyebabkan decubitus. Adanya proses luka akibat penekanan yang

lama diarea jaringan lunak atau, area tonjolan tulang dan pada area

permukaan yang padat (Rahayu et al., 2017). Menurut (Sarwanto et al.,

2017) populasi berjumlah 16 pasien dan decubitus belum terjadi. Jumlah

nilai rata - rata tingkatan intervensi pada posisi yang miring berjumlah 300

lebih tinggi (p=0,041). Berdasarkan hasil yang didapatkan tindakan

memposisikan miring 300 sebagai rekomendasi yang baik dalam

mengurangi kejadian dekubitus terhadap pasien yang tirah baring lama.

Terjadinya ulkus tekan atau dekubitus akibat penggunaan

ventilator mekanik dan pemberian sedasi, terjadi karena sedasi

menghasilkan penurunan kemampuan pasien untuk mengubah posisi

sehingga menyebabkan penekanan yang berkepanjangan (Rahayu et al.,

2017). Pasien dengan imobilisasi dan istirahat di tempat tidur yang lama

memiliki risiko kerusakan kulit yang besar atau decubitus akibat kulit tidak

dapat mentelorir tekanan yang lama, yang akan menyebabkan kematian

jaringan akibat suplai darah ke daerah tertekan terganggu (Rahayu et al.,

2017). Imobilisasi merupakan salah satu faktor paling signifikan dalam

kejadian dekubitus (Rahayu et al., 2017).

2
Kehadiran aktivitas fisik pada pasien kritis dalam perawatan dini

di ICU sangat diperlukan bagi pasien karena aktivitas fisik dapat

meningkatkan status hemodinamik (Rahayu et al., 2017). Salah satu

intervensi yang dapat dilakukan perawat ke pasien dengan cara

memobilisasi progresif. American Association of Critical Care Nurses

(AACN) tahun 2010 tindakan mobilisasi progresif mulai dikembangkan

dan di perkenalkan. Tindakan mobilisasi progresif pada pasien kritis

dengan perawatan intensif merupakan rangkaian rencana yang dirancang

dalam menyiapkan pasien untuk melakukan pergerakan secara bertahap

dan berkelanjutan, (Rahayu et al., 2017). Situs penelitian Medical Center

Hospital (MCH) juga telah berusaha untuk menerapkan mobilitas

progresif dini untuk pasien dewasa yang berventilasi mekanik dalam

pengaturan perawatan intensif, berkorelasi dengan peningkatan hasil

mental dan fungsional (Ecklund & Bloss, 2015). Institute of Healthcare

Improvement (IHI) melaporkan rata-rata mobilitas pasien dini (EPM)

mengurangi Length Of Stay (LOS) 4,5 hari sebanyak 1,3 hari; dan

mengurangi risiko komplikasi seperti pneumonia terkait ventilator,

tromboemboli, dan ulkus tekan (Ecklund & Bloss, 2015).

Konsep ini telah merubah standar perawatan tradisional pasien

yang mengalami sakit kritis dan dirawat dengan ventilasi mekanik yang

harus tetap berbaring selama berhari-hari atau berminggu-minggu

(Schweickert & Kress, 2011). Hal ini menunjukkan perlunya perubahan

budaya dalam perawatan ICU untuk memasukkan strategi untuk

3
memobilisasi pasien di ICU. Dalam pelaksanaannya banyak di ICU belum

mengubah praktik untuk memasukkan mobilitas pasien dikarenakan

beberapa hambatan yang ada (B. K. M. Vollman & Bassett, 2014).

Mobilisasi progresif sangat baik diberlakukan pada pasien

terpasang ventilator di icu dikarenakan pasien yang tirah baring lama

sangat beresiko terjadi decubitus dan pneumonia. Dari data yang di dapat

di ruangan icu ada 58 perawat yang terdiri dari 45 orang perawat yang

sudah mengikuti pelatihan icu. Hal ini sangat berpegaruh terhadap

pengetahuan perawat terhadap protap (SOP) mobilisasi progresif di icu

yang juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan perawat.

Dari penjelasan diatas maka dilakukan penelitian tentang

gambaran pelaksanaan mobilisasi progresif kejadian dekubitus dan

pneumonia pada pasien kritis terpasang ventilator.

B. Rumusan Masalah

Pasien kritis di ICU dengan perawatan yang lama atau bedrest total selama

perawatan sangat beresiko terjadinya pneumonia dan decubitus terutama pada

pasien kritis yang terpasang ventilator. Oleh sebab itu tujuan dalam penelitian

ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan mobilisasi progresif, kejadian

dekubitus dan pneumonia pada pasien kritis terpasang ventilator sangat

diperlukan.

Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana gambaran pelaksanaan mobilisasi progresif, kejadian

dekubitus dan pneumonia pada pasien kritis yang terpasang ventilator?”

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan mobilisasi

progresif, kejadian dekubitus dan pneumonia pada pasien kritis terpasang

ventilator

2. Tujuan Khusus

Tujuan penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, penyakit

/ diagnosa medis) pasien kritis yang terpasang ventilator.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan mobilisasi progresif pada pasien kritis

yang terpasang ventilator

c. Untuk mengetahui kejadian dekubitus pada pasien kritis yang terpasang

ventilator

d. Untuk mengetahui kejadian pneumonia pada pasien kritis yang terpasang

ventilator

D. Maanfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian tindakan mobilisasi terhadap pasien kritis terpasang

ventilator bisa menjadi referensi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi data penunjang yang berhubungan

dengan tindakan mobilisasi pada pasien kritis terpasang ventilator dan

bisa menjadi referensi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

5
2. Secara Praktis

a. Dalam upaya pencegahan resiko dekubitus dan pneumonia hasil

penelitian ini, harapan dari peneliti bisa menjadi bahan masukan kepada

pihak rumah sakit dalam mengembangkan standar oprasional prosedur

(SOP) dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit pada pasien kritis

terpasang ventilator melalui pelaksanaan tindakan mobilisasi progresif.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi dalam upaya mencegah

kejadian decubitus dan pneumonia pada pasien kritis terpasang

ventilator dan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan mobilisasi

progresif pada pasien kritis terpasang ventilator.

c. Dalam palaksanaan perawatan intensif di rumah sakit, hasil penelitian

ini dapat bermaanfaat bagi perawatan pasien kritis di ruang perawatan

intensif.

6
E. Penelitian Terkait

Tabel 1. Penelitian terkait

No. Penulis/Tahun Judul Artikel Jumlah Tujuan Metode Hasil Perbedaan Penelitian
/Jurnal Responden Sebelum Dan
Sekarang
1. Kate E. Klein, Sustainability Sustainabili Untuk Comparative Di antara 260 pra- Penelitian sebelumnya
James F. Bena, of a nurse- ty of a menentukan study intervensi, 377 pasca menggunakan metode
Malissa driven early nurse- dampak implementasi, dan comperative study
Mulkey, Nancy progressive driven early berkelanjuta 480 dua belas bulan untuk melihat dampak
M. Albert mobility progressive n dari pasca implementasi dari protokol
(2018) protocol and mobility protokol pasien (N = 1117) mobilisasi progresif
patient protocol mobilitas berjalan meningkat awal dan untuk
clinical and and progresif pasca-implementasi penelitian sekarang
psychologica patient awal pada dan dipertahankan di menggunakan data
l health clinical and tingkat penilaian delapan dari berkas pasien
outcomes in a psychologic mobilitas bulan, p <.001. untuk mengetahui
neurological al health dan hasil Setelah penyesuaian kejadian decubitus dan
intensive care outcomes in klinis multivariabel, lama pneumonia pada
unit. a tinggal unit di rumah pasien kritis terpasang
Intensive & neurologica sakit dan ventilator
Critical Care l tekanan psikologis
Nursing intensive berkurang
care unit. dibandingkan dengan
Intensive & program mobilitas
Critical pra-awal (semua p
<0,001).

7
Care Tidak ada perbedaan
Nursing dalam disposisi,
kematian atau
kualitas.
Kesimpulan:
Implementasi
berkelanjutan dari
program mobilitas
dini dalam
lingkungan
perawatan intensif
neurologis
menyebabkan
peningkatan
berkelanjutan dalam
tingkat mobilitas
pasien, lama rawat
inap dan rumah sakit,
depresi, dan
kecemasan.
2. Ana Sabrina Application 828 pasien Untuk Quasi Data yang terkait Penelitian sebelumnya
Sousa, José of a menilai Eksperimenta dengan karakterisasi menggunakan metode
Artur Paiva, ventilator apakah l study pasien, pedoman quasi eksperimental
Cândida associated implementa kepatuhan dan hasil study untuk menilai
Ferrito (2019) pneumonia si pedoman kesehatan dianalisis. implementasi
prevention yang Dari populasi 1970 pedoman kepatuhan
guideline disesuaikan pasien, sampel akan meningkatkan
akan hasil yang baik pada

8
and meningkatk penelitian 828 kejadian pneumonia
outcomes: A an hasil dipelajari. ventilator dan hasil
quasi- yang baik Kepatuhan terhadap perawatan intensif dan
experimental pada rekomendasi sangat untuk penelitian
study. kejadian tinggi. sekarang menggunaan
Intensive & pneumonia Teridentifikasi berkas rekam medis
Critical Care ventilator pengurangan yang pasien untuk
Nursing dan hasil signifikan dalam mengetahui kejadian
perawatan insiden decubitus dan
intensif pneumonia terkait pneumonia pada
terkait. ventilator di dua unit pasien kritis terpasang
(p = 0,020 dan p = ventilator
0,001) dan
pengurangan durasi
ventilasi invasif,
lama rawat inap unit
intensif dan
mortalitas di ketiga
unit. Kami
menemukan
hubungan antara
beberapa
rekomendasi dan
implementasi dari
serangkaian
rekomendasi
dan lama perawatan
unit perawatan

9
intensif, durasi
ventilasi invasif dan
mortalitas.
Penerapan pedoman
berbasis bukti yang
disesuaikan secara
lokal dapat
meningkatkan hasil
dari kejadian
pneumonia terkait
ventilator
3. Alessandra Early 94 pasien Untuk Quasi Selama periode Penelitian sebelumnya
Negro, RN, progressive ICU menilai eksperimenta penelitian, 482 menggunakan metode
Luca Cabrini, mobilization kelayakan l pasien dirawat di quasi eksperimental
MD, Rosalba in the dan ICU dan 94 (19,5%) untuk menilai
Lembo, MSc, intensive care keamanan dimobilisasi. Pasien kalayakan dan
Giacomo unit without protokol yang tidak keamanan protocol
Monti, MD, dedicated mobilisasi dimobilisasi lebih mobilisasi progresif
Mauro Dossi, personnel. progresif sering adalah pasien awal yang
RN, CNS, Canadian awal bedah. Kami dilaksanakan
Arianna Journal of diimplemen melakukan 356 sesi denganketerbatasan
Perduca, RN, Critical Care tasikan mobilisasi. Kami personel. dan untuk
Sergio Nursing dengan menemukan bahwa penelitian sekarang
Colombo, MD, keterbatasan ada peningkatan menggunakan berkas
Monica Personel yang signifikan dari rekam medis untuk
Marazzi, RN, dan sebagai waktu ke waktu mengetahui kejadian
HNIC, Giulia bagian dari pasien dimobilisasi decubitus dan
Villa, MScN, penatalaksa saat menggunakan pneumonia pada

10
RN, Duilio naan ventilasi mekanik. pasien kritis terpasang
Manara, ABCDE. Empat efek samping ventilator
MScN, RN, minor terjadi dalam
Giovanni tiga bulan pertama,
Landoni, MD, dan tidak ada efek
and Alberto samping setelahnya.
Zangrillo, MD Semua praktik
2018 diselesaikan segera
dan setelah
menghentikan
mobilisasi tidak ada
konsekuensi apa pun
yang terjadi.
Implementasi
protokol mobilisasi
awal dan progresif
layak dan aman,
bahkan tanpa adanya
personil yang
memadai tetapi
jumlah pasien yang
dapat dimobilisasi
rendah.
4. Karin Diserens, Early 50 pasien Untuk Quasi Delapan dari 50 Penelitian sebelumnya
Tiago Moreira, mobilization mengevalua eksperimenta pasien secara acak menggunakan metode
Lorenz Hirt, out of bed si apakah l dikeluarkan dari quasi eksperimental
Mohamed after mobilisasi analisis per-protokol untuk mengevaluasi
Faouzi, Jelena dini setelah karena transfer awal mobilisasi dini setelah

11
Grujic, Gilles ischaemic stroke ke rumah sakit lain. stroke iskemik lebih
Bieler, Philippe stroke iskemik Ada 2 (8%) baik dari mobilisasi
Vuadens and reduces akut lebih komplikasi parah yang tertunda yang
Patrik Michel severe baik pada 25 pasien berkaitang dengan
(Diserens et al., complication daripada mobilisasi awal dan 8 fungsi neurologis dan
2012) s but not mobilisasi (47%) pada 17 pasien aliran darah ke otak.
cerebral yang mobilisasi tertunda Penelitian sekarang
blood flow: a tertunda (P <0,006). Tidak menggunakan berkas
randomized sehubungan ada perbedaan dalam rekam medis untuk
controlled dengan jumlah total mengevaluasi
pilot trial. komplikasi komplikasi atau hasil sekarang untuk
Clinical medis dan klinis. Pada 26 pasien mengetahui kejadian
Rehabilitatio apakah (62%) yang decubitus dan
n Journal aman dalam menjalani pneumonia pada
kaitannya ultrasonografi pasien kritis terpasang
dengan Doppler transkranial ventilator
fungsi serial, tidak ada
neurologis perbedaan aliran
dan darah yang
aliran darah ditemukan.
otak. Penelitian
menemukan
pengurangan yang
jelas dalam
komplikasi parah dan
tidak ada
peningkatan
komplikasi total

12
dengan protokol
mobilisasi dini
setelah stroke
iskemik akut. Tidak
ada pengaruh pada
hasil tiga bulan
neurologis atau aliran
darah otak terlihat.
Mobilisasi untuk
pasien stroke harus
dimulai pada hari
pertama di tempat
tidur, diikuti oleh
mobilisasi cepat
sampai bangun dari
tempat tidur.
5. Ni Wayan Effectiveness 40 Menguji Quasy Paired t-test Penelitian sebelumnya
Rahayu Of responden efektivitas experimental menunjukkan bahwa menggunakan metode
Ningtyas, RR Progressive mobilisasi study ada perbedaan yang quasy eksperimental
Sri Endang Mobilization progresif signifikan antara study untuk menguji
Pujiastuti, Nina Level I And II tingkat I dan tekanan sistolik, efektifitas mobilisasi
Indriyawati On II pada tekanan diastolik, progresif tingkat 1 dan
(Rahayu Hemodynami status MAP, denyut 2 pada status
Ningtyas et al., c Status And hemodinami jantung, hemodinamik dan
2017) Decubitus k dan skor Braden resiko decubitus
Ulcer Risk In dan risiko setelah diberikan dengan hasil yang di
Critically Ill ulkus intervensi dengan p- dapatkan mobilisasi
Patients. dekubitus value <0,05. Namun, progresif level 1 dan 2

13
Belitung pada pasien uji anova berulang dapat mengurangi
Nursing yang sakit menunjukkan bahwa resiko decubitus.
Journal kritis tekanan diastolik untuk penelitian
memiliki nilai p> sekarang
0,05, sehingga tidak menggunakan berkas
dapat dilanjutkan ke rekam medis untuk
tes post-hoc. mengetahui kejadian
Mobilisasi progresif decubitus dan
tingkat I dan II bagi pneumonia pada
pasien kritis dapat pasien kritis terpasang
menstabilkan ventilator
tekanan sistolik
(52,46%),
menstabilkan PETA
(58,43%),
menstabilkan denyut
jantung (68,99%),
dan mengurangi
risiko
decubitus (55,03%)
selama 7 hari
intervensi berulang.
Mobilisasi progresif
level I dan II dapat
mengurangi risiko
dekubitus dan
menstabilkan status

14
hemodinamik pada
pasien kritis.
6. April Messer, Implementati 41 Untuk Retrospektif Skor setelah Penelitian sebelumnya
RN, MSN, on of a responden mengevalua study intervensi menggunakan metode
CCRN Progressive si pengaruh pendidikan secara pra eksperimental
Linda Comer, Mobilization pendidikan signifikan lebih untuk mengetahui
RN, PhD, Program in a untuk tinggi daripada skor pengetahuan dan
CNE, LPC Medical- pengetahua sebelum intervensi praktek program
Steve Forst, Surgical n dan (t = 2.02; P <.001). mobilisasi progresif
RN, MSN, Intensive praktik Mobilisasi pada area perawatan
CNE (2015) Care Unit. program keseluruhan (P = kritis pendidikan
Critical Care mobilisasi 0,04) dan sebagian (P mobilisasi dapat
Nurse progresif = 0,01) meningkat mempengaruhi
pada secara signifikan perawat dalam
perawatan setelah pendidikan. melakukan intervensi
intensif Tidak ada mobilisasi. sedangkan
peningkatan penelitian sekarang
signifikan yang menggunakan berkas
terjadi pada proses rekam medis untuk
ambulasi atau mengetahui kejadian
membuat pasien decubitus dan
berdiri. pneumonia pada
Pendidikan pasien kritis terpasang
mobilisasi efektif dan ventilator
meningkatkan
pengetahuan perawat
tentang manfaat
mobilitas untuk

15
pasien yang sakit
kritis. Program
pendidikan juga
mempengaruhi
bagaimana perawat
melakukan intervensi
mobilitas. Meskipun
pemberian
pendidikan memiliki
efek positif pada
mobilitas pasien,
kepemimpinan dan
pembinaan masih
merupakan
komponen penting
dalam menerapkan
perubahan.
7. Rene Merced Implementati 20 pasien di Untuk Retrospektif Penelitian ini Penelitian sebelumnya
Rodriguez on of an ICU mengevalua study menghasilkan menggunakan metode
(2014) Early si program penurunan 1,2 hari di retrospektif study
Progressive berbasis ICU LOS dan untuk mengefaluasi
Mobility EPM untuk pengurangan 6,7% program EPM dan
Program in meningkatk hari penggunaan maanfaat mobilisasi
the Intensive an ventilator. Sensus dini dalam
Care Units. kolaborasi harian rata-rata mengurangi
Health and interdisiplin menurun dari 16,2 kompliksasi , LOS dan
Medical er dan pada 2015 menjadi biaya perawatan.
14,7 hingga 2016. Sedangkan penelitian

16
Administratio koordinasi Penelitian ini sekarang
n Commons perawatan. mendukung manfaat menggunakan berkas
mobilitas dini pasien rekam medis untuk
ICU untuk mengetahui kejadian
mengurangi decubitus dan
komplikasi, hari pneumonia pada
ventilator, LOS, dan pasien kritis terpasang
biaya keseluruhan ventilator
untuk perawatan.
Proyek ini
menunjukkan standar
praktik klinis
berdasarkan
pedoman EBP dan
protokol yang
diterjemahkan ke
dalam kerja tim yang
ditingkatkan, hasil
pasien, dan metrik
rumah sakit.

17

Anda mungkin juga menyukai