2 2017
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 - 2445
PENGALAMAN MENGGUNAKAN INFUS SAAT DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
ABSTRAK
Sebagian besar pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan infus selama perawatan. Pasien-pasien yang
diinfus memiliki persepsi dan pengalaman yang beragam terkait infus yang terpasang di tangan mereka. Infus
atau terapi intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang dapat menyebabkan berbagai masalah bagi
pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman mendapatkan infus selama perawatan di
rumah sakit. Penelitian ini adalah penelitian fenomenologi yang merekrut 15 orang pasien secara purposive
sampling di ruang rawat bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Indonesia. Data dikumpulkan dengan
menggunakan wawancara mendalam dan dianalisis dengang nemnggunakan metode Colaizzi. Trustworthiness
dari penelitian ini dijaga selama penelitian dengan menerapkan credibility, transferability, confirmability, dan
dependability. Hasil penelitian menunjukkan ada 4 tema yang muncul: persepsi terkait pasien dan infus, tujuan
diinfus, masalah dalam penggunaan infus, dan cara menangani masalah infus. Perawat perlu menjelaskan infus
yang diberikan ke pasien secara lengkap dan benar serta memberikan perawatan yang tepat untuk meminimalisir
masalah-masalah yang muncul akibat penggunaan infus dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan untuk pasien yang terpasang terapi infus.
ABSTRACT
Most of hospitalized patients need intravenous therapy or infusion. Patients being infused have various
perceptions and experiences related to their infusions. Infusion or intravenous therapy as one of invasive
interventions may also cause problems for the patients. Objective of this study was to explore experiences of
receiving infusion during hospitalization. This study was phenomenological study which recruited
purposively15 patients hospitalized in medical ward of Arifin Achmad General Hospital in Pekanbaru,
Indonesia. Data were collected using in-depth interview and analyzed using Colaizzi’s method. Trustworthiness
was maintained throughout this study by achieving credibility, transferability, confirmability, and dependability
of the study. The results showed that 4 themes emerged from the data: perception regarding patients and
infusion, goals of being infused, problems in using infusion, and ways to deal with infusion’s problems. Nurses
need to explain infusion therapy given to patients completely and correctly as well as provide appropriate
treatment to minimize problems regarding use of infusion in order to enhance quality of nursing care for
patients with infusion therapy.
35
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk
dan ketrampilan perawat yang memadai dapat filosofis dan metodologi yang dapat
mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan menambah pengetahuan tentang rentang sehat-
pasien akibat pemasangan infus seperti nyeri sakit dan memiliki implikasi terhadap
saat penusukan jarum infus. Pengetahuan pemahaman akan keunikan pasien serta
perawat tentang pengkajian pengobatan, bermanfaat untuk meningkatkan clinical
kondisi pembuluh darah vena pasien, outcomes bagi pasien dan keluarganya.
pemilihan lokasi penusukan jarum infus dan Menurut Dowling (2004), deskriptif
pemilihan alat infuse yang sesuai akan fenomenologi menekankan pada deskripsi
membantu perawat dalam mengambil fenomena yang diamati dan bertujuan untuk
keputusan untuk menentukan lokasi infus, mendapatkan pengetahuan yang fundamental
memasangan dan perawatan pasien yang dari fenomena yang digali tersebut.
terpasang terapi intravena (Alexander et al, Partisipan pada penelitian ini adalah
2010). pasien dewasa yang terpasang infus dan
Menurut Scales (2009), peran perawat dirawat di ruang kelas II dan III RSUD Arifin
terkait infus tidak hanya memasang infus saja, Achmad Pekanbaru yang direkrut secara
tapi juga memberikan medikasi melalui purposive sampling dengan kriteria inklusi
intravena, monitoring, perawatan, dan juga yaitu terpasang infus minimal 3 hari berturut-
pencegahan infeksi. Aspek keamanan pasien turut, kedua tangan dapat bergerak bebas tanpa
(patient safety) juga harus dipertimbangkan hambatan/kelemahan, tidak mengalami
oleh perawat dalam memberikan terapi gangguan mobilitas fisik seperti kelemahan,
intravena, seperti lokasi pemasangan infus dan lumpuh atau cacat, dan tidak mendapat
pemasangan yang sesuai dengan standar instruksi untuk bedrest total.
operasional prosedur yang berlaku sehingga Peneliti melakukan wawancara
dapat mencegah kerugian atau masalah bagi mendalam pada limabelas partisipan di ruang
pasien selama perawatan, misalnya infeksi rawat mereka masing-masing dengan
pada area infus, bengkak, atau penusukan yang menggunakan pertanyaan terbuka. Data
berulang-ulang yang menimbulkan trauma dianalisis menggunakan metode Collaizi
bagi pasien. (1978, dalam Straubert dan Carpenter (1999),
Hasil studi literatur menunjukkan yaitu; 1) membuat deskripsi fenomena yang
selama ini penelitian terkait infus atau terapi diamati, 2) mengumpulkan deskripsi partisipan
intravena lebih banyak dan berfokus pada tentang fenomena yang diamati, dalam hal ini
masalah atau komplikasi yang muncul akibat dengan membuat transkrip hasil wawancara
pemasangan infus seperti phlebitis, dan disertai dengan catatan lapangan, 3)
tromboplebitis dan lain-lain (Asrin, Tryanto & membaca hasil transkripsi partisipan berulang-
Upoyo, 2006; Maria & Kurnia, 2012; ulang agar memahami fenomena yang
Wayunah, 2011; Pasaribu, 2006). Peneliti dideskripsikan partisipan, 4) mengidentifikasi
tidak menemukan penelitian kualitatif yang kata kunci melalui penyaringan pernyataan
khusus menggali pengalaman menggunakan partisipan yang signifikan dan relevan dengan
infus pada pasien yang dirawat di rumah sakit. fenomena yang diteliti dan kemudian
Penelitian ini penting artinya dalam dikelompokkan, 5) menentukan arti dari setiap
memberikan pemahaman bagi perawat tentang pernyataan penting partisipan, 6)
pandangan pasien dan apa yang dirasakan mengorganisasikan arti-arti yang telah
pasien terhadap infus yang terpasang di diidentifikasi menjadi tema-tema, 7)
tubuhnya sehingga perawat dapat memberikan mengintegrasikan hasil penelitian dalam
pelayanan keperawatan yang lebih berkualitas bentuk deksripsi naratif yang mendalam sesuai
khususnya terkait dengan penggunaan infus tujuan penelitian, 8) kembali ke partisipa
pada pasien. nuntuk validasi hasil penelitian yang telah
dibuat, 9) jika ada data baru selama validasi
METODE masukkan ke dalam deskripsi hasil penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif tersebut.
dengan menggunakan pendekatan deskriptif Trustworthiness dalam penelitian ini
fenomenologi yang bertujuan untuk menggali dicapai dengan menerapkan prinsip-prinsip
pengalaman pasien menggunakan infus saat credibility, confirmatibilty, dan transferability
dirawat di rumah sakit. Menurut Edward (Lincoln & Guba, 1985). Credibility merujuk
(2006), fenomenologi adalah kerangka pada kebenaran hasil penelitian yang dapat
36
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 2 2017
37
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk
38
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 2 2017
dipasang infus. Partisipan mengungkapkan saat berpindah tempat, seperti saat ke kamar
hambatan fisik akibat diinfus seperti tidak mandi. Enam partisipan mengungkapkan
bebas bergerak, terganggu ke kamar mandi, pengalaman mereka meminta bantuan suami
dan merasa tidak bisa mandiri. Hampir semua atau istrinya untuk membantu memegang infus
partisipan mengakui kesulitan untuk saat partisipan ke kamar mandi, seperti
melakukan mobilitas karena infusnya. Salah diungkapkan oleh seorang partisipan:
satunya berkata: “…ya, kadang-kadang kalau ada suami
“…terganggu pastilah ya..terganggu minta tolong suami pegangkan botol
juga. Apalagi kalau mau mandi kan..ke infus ni kalau ke kamar mandi” (P1)
kamar mandi jadi susah…terganggu
kita kalau ke kamar mandi tu” (P4) Partisipan lain mengatakan:
“Kalau ke wc awak (saya) berdua sama
Partisipan lain mengatakan: anak, ya minta tolong sama anak awak
“…infus ini bikin ndak bebas (saya). Kalau tak berdua bisa macet
geraknya...menghambat kita...payah kita infus ni” (P6)
bergerak jadinya” (P3) Ada juga partisipan yang berusaha
sendiri memegang infus saat ke kamar mandi.
Cara menangani masalah infus Mereka memegang sendiri infusnya saat ke
Partisipan memiliki cara tersendiri kamar mandi untuk buang air kecil atau
dalam menghadapi dan menangani masalah mencuci tangan. Empat partisipan mengatakan
atau hambatan yang muncul akibat terpasang mereka memegang botol infus dengan tangan
infus. Untuk masalah bengkak, macet, serta yang tidak diinfus kemudian di kamar mandi
nyeri yang timbul akibat bengkak dan infus botol infus digantung di paku yang terpasang
yang macet, pilihan yang paling banyak di dinding kamar mandi. Seorang partisipan
dilakukan adalah memberitahu perawat untuk mengatakan:
membantu melancarkan infus. Kemudian “kalau ke kamar mandi saya pegang
perawat berusaha untuk melancarkan aliran sendiri, dimatikan dulu infusnya baru
infus dan jika tidak dapat dilancarkan kembali diangkat dari tiangnya. Nanti dikamar
atau untuk masalah bengkak, maka infus mandi digantung di paku botol infus ni.
dicabut atau dilepas dan dipasang infus yang Gitulah cara kan kalau ke kamar
baru jika masih diperlukan. Sepuluh partisipan mandi” (P3)
yang pernah merasakan bengkak dan macet
menjelaskan bahwa infus mereka yang macet PEMBAHASAN
atau menyebabkan bengkak akhirnya dicabut Sebagian besar pasien dengan berbagai
oleh perawat dan dipasang infus baru. kondisi dan berbagai penyakit memerlukan
Frekwensi infus dicabut dan dipasang baru infus selama perawatannya. Dalam dunia
berbeda-beda setiap partisipan tersebut keperawatan, tindakan pemasangan infus saat
bervariasi, ada yang dua kali, tiga kali, lima ini sudah menjadi bagian yang integral dari
kali bahkan sampai sepuluh kali. Hal ini perlu suatu pelayanan yang professional (Wayne, et
menjadi perhatian bagi pasien dan perawat al, 2013). Infus diberikan sebagai sarana
agar memperhatikan kelancaran aliran infus. memasukkan zat-zat nutrisi atau elektrolit,
Seorang partisipan berkata: memperbaiki gangguan keseimbangan asam-
“dah sering kali, di tangan kiri sering basa tubuh, media transfusi darah, dan juga
terus pindah ke tangan kanan. Ada tujuh salah satu cara memasukkan obat ke dalam
kali ganti infus karena macet, ndak tubuh pasien (Alexander, et al, 2010). Jenis
jalan infusnya…Saya kasitau perawat, cairan infus yang diberikan pada pasien
udah dicobanya tapi ndak bisa lancar tergantung pada tujuan pemberian infus.
juga, jadi harus dicabut infusnya, Pasien yang dirawat di rumah sakit
pasang infus baru lagi” (P12) memiliki sudut pandang yang beragam dalam
Untuk masalah hambatan dalam menilai suatu intervensi atau tindakan yang
pergerakan atau mobilitas fisik karena dilakukan perawat atau dokter yang
terpasang infus, sebagian partisipan merawatnya. Pandangan pasien terhadap
mengatakan meminta bantuan anggota kebutuhan atau pentingnya diinfus sangat
keluarga yang menjaganya seperti suami, istri, dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman
atau anak untuk membantu memegang infus pasien tentang tujuan dan manfaat dari
39
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk
pemberian infus tersebut. Dalam hal ini protektif. Dalam penelitian ini pasien
perawat sebagai orang yang bertanggung merasakan rasa sakit atau nyeri akibat
jawab terhadap infus perlu memberikan pemasangan infus, infus yang macet atau
pemahaman kepada pasien tentang tujuan, bengkak. Kemampuan perawat memasang dan
manfaat, dan prosedur pemasangan dan merawat infus sangat mempengaruhi banyak
perawatan infus sehingga pasien memiliki atau sedikitnya masalah atau komplikasi yang
persepsi yang tepat tentang infus. ditimbulkan akibat pemasangan infus tersebut.
Pemberian informasi yang akurat dan Menurut Jeli (2014), pemasangan dan
adekuat kepada pasien terkait tindakan atau perawatan infus yang tidak tepat menimbulkan
perawatan yang akan dilakukan pada pasien berbagai masalah atau komplikasi, baik lokal
adalah bagian dari perilaku profesional dari maupun sistemik dan studi menunjukkan 44%
seorang perawat Widyarini (2005) menyatakan pasien mengalami phlebitis, 23% mengalami
dalam kondisi sakitnya, pasien memerlukan infiltrasi, dan 20,83% mengalami
tindakan perawatan yang profesional dari ekstravasasi, dan 44% harus mengalami
perawat dan dokter yang memiliki kompetensi penusukan ulang karena kesalahan posisi.
dalam usaha penyembuhan kondisi pasien.. Hasil penelitian Pasaribu (2006) menunjukkan
Dalam hal ini, pengalaman pasien mengalami pemasangan infus yang sesuai standar
atau mendapatkan tindakan perawatan prosedur dengan kategori baik sebanyak 27%,
dipengaruhi oleh kemampuan profesional sedang 40% dan buruk 33%. Kedua penelitian
perawat sehingga semakin professional dan diatas menunjukkan secara umum masih
kompeten seorang perawat memberikan banyak terjadi masalah akibat infus dan
pelayanan maka semakin baik pengalaman kemampuan atau kinerja perawat terkait
dirawat yang akan dirasakan pasien, termasuk pemasangan infus masih harus ditingkatkan
pengalaman diinfus sebagai bagian dari agar semakin sedikit masalah akibat infus yang
tindakan perawatan yang diterimanya. dialami pasien. Semakin sedikit masalah atau
Cairan infus berisi terdiri dari berbagai komplikasi yang dialami pasien akan semakin
komposisi zat, ada yang berisi antibiotik, mempercepat kesembuhan pasien dan makin
elektrolit, atau nutrisi. Infus yang dipasang meningkatkan kepuasan pasien terhadap
pada pasien diberikan sesuai dengan tujuan pelayanan yang diterimanya.
pemberiannya, seperti cairan infus yang berisi Hasil penelitian ini menunjukkan secara
antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi umum pasien berusaha mengatasi masalah
pada pasien, atau yang berisi nutrisi dan terkait infusnya secara mandiri atau meminta
elektrolit untuk membantu pemenuhan nutrisi bantuan perawat dan keluarga. Widyarini
dan elektrolit bagi pasien, selain juga (2005) mengatakan puas atau tidak puas
memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pada terhadap pelayanan yang diberikan, pada
penelitian ini hampir semua partisipan dasarnya keberadaan perawat sangat
mendapatkan infus yang berisi cairan dan dibutuhkan pasien. Pasien sangat
elektrolit. Secara umum, tujuan akhir dari membutuhkan perawat karena perawat
perawatan di rumah sakit adalah untuk dirasakan sangat membantu, mampu
mencapai kesembuhan. Pandangan pasien menenangkan pasien dan dipercaya dapat
terhadap tujuan pemberian infus turut mempercepat kesembuhan pasien. Dalam
dipengaruhi oleh pengalaman mereka kondisi tidak mampu mandiri, pasien sangat
merasakan efek dari pemberian infus bergantung pada jasa perawat dan
sebelumnya dan informasi yang diterimanya profesionalisme serta kompetensi perawat
tentang infus tersebut. Menurut Gromiko menjadi sangat penting dalam usaha perawatan
(2009), pasien memiliki perilaku mencaritahu dan penyembuhan pasien. Memandirikan
tentang perawatan yang diterimanya melalui pasien adalah salah satu tujuan dari intervensi
upaya komunikasi dengan perawat dan keperawatan dan dalam mencapai
mencari informasi melalui orang lain atau kemandirian, bantuan dari perawat dan
media lainnya. Semakin banyak dan akurat keluarga menjadi hal yang penting.
informasi yang didapatkan semakin paham Keluarga memegang peranan penting
pasien suatu tindakan keperawatan. dalam perawatan pasien. Dukungan keluarga
Menurut Widyarini (2005), sakit sangat diperlukan bagi anggota keluarga yang
merupakan pengalaman subjektif yang tidak sakit. Dukungan keluarga dipercaya dapat
menyenangkan dan mengandung fungsi membantu individu mengurangi atau
40
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 2 2017
41
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk
42