Anda di halaman 1dari 8

Idea Nursing Journal Vol. VIII No.

2 2017
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 - 2445
PENGALAMAN MENGGUNAKAN INFUS SAAT DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

Experiences of Receiving Infusion during Hospitalization

Bayhakki1*, Erwin2, Wasisto Utomo3


1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Riau
Email: bayhakkiur@gmail.com

ABSTRAK
Sebagian besar pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan infus selama perawatan. Pasien-pasien yang
diinfus memiliki persepsi dan pengalaman yang beragam terkait infus yang terpasang di tangan mereka. Infus
atau terapi intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang dapat menyebabkan berbagai masalah bagi
pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman mendapatkan infus selama perawatan di
rumah sakit. Penelitian ini adalah penelitian fenomenologi yang merekrut 15 orang pasien secara purposive
sampling di ruang rawat bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Indonesia. Data dikumpulkan dengan
menggunakan wawancara mendalam dan dianalisis dengang nemnggunakan metode Colaizzi. Trustworthiness
dari penelitian ini dijaga selama penelitian dengan menerapkan credibility, transferability, confirmability, dan
dependability. Hasil penelitian menunjukkan ada 4 tema yang muncul: persepsi terkait pasien dan infus, tujuan
diinfus, masalah dalam penggunaan infus, dan cara menangani masalah infus. Perawat perlu menjelaskan infus
yang diberikan ke pasien secara lengkap dan benar serta memberikan perawatan yang tepat untuk meminimalisir
masalah-masalah yang muncul akibat penggunaan infus dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan untuk pasien yang terpasang terapi infus.

Kata kunci: Infus, Pasien, Fenomenologi

ABSTRACT
Most of hospitalized patients need intravenous therapy or infusion. Patients being infused have various
perceptions and experiences related to their infusions. Infusion or intravenous therapy as one of invasive
interventions may also cause problems for the patients. Objective of this study was to explore experiences of
receiving infusion during hospitalization. This study was phenomenological study which recruited
purposively15 patients hospitalized in medical ward of Arifin Achmad General Hospital in Pekanbaru,
Indonesia. Data were collected using in-depth interview and analyzed using Colaizzi’s method. Trustworthiness
was maintained throughout this study by achieving credibility, transferability, confirmability, and dependability
of the study. The results showed that 4 themes emerged from the data: perception regarding patients and
infusion, goals of being infused, problems in using infusion, and ways to deal with infusion’s problems. Nurses
need to explain infusion therapy given to patients completely and correctly as well as provide appropriate
treatment to minimize problems regarding use of infusion in order to enhance quality of nursing care for
patients with infusion therapy.

Keywords: Infusion, Patients, Phenomenology

PENDAHULUAN Penggunaan infus atau terapi intravena


Terapi intravena atau yang biasa disebut di berbagai pusat pelayanan kesehatan
infus merupakan tindakan memasukkan cairan terutama rumah sakit sangat banyak. Di
ke dalam pembuluh darah vena yang sering Inggris, diperkirakan sekitar 25 juta pasien per
dilakukan pada pasien di berbagai pusat tahun menggunakan infus selama
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit perawatannya (Hampton, 2008). Penggunaan
(Potter & Perry, 2006). Infus digunakan untuk infus saat ini sudah mulai meluas, tidak hanya
berbagai tujuan, seperti untuk membantu dilakukan di rumah sakit tapi sudah mulai
pemasukan cairan bagi pasien yang dehidrasi, dilakukan untuk perawatan pasien di rumah
tidak sadar, atau tidak dapat menelan. Selain (home care). Gabriel (2008) menyatakan
itu infus juga berfungsi sebagai sarana bahwa penggunaan infus telah menjadi suatu
memasukkan nutrisi atau elektrolit untuk hal biasa dimana 90% pasien rawat inap di
memperbaiki gangguan keseimbangan asam- rumah sakit mendapat infus selama
basa tubuh, sebagai sarana transfusi darah, dan perawatannya.
salah satu cara memasukkan obat ke dalam Sebagai suatu tindakan invasif, perawat
tubuh (Alexander, et al, 2010). harus terampil memasang infus. Kemampuan

35
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk

dan ketrampilan perawat yang memadai dapat filosofis dan metodologi yang dapat
mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan menambah pengetahuan tentang rentang sehat-
pasien akibat pemasangan infus seperti nyeri sakit dan memiliki implikasi terhadap
saat penusukan jarum infus. Pengetahuan pemahaman akan keunikan pasien serta
perawat tentang pengkajian pengobatan, bermanfaat untuk meningkatkan clinical
kondisi pembuluh darah vena pasien, outcomes bagi pasien dan keluarganya.
pemilihan lokasi penusukan jarum infus dan Menurut Dowling (2004), deskriptif
pemilihan alat infuse yang sesuai akan fenomenologi menekankan pada deskripsi
membantu perawat dalam mengambil fenomena yang diamati dan bertujuan untuk
keputusan untuk menentukan lokasi infus, mendapatkan pengetahuan yang fundamental
memasangan dan perawatan pasien yang dari fenomena yang digali tersebut.
terpasang terapi intravena (Alexander et al, Partisipan pada penelitian ini adalah
2010). pasien dewasa yang terpasang infus dan
Menurut Scales (2009), peran perawat dirawat di ruang kelas II dan III RSUD Arifin
terkait infus tidak hanya memasang infus saja, Achmad Pekanbaru yang direkrut secara
tapi juga memberikan medikasi melalui purposive sampling dengan kriteria inklusi
intravena, monitoring, perawatan, dan juga yaitu terpasang infus minimal 3 hari berturut-
pencegahan infeksi. Aspek keamanan pasien turut, kedua tangan dapat bergerak bebas tanpa
(patient safety) juga harus dipertimbangkan hambatan/kelemahan, tidak mengalami
oleh perawat dalam memberikan terapi gangguan mobilitas fisik seperti kelemahan,
intravena, seperti lokasi pemasangan infus dan lumpuh atau cacat, dan tidak mendapat
pemasangan yang sesuai dengan standar instruksi untuk bedrest total.
operasional prosedur yang berlaku sehingga Peneliti melakukan wawancara
dapat mencegah kerugian atau masalah bagi mendalam pada limabelas partisipan di ruang
pasien selama perawatan, misalnya infeksi rawat mereka masing-masing dengan
pada area infus, bengkak, atau penusukan yang menggunakan pertanyaan terbuka. Data
berulang-ulang yang menimbulkan trauma dianalisis menggunakan metode Collaizi
bagi pasien. (1978, dalam Straubert dan Carpenter (1999),
Hasil studi literatur menunjukkan yaitu; 1) membuat deskripsi fenomena yang
selama ini penelitian terkait infus atau terapi diamati, 2) mengumpulkan deskripsi partisipan
intravena lebih banyak dan berfokus pada tentang fenomena yang diamati, dalam hal ini
masalah atau komplikasi yang muncul akibat dengan membuat transkrip hasil wawancara
pemasangan infus seperti phlebitis, dan disertai dengan catatan lapangan, 3)
tromboplebitis dan lain-lain (Asrin, Tryanto & membaca hasil transkripsi partisipan berulang-
Upoyo, 2006; Maria & Kurnia, 2012; ulang agar memahami fenomena yang
Wayunah, 2011; Pasaribu, 2006). Peneliti dideskripsikan partisipan, 4) mengidentifikasi
tidak menemukan penelitian kualitatif yang kata kunci melalui penyaringan pernyataan
khusus menggali pengalaman menggunakan partisipan yang signifikan dan relevan dengan
infus pada pasien yang dirawat di rumah sakit. fenomena yang diteliti dan kemudian
Penelitian ini penting artinya dalam dikelompokkan, 5) menentukan arti dari setiap
memberikan pemahaman bagi perawat tentang pernyataan penting partisipan, 6)
pandangan pasien dan apa yang dirasakan mengorganisasikan arti-arti yang telah
pasien terhadap infus yang terpasang di diidentifikasi menjadi tema-tema, 7)
tubuhnya sehingga perawat dapat memberikan mengintegrasikan hasil penelitian dalam
pelayanan keperawatan yang lebih berkualitas bentuk deksripsi naratif yang mendalam sesuai
khususnya terkait dengan penggunaan infus tujuan penelitian, 8) kembali ke partisipa
pada pasien. nuntuk validasi hasil penelitian yang telah
dibuat, 9) jika ada data baru selama validasi
METODE masukkan ke dalam deskripsi hasil penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif tersebut.
dengan menggunakan pendekatan deskriptif Trustworthiness dalam penelitian ini
fenomenologi yang bertujuan untuk menggali dicapai dengan menerapkan prinsip-prinsip
pengalaman pasien menggunakan infus saat credibility, confirmatibilty, dan transferability
dirawat di rumah sakit. Menurut Edward (Lincoln & Guba, 1985). Credibility merujuk
(2006), fenomenologi adalah kerangka pada kebenaran hasil penelitian yang dapat

36
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 2 2017

dipercaya dalam mengungkapkan fenomena orang, S1 dan S2 masing-masing sebanyak 1


yang sesungguhnya. Credibility dicapai orang. Penyakit yang dialami partisipan juga
dengan menerapkan member checking yang bervariasi. Karakteristik partisipan lebih detil
juga tercakup dalam metode Colaizzi, dapat dilihat pada tabel 1.
membina hubungan baik dan saling percaya Empat tema muncul dari hasil
dengan partisipan, dan melakukan pengolahan data tentang pengalaman pasien
pengumpulan data dengan wawancara diinfus saat dirawat di rumah sakit. Keempat
mendalam dan field note. Confirmability tema itu adalah persepsi terkait pasien dan
dicapai dengan cara mendokumentasikan hasil infus, tujuan diinfus, masalah dalam
wawancara dan catatan lapangan dengan baik, penggunaan infus, dan cara menangani
membuat transkrip wawancara, membuat dan masalah infus. Adapun penjelasan dari setiap
menjelaskan prosedur penelitian dengan terang tema adalah sebagai berikut:
dan jelas sehingga dapat menunjukkan dan Partisipan pada penelitian ini memiliki
membuktikan bahwa hasil penelitian berasal persepsi yang berbeda tentang infus. Sebagai
dari proses dan prosedur yang telah dilakukan. orang sakit yang dirawat di rumah sakit, pasien
Transferability dalam penelitian ini dicapai memiliki persepsi yang berbeda tentang infus
dengan membuat laporan penelitian dengan sebagai bagian dari tindakan perawatan yang
deskripsi yang jelas dan dalam terhadap diterimanya. Pasien dalam penelitian ini
fenomena yang diamati dan proses serta hasil memiliki pandangan beragam terhadap infus
penelitian, menyertakan kutipan dari partisipan bagi mereka sebagai orang yang sedang sakit.
untuk memperdalam pemahaman terhadap Tujuh orang partisipan mempersepsikan
makna yang ditampilkan dalam hasil orang sakit harus diinfus. Mereka menganggap
penelitian. orang sakit yang dirawat di rumah sakit sudah
seharusnya diinfus, sebagaimana diungkapkan
HASIL oleh salah seorang partisipan:
Lima belas partisipan terlibat dalam “Kalau badan tak sehat ya harus
penelitian ini. Mereka terdiri dari lima pasien dipasang infus lah ya. Orang yang
laki-laki dan sepuluh pasien perempuan, dirawat ni kan orang sakit semua ni, tak
berumur antara 18 sampai 73 tahun. Pekerjaan sehat, jadi harus diinfus” (P8)
mayoritas partisipan adalah ibu rumah tangga, Sementara itu tiga orang partisipan lain
sisanya seperti petani, dosen, pelajar, dan menilai tidak semua pasien harus diinfus.
wiraswasta. Lama terpasang infus partisipan Mereka menilai untuk diinfus atau tidak
bervariasi, dari 3 hari sampai 18 hari. tergantung pada kondisi penyakitnya. Salah
Pendidikan terakhir partisipan terdiri dari SD seorang partisipan mengatakan:
sebanyak 6 orang, SMP 3 orang, SMA/SMK 4 “Ndak juga, tergantung penyakitnya
Tabel.1 Karakteristik Partisipan Penelitian (n=15)
No. Umur Jenis Pdkkn Pekerjaan Dx Medis Lama
Partisipan kelamin Terakhir terpasang infus
(hari)
1 33 P SMA IRT Sindrom nefrotik 4
2 48 P SMP IRT Leukemia 12
3 22 L SMP Petani Keracunan 7
4 47 L S2 Dosen Hepato megali 5
5 26 P SD IRT DM 3
6 73 P SD IRT Leukemia kronis 4
7 54 P SD IRT Komplikasi 7
DM+Ginjal
8 52 P SMP Wiraswasta Stroke ringan 5
9 23 P S1 Analis lab Anemia aplastik 8
10 40 P SD IRT AIDS 4
11 35 P SD IRT Dispepsia 3
12 35 L SD Petani Anemia 16
13 18 L SMK Pelajar Leukemia akut 4
14 26 P SMA IRT Suspect IML 7
15 38 L SMA wiraswasta Hepatitis + anemia 18

37
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk

juga nampaknya. Ini contohnya, bapak dipertahankan berhari-hari untuk mengalirkan


sebelah saya ni ndak diinfus tu” (P13). cairan. Hal ini tentu menimbulkan rasa sakit
atau nyeri. Nyeri juga bisa disebabkan akibat
Partisipan lain berpendapat infus hanya aliran infus yang terhenti dan menyebabkan
untuk pasien dengan kondisi fisik tertentu terjadinya penyumbatan. Ekspresi rasa nyeri
seperti lemah, seperti disampaikan oleh ini diungkapkan dengan berbagai istilah oleh
seorang partisipan: partisipan. Ada yang menyebutnya dengan
“kalau badan lemah harus dipasang ngilu, sakit seperti digigit serangga, atau perih.
infus, kalau ndak lemah ya ndak harus
lah” (P5). Salah seorang partisipan mengatakan:
“…nyeri lah..ya… nyeri sedang. Kayak
Tujuan diinfus digigit serangga gitu” (P3)
Partisipan memandang tujuan infus yang Partisipan lain mengatakan:
terpasang pada tangan mereka secara beragam. “Pertamanya rasanya ngilu…ngilu-
Tujuh partisipan mengatakan bahwa tujuan ngilu sedang lah. Itulah rasanya
mereka diinfus adalah supaya cepat sembuh. diinfus” (P14)
Salah satu dari mereka mengatakan:
“Supaya penyakit awak tu cepat Masalah lain yang dialami partisipan
sembuh. Itulah gunanya diinfus tu” (P2) terkait infusnya adalah infus yang macet.
Hampir semua masalah infus macet pada
Enam partisipan lainnya mengatakan partisipan terjadi karena pergerakan tangan
bahwa tujuan mereka mau diinfus adalah mereka yang menyebabkan aliran cairan infus
untuk menambah kekuatan fisik atau tenaga. tidak lancar lalu menjadi macet atau terhenti,
Dua orang partisipan berkata: atau karena pergerakan mereka seperti turun
“Ya dipasang infus tu kan untuk dari tempat tidur untuk ke kamar mandi.
menambah tenaga. Saya ini kan sakit Masalah infus yang macet ini pernah dialami
jadi perlu nambah tenaga” (P7) atau dirasakan oleh tujuh partisipan. Infus
“Supaya kuat, tak pusing lagi. Daya yang macet juga dapat menyebabkan nyeri.
tahan tubuh tu kuat. Untuk itulah kita Salah seorang partisipan berkata:
dipasang infus” (P9) “…ndak mau turun air infusnya. Sakit
kalau dipegang disini ha...dipindah
Partisipan juga memandang tujuan infusnya kemari, ndak lancar juga
diinfus adalah sebagai pengganti makanan atau turunnnya infus tu…yang ketiga disini
penambah gizi. Dua partisipan berkata: baru lancar” (P6)
“ hmmm apa ya…kan sebagai
pengganti makanan. Itulah yang saya Selain itu, masalah lain yang juga
tau” (P14) dirasakan oleh partisipan adalah bengkak atau
“…tujuan infus ni? supaya tambah gizi edema. Bengkak disebabkan penyumbatan
kan. Itu yang saya rasakan dari infus aliran infus di area kanul infus sehingga aliran
ni” (P8) infus macet dan akhirnya cairan infus
mengumpul di area yang tersumbat dan
Masalah dalam penggunaan infus menjadi bengkak. Lima partisipan pernah
Masalah yang muncul akibat merasakan bengkak pada area infus di
penggunaan infus merupakan salah satu tangannya. Seperti halnya macet, bengkak juga
tantangan berat dalam pelayanan kesehatan menyebabkan rasa nyeri. Salah seorang dari
bagi pasien yang terpasang infus dan dirawat mereka mengatakan:
di rumah sakit. Hampir semua pasien yang “ooo, ini dah bolak-balik ini
terpasang infus memiliki masalah dengan bengkak..lima kali ini bengkak
infusnya. Dalam penelitian ini, masalah yang terus..bengkak, sakit. Lumayanlah
paling banyak dilaporkan oleh partisipan sakitnya bengkak tu” (P15)
adalah nyeri. Sebelas partisipan mengatakan
infus menyebabkan rasa nyeri. Nyeri terjadi Selain masalah-masalah diatas yang
karena infus merupakan tindakan invasif terkait keluhan fisik akibat terpasang infus,
dimana suatu kanul kecil ditusukkan dan partisipan pada penelitian juga mengeluhkan
dimasukkan ke dalam pembuluh darah serta hambatan yang timbul akibat tangan yang

38
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 2 2017

dipasang infus. Partisipan mengungkapkan saat berpindah tempat, seperti saat ke kamar
hambatan fisik akibat diinfus seperti tidak mandi. Enam partisipan mengungkapkan
bebas bergerak, terganggu ke kamar mandi, pengalaman mereka meminta bantuan suami
dan merasa tidak bisa mandiri. Hampir semua atau istrinya untuk membantu memegang infus
partisipan mengakui kesulitan untuk saat partisipan ke kamar mandi, seperti
melakukan mobilitas karena infusnya. Salah diungkapkan oleh seorang partisipan:
satunya berkata: “…ya, kadang-kadang kalau ada suami
“…terganggu pastilah ya..terganggu minta tolong suami pegangkan botol
juga. Apalagi kalau mau mandi kan..ke infus ni kalau ke kamar mandi” (P1)
kamar mandi jadi susah…terganggu
kita kalau ke kamar mandi tu” (P4) Partisipan lain mengatakan:
“Kalau ke wc awak (saya) berdua sama
Partisipan lain mengatakan: anak, ya minta tolong sama anak awak
“…infus ini bikin ndak bebas (saya). Kalau tak berdua bisa macet
geraknya...menghambat kita...payah kita infus ni” (P6)
bergerak jadinya” (P3) Ada juga partisipan yang berusaha
sendiri memegang infus saat ke kamar mandi.
Cara menangani masalah infus Mereka memegang sendiri infusnya saat ke
Partisipan memiliki cara tersendiri kamar mandi untuk buang air kecil atau
dalam menghadapi dan menangani masalah mencuci tangan. Empat partisipan mengatakan
atau hambatan yang muncul akibat terpasang mereka memegang botol infus dengan tangan
infus. Untuk masalah bengkak, macet, serta yang tidak diinfus kemudian di kamar mandi
nyeri yang timbul akibat bengkak dan infus botol infus digantung di paku yang terpasang
yang macet, pilihan yang paling banyak di dinding kamar mandi. Seorang partisipan
dilakukan adalah memberitahu perawat untuk mengatakan:
membantu melancarkan infus. Kemudian “kalau ke kamar mandi saya pegang
perawat berusaha untuk melancarkan aliran sendiri, dimatikan dulu infusnya baru
infus dan jika tidak dapat dilancarkan kembali diangkat dari tiangnya. Nanti dikamar
atau untuk masalah bengkak, maka infus mandi digantung di paku botol infus ni.
dicabut atau dilepas dan dipasang infus yang Gitulah cara kan kalau ke kamar
baru jika masih diperlukan. Sepuluh partisipan mandi” (P3)
yang pernah merasakan bengkak dan macet
menjelaskan bahwa infus mereka yang macet PEMBAHASAN
atau menyebabkan bengkak akhirnya dicabut Sebagian besar pasien dengan berbagai
oleh perawat dan dipasang infus baru. kondisi dan berbagai penyakit memerlukan
Frekwensi infus dicabut dan dipasang baru infus selama perawatannya. Dalam dunia
berbeda-beda setiap partisipan tersebut keperawatan, tindakan pemasangan infus saat
bervariasi, ada yang dua kali, tiga kali, lima ini sudah menjadi bagian yang integral dari
kali bahkan sampai sepuluh kali. Hal ini perlu suatu pelayanan yang professional (Wayne, et
menjadi perhatian bagi pasien dan perawat al, 2013). Infus diberikan sebagai sarana
agar memperhatikan kelancaran aliran infus. memasukkan zat-zat nutrisi atau elektrolit,
Seorang partisipan berkata: memperbaiki gangguan keseimbangan asam-
“dah sering kali, di tangan kiri sering basa tubuh, media transfusi darah, dan juga
terus pindah ke tangan kanan. Ada tujuh salah satu cara memasukkan obat ke dalam
kali ganti infus karena macet, ndak tubuh pasien (Alexander, et al, 2010). Jenis
jalan infusnya…Saya kasitau perawat, cairan infus yang diberikan pada pasien
udah dicobanya tapi ndak bisa lancar tergantung pada tujuan pemberian infus.
juga, jadi harus dicabut infusnya, Pasien yang dirawat di rumah sakit
pasang infus baru lagi” (P12) memiliki sudut pandang yang beragam dalam
Untuk masalah hambatan dalam menilai suatu intervensi atau tindakan yang
pergerakan atau mobilitas fisik karena dilakukan perawat atau dokter yang
terpasang infus, sebagian partisipan merawatnya. Pandangan pasien terhadap
mengatakan meminta bantuan anggota kebutuhan atau pentingnya diinfus sangat
keluarga yang menjaganya seperti suami, istri, dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman
atau anak untuk membantu memegang infus pasien tentang tujuan dan manfaat dari

39
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk

pemberian infus tersebut. Dalam hal ini protektif. Dalam penelitian ini pasien
perawat sebagai orang yang bertanggung merasakan rasa sakit atau nyeri akibat
jawab terhadap infus perlu memberikan pemasangan infus, infus yang macet atau
pemahaman kepada pasien tentang tujuan, bengkak. Kemampuan perawat memasang dan
manfaat, dan prosedur pemasangan dan merawat infus sangat mempengaruhi banyak
perawatan infus sehingga pasien memiliki atau sedikitnya masalah atau komplikasi yang
persepsi yang tepat tentang infus. ditimbulkan akibat pemasangan infus tersebut.
Pemberian informasi yang akurat dan Menurut Jeli (2014), pemasangan dan
adekuat kepada pasien terkait tindakan atau perawatan infus yang tidak tepat menimbulkan
perawatan yang akan dilakukan pada pasien berbagai masalah atau komplikasi, baik lokal
adalah bagian dari perilaku profesional dari maupun sistemik dan studi menunjukkan 44%
seorang perawat Widyarini (2005) menyatakan pasien mengalami phlebitis, 23% mengalami
dalam kondisi sakitnya, pasien memerlukan infiltrasi, dan 20,83% mengalami
tindakan perawatan yang profesional dari ekstravasasi, dan 44% harus mengalami
perawat dan dokter yang memiliki kompetensi penusukan ulang karena kesalahan posisi.
dalam usaha penyembuhan kondisi pasien.. Hasil penelitian Pasaribu (2006) menunjukkan
Dalam hal ini, pengalaman pasien mengalami pemasangan infus yang sesuai standar
atau mendapatkan tindakan perawatan prosedur dengan kategori baik sebanyak 27%,
dipengaruhi oleh kemampuan profesional sedang 40% dan buruk 33%. Kedua penelitian
perawat sehingga semakin professional dan diatas menunjukkan secara umum masih
kompeten seorang perawat memberikan banyak terjadi masalah akibat infus dan
pelayanan maka semakin baik pengalaman kemampuan atau kinerja perawat terkait
dirawat yang akan dirasakan pasien, termasuk pemasangan infus masih harus ditingkatkan
pengalaman diinfus sebagai bagian dari agar semakin sedikit masalah akibat infus yang
tindakan perawatan yang diterimanya. dialami pasien. Semakin sedikit masalah atau
Cairan infus berisi terdiri dari berbagai komplikasi yang dialami pasien akan semakin
komposisi zat, ada yang berisi antibiotik, mempercepat kesembuhan pasien dan makin
elektrolit, atau nutrisi. Infus yang dipasang meningkatkan kepuasan pasien terhadap
pada pasien diberikan sesuai dengan tujuan pelayanan yang diterimanya.
pemberiannya, seperti cairan infus yang berisi Hasil penelitian ini menunjukkan secara
antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi umum pasien berusaha mengatasi masalah
pada pasien, atau yang berisi nutrisi dan terkait infusnya secara mandiri atau meminta
elektrolit untuk membantu pemenuhan nutrisi bantuan perawat dan keluarga. Widyarini
dan elektrolit bagi pasien, selain juga (2005) mengatakan puas atau tidak puas
memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pada terhadap pelayanan yang diberikan, pada
penelitian ini hampir semua partisipan dasarnya keberadaan perawat sangat
mendapatkan infus yang berisi cairan dan dibutuhkan pasien. Pasien sangat
elektrolit. Secara umum, tujuan akhir dari membutuhkan perawat karena perawat
perawatan di rumah sakit adalah untuk dirasakan sangat membantu, mampu
mencapai kesembuhan. Pandangan pasien menenangkan pasien dan dipercaya dapat
terhadap tujuan pemberian infus turut mempercepat kesembuhan pasien. Dalam
dipengaruhi oleh pengalaman mereka kondisi tidak mampu mandiri, pasien sangat
merasakan efek dari pemberian infus bergantung pada jasa perawat dan
sebelumnya dan informasi yang diterimanya profesionalisme serta kompetensi perawat
tentang infus tersebut. Menurut Gromiko menjadi sangat penting dalam usaha perawatan
(2009), pasien memiliki perilaku mencaritahu dan penyembuhan pasien. Memandirikan
tentang perawatan yang diterimanya melalui pasien adalah salah satu tujuan dari intervensi
upaya komunikasi dengan perawat dan keperawatan dan dalam mencapai
mencari informasi melalui orang lain atau kemandirian, bantuan dari perawat dan
media lainnya. Semakin banyak dan akurat keluarga menjadi hal yang penting.
informasi yang didapatkan semakin paham Keluarga memegang peranan penting
pasien suatu tindakan keperawatan. dalam perawatan pasien. Dukungan keluarga
Menurut Widyarini (2005), sakit sangat diperlukan bagi anggota keluarga yang
merupakan pengalaman subjektif yang tidak sakit. Dukungan keluarga dipercaya dapat
menyenangkan dan mengandung fungsi membantu individu mengurangi atau

40
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 2 2017

mengatasi masalahnya dengan efektif Edward, K. L. (2006). A clinical discussion


(Sudiharto, 2007). about the clinical values of
Dukungan dan kasih sayang dari phenomenology for nurses. Holistic
anggota keluarga kepada anggota keluarga Nursing Practice, 20(5), 235-238.
yang lain serta perhatian terhadap kebutuhan
sosio emosional para anggota keluarga Gabriel, J. (2007). Infusion therapy part one:
menjadi faktor pendukung dalam proses Minimizing the risk. Nursing
penyembuhan pasien (Setiadi, 2008). Standard, 22(31), 51-56.

KESIMPULAN Gromiko. (2009). Persepsi Pasien Tentang


Penelitian ini adalah penelitian Praktik Pelayanan keperawatan di
deskriptif fenomenologi yang dilakukan RSUD Kota Kurun Kabupaten
dengan wawancara mendalam pada lima belas Gunung. Skripsi tidak dipublikasikan.
pasien dewasa yang terpasang infus dan Universitas Diponegoro.
dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Hasil penelitian menunjukkan pasien yang Hampton, S. (2008). IV therapy. Journal of
terpasang infus memiliki persepsi yang Community Nursing, 22(6), 20-22.
beragam tentang infus mereka dan juga
merasakan dan mengalami berbagai masalah Jeli, M. M. (2014). Kepatuhan Perawat dalam
terkait penggunaan infus dan menggunakan Melaksanakan Pemasangan Infus
berbagai cara dalam menangani masalah Sesuai Standar Operasional
terkait penggunaan infus. Prosedur di RS PK Muhammadiyah
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang Gombong. Thesis tidak
bertanggung jawab terhadap pemasangan dan dipublikasikan. Universitas
perawatan infus perlu memberikan penjelasan Muhammadiyah Yogyakarta.
dan pemahaman yang lengkap kepada pasien
terkait infus yang digunakannya. Selain itu Lincoln, Y. S., & Guba, E. G.
juga perawat perlu memberikan perhatian dan (1985). Naturalistic Inquiry. Newbury
perawatan infus yang tepat sehingga dapat Park, CA: Sage Publications.
mengurangi masalah yang dialami pasien
terkait infus yang digunakan dan pada Maria, I. & Kurnia, E. (2012). Kepatuhan
akhirnya dapat meningkatkan kualitas perawat dalam melaksanakan standar
pelayanan yang diberikan kepada pasien. operasional prosedur pemasangan
infus terhadap phlebitis. Jurnal
KEPUSTAKAAN STIKES, 5(1), 38-47.
Alexander, M, Corrigan, A, Gorski, L,
Hankins, J., Perucca, R. (2010). Pasaribu, M. (2006). Analisis Pelaksanaan
Infusion Nursing Society, Infusion Standar Operasional Prosedur
Nursing: An Evidence-Based Pemasangan Infus Terhadap Kejadian
Approach. (3th ed). St. Louis: Phlebitis di Ruang Rawat Inap Rumah
Dauders Elsevier. Sakit Haji Medan. Tesis tidak
dipublikasikan. Universitas Sumatera
Daugherty, L. (2008). Peripheral cannulation. Utara.
Nursing Standard, 22 (52), 49-56.
Phillips, L. D. (2005). Manual of IV
Daugherty, L., Bravery, K., Gabriel, J., Therapeutics. (4th ed). Philadelphia:
Kayley, J., Malster, M., Scales, K., & FA Davis Company.
Indwood, S. (2010). Standards for
infusion therapy. London: The RCN Perry, A. G., & Potter, P. A. (2006). Clinical
IV Therapy Forum. nursing skill & techniques. (6th ed).
Downing, M. (2004). Hermeneutics: An St. Louis Missouri: Mosby Inc.
exploration. Nurse Researcher, 11(4), Royal College of Nursing (RCN). (2005).
30-3. Standard for Infusion Therapy.
London: RCN IV therapy forum.

41
Idea Nursing Journal Bayhakki, dkk

Scales, K. (2009). Intravenous therapy: The Keperawatan Transkultural.


legal and professional aspects of Jakarta: ECG.
practice. Nursing Standard, 23 (33),
52-57. Wayunah. (2011). Hubungan Pengetahuan
Perawat Tentang Terapi Infus dengan
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Kejadian Phlebitis dan Kenyamanan
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD
Graha Ilmu. Kabupaten Indramayu. Tesis tidak
dipublikasikan. Universitas Indonesia.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2005). Buku
Ajar Keperawatan Medical Bedah Wayne, B, Jayne, M, David, S, Chris, K,
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC. Ouise, S., & Matthew, K. (2013).
Campaign for best practice for
Streubert, H. J., & Carpenter, D.R. (1999). intravenous therapy. Nursing Times,
Qualitative research in nursing. 33, 22-29.
Advancing the humanistic imperative
(2nd ed). Philadelphia: Lippincott. Widyarini, M. M. N. (2005). Makna
Profesionalisme Perawat dalam
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Perspektif Pasien. Seminar Nasional
Keluarga dengan Pendekatan PESAT 2005, Jakarta 23-24 Agustus
2005. Jakarta: Universitas Gunadarma.

42

Anda mungkin juga menyukai