Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)


ELIMINASI
KEPERAWATAN DASAR PROFESI

OLEH :
AHMAD KAUSAR
5022031008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG-BANTEN
TAHUN 2022/2023
LITERATURE RIEVEW

No Judul Pendahuluan Metode Hasil Kesimpulan


1. Efektivitas Salah satu pelayanan keperawatan Desain penelitian adalah 1. Efektivitas Adanya
pemasangan adalah memberikan asuhan rencana untuk menjawab pemasangan kateter efektivitas pada
kateter keperawatan untuk memenuhi serangkaian pertanyaan dengan pemasangan
dengan kebutuhan eliminasi.Kebanyakan penelitian. Bagian ini adalah menggunakan jelly kateter dengan
menggunak orang menyadari bahwa mereka kerangka kerja yang yang dimasukkan ke menggunakan
an jellymemiliki masalah ekskresi urin ketika mencakup metode dan urtera dan jelly yang jelly yang
yang mengalami perubahan dalam prosedur untuk dioleskan pada dimasukkan ke
dimasukkan kebiasaan buang air kecil mereka mengumpulkan, selang kateter uretra yang
ke uretradan adanya gejala lain yang menganalisis, dan terhadap respon dimana
dan jellymenyertainya.Berbagai masalah menafsirkan data nyeri pasien menunjukan
yang urologi yang sering dialami (McCombes, 2019).Desain didapatkan hasil hasil lebih baik
dioleskan klien.Salah satu intervensi untuk penelitian yang digunakan 18.50 dimana nilai dalam
pada selang mengurangi retensi urin adalah dalam penelitian ini adalah mean rank <0.05. mengurangi
kateter pemasangan kateter urin.Kateterisasi desain penelitian eksperimen respon nyeri
terhadap urin adalah suatu sistem yang karena peneliti ingin pasien
rasa nyeri didalamnya terdapat proses menemukan “efektivitas dibandingkan
pasien penyaringan darah agar darah bebas tentang pemasangan kateter dengan
dari zat-zat yang tidak digunakan dengan jellyyang dimasukkan pemasangan
Penerbit / oleh tubuh dan menyerap zat-zat ke uretra dan jelly yan kateter dengan
Nama yang masih digunakan oleh dioleskan pada selang pasien jelly yang
Judul tubuh.Mereka terlihat emosional terhadap rasa nyeri dioleskan pada
Jurnal menghadapi tindakan-tindakan Karakteristik Responden selang kateter
Pendidikan pengobatan maupun Tindakan pemasangan dapat
konseling perawatan,terutama yang dilakukan pada kasus
Vol. 4 No. 3 berhubungan dengan daerah kedaruratan, misalnya dengan
(2022) urogenital yakni saat kateter pasien retensi urin karena
menembus masuk obstruksi saluran kemih atau
Pengarang kedalamtubuh.Menurut data pasien yang tidak darurat,
WHO(World Health misalnya untuk pasien yang
1. Tiara Organization),lebih dari 30 juta memerlukan observasi atau
putri kateterisasi urin dilakukan setiap pemantauan keseimbangan
febyanti tahun,presentase berkisar 10% pada cairan, yaitu cairan yang
2. Kusnant pasien akut dan 7,5% hingga 10% masuk dan keluar pada tubuh
o untuk pasien yang membutuhkan pasien.
fasilitas perawatan jangka
panjang,angka ini diperkirakan akan Teknik Sampling
meningkat hingga mencapai Jenis penelitian ini adalah
25%.Ada banyak alasan yang eksperimen menggunakan
membuat tindakan kateterisasi desain quasi eksperimen.
urin,mencakup kompleksitas Jumlah sampel 30 responden
pengobatandantingkatkeparahanpeny yang dilakukan dengan two
akit.Di Indonesia dilaporkan group post test only design.
pemasangan kateter dilakukan lebih Analisa penelitian ini
dari 50.000 setiap tahunnya,dimana menggunakan uji Mann
sebanyak 4% penggunaan kateter Withney.
dilakukan pada perawatan rumah dan
sebanyak 25% pada perawatan
akut.Hari pertama pemasangan
kateterisasi nyeri terasa hebat namun
pada hari ketiga pemasangan
kateterisasi nyeri timbul saat duduk
terlentang dan bergerak
aktif.Ketidaknyamanan klien
seringkali merupakan akibat dari
proses penyakit atau akibat dari
tindakan medis.Berbagai prosedur
tindakan pengobatan mengharuskan
pasien terpasang dengan instrument
bantuan dalam menjalankan fungsi
fisiologis normal,dan perubahan
fungsi fisiologis normal untuk
digantikan oleh suatu alat tentunya
menyebabkan rasa ketidaknyamanan
bagi pasien.Konsep kenyamanan
bersifat subjektif begitu juga
dengan rasa nyeri yang termasuk
suatu bentuk
ketidaknyamanan,setiap orang pasti
pernah mengalami ataupun
merasakan berbagai jenis nyeri dan
tingkat nyeri yang berbeda-
beda.Rasa nyeri merupakan suatu
mekanisme pertahanan tubuh salah
satunya ketika ada jaringan yang
rusak hal ini akan menyebabkan
seseorang bereaksi dengan memicu
stimulus nyeri.Saat melakukan
prosedur pemasangan kateter,terdapat
dua pilihan cara penggunaan jelly
pelumas,yang pertama dengan
mengoleskan jelly pada selang
kateter dan cara yang kedua dengan
memasukkan jelly pada uretra dengan
menggunakan spuit..
2. KEJADIAN Rumah sakit sebagai tempat Penelitian adalah penelitian Hasil penelitian Prevalensi ISK
INFEKSI pengobatan, juga merupakan deskriptif analitik yaitu suatu lamanya makin
SALURAN sarana pelayanan kesehatanyang metode penelitian yang penggunaan kateter meningkat
KEMIH dapat menjadi sumber infeksi (infeksi dilakukan dengan tujuan dengan kejadian seiring
PADA nosokomial). Infeksi yang ada dipusat untuk mendapatkan infeksi saluran bertambahnya
PASIEN pelayanan kesehatan ini dapat hubungan lama penggunaan kemih (ISK),hasil usia. Prevalensi
TERPASA ditularkan atau diperoleh melalui kateter dengan kejadian penelitian ini ISK yang tinggi
NG petugas kesehatan, orang sakit, infeksi saluran kemih pada menemukan bahwa pada usia lanjut
KATETER pengunjung yang berstatus karier atau pasien. Desain Penelitian lebih dari separoh dapat
PADA karena kondisi rumah sakit (Depkes yang digunakan adalah Cross (30,9) dari (33,2%) disebabkan
PASIEN RI, 2007).Berdasarkan survey yang Sectional dimana responden yang karena : sisa
RAWAT dilakukan mengatakan bahwa jenis lamanyapenggunaan kateter mengalami infeksi urin dalam
INAP infeksi nosokomial yang sering merupakan variabel bebas akibat lamanya kandung kemih
RSUD terjadi di rumah sakit antara lain sedangkan kejadian infeksi penggunaan kateter meningkat
PARIAMA infeksi saluran kemih, infeksi luka saluran kemih sebagai yang tidak sesuai akibat
N operasi, infeksi saluran cerna, variabel terikat diteliti pada aturan. Pemasangan pengosongan
infeksi saluran nafas bawah, febris waktu yang samaSampel kateter merupakan kandung kemih
Pengarang puerperalis dan bakteremia dan diambildengan teknik satu solusi tindakan kurang efektif,
1. Debby septicemia. Infeksi saluran kemih pengambilan purposive medis untuk mobilitas
silvia merupakan penyebab terjadinya samplingyaitu suatu teknik mengeluarkan urin mobilitas
dewi lebih dari sepertiga dari seluruh penetapan sampel didasarkan dari kandung kemih menurun,
2. Aulia infeksi yang didapat di rumah sakit. pada suatu pertimbangan seseorang karena ataupun sistem
asman Infeksi ini bertanggung jawab untuk tertentu yang dibuat oleh ketidakmampuan imunitas.
lebih dari 5 juta kunjungan dokter peneliti sendiri,berdasarkan pengeluaran urin
per tahun (Jhonson, 1991 diacu ciri atau sifat-sifat populasi secara spontan.
dalam Potter, 2006).ISK yang di yang sudah diketahui Pemasangan keteter
dapat di institusi kesehatan timbul sebelumnya (Notoatmodjo, akan menimbulkan
akibat buruknya praktek cuci tangan 2010). Instrument dampakyang
pada petugas kesehatan, cairan pengumpulan data yang merugikan terutama
irigasi yang terkontaminasi dan digunakan dalam penelitian untuk pasien yaitu
teknik kateterisasi yang tidak benar. ini dalam bentuk format terjadi infeksi
Sebagian besar infeksi ini observasi dan pemeriksaan nosokomial saluran
(sedikitnya 80%) mengikuti labor urin. Peneliti kemih
prosedur invasif atau instrumentasi mengobservasi responden dari (ISK).Pemasukankat
saluran kemih, yang biasanya awal pemasangan kateter. eter melalui uretra
berupa kateterisasi (Potter, akan menyediakan
2006).infeksi saluran kemih rute langsung
(ISK)tidak ditangani dengan baik masuknya
dan benar akan menimbulkan efek mikroorganisme.
jangka panjang seperti parut ginjal Dengan
yang akhirnya akan mengakibatkan menggunakan
gagal ginjal kronik.ISK akibat kateter kandung
kateterisasi merupakan tipe infeksi kemih menetap ,
nosokomial yang mempunyai risiko 3 bakteri naik
kali lebih besar lebihlama dirawat disepanjangsisi luar
di rumah sakit. Tetapi sebagian kateter pada
kasus bakteriuria tidak menampakan dinding uretra atau
gejala klinis, namun adapun naik ke lumen
beberapa gejala yang sering timbul kateter. Kateter
antara lain : panas, uretritis, sistisis mengganggu
hingga gejala yang berat sekalipun. mekanisme
Kateterisasi dapat menjadi berkemih normal
tindakanyang menyelamatkan jiwa, yang bertindak
khususnya bila traktus urinarius sebagai pertahanan
tersumbat atau pasien tidak mampu melawan organisme
melakukan urinasi.Dengan yang masuk ke
menggunakan kateter kandung dalam uretra. Iritasi
kemih menetap , bakteri naik lokal pada uretra
disepanjang sisi luar kateter pada atau kandung
dinding uretra atau naik ke lumen kemih nantinya
kateter. Kateter mengganggu akan menjadi faktor
mekanisme berkemih normal predisposisi
yang bertindak sebagai masuknya bakteri ke
pertahanan melawan organisme dalam jaringan.Dari
yang masuk ke dalam uretra. hasil penelitian
Bakteri dalam urin (bakteriuria) dapat juga kita lihat
dapat memicu penyebaran bahwa kejadian
organisme ke dalam aliran darah ISK tidak hanya
dan ginjal. Mikroorganisme sering pada responden
masuk ke dalam saluran kemih yang memakai
melalui rute uretra asenden. kateter tidak sesuai
Bakteri menempati uretra distal, aturan, namun yang
genetalia eksterna dan vagina pada memakai kateter
wanita.Jika semakin lama sesuai aturan pun
penggunaan kateter maka hal ini ada yang
akan menjadi tempat yang baik bagi menagalamiISK,
bakteri untuk berkembang. Menurut hal ini disebabkan
Sitorus (2012)dalam menelitiannya karena faktor usia
menyimpulkan bahwa lama dan jenis kelamin
penggunaan kateter uretra, dari dari responden.
hasil penelitian kepada 20 Berdasarkan hasil
responden, dari 14 responden yang penelitian yang telah
penggunaan kateter tidak sesuai dilakukan, kejadian
dengan aturan (>4 hari) yang ISK pada usia
mengalami infeski saluran kemih lanjut lebih tinggi
Berdasarkan latar belakang diatas dari pada usia
maka peneliti tertarik melakukan dewasa. Hal ini
penelitiantentang Kejadian Infeksi sesuai dengan teori
Saluran Kemih Pada Pasien yang menyatakan
Terpasang Kateter Di ruang rawat bahwa prevalensi
inap RSUD Pariaman. ISK makin
meningkat seiring
bertambahnya usia.
3. Infeksi pada menderita penyakit dan cidera yang Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian Hasil penelitian
Ginjal dan mengancam metode menunjukkan bahwa menunjukkan
Saluran nyawa. Ruang ICU sebagai tempat kuantitatif dengan rancangan ada hubungan yang tidak
Kemih Anak: bagi pasien Cross-sectional. bermakna antara terdapat
Manifestasi sakit kritis yang memerlukan Populasi dalam penelitian ini faktor lama hari hubungan antara
Klinis dan intervensi segera, adalah jumlah rawat terhadap pemberian
Tata Laksana pengawasan konstan dan pengelolaan rata-rata pasien yang dirawat eliminasi fekal (p nutrisi,
Penerbit / fungsi di Ruangan ICU value < 0.05) dan keseimbangan
Nama sistem organ secara terkoordinasi. RSUD Arifin Ahmad Provinsi tidak terdapat cairan, tingkat
Judul Pasien ICU Riau periode hubungan yang aktivitas dan
Sari memiliki kebutuhan utama yaitu waktu selama 1 bulan yang bermakna antara pemberian obat
Pediatri, tindakan rata-rata berjumlah faktor pemberian dengan
Vol. 19, No. resusitasi meliputi dukungan hidup 40 orang yang dihitung dari nutrisi, eliminasi fekal
6, April untuk Januari – Desember keseimbangan dan
2018 fungsi-fungsi vital seperti airway 2017. Jumlah sampel pada cairan, tingkat terdapat
Pengarang (fungsi jalan penelitian ini adalah aktivitas, dan hubungan antara
pemberian
1. Sudu napas), breathing (fungsi sebanyak 21 responden obat terhadap lama hari
ng O. pernapasan), circulation dengan menggunakan eliminasi fekal (p rawatan
Pard (fungsi sirkulasi) dan brain (fungsi consecutive sampling. value > 0.05). dengan
ede otak). Selain Teknik pengumpulan data eliminasi fekal
itu juga dilakukan pemantauan fungsi melalui data pasien yang
organ lain, sekunder dan primer. Data dirawat di
salah satunya adalah pemantauan sekunder diperoleh ICU RSUD
eliminasi dari berupa dokumen, laporan Arifin Achmad
(Kementerian Kesehatan Republik dan arsip yang Provinsi Riau.
Indonesia, berhubungan dengan Saran pada
2010). penelitian seperti status penelitian ini
Eliminasi merupakan kebutuhan lama hari perawatan ,status mengharapkan
dasar pemberian obat, data agar peneliti
manusia yang esensial dan berperan jumlah pasien , usia dan jenis selanjutnya
penting kelamin. dapat
untuk kelangsungan hidup manusia. Sedangkan data primer adalah memperdalam
Eliminasi jenis data yang lagi terkait
dibutuhkan untuk mempertahankan diperoleh secara langsung faktor-faktor
keseimbangan fisiologis melalui oleh peneliti dari yang
pembuangan sampel yang diteliti yaitu berhubungan
sisa-sisa metabolisme. Sisa dengan cara menilai dengan
metabolisme terbagi status eliminasi fekal terakhir eliminasi fekal
menjadi dua jenis yaitu berupa feses pasien pada pasien
yang menggunakan Bristol stool yang dirawat
berasal dari saluran cerna dan urin chart, menilai status di ICU RSUD
melalui keseimbangan cairan, status Arifin Achmad
saluran perkemihan (Kasiati & tingkat aktivitas dan Provinsi Riau
Rosmalawati, jenis pemberian nutrisi pasien. dengan faktor
2016). yang lain yaitu
Setiap individu memiliki pola seperti usia,
eliminasi penggunaan
fekal berbeda yang dipengaruhi oleh ventilator,
beberapa
faktor antara lain usia, diet, cairan, bakteri dan
aktivitas, psikologis.
faktor psikologi, obat-obatan dan
faktor-faktor
lainnya. Apabila konsumsi serat
dalam makanan,
asupan cairan, pemenuhan kebutuhan
aktivitas
dan beberapa faktor lainya tidak
terpenuhi maka
akan menimbulkan gangguan di
saluran
pencernaan (Setyani, 2012; Kozier,
Erb, Berman
& Snyder 2010).
Menurut Barbara (1996) gangguan
saluran
pencernaan bisa berupa perubahan
eliminasi
fekal yang dikarenakan penurunan
motilitas
usus akibat menurunnya peristaltik,
menurunnya tekanan otot
dibandingkan usus
dan juga menurunnya penyerapan
yang
mengakibatkan meningkatnya gas
didalam usus.
Ada dua jenis gangguan eliminasi
fekal yang
terjadi pada pasien kritis yaitu
konstipasi dan
diare (Jevon dan Ewens, 2008).
Hampir 60%
pasien ICU mengalami disfungsi
gastrointestinal
(GI) karena gangguan motilitas,
gangguan
mencerna dan gangguan penyerapan
(Ibnu,
Budipratama & Maskoen, 2014).
Pasien dengan kondisi kritis dapat
mengalami stres katabolik dan respon
inflamasi
sistemik. Hal ini adalah kondisi
terjadinya
peningkatan kebutuhan karbohidrat,
protein dan
lemak dalam meningkatkan
kemampuan tubuh
melawan infeksi. Proses
penyembuhan penyakit
tergantung dengan proses pemecahan
protein
menjadi glukosa, karena lemak hanya
bisa memetabolisme apabila ada
okisgen, sedangkan
cadangan glukosa terlalu sedikit yang
diperlukan dalam penyembuhan
jaringan.
Respon metabolisme ini
mempengaruhi
morfologi dan fungsi saluran
gastrointestinal (GI)
(Ibnu, Budipratama & Maskoen,
2014).
Komplikasi eliminasi yang sering
terjadi
pada pasien ICU adalah konstipasi.
(Estri,
Fatimah & Prawesti 2016) Kejadian
konstipasi
dapat disebabkan oleh penurunan
motilitas
gastrointestinal. Penurunan ini terjadi
karena
hipoksemia, hipotensi dan
penggunaan ventilasi
mekanik. Penelitian yang dilakukan
oleh
Mustafa, Bandhari, Ritchie, Gratton
dan
Wenston (2003) menyatakan bahwa
pasien ICU
mendapatkan diet serat yang kurang
dari
kebutuhan sehingga dapat
menyebabkan
konstipasi. Hal serupa juga ditemukan
pada
penelitian Sharma, Kaur, dan Garg
(2007) bahwa
pasien di ICU yang diberikan
berbagai jenis
terapi nutrisi ditemukan sebanyak
40,5%
mengalami konstipasi.
Eliminasi fekal juga dipengaruhi
dengan
lama hari perawatan pasien. Hali ini
didukung
penelitian Gacoin et al (2010) juga
mengatakan
bahwa ada pengaruh lama hari
rawatan lebih
dari 6 hari dengan pasien yang
terpasang
ventilator di ICU terhadap konstipasi.
Hasil
berbeda didapatkan Guyot dan Barret
(2001)
yang menemukan bahwa pasien
dirawat d ICU
lebih dari 28 hari dapat menjadi faktor
risiko
terjadinya diare.
Penelitian yang dilakukan oleh
Sharma,
Kaur, dan Garg (2007) juga
menunjukkan bahwa
sebanyak 45,8% pasien ICU yang
mendapat
terapi obat konstipasi. Sharma et al
(2007) juga
menyatakan ada pengaruh
keseimbangan cairan
dimana didapatkan data bahwa
sebanyak 59,3%
pasien tidak ada mengalami defekasi
dari 683
pasien rawatan intensif dengan
keseimbangan
cairan positif. Tingkatan aktivitas
pasien ICU
juga berpengaruh terhadap pola
eliminasi fekal.
Pasien rawatan intensif di RSUD
Arifin
Achmad Provinsi Riau periode
Januari hingga
Desember 2017 berjumlah 477 orang.
Sedangkan
pada periode Januari 2018 berjumlah
40 orang
dengan jumlah pasien laki- laki lebih
banyak
dibanding dengan pasien perempuan.
Rata-rata
umur pasien yang dirawat 53,45
tahun.
Diagnosis pasien di ICU RSUD
Arifin Achmad
Provinsi Riau periode Januari 2018
adalah Post
OP Craniotomy, Cidera Kepala
Sedang, Cidera
Kepala Berat, Post Laparotomy, Post
Diseksi Leher
Radikal, Space Occupaying Lesion,
dan Stroke
(RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau,
2018).

Anda mungkin juga menyukai