Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Direktori Jurnal Elektronik Universitas Imelda Medan

JURNAL ILMIAH FARMASI IMELDA Vol.2, No.1, Februari 2018

ANALISIS KATETERISASI TERHADAP KEJADIAN INFEKSI DI


SALURAN KEMIH PADA PASIEN RUANG RAWAT INAP RSU
IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI) MEDAN TAHUN 2017
1.
Roby Gultom , 2. Pontianus Famaugu
1.
Dosen Prodi S1Keperawatan, STIKes Imelda, Jalan Bilal Nomor 52 Medan;
2.
Alumni STIKes Imelda

E-mail: 1. roby.gultom@gmail.com

ABSTRAK

Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam
kandung kemih untuk mengeluarkan air kemih yang terdapat di dalamnya. Infeksi saluran kemih diduga
berhubungan dengan faktor risiko yaitu pemasangan kateterisasi perkemihan Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kejadian infeksi di saluran kemih pada pasien yang sudah terpasang katetersiasi
di Ruang Rawat Inap RSU Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan Tahun 2017. Penelitian dilakukan pada
April 2017 dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana
di Rumah Sakit Imelda Medan dan sampel sebanyak 13 orang yang ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Analisis statistik yang digunakan uji chi-square. Hasil analisis univariat,
didapat bahwa bahwa kateterisasi yang dilakukan oleh perawat mayoritas baik sebanyak 10 orang
(76,92%), kejadian infeksi saluran kemih sebanyak 2 orang (15,38%), sedangkan 11 orang (84,62%)
tidak terkena infeksi saluran kemih. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pemasangan kateter
yang baik yaitu 10 orang dan tidak menyebabkan kejadian infeksi saluran kemih, sedangkan prosedur
kateterisasi yang buruk yaitu 3 orang. Dari 3 orang tersebut, 2 orang terinfeksi saluran kemih dan 1
orang tidak terinfeksi saluran kemih. Dari hasil uji chi-square diatas antara pemasangan kateter dengan
kejadian infeksi saluran kemih didapat nilai P = 0.005 (P <0,05) artinya ada hubungan antara
pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih. Disarankan bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pemasangan dan perawatan kateter.

Kata kunci: Kateterisasi, Infeksi Saluran Kemih.

PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih diduga berhubun


gan dengan faktor risiko yaitu pemasangan
Infeksi saluran kemih merupakan infek kateterisasi perkemihan. Kateterisasi perkem
si yang paling sering didapat dari rumah ihan adalah tindakan memasukkan selang
sakit dan jumlahnya 40% dari 2 juta karet atau plastik melalui uretra ke dalam
kejadian infeksi nosokomial pertahun (UTIs kandung kemih untuk mengeluarkan air
are the most common nosocomial infections kemih yang terdapat di dalamnya. Pemasang
). Tingginya potensi infeksi saluran kemih an kateter biasanya dilakukan sebagai
tersebut berkaitan dengan penggunaan tindakan untuk memenuhi kebutuhan
kateter menetap > 48 jam. Untuk menegakk eliminasi pada pasien yang tidak memiliki
an kejadian infeksi saluran kemih adalah kemampuan untuk mobilisasi seperti pasien
dengan ditemukannya bakteri dalam urin pembedahan, pasien dengan kondisi kronis
bakteriuria (Brooks, 2007). Infeksi kandung atau lemah yang membuatnya tidak
kemih terjadi ketika ada bakteri atau memiliki kemampuan untuk melakukan
Mikroorganisme lainnya, melekat pada mobilisasi secara aktif. Tindakan ini dinilai
pembukaan uretra dan berkembang biak berbahaya karena dapat menyebabkan
(Dephi, 2014).
1
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari 2018

masuknya organisme ke dalam kandung akibat pemasangan kateter menetap perlu


kemih (Kozier et all 2010). dilakukan penggantian kateter 3-4 hari
Menurut Gruendemann dan Fernsebner sekali. Namun pasien yang menggunakan
(2006) penyebab utama infeksi saluran kateter > 3 hari memiliki peluang untuk
kemih pada pasien yang dirawat di rumah mengalami infeksi saluran kemih dibanding
sakit adalah pemasangan kateter. Pendapat kan dengan pasien yang menggunakan kate
yang sama juga dikemukakan oleh Boss ter ≤ 3 hari, ada pengaruh antara perawatan
Meyer et all (2004) bahwa infeksi saluran kateter dengan kejadian Infeksi Saluran
kemih dapat disebabkan oleh pemasangan Kemih pada pasien yang menggunakan
kateter indwelling (kateter yang dipakai kateter menetap berarti bahwa pasien dengan
untuk beberapa hari atau minggu). Infeksi pemasangan kateter yang kateternya tidak
saluran kemih sering berkaitan dengan dirawat secara rutin setiap hari mempunyai
penggunaan kateter urin yaitu penggunaan peluang untuk mengalami kejadian infeksi
kateter memungkinkan jalur masuk mikroba saluran kemih dibandingkan dengan pasien
kedalam saluran kemih sehingga semakin dengan pemasangan yang kateternya dirawat
lama kateter terpasang maka peluang kateter secara rutin Putri dkk (2011).
terkontaminasi oleh mikroba semakin besar Hasil studi pendahuluan di RSUD Ulin
dan peluang pasien terkontaminasi mikroba Banjarmasin pada pasien rawat inap yang
juga semakin besar sebab kateter dapat terpasang kateter perbulan adalah 183 pasien
mengiritasi lapisan kulit saluran kemih dan dari jumlah tersebut 7 orang atau 3,8%
juga merupakan jalur masuk yang menghubu mengalami infeksi saluran kemih. Rata rata
ngkan antara dunia luar dengan bagian lama pemasangan kateter adalah 3-7 hari
dalam saluran kemih Hal ini yang (Nopi Arisandy, 2013). Mencermati permasa
menyebabkan mudahnya akses mikroba lahan di atas terdapat dugaan bahwa lama
masuk kesaluran kemih. pemasangan kateter dapat menjadi
Menurut Craven (2000), dan Furqon penyebab infeksi saluran kemih pada pasien
(2003) infeksi setelah pemasangan kateter yang menjalani rawat inap sehingga peneliti
dapat terjadi karena kuman dapat masuk memandang perlu untuk melakukan
kedalam kandung kemih dengan jalan penelitian tentang “Analisis Kateterisasi
berenang melalui lumen kateter. Penguranga Terhadap Kejadian Infeksi Di Saluran
n lama pemakaian kateter dapat menurunkan Kemih Pada Pasien di Ruang Rawat Inap
terjadinya infeksi saluran kencing. Pemasan RSU Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan
gan kateter akan menurunkan sebagian besar Tahun 2017”.
daya tahan pada saluran kemih bagian
bawah dengan menyumbat saluran di Rumusan Masalah
sekeliling uretra, mengiritasi mukosa Rumusan masalah pada penelitian ini
kandung kemih dan menimbulkan jalur menganalisis pemasangan kateterisasi
masuknya kuman ke dalam kandung kemih. terhadap Kejadian Infeksi Di Saluran Kemih
Pada pasien yang menggunakan kateter, Pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSU
mikroorganisme dapat menjangkau saluran Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan
kemih melalui tiga lintasan utama: yaitu dari Tahun 2017
uretra ke dalam kandung kemih pada saat
kateterisasi; melalui jalur dalam lapisan Tujuan Penelitian
tipis cairan uretra yang berada di luar kateter Untuk mengidentifikasi kejadian infeksi
ketika kateter dan membran mukosa di saluran kemih pada pasien yang sudah
bersentuhan; dan cara yang paling sering terpasang katetersiasi di Ruang Rawat Inap
melalui migrasi ke dalam kandung kemih di RSU Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan
sepanjang lumen internal kateter setelah Tahun 2017.
kateter terkontaminasi (Gruendemann dan
Fernsebner 2006). Manfaat Penelitian
Mashita, (2011) menyatakan untuk 1. Ruang Rawat Inap RSU Imelda Pekerja
mengurangi kejadian infeksi saluran kemih Indonesia (IPI) Medan.
2
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari 2018

Untuk menambah wawasan dan subjek penelitian melalui sampling.


pengetahuan setiap perawat didalam Sampling adalah proses menyeleksi porsi
melakukan tindakan kateter dan praktik dari populasi yang dapat mewakili populasi
pencegahan terjadinya infeksi di yang ada (Nursalam, 2008). Sample dalam
saluran kemih pada pasien yang penelitian ini adalah semua populasi yaitu
terpasang kateterisasi di Ruang Rawat pasien yang terpasang kateter. Kriteria
Inap RSU Imelda Pekerja Indonesia inklusi digunakan untuk menentukan apakah
(IPI) Medan. seseorang dapat berpartisipasi dalam studi
2. STIKes Imelda MedanSebagai sumber penelitian atau apakah penelitian individu
literatur pustaka didalam menambah dapat dimasukkan dalam penelaahan
wawasan pengetahuan mahasiswa sistematis.
dalam bentuk asuhan keperawatan.
3. Peneliti Selanjutnya. Menjadi bahan Teknik Pengumpulan Data
referensi untuk penelitian selanjudnya Adapun tahapan prosedur penggumpula
yang berhubungan dengan tindakan n data yang dilakukan, meliputi:
kateterisasi. 1. Tahap persiapan pengumpulan data
a. Peneliti mengurus surat izin untuk
METODE melakukan penelitian dari Progam
Studi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehata
Jenis dan Desain Penelitian n (STIkes) Imelda Medan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam b. Peneliti mengurus surat izin untuk
penelitian ini adalah studi kasus melakukan penelitian di bagian pene
observasional dengan deskriptif analitik litian dan pengembangan di Ruang
yang bertujuan untuk menganalisis kateteris Rawat Inap RSU Imelda Pekerja
asi terhadap kejadian infeksi di saluran Indonesia (IPI) Medan Tahun 2017.
kemih pada pasien di ruang rawat inap RSU 2. Tahap pengumpulan data dilakukan
Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahun 2017 a. Peneliti datang langsung ke tempat
penelitian dihari yang telah tertera
Waktu Penelitian dalam surat yang dikeluarkan oleh
Waktu penelitian dilakukan pada bagian pelatihan dan pengembangan
bulan April - Mei Tahun 2017. di Ruang Rawat Inap RSU Imelda
Pekerja Indonesia (IPI) Medan.
Populasi b. Peneliti terlebih dahulu memperkena
Populasi diambil dari semua pasien lkan diri dan menjelaskan maksud
yang terpasang kateter yang dirawat di dari kedatangan peneliti kepada
Ruang Rawat Inap RSU Imelda Pekerja responden (pasien).
Indonesia (IPI) Medan Tahun 2017 yang c. Meminta kesediaan responden untuk
berjumlah 13 responden. berpartisipasi dalam penelitian
d. Peneliti mengobservasi kateterisasi
Teknik Sampling e. Peneliti melakukan urinalisa pada
Metode yang digunakan dalam pengam pasien yang dipasangi kateter oleh
bilan sample penelitian ini adalah purposive responden.
sampling, yaitu metode penetapan sample
dengan memilih beberapa sample tertentu Variabel Penelitian
yang dimiliki sesuai dengan tujuan atau Variabel penelitian adalah karakteristik
masalah penelitian dalam sebuah populasi yang diamati dan mempunyai variasi nilai
(Nursalam, 2008). dan merupakan operasionalisasi dari suatu
konsep agar dapat diteliti secara empiris atau
Sampel ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007).
Sampel terdiri dari bagaian populasi
terjangkau yang dapat digunakan sebagai
3
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari 2018

Defenisi Operasional total skor dengan menggunakan rumus


1. Kateterisasi yaitu semua pasien yang statistik
terpasang kateter di Ruang Rawat Inap Re 𝑛 tan 𝑔
P=
RSU Imelda Pekerja Indonesia (IPI) 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

Medan Tahun 2017. Semua pasien yang


terpasang kateterisasi akan dilakukan dimana P merupakan panjang kelas dengan
observasi, meliputi lamanya terpasang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah
kateterisasi, ukuran kateter, pemasanga (Sudjana, 2002) diperoleh rentang 7, kelas
n kateterisasi dan perawatan kateterisas dibagi 2 kategori maka diperoleh panjang
i. Dilakukan dengan menggunakan lem kelas 4, data kuesioner/observasi dikategorik
bar observasi an:
2. Kejadian infeksi di saluran kemih yaitu a. ”Baik” kumulatif jawaban : 4-7
kejadian infeksi di saluran kemih yang b. ” Buruk” kumulatif jawaban : 0-3
disebabkan karena lamanya pergantian
kateterisasi di Ruang Rawat Inap RSU Analisa Data
Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan 1. Univariat
Tahun 2017. Kejadian infeksi di saluran Analisis univariat yang digunakan
kemih yaitu untuk mengetahui berapa untuk mengetahui karakteristik
jumlah kejadian infeksi di saluran responden serta distribusi frekuensi
kemih yang terjadi di Ruang Rawat kateterisasi dan kejadian infeksi di
Inap RSU Imelda Pekerja Indonesia saluran kemih
(IPI) Medan Tahun 2017. Cara 2. Bivariat
mengetahuinya dengan menggunakan Analisis bivariat ini digunakan untuk
lembar observasi dengan melakukan menganalisa kateterisasi terhadap
observasi pada kateterisasi, ukuran kejadian infeksi di saluran kemih,
kateterisasi, perawatan kateterisasi, dan dengan menggunakan uji chi square
lamanya pergantian kateterisasi. dengan (α) 0,05 dan tingkat kepercay
aan 95%.
Teknik Pengukuran
Variabel bebas yaitu pemasangan HASIL
kateter terdiri dari 16 pertanyaan, setiap
pertanyaan terdiri dari 2 indikator jawaban Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
”ya” diberi nilai 1; tidak” diberi 0 untuk responden
Karakteristik Frekuensi Persentase
menghitung skor dengan menggunakan No
Responden (f) (%)
rumus statistik
Umur
Re 𝑛 tan 𝑔
1 23 - 32 Tahun 9 69,23
P= 33 - 42 Tahun 4 30,77
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Total 13 100
Pendidikan
dimana P merupakan panjang kelas dengan
Terakhir
nilai tertinggi dikurangi nilai terendah 2 10 76,92
D-III
(Sudjana, 2002) diperoleh rentang sebesar 3 23,08
S-1
16, kelas dibagi 2 kategori maka diperoleh Total 13 100
panjang kelas 8 , data kuesioner/observasi Lama
dikategorikan: Bekerja
2 15,38
a. ”Baik” kumulatif jawaban : 9 - 16. 1-2 tahun
3 23,08
b. ” Buruk” kumulatif jawaban : 0 - 8. 3 2-3 tahun
5 38,46
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah 3-4 tahun
2 15,38
kejadian infeksi saluran kemih yang terdiri 4-5 tahun
1 7,69
dari 7 pertanyaan, setiap pertanyaan terdiri 5-6 tahun
dari 2 indikator jawaban, ”ya” diberi nilai 1; Total 13 100
”tidak” diberi nilai 0. Untuk menghitung Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa
umur responden mayoritas 23-32 tahun yaitu
4
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari 2018

69,23%, pendidikan terakhir mayoritas D-III PEMBAHASAN


yaitu 76,92% dan lama bekerja mayoritas 3-
4 tahun yaitu 38,46%. Dari hasil penelitian yang dilakukan
peneliti di Ruang Rawat Inap RSU Imelda
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kateterisasi Pekerja Indonesia (IPI) Medan Tahun 2017,
No Kateterisasi
Frekuensi Persen akan menguraikan pembahasan penelitian
(f) (%) ini yang bertujuan untuk mengetahui hubung
1. Baik 10 76,92 an analisis kateterisasi terhadap kejadian
2. Buruk 3 23,08 infeksi di saluran kemih.
Total 13 100 Kateterisasi merupakan tindakan mema
Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa sukkan selang plastik atau karet melalui
kateterisasi yang dilakukan oleh perawat uretra ke dalam kandung kemih (Potter
mayoritas baik sebanyak 10 orang (76,92%). & Perry, 2005). Pemasangan kateter semaki
n lama akan menurunkan sebagian besar
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian daya tahan alami pada traktus urinarius
Infeksi Saluran Kemih inferior dengan menyumbat duktus periuretr
No Kejadian ISK Frekuensi (f) Persen (%) alis, mengiritasi mukosa kandung kemih
1 Positif 2 15,38 dan menimbulkan jalur artifisial untuk
2 Negatif 11 84,62 masuknya kuman (mikroba patogen) ke
Total 13 100 dalam kandung kemih (Smeltzer & Bare,
Dari tabel 3 diatas menunjukkan bahwa 2001). Kemudian mikroba patogen tersebut
kejadian infeksi saluran kemih sebanyak 2 akan berkembang biak maka akan
orang (15,38%), sedangkan 11 orang mengakibatkan kerusakan serta gangguan
(84,62%) tidak terkena infeksi saluran fungsi organ semakin luas yang akhirnya
kemih. memunculkan manifestasi klinis yang
signifikan untuk diagnosis infeksi saluran
Analisa Bivariat kemih (Darmadi, 2008).
Tabel 4. Analisis kateterisasi terhadap Saluran kemih adalah tempat yang
kejadian Infeksi Saluran Kemih paling sering mengalami infeksi nosokomial.
Kejadian infeksi Chi Pemasangan kateter dan lamanya dipasang
saluran kemih Total Square sangat mempengaruhi kejadian terjadinya
Positif Negative test infeksi saluran kemih, tetapi tidak semua
Baik 0 10 10 klien yang dipasang kateter mengalami
Kateterisasi
Buruk 2 1 3 0,005 infeksi saluran kemih (Tessy, 2004). Barbara
Total 2 11 13 & Smeltzer (2001) menyatakan bahwa infek
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa si saluran kemih menempati tempat ke-3
pemasangan kateter yang baik yaitu 10 dari infeksi nosokomial di rumah sakit
orang dan tidak menyebabkan kejadian 80% dari infeksi saluran kemih disebabkan
infeksi saluran kemih, sedangkan prosedur oleh kateter uretra. Infeksi saluran kemih
kateterisasi yang buruk yaitu 3 orang. Dari 3 setelah pemasangan kateter terjadi karena
orang tersebut, 2 orang terinfeksi saluran kuman dapat masuk ke dalam kandung
kemih dan 1 orang tidak terinfeksi saluran kemih dengan jalan berenang melalui
kemih. lumen kateter, rongga yang terjadi antara
Dari hasil uji chi-square diatas antara dinding.kateter dengan mukosa uretra, sebab
pemasangan kateter dengan kejadian infeksi lain adalah bentuk uretra yang sulit dicapai
saluran kemih didapat nilai P = 0.005 (P oleh antiseptik. Sehingga pasien yang
<0,05) artinya ada hubungan antara mengalami infeksi saluran kemih akibat
pemasangan kateter dengan kejadian infeksi pemasangan kateter akan mendapatkan
saluran kemih. perawatan yang lebih lama dari yang
seharusnya sehingga biaya perawatan akan
menjadi bertambah dan masalah ini juga
dapat memperburuk kondisi kesehatan klien,
5
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari 2018

bahkan dapat mengancam keselamatan infeksi saluran kemih hal ini disebabkan
jiwanya. Tindakan yang dapat dilakukan karena pemasangan kateter yang kurang
perawat untuk mencegah terjadinya baik sehinggaakan memudahkan mikroorgan
infeksi saluran kemih pada pasien yang isme untuk masuk kedalam sistem perkemih
terpasang kateter adalah dengan melakukan an yang menyebabkan terjadinya infeksi.
higiene perineum, perawatan kateter, peman Hal ini dapat dicegah tentunya dengan
tauan drainase urin dan memberikan teknik pemasangan kateter yang aseptik
informasi kesehatan kepada pasien tentang serta perawatan kateter yang baik.Seseuai
hal-hal yang dapat mendukung kelancaran dengan teori yang dikemukakan oleh
drainase urin yang sekaligus akan Potter & Perry (2005) bahwa perawatan
mencegah terjadinya infeksi pada saluran kateter adalah suatu tindakan keperawatan
kemih. dalam memelihara kateter dengan antiseptik
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel untuk membersihkan ujung uretra dan
3 diketahui bahwa 11 pasien (84,62%) yang selang kateter bagian luar serta mempertaha
dilakukan pemasangan kateter dengan baik nkan kepatenan kelancaran aliran urin
oleh responden tidak mengalami infeksi pada sistem drainase kateter. Pasien yang di
saluran kemih dan hanya 2 pasien (15,38%) kateterisasi dapat mengalami infeksi
yang mengalami infeksi saluran kemih. saluran kemih melalui berbagai cara. Perawa
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori tan kateter merupakan tindakan yang penting
yang dikemukakan oleh Sudoyo (2006) untuk mengontrol infeksi. Perawatan kateter
bahwa dipasangnya kateter sangat mempeng yang salah dapat menyebabkan masuknya
aruhi kejadian infeksi saluran kemih. mikroorganisme. Daerah yang memiliki
Dipasang 1 kali menyebabkan infeksi resiko masuknya mikroorganisme ini
1,7%, intermitten 3,5%, sedangkan bila adalah daerah insersi kateter, kantung
dipasang dower kateter sebanyak 10%. drainase, sambungan selang, klep, dan
Pemasangan kateter pada sistem terbuka sambungan antara selang dan kantung.
kejadian demam lebih sering daripada
sistem tertutup.Bila kateter dipasang KESIMPULAN
selama 2 hari infeksi dapat terjadi 15%,
bila 10 hari menjadi 50%. Penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Putri dkk (2011) tentang dilakukan peneliti mengenai analisis
”Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap kateterisasi terhadap kejadian infeksi di
Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada saluran kemih pada pasien di ruang rawat
Pasien Rawat Inap Usia 20 Tahun Ke Atas inap RS Imelda Medan Tahun 2017 dapat di
Dengan Kateter Menetap di RSUD Tugurejo simpulkan bahwa :
Semarang”.Dalam hasil penelitian ini 1. Kateterisasi yang dilakukan oleh
diperoleh ada pengaruh antara lama perawat mayoritas baik sebanyak 10
penggunaan kateter dengan kejadian Infeksi orang (76,92%).
Saluran Kemih pada pasien yang mengguna 2. Kejadian infeksi saluran kemih
kan kateter menetap (p value = 0,005) sebanyak 2 orang (15,38%), sedangkan
artinya pasien dengan lama penggunaan 11 orang (84,62%) tidak terkena infeksi
kateter >3 hari memiliki peluang untuk saluran kemih.
mengalami infeksi saluran kemih dibanding 3. Hasil uji chi-square diatas antara
kan dengan pasien yang menggunakan pemasangan kateter dengan kejadian
kateter <3 hari, ada pengaruh antara infeksi saluran kemih didapat nilai P =
perawatan kateter dengan kejadian Infeksi 0.005 (P <0,05) artinya ada hubungan
Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang antara pemasangan kateter dengan
menggunakan kateter menetap. kejadian infeksi saluran kemih.
Menurut peneliti berdasarkan teori
dan hasil penelitian terkait diatas maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara pemasangan kateter dengan kejadian
6
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari 2018

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. (2010). Metodolog


penelitian kesehatan edisi Revisi.
Brooks, Geo F. (2007). Mikrobiologi Kedokt Jakarta: Rineka Cipta.
eran Jawetz, Melnick & Adelberg / Geo Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
F. Brooks, Janets S. Butel, Stephen A. metodologi penelitian ilmu keperawata
Morse,; Alih Bahasa, Huriawati Hartan n pedoman skripsi, tesis, dan istrumen
to…[et. al.]; editor edisi bahasa penelitian keperawatan. Jakarta:
Indonesia, Retna Neary Elfira..[et.al.] Salemba Medika.
ed. 23. Jakarta:. EGC. Potter & Perry. (2005). Fundamental of
Brunner & Suddarth, (2008). Keperawatan nursing. (7𝑡𝑛 ed). Mosby: Elsevier Inc.
Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC. Rendy dan Margareth. (2012). Asuhan
Ellis, et all. (1996). Modules for Basic Keperawatan Medikal Bedah dan
Nursing Skills. Philadelphia: : Penyakit Dalam. Yokyakarta: Nuha
Lippincott. Medika.
Gruendemann BJ, Fernsebner B. (2005). Buku Samad, R. (2012). Hubungan Pemasangan
Ajar Keperawatan Perioperatif. Vol. 1. Kateter Dengan Kejadian Infeksi
Jakarta: EGC. Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang
Hotoon, T.M,. [et.al]. (2010). Diagnosis, Rawat Inap Penyakit Dalam Rsudza
Prevention and Treatmen oa Catheter A Banda Aceh Tahun 2012.
ssociated Urinary Tract Infection In Suharyanto, dan Madjid. (2009). Asuhan
Adults: 2009 Internasional Clinical keperawatan pada klien dengan
Practice Guidelines from the Infectious gangguan sistem perkemihan. Jakarta:
Disease Sosiety of America, Guideline TIM.
s catheterUrinary. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Synder, S.J. Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
(2010). Buku ajar keperawatan fundam Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
ental (Esty wahyuningsih, penerjemah). Tietjen, L., Bossomeyer, D., & Noel, M.
Jakarta: EGC. (2004). Panduan pencagahan infeksi un
Makic, M.B., Vonrueden, K. T., Rauen, tuk fasilitas pelayanan kesehatan
C.A., & Chadwick, J. (2011). Evidence dengan sumber daya terbatas. Alih
Based Practice Habits: Putting more bahasa: Abdul Bari Syaifuddin.
sacret cows out to pasture. critical care Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwon
nurse. Vol 31. No.2. 38-61. o Prawirohardjo.
Meyer, D.J. Harvey J.W. (2004). Veterinary Tuzker, S.M., [et.al). (1998). Patiend Care
Laboratory Medicine Interpretation Standards : Nursing process, diagnosis,
and Diagnosis. Philadelphia: Saunders. and autcome). California: Mosby Inc.
Murwani (2009). Pedoman Kateterisasi
urin. Edisi revisi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai