Anda di halaman 1dari 28

SELAMAT DATANG

Terima Kasih Telah Hadir Disini

PRESENTASI CASE BASED DISCUSSION (CBD)


DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

PEMBIMBING PENDIDIKAN PRECEPTOR


Elika Puspitasari, S.ST.,M.Keb Tristiana Yuniarti S M, S.ST.,Bdn
PRESENTASI KASUS
“PROSEDUR PEMASANGAN KATETER PADA NY “M” P1A0 USIA 50 TAHUN
PRE OPERASI DENGAN DIAGNOSA NEOPLASMA OVARIUM KISTIK(NOK)”
DI RSUD TEMANGGUNG
TAHUN 2023”

NAMA : RAODIATUL JUMIATI


NIM : 2310106078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN

SIMPULAN & SARAN


BAB I

LATAR BELAKANG
Kista ovarium adalah bentuk neoplasma pada Di RSUD Kabupaten Temanggung terdapat
ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur pasien Ny.M P1A0 umur 50 tahun, diagnosis
dinding yang tipis, mengandung cairan serosa, Neoplasma Ovarium Kistik (NOK). Pasien
dan sering terjadi pada wanita dimasa datang kiriman dari Poli Kandungan .,
rujukann dari puskesmas. dengan keluhan
reproduksinya, sebagian besar kista terbentuk
perutnya tambah hari tambah Membesar dan
karena perubahan kadar hormone yang terjadi nyeri perut sebelum dilakukannya
selama siklus haid, produksi, dan pelepasan sel pembedahan Ny.M akan dilakukan
telur dari ovarium (Owen, 2010). pemasangan kateter terlebih dahulu, hal ini
agar membantu pasien dalam proses berkemih
Terdapat beberapa penatalaksanaan medis pada pasien
karena setelah pasca pembedahan. Normalnya
dengan kista ovarium, dimana kondisi kistanya sudah
dalam waktu 6-8 jam setelah anestesi,pasien
membesar yakni melalui tindakan pembedahan
akan mendapatkan kontrol fungsi berkemih.
(operasi) laparatomi. Operasi menggunakan anastesi
Anastesi dapat mempengaruhi kesadaran
spinal yang menimbulkan efek samping yang
pasien termasuk tentang kebutuhan berkemih
berhubungan dengan sistem kerja anastesi, terutama
sehingga berdampak pada pengeluaran
kemampuan untuk menghambat hantaran impuls
urine,oleh karna itu selama prosedur
dalam jaringan yang dapat tereksitasi.
pembedahan pasien dilakukan katerisasi urine
(Sjamsuhidayat & Dkk, 2017).
BAB I

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana prosedur pemasangan kateter pada Ny.”M” usia 50 tahun pre operasi
dengan diagnose Neoplasma Ovarium Kistik (NOK)?

Melakukan ketrampilan dasar praktik Kebidanan berupa pemasangan kateter


pada Ny. M usia 50 tahun pre operasi dengan diagnosa Neoplasma Ovarium
Kistik (NOK).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DefinisI Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung


kemih untuk mengalirkan urin. Kateter ini biasanya dimasukkan
Kateter urin melalui uretra ke dalam kandung kemih, namun metode lain yang
disebut pendekatan suprapubik, dapat digunakan. Pemasangan kateter
merupakan tindakan keperawataan dengan cara memasukkan kateter
ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk
membantu memenuhi kebutuhan eliminasi
n. dan sebagai pengambilan
bahan pemeriksaan. (Gould et al., 2017).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan di Pasang Kateter Urine
Pemasangan kateter urin bermanfaat terhadap kesehatan penggunanya.
Pemakaiannya dianjurkan seminimal mungkin dan bila ada indikasi.
Selain manfaat, penggunaan kateter urin tidak dianjurkan jika tidak ada
indikasi. Indikasi pemasangan kateter pada pasien umumnya sesuai
dengan jenis kateter yang digunakan. Menurut School of Medicine
Queen University 2015 indikasi pemakaian kateter-kateter tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Intermiten kateter
2. Pemasangan jangka pendek folley kateter
3. Pemasangan jangka panjang folley kateter
4. Kondom kateter
BAB II
1. Intermiten kateter
Kateter jenis ini dapat disebut sebagai kateter nelaton atau
kateter sementara. Dikatakan sementara karena kateter jenis
ini digunakan hanya satu kali proses pembuangan atau
Macam dan ukuran pengeluaran urin dari kandung kemih. Ketika kandung
kateter kemih telah dirasa kosong, kateter jenis ini dicabut kembali.
2. Indwelling kateter/foley kateter
Kateter jenis indwelling atau folley merupakan jenis kateter
yang terpasang tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu.
Kateter Indwelling diindikasikan bagi pasien yang tidak
bisa mengeluarkan urin misalnya mengalami operasi/pasca
operasi, kronis. kateter Foley (straight tip) Untuk dewasa,
ukuran 16 – 18.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur pemasangan kateter harus sesuai dengan standar yang ditentukan,
untuk menjamin dilaksanakannya teknik pemasangan yang benar, dan di
anjurkan dilaksanakan oleh perawat yang telah mendapatkan pelatihan
Prosedur khusus. Resiko terjadinya infeksi saluran kemih semakin tinggi apabila
pemasangan prosedur pemasangan tidak dilakukan sesuai dengan standar (Kausuhe et
kateter
al., 2017). Penelitian Selano, Panjaitan, dan Raharjo, (2019) didapatkan
adanya hubungan antara kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP
perawatan kateter dengan angka kejadian ISK. Penelitian ini menjelaskan
bahwa apabila perawatan kateter tidak dilaksanakan dengan baik dan benar
prosedur pemasangan kateter memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya
infeksi saluran kemih.
BAB II
Teknik pemasangan kateter
1. Mengucapkan salam,sapa dan perkenalkan diri pada
pasien
2. Menyampaikan tujuan tindakan pada pasien
3. Meminta persetujuan tindakan pada pasien
4. Membantu pasien untuk melepaskan pakaian bawahnya
5. Memposisikan pasien dorsal recumben, memasang perlak
6. Memakai APD
7. Memakai handscoon
8. Melakukan vulva hygiene
9. Tangan kiri membuka vulva dan mengamati kondisi vulva
(pengeluaran darah/lender, tanda infeksi jika ada)
10.Mengambil kapas cebok
11.Membersihkan labia mayor dan labia minor
12.Membuang kapas di sampah infeksius
13.Melepaskan sarung tangan
14.Menghubungkan kateter dengan urin bag
15.Memakai sarung tangan steril pada tangan bagian kiri
16.Mengoleskan jelly pada kateter dengan cara memegang
kateter memegang kateter dengan tangan kiri dan jelly
pada tangan kanan
BAB II
Teknik pemasangan kateter

17.Memakai sarung tangan steril pada tangan bagian kanan


18. Membuka labia mayor dan minor
19. Meminta pasien untuk menarik nafas Panjang
20. Mendorong kateter masuk vesica urinaria sampai terlihat
urin keluar dari kateter (kurang lebih 5 cm) 21.
Mengembangkan balon penahan di ujung kateter dengan
10-15 cc aqubides pada saat urine sudah lancer dari kateter.
22.Memfiksasi kateter pada daerah inguinal atau paha
bagian dalam
23.Melepas handscoon dan membuang ketempat sampah
infeksius
24.Mencuci tangan
25. Melakukan dokumentasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel berlebih/abnormal pada ovarium


yang membentuk kista. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat bertahan dari siklus menstruasi sebagai respons terhadap aksi
hormonal. Kista ovarium merupakan gejala khas wanita yang ditandai
Definisi dengan adanya akumulasi cairan yang terbungkus membran ovarium
Neoplasma (Darmayanti & Nashori, 2021).
Ovarium
Kistik Terdapat beberapa penatalaksanaan medis pada pasien dengan kista
ovarium, dimana kondisi kistanya sudah membesar yakni melalui tindakan
pembedahan (operasi) laparatomi. Operasi menggunakan anastesi spinal
yang menimbulkan efek samping yang berhubungan dengan sistem kerja
anastesi, terutama kemampuan untuk menghambat hantaran impuls dalam
jaringan yang dapat tereksitasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Persiapan sebelum operasi sangat penting dilakukan untuk mendukung


kesuksesan tindakan operasi. Adapun berbagai persiapan yang harus
dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain (Sjamsuhidayat &
Persiapan Dkk, 2017)
Pre Operasi 1. Status kesehatan fisik secara Umum
2. Status Nutrisi
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Personal Hygiene
5. Pengosongan kandung kemih
BAB III
TINJAUAN KASUS
KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN (KDPK)
“ PROSEDUR PEMASANGAN KATETER PADA NY “M” USIA 50 TAHUN PRE
OPERASI DENGAN DIAGNOSA NEOPLASMA OVARIUM KISTIK(NOK)”
DI RSUD TEMANGGUNG
TAHUN 2023
Pengkajian
Tanggal/Jam masuk : 18 Oktober 2023/ 14.00 Wib
Tanggal Pengkajian : 19 Oktober 2023
Tempat/Ruang : Bangsal mawar
Oleh : Raodiatul Jumiati

Subjektif
Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny.M
Umur : 50 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Banjarsari 3/1 Ngadirejo, temanggung
BAB III
 Keluhan saat ini
Ibu mengatakan perutnya tambah hari tambah Membesar dan nyeri perut
 Riwayat Menstruasi
Usia Menarche : 12 Tahun
Siklus Menstruasi : 28 Hari
Lama Menstruasi : 5-7 Hari
Volume Darah : 2-3 kali ganti pembalut/Hari
 Riwayat pernikahan
Status menikah : Sah
Pernikahan yang ke : Ke 1
Lama pernikahan : 18 tahun
 Keluhan saat ini
Ibu mengatakan perutnya tambah hari tambah Membesar dan nyeri perut
 Riwayat kesehatan
• Penyakit yang pernah diderita ibu dan keluarga
Ibu mengatakan ibu dan suami tidak pernah mempunyai riwayat pnyakit seperti
jantung, asma, diabetes militus dan riwayat penyakit menular
TINJAUAN KASUS BAB III
 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
• Nutrisi
Makan dan Minum : ibu mengatakan sedang puasa
• Eliminasi
BAB : ibu mengatakan terakhir BAB jam 15.00 Wib tanggal 18 Oktober 2023
Konsistensi : lembek
Warna : kuning
Gangguan : tidak ada
BAK : ibu mengatakan terakhir BAK di jam 21.00 Wib tanggal 18 Oktober 2
Warna : jernih
Gangguan: tidak ada
• Personal hygine
Mandi : ibu mengatakan terahir mandi jam 05 .00 WIB
• Pola istirahat
Siang : ibu mengatakan sudah 2 hari tidak tidur siang
Malem : ibu mengatakan semalam tidur dari jam 23.00-04.00 WIB
Gangguan : tidak ada
TINJAUAN KASUS BAB III
 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
• Nutrisi
Makan dan Minum : ibu mengatakan sedang puasa
• Eliminasi
BAB : ibu mengatakan terakhir BAB jam 15.00 Wib tanggal 18 Oktober 2023
Konsistensi : lembek
Warna : kuning
BAK : ibu mengatakan terakhir BAK di jam 21.00 Wib tanggal 18 Oktober 2
Warna : jernih
• Personal hygine
Mandi : ibu mengatakan terahir mandi jam 05 .00 WIB
• Pola istirahat
Siang : ibu mengatakan sudah 2 hari tidak tidur siang
Malem : ibu mengatakan semalam tidur dari jam 23.00-04.00 WIB
• Data pengetahuan : Ibu tidak mengerti tentang penyakit yang dideritanya
• Psikologis : Ibu mengatakan cemas akan dioperasi
HASIL OBSERVASI BAB III

Objektif
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 130/88 mmHg
• Nadi : 98x/Menit
• Suhu : 36,2
• Respirasi : 20x/Menit
• SpO2 : 97%.
 Pemeriksaan Fisik
• Abdomen : Ada pembesaran Sebesar buah melon
 Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 18 Oktober 2023
• Hemoglobin : 13,8
• Lekosit : 6,6
• Hematokrit : 34,0
• Trombosit : 435
BAB III
TINJAUAN KASUS

Analisa
Ny M umur 50 tahun P1A0 pre operasi dengan kista ovarii.
Penatalaksanaan
Tanggal : 19 Oktober 2023 Jam : 07.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Evaluasi : Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Memberikan dukungan psikologis kepada ibu bahwa proses operasi akan berjalan lancar
Evaluasi : ibu tampak lebih tenang dan rileks
3. Menjelaskan pada ibu bahwa perut semakin membesar karena ada kista didalam perut ibu
dan akan hilang setelah dioperasi
Evaluasi : ibu memahami penjelasan yang diberikan
4. Menjelaskan tujuan pemasngan kateter yang akan dilakukan yaitu untuk persiapan operasi
dan membantu ibu BAK selama atau setelah operasi
Evaluasi : ibu mengerti tujuan dari pemasangan kateter dan bersedia untuk dipasangkan kateter
5. Meminta persetujuan untuk dilakukan tindakan pemasangan kateter
Evaluasi : pasien telah menyetujui untuk dilakukan tindakan pemasangan kateter
BAB III
TINJAUAN KASUS

6. Menyiapkan alat pemasangan kateter agar memudahkan pemasangan sesuai prosedur


Evaluasi : Handscoon,Kateter (foley kateter ukuran 18),Duk steri,Jelly,Kapas cebok
Spuit 10 cc,Air steril/ Aquabides,Perlak,Bengkok ,Urine bag,Plester
7. Setelah pasien siap, dan alat serta bahan sudah tersedia, maka dapat dilakukan
pemasangan kateter sesuai prosedur
Evaluasi : Pasien dan alat telah disiapkan
8. Melakukan pemantauan kondisi pasien setelah pemasangan kateter
Evaluasi : kateter terpasang dengan baik, tidak terdapat hematuria, alur urin lancar, dan
tidak terdapat kebocoran
9. Mengajarkan pada keluarga untuk mengosongkan urine bag pada saat urine bag
Penuh
Evaluasi : Keluarga diberikan edukasi terlebih dulu, seperti cara membuang urine,
membuka dan menutup urine bag, dan tidak lupa untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah membuang urin, mempertahankan urine bag lebih rendah dari tingkat kandung
kemih, mempertahankan aliran urin agar tidak terhalang
BAB IV
PEMBAHASAN
Kista ovarium adalah bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat
jinak, memiliki struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa, dan sering
terjadi pada wanita dimasa reproduksinya, sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormone yang terjadi selama siklus haid, produksi, dan pelepasan
sel telur dari ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit
reproduksi yang banyak menyerang wanita (Fatkhiyah, 2019).
PEMBAHASAN
BAB IV
Pada kasus Ny.M usia 50 tahun dengan diagnose Neoplasma Ovarium Kistik
(NOK), Pasien Ny.M masuk di ruang mawar pada tanggal 18 Oktober 2023 pada pukul
18.00 WIB. Pasien Ny.M akan melakukan operasi pembedahan laparotomi pada tanggal
19 Oktober 2023 pukul 09.00 sehingga sebelum melakukan operasi ada beberapa hal
yang dipersiapkan yaitu status nutrisi ibu pada kasus Ny.M didapatkan status nutrisi ibu
dalam keadaan normal ibu danjurkan untuk makan terlebih dahulu sebelum nanti puasa
untuk dilakukan operasi, kemudian personal hyigiene pada kasus ibu diminta unuk mandi
terlebih dahulu di jam 05.00 sebelum nanti dijam 07.00 ibu akan di operasi, dan yang
terakhir yaitu pengosongan kandung kemih pada kasus Ny.M dilakukan pemasangan
kateter untuk membantu ibu dalam berkemih pada saat operasi atau pasca operasi
Hal ini sejalan dengan teori Sjamsuhidaya&Dkk,(2017) Operasi menggunakan
anastesi spinal yang menimbulkan efek samping yang berhubungan dengan sistem kerja
anastesi. Pasien yang pulih dari anestesi seringkali tidak mampu merasakan bahwa
kandung kemihnya penuh dan tidak mampu memulai atau menghambat berkemih. Oleh
karna itu selama prosedur pembedahan pasien Ny.M Usia 50 tahun dilakukan
pemasangan foley kateter.
PEMBAHASAN
BAB IV
1. informed consent, ukuran kateter yang sesuai, tehnik aseptic, disinfektan,
prosedur sesuai SOP dan prinsip steril
Prosedur pemasangan kateter urin perlunya memperhatikan beberapa aspek penting
seperti instrumen yang digunakan, pelaksanaan dengan prinsip steril, tehnik aseptik dan
dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di rumah sakit.
Pada kasus Ny.M usia 50 dilakukan prosedur pemasangan kateter urin sudah sesuai
dengan SOP dan prinsip steril dimana sebelum melakukan pemasangan kateter dilakukan
informed consent terlebih dahulu untuk meminta persetujuan, memperhatikan ukuran selang
kateter pada kasus yang didapatkan selang kateter yang diberikan pada Ny.M usia 50 tahun
yaitu foley kateter ukuran 16, sebelum memulai tindakan tangan sudah di cuci, penggunaan alat
pelindung diri seperti masker, handscoon bersih dan steril. Pada saat sebelum dilakukan
pemasangan kateter pembersihan alat vagina telah dilakukan pada Ny.M dengan membersihkan
terlebih dahulu bagian uretra, dalam pencegahan infeksi sudah diterapkan dalam penanganan
pemasangan kateter pada Ny.M.
Hal ini sejalan dengan Penelitian Selano, Panjaitan, dan Raharjo, (2019) didapatkan
adanya hubungan antara kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP perawatan kateter dengan
angka kejadian ISK. Penelitian ini menjelaskan bahwa apabila perawatan kateter tidak
dilaksanakan dengan baik dan benar prosedur pemasangan kateter memiliki risiko tinggi
terhadap terjadinya infeksi saluran kemih
PEMBAHASAN
BAB IV
2. Pemantauan kondisi pasien setelah pemasangan kateter
Pasien yang terpasang kateter urin harus dipantau setelah pemasangan.
Pada kasusu Ny.M usia 50 tahun pemantauan telah dilakukan. Dalam hal ini
pemantauan yang dimaksudkan adalah mengecek kantong drainase urin atau urine
bag pasien apakah terdapat hematuria, dan mengecek kualitas aliran selang kateter
apakah terdapat kebocoran pada pemasangan kateter. Pada kasus Ny.M usia 50
tahun, disini bekerjasama dengan pihak keluarga untuk membuang urine bag jika
penuh. Keluarga diberikan edukasi terlebih dulu, seperti cara membuang urine,
membuka dan menutup urine bag, dan tidak lupa untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah membuang urin, mempertahankan urine bag lebih rendah dari tingkat
kandung kemih, mempertahankan aliran urin agar tidak terhalang.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arifianto, (2017) perlu
dilakukan pengamatan langsung prosedur pemasangan kateter dan memantau
kondisi pasien yang terpasang kateter urin, mengosongkan urine bag secara teratur
dengan menggunakan wadah penampung terpisah untuk setiap pasien, memastikan
tabung tidak tertekuk dan urine bag tetap di bawah kandung kemih setiap saat. Tidak
meletakkan urine bag di atas pasien saat memindahkan pasien hindari menyentuh
klep yang terkuras ke wadah penampung, mencuci tangan sebelum dan sesudah
membuang urin.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 oktober 2023 pada Ny M dengan
diagnosis kista ovarium. Pada pasien Ny.M dijadwalkan untuk operasi pada tanggal 19
oktober pukul 09.00 oleh karena itu pasien di pasngakan kateter sebelum dilakukan
operasi karena normalnya dalam waktu 6-8 jam setelah anestesi,pasien akan
mendapatkan kontrol fungsi berkemih secara volunter, tergantung padajenis pembedahan.
Anastesi dapat mempengaruhi kesadaran pasien termasuk tentang kebutuhan berkemih
sehingga berdampak pada pengeluaran urine,oleh karna itu selama prosedur pembedahan
pasien dilakukan katerisasi urine. Sebelum memulai tindakan pemasangan kateter tangan
sudah di cuci, penggunaan alat pelindung diri seperti masker, handscoon bersih dan steril,
dalam pencegahan infeksi sudah diterapkan dalam penanganan pemasangan kateter pada
Ny.M.
BAB V

SARAN

Prosedur pemasangan urine kateter memerlukan keterampilan dasar yang harus dikuasai
oleh tenaga kesehatan sehingga perlunya meningkatkan keterampilan sesuai dengan
prosedur yang akan dilakukan yaitu pemasangan urine kateter.
DAFTAR PUSAKA
Arifianto. (2017). Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien Pada Pengurangan Resiko Infeksi Dengan Penggunaan
Alat Pelindung Diri Di RS.
Roemani Muhammadiyah Semarang. Universitas Diponegoro Semarang Andang, T. (2013). 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Darmayanti, D., & Nashori, F. (2021). Efektivitas Rational Emotive Behaviour Therapy Untuk Menurunkan Kecemasan Wanita Yang Menderita
Kista Ovarium. Proyeksi.
Dewinta, Ni Made Nanda (2020). Gambara asuhan keperawatan post operasi kista ovarium dengan nyueri aku.
Dewinta, Ni Made Nanda (2020). Gambara asuhan keperawatan post operasi kista ovarium dengan nyeri akut.
Fatkhiyah, Natiqotul. 2019. Faktor Risiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia Reproduksi Di Rskia Kasih Ibu Kota Tegal. Prodi D-3
Kebidanan Stikes Bhakti
Mandala Husada Slawi. BHAMADA, JITK, Vol. 10, No. 1, April 2019.
Gray, M., Skinner, C., dan Kaler, W., 2016. External collection devices as an alternative to the indwelling urinary catheter. J wound Ostomy
Continence Nurs 43(3): 301-307
Galiczewski J.M & Shurpin K.M. (2017). An intervention to improve the catheter associated urinary tractinfection rate in a medical intensive care
unit: Direct observation ofcatheter insertion procedure. Intensive and Critical Care Nursing. Elsevier
Selano, M. K., Panjaitan, R. N., & Raharjo, S. B. (2019). Hubungan kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional perawatan
kateter menetap dengan angka kejadian infeksi saluran kemih. Jurnal Smart Keperawatan.
Susianti. (2017). Aplikasi Teori Model Calista Roy dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Kista Ovarium di Sukamaju Kota
Bengkulu. Jounal Of Nursing and public Health. 5.
Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017
D.H.C & Onibala F. (2017). Hubungan Pemasangan Kateter Urine Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado. e-Journal Keperawatan (eKp). Volume 5, 2, November 2017 Nugroho, T. (2015). Obsgyn Obstetri dan Ginekologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2009; 523 - 529.
SEKIAN
&
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai