Anda di halaman 1dari 8

RESUME KATETERISASI URIN PADA ANAK

Nama : Rifani Okti Putri tanjung


NPM : 220110190092
Kelompok : Tutorial H
1. Konsep yang mendasari pemasangan kateter pada anak!
Pemasangan kateter merupakan sebuah intervensi yang dapat diberikan pada pasien
dengan gangguan saluran perkemihan.
A. Pengertian dan Jenis-Jenis Kateter
Kateterisasi urine merupakan teknik pemasangan kateter melalui uretra ke
kandung kemih yang dilakukan ketika diperlukan karena adanya bahaya dapat
memasukkan mikroorganisme ke dalam kandung kemih (Kozier, 2010) .
Pemasangan kateter urin dilakukan dengan tujuan terapeutik dan diagnostik
(Tan E, et all 2019 ; Lachance CC, et all 2019).
Pada umumnya kateter terbuat dari karet atau plastik adapula yang terbuat dari
lateks, silikon atau polivinil klorida (Kozier, 2010). Kateter urine memiliki
ukuran beragam, berdasarkan diameter lumen dengan menggunakan skala
French (Fr) semakin besar nomor maka semakin besar lumen(Kozier 2010).
 Kateter lurus merupakan selang berlumen tunggal yang memiliki lubang
kecil sekitar 1 1/4 cm atau setengah inci dari ujung insersi. Kateter coude
lebih kaku daripada kateter lurus. Kateter coude merupakan jenis dari
kateter lurus yang digunakan untuk pria yang mengalami hipertrofi.
Penggunaan kateter coude lebih mudah dikendalikan dan hanya sedikit
menyebabkan trauma pada saat insersi.
 Kateter retensi atau kateter foley merupakan kateter berlumen ganda.
Kuman yang lebih besar mengalirkan urine dari kandung kemih. Lumen
kedua yang lebih kecil itu digunakan untuk menggembungkan balon di
dekat ujung kateter dan untuk menahan kateter agar tetap berada di dalam
kandung kemih. Klien yang memerlukan irigasi kandung kemih kontinyu
atau intermitten dapat terpasang kateter Foley 3 cabang. Kateter 3 cabang
memiliki lumen ketiga yang digunakan untuk mengalirkan cairan irigasi
steril ke dalam kandung kemih lalu meninggalkan kandung kemih melalui
lumen drainase bersama dengan urine.
Berdasarkan dwell time, kateter urin terbagi menjadi kateter intermittent
(jangka pendek) dan indwelling (jangka panjang). Terdapat tiga jenis kateter
urin berdasarkan insersinya yaitu :
a. Kateter eksternal yaitu melekat pada genitalia eksterna pada pria atau area
kemaluan pada wanita. Kateter jenis ini berfungsi untuk manajemen
inkontinensia urin.
b. Kateter uretra yaitu dimasukkan melalui uretra, dengan ujung dimasukkan
ke dasar uretra kandung kemih.
c. Kateter suprapubik yaitu dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui
suprapubik.

Keterangan :
 Gunakan kateter lumen double untuk semua anak <5kg. Jika hemodinamik
sangat tidak stabil, lumen tiga 4.5F dapat digunakan
 Untuk anak - anak dengan berat badan 5-10kg pilihan antara lumen double
dan triple akan tergantung pada tingkat keparahan dan stabilitas
hemodinamik
 Gunakan lumen triple untuk anak diatas 10kg dan lumen quad pada remaja.
Lebih lumens meningkatkan risiko infeksi dan mungkin juga trombosis
 Swan sheaths (5F atau 8.5F) dapat digunakan untuk menyediakan akses bore
besar ke vena sentral pada anak dengan atau berisiko pendarahan mayor
B. Indikasi dan kontraindikasi
1. Indikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2005) dalam Marlina (2013) terdapat
beberapa indikasi dilakukannya tindakan kateterisasi urin pada pasien
diantaranya :
 Terdapat gangguan pada proses berkemih akibat kegagalan dalam
pengisian dan pengosongan urin di kandung kemih
 Mengetahui jumlah urin yang tersisa di dalam kandung kemih
setelah pasien buang air kecil
 Memintas obstruksi yang menyumbat aliran urin pada kandung
kemih
 Sebagai drainase pascaoperatif pada kandung kemih
 Memantau pengeluaran urin secara ketat pada beberapa pasien
khusus yang sedang sakit berat
Menurut (Haider & Annamaraju, 2020) indikasi untuk pemasangan
kateter adalah sebagai berikut :
a. Indikasi terapeutik yaitu retensi urin, preoperatif, disfungsi kandung
kemih neurogenik, inkontinensia urin, alasan sosial dan kebersihan,
pasien sakit akut yang membutuhkan pengukuran output urin,
pemberian obat kemoterapi, irigasi kandung kemih.
b. Indikasi diagnostik yaitu pengukuran urodinamika, pengumpulan
sampel untuk analisis urin dan studi radiografi (cystogram)
2. Kontraindikasi
Menurut Kozier (2010) kontraindikasi pada pemasangan kateter urin
yaitu adanya infeksi pada saluran kemih seperti urethritis gonorhoe dan
perdarahan pada uretra.Menurut (Haider & Annamaraju, 2020)
kontraindikasi untuk pemasangan kateter urin adalah sebagai berikut :
 Terdapat darah pada meatus kemih
 Hematuria/kencing darah
 Pasien dengan infeksi uretra
 Terdapat nyeri atau ketidaknyamanan pada uretra
 Volume kandung kemih rendah
 Terdapat complain atau penolakan dari pasien
C. Komplikasi
Menurut buku Brunner & Suddarth (2010) terdapat beberapa komplikasi
yang didapat dari kateterisasi urin diantaranya :
1. Iritasi atau trauma pada uretra
Penggunaan kateter yang ukurannya tidak sesuai dapat mengiritasi
uretra sehingga kemungkinan terjadinya trauma meningkat. Selain itu
kurangnya penggunaan lubrikasi dapat melukai jaringan sekitar uretra
saat penyisipan. Trauma yang terjadi apabila penyisipan pada letak
kateter belum tepat pada saat balon kateter dikembangkan. Fiksasi yang
kurang tepat dapat menambah gerakan yang mengakibatkan regangan
atau tarikan pada uretra atau yang membuat kateter terlepas tanpa
sengaja.
2. Krusta pada kateter
Urin yang banyak mengandung urea memproduksi bakteri seperti
Proteus mirabilis, yang meningkatkan PH urin yang tinggi, bakteri dan
ion magnesium. Pembentukkan krusta yang berasal dari garam urin
yang dapat menjadi sumber terbentuknya batu krusta. Terjadi blocking
atau retensi/tersumbat (tidak dapat mengalir dengan lancar). Kerusakan
pada kateter terjadi akibat adanya krusta yang menutupi area lumen
kateter.
3. Terjadi inkontinensia urin
Pemasangan kateter dalam waktu lama mengakibatkan kandung kemih
tidak akan terisi dan berkontraksi sehingga pada akhirnya kandung
kemih akan kehilangan tonusnya.
4. Terjadinya kebocoran
Kebocoran dapat terjadi ketika balon kateter tidak terfiksasi dengan baik
yang menyebabkan pengeluaran urin tidak tepat, sehingga urin
merembes keluar tidak melalui selang kateter.
5. Resiko tinggi infeksi
Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya tahan alami
pada saluran kemih bagian bawah dengan menyumbat duktus
preuretalis, mengiritasi mukosa kandung kemih bagian bawah dan
menimbulkan jalur artificial untuk masuknya kuman ke dalam kandung
kemih. Banyaknya mikroorganisme ini merupakan bagian flora endogen
atau flora usus normal. Infeksi juga dapat terjadi melalui kontaminasi
silang oleh pasien atau petugas rumah sakit maupun melalui kontak
peralatan yang tidak steril.
Komplikasi dari kateterisasi urin lainnya diantaranya :
 Infeksi saluran kemih (ISK) yaitu komplikasi yang paling umum
terjadi sebagai akibat dari kateterisasi jangka panjang. Aliran urin
normal dapat mencegah kenaikan mikroba dari kulit periurethral dan
menghindari infeksi. Perubahan pertahanan mekanisme kateter
menyebabkan peningkatan risiko ISK. Kumparan Escherichia dan
Klebsiella pneumonia merupakan organisme paling umum yang
menginfeksi pada pasien ISK. ISK yang berulang dapat terjadi
karena peningkatan resistensi terhadap antibiotik.
 Infeksi kandung kemih kronis yang dapat terjadi dari stasis urin (10-
100 ml) di dasar kandung kemih yang terhalang oleh balon kateter.
 Nyeri akibat traksi pada kantong drainase.
 Sensasi menyengat sementara sering terjadi pada pria selama
pelumasan dan dapat diminimalkan dengan mendinginkan gel hingga
4° C.
 Paraphimosis diakibatkan oleh kegagalan mengembalikan kulup ke
posisi normal setelah pemasangan kateter
 Kateter bisa masuk ke dalam vagina sehingga perlu penggantian
kateter
 Cedera uretra seperti penggelembungan balon pada posisi yang salah
 Obstruksi kateter yang diakibatkan oleh penumpukan sedimen pada
penderita subklinis bakteriuria. Pembilasan sering kali dapat
meredakan penyumbatan.
 Kebocoran urin dari meatus uretra ekstrinsik ke kateter dapat terjadi
sebagai akibat dari kejang kandung kemih. Kejang ini dapat terasa
menyakitkan namun dapat diatasi dengan antikolinergik obat-obatan
seperti oxybutynin.
 Efek negatif pada kualitas hidup, terutama bagi pasien yang menetap
dalam jangka waktu lama kateter.
 Trauma psikologis
 Striktur uretra setelah kerusakan uretra merupakan permasalahan
jangka panjang
 Muncul rembesan dikarenakan kateter terlalu kecil sehingga perlu
dipastikan ukuran kateter yang digunakan sesuai dengan usia dan
ukuran anak

2. Apa yang menjadi key point atau point penting atau prinsip – prinsip yang
harus kita perhatikan dalam pelaksanaan prosedur praktikum Pemasangan
kateter pada anak?
Hal - hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan kateter pada anak diantaranya
1. Tentukan metode yang paling tepat
2. Kateter straight digunakan untuk spesimen sewaktu, mengukur jumlah urin
residual, dekompresi sementara
3. Kateter indwelling digunakan jika kandung kemih harus tetap dikosongkan,
pengukuran kontinyu perlu dilakukan
4. Pertimbangkan durasi, kenyamanan dan sensitivitas pasien
5. Perhatikan jenis kateter yang akan digunakan diantaranya plastik/nelatan,
silikon, lateks dan metal
6. Kaji kondisi umum kemampuan klien dan position
7. Kaji kapan terakhir berkemih dan kapan terakhir dipasang kateter
8. Penggunaan kateter yang tidak tepat dapat menyebabkan infeksi pada
saluran berkemih sehingga harus dilakukan teknik perawatan kateter dengan
benar untuk meminimalisir terjadinya infeksi
9. Berikan pelumas saat pemasukan kateter ke saluran untuk mengurangi sakit
pada anak
10. Memasukan kateter pada anak laki-laki usahakan sampai ke ujung penis
awal saluran ujung uretra
11. Jangan mengganti kateter atau kantong drainase secara rutin
12. Jangan mengairi / menyiram kateter hanya karena ada kemungkinan
penyumbatan kecuali hal ini merupakan bagian dari intervensi yang telah
ditentukan untuk anak
13. Pertimbangkan pembilasan dengan mempertimbangkan kebutuhan individu
anak
14. Kosongkan sistem drainage kateter setidaknya 4 jam atau sebelum ½ penuh
15. Kantung dan pipa drainage harus berada di bawah kandung kemih dan
bukan menyentuh lantai
16. Kateter lateks digunakan untuk jangka pendek (≤28 hari)
17. Kateter silikon digunakan untuk penggunaan jangka panjang (≤12 minggu).
Kateter silikon memiliki lumen yang lebih besar dan sangat berguna bagi
pasien yang sering mengalami penyumbatan dan bagi mereka yang
menderita alergi lateks
18. Pemasangan kateter pada anak menggunakan prinsip steril
DAFTAR PUSTAKA

Haider, M. Z., & Annamaraju, P. (2020). Bladder Catheterization. StatPearls [Internet].


Suzanne C. Brenda G. Bare. (2016). brunner suddarth edisi 10 medical surgical nursing. In
Brunner & Sudarth’s Canadian Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Melyza Perdana, H. K. (2017, maret). HUBUNGAN PELAKSANAAN PERAWATAN
INDWELLING KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH.
Jurnal Keperawatan, 01(01), 17-27.
Urethral Catheterisation for Male and Female Children. (2019). Urethral Catheterisation in
Children Guideline : University Hospital of Leicester.
Marlina., Samad, R.A. (2013). Hubungan Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi
Saluran Kemih pada Pasien di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsudza Banda
Aceh Tahun 2012. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah. Vol (1):1.

Anda mungkin juga menyukai