Telaah Jurnal
Disusun Oleh
Kelompok X’17 A
1. Atika Diyanti
2. Desti Rahmayani
3. Dini Aprisupitha
4. Haris Pratama
5. Gesti
6. Indah Puspa Riang T.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melakukan tindakan sesuai dengan SPO yang ada (Kohn, Corrigan &
pemberian cairan yang efisien dan efektif dengan memberikan cairan secara
salah satu contoh bentuk dari infeksi nosokomial tersebut yaitu phlebitis.
yang disebabkan oleh kateter atau iritasi kimiawi zat aditif dan obat-obatan
yang diberikan secara intravena (Potter & Perry, 2010). Peningkatan kejadian
phlebitis dapat dipengaruhi dari lamanya pemasangan terapi, komposisi
cairan atau obat yang diinfuskan (terutama pH dan tonisitasnya), ukuran dan
namun tidak ada angka yang pasti tentang prevalensi kejadian phlebitis ini di
sebesar 21% pasien dengan terapi intravena mengalami phlebitis. Angka ini
jauh lebih besar dari standar yang ditetapkan oleh Depkes RI yaitu ≤ 1,5%.
rawat inap shafa dan marwa RSI Ibnu Sina Padang sebesar 26,6%. Kejadian
kejadian phlebitis yang dilaporkan rumah sakit pada tahun 2016 adalah
kombinasi antara Ringer Laktat dan Dekstrosa 5%, (Pujasari, 2010). Angka
tersebut memang tidak terlalu besar namun masih di atas standard yang
(21,7%). Skor phlebitis yang ditemui dalam penelitian ini semuanya berada
pada skor 1 dengan kriteria kulit sekitar lokasi insersi kemerahan dan kadang
Nyeri pada lokasi terjadi phlebitis dapat di atasi dengan cara farmakologi
normal salin 0,9% . Pemberian cairan normal salin 0,9% tidak menimbulkan
(Kozier et all, 2010). Selain itu NaCl 0,9% memiliki respon anti inflamasi
sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan eritema yang timbul pada luka,
pasien merasakan nyeri pada area yang terpasang infus, tampak kemerahan
dan bengkak sekitar area pemasangan infus pada hari ke 3-5 setelah
pemasangan dan sebagian pasien merasakan nyeri setelah diberikan obat
melalui selang infus, rata-rata nyeri yang dirasakan pada area phlebitis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan jurnal “Pengaruh Kompres Normal Salin 0,9%
Sawahan Malang”?
2. Bagaimana konten dari jurnal “Pengaruh Kompres Normal Salin 0,9%
Sawahan Malang”?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengembangan praktik dan pengetahuan baru terkait pengaruh
Salin 0,9% Terhadap Phlebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Salin 0,9% Terhadap Phlebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti
D. Manfaat
Penulisan telaah jurnal “Pengaruh Kompres Normal Salin 0,9% Terhadap
Phlebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”
BAB II
KONSEP TEORITIS
A. Terapi Intravena
kedalam vena dengan ujungnya biasanya terletak di vena kava atrium kanan
(Dougherty, 2008).
tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan
(Potter & Perry, 2010). Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan
elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa 2,5%.
c. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke
sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang
b. Infiltrasi
Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling
atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi,
d. Hematoma
area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang
tempat penusukan.
e. Trombophlebitis
Trombophlebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan
aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding
dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area
balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
h. Spasme vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar
vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena
bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena
oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu
cepat.
i. Reaksi vasovagal
Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin,
otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan
iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini dikarekteristik dengan adanya daerah
yang memerah dan hangat disekitar daerah penusukan atau sepanjang vena,
nyeri atau rasa lunak didaerah penusukan atau sepanjang vena, dan
pembengkakan.
Insiden phlebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur
dari lima dengan skala 0 sampai dengan 4, dimana skala 0 menunjukan tidak
et al. (2010).
adalah umur, jenis penyakit, ukuran kanula, jumlah insersi, lokasi vena yang
a. Umur
manusia (misal pada usia infant) pembuluh darah masih fragil sehingga mudah
pecah apalagi dengan gerakan yang tidak terkontrol meningkat resiko plebitis
mekanik. Dan tentunya dengan ukuran pembuluh darah yang kecil akan
pembuluh darah hal ini juga menyebabkan semakin sulit untuk dipasang, serta
kondisi pembuluh darah juga sudah tidak dalam kondisi baik (Daugherty,
Lansia mengalami perubahan dalam struktur dan fungsi kulit seperti turgor
kulit menurun dan epitel menipis, akibatnya kulit lebih mudah terjadi luka.
Seiring dengan peningkatan usia dimana pasien yang usianya >60 tahun ,
memiliki vena yang bersifat rapuh, tidak elastis dan mudah hilang, sedangkan
pada pasien anak vena lebih bersifat kecil, elastis, dan mudah hilang. Hal
inilah yang akan mempengaruhi kejadian plebitis pada seseorang (Potter &
Perry, 2005).
vena. Kejadian thrombus pada vena meningkat pada usia >40 tahun. Usia
b. Jenis penyakit
Setiap pasien yang dirawat dirumah sakit umumnya mengalami penurunan
kekebalan tubuh baik disebabkan karena penyakitnya maupun karena efek dari
termasuk plebitis, karena adanya portal the entry and exit yang merupakan
dari logam yang jika difoto dengan sinar X maka akan mudah terlihat), dan
Banyak jenis dan tipe kanula yang digunakan dengan berbagai ukuran,
panjang, komposisi dan desain (Daugherti & Watson (2008) dalam Daugherty
(2008). Ukuran jarum berkisar antara 16-24 dan panjangnya 25-45 mm.
Secara umum, ukuran kateter yang lebih kecil sebaiknya dipilih untuk
ukuran kateter juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti durasi dan
komposisi cairan tubuh, kondisi klinik, usia pasien, ukuran dan kondisi vena
pasien. Kanula terdiri dari ukuran 16-20 untuk pasien dewasa dengan variasi.
kerusakan pada vena intima dan memastikan darah mengalir di sekitar kanula
dengan adekuat untuk menurunkan resiko kejadian plebitis. Ukuran kateter
yang bertujuan untuk memasukkan cairan atau obat kedalam tubuh pasien,
sehingga lebih cepat untuk bereaksi atau berespon di dalam tubuh. Ukuran
kateter yang biasa digunakan pada pasien dewasa adalah ukuran kateter 16-
20.
Apabila ukuran kateter tidak sesuai dengan ukuran vena pasien maka akan
Pujasari dalam Darmawan (2008) Plebitis mekanik terjadi cedera pada tunik
penempatan kanula atau kateter, ukuran kanula atau kateter yang terlalu besar
terkontrol.
d. Jumlah insersi
dilakukan oleh perawat sebelum insersi yang berhasil (Ignatavicius, Donna, &
Workman, 2010). INS (2006) merekomendasikan tidak lebih dari dua upaya
Hanskin, & Perruca, 2010). Pemahaman ini perlu diketahui oleh semua
perawat bahwa saat kateter diinsersikan kedalam vena, maka setelah itu
kateter telah terkontaminasi. Jadi, ketika kateter menembus kulit, maka akan
kriteria perawatan daerah insersi kateter yaitu : yang pertama pertemuan kulit
dengan kateter harus dibersihkan dengan cairan antiseptic, dan yang kedua
sehingga tempat insersi kanula IV harus dijaga agar tetap kering (Hidley,
juga mudah untuk mengobservasi tempat insersi dari tanda-tanda infeksi, serta
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Gayatri dan Handayani (2012)
balutan yang menggunakan plester dan kassa harus diganti setiap hari,
supaya tetap kering, tidak boleh longgar, dan jika basah atau kotor harus
f. Jenis cairan
Power of hyfrogen (pH) dan osmolalitas cairan infus yang ekstrem selalu
proses sterilisasi autoklaf, jadi larutan yang mengandung glukosa, asam amino
dan lipid yang digunakan dalam nutrisi parenteral bersifat lebih flebitogenik
infus dengan osmolalitas > 900 mOsm/L harus diberikan melalui vena sentral
(Daugherty, 2008).
Semakin tinggi osmolalitas cairan maka resiko untuk terjdinya phlebitis
akan semaki meningkat, karena terjadi iritasi pembuluh darah akibat gesekan,
misalnya dextrose 5%+RL, NaCl 45%, manitol. Larutan larutan ini menarik
mengkerut. Jika diberikan dengan cepat dan dalam jumlah yang besar, dapat
cairan sirkulatori dan dehidrasi. Selain konsentrasi cairan ph yang terlalu asam
atau terlalu basa juga meningkat resiko terjadinya plebitis. Selain itu, jenis
2008).
g. Teknik kesterilan perawat sewaktu pemasangan dan penusukan intravena
Teknik kesterilan sewaktu pemasangan infus juga sangat perlu
pada daerah sekitar penusukan dengan kapas alcohol 70% serta kesterilan alat-
2009).
E. Pencegahan Phlebitis
a. Pencegahan phlebitis menurut Darmawan (2009) antara lain:
1) Cuci tangan.
2) Tehnik aseptik.
3) Perawatan daerah yang terpasang infus.
4) Tehnik antiseptik kulit
5) Ketepatan laju pemberian cairan infus.
b. Menurut Potter dan Perry (2005) sikap perawat dalam usaha pencegahan
phlebitis adalah:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2) Memperhatikan sterilitas alat.
3) Ganti balutan infus setiap 24 jam
4) Perhatikan tanggal dan lama pemasangan, ganti infus padahari ke-3
70% isoprofil alkohol dan dibiarkan kering. Jika tampak drainase purulen
maka harus dilakukan pemeriksaan kultur sebelum kulit dibersihkan. Apabila
digunakan untuk tubuh dalam kondisi apapun. Normal salin dalam setiap
atau disebut dengan NaCl 0.9% yang merupakan konsentrasi normal dari
salin pada luka dapat membantu respon anti inflamasi dan meningkatkan
2010).
b. Kompres Air Hangat
Air terdiri dari susunan senyawa kimia hidrogen dan oksigen. Air
dilakukan oleh Cunliffe dan Fawcett (2002) bahwa penggunaan air untuk
selama 20 menit dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien dengan nyeri
bakteri gram positif dan negatif termasuk beberapa fungi dan virus.
positif dan negatif yang optimal (Anwar, 2008). Selain itu alkohol 70%
luka.
G. Normal Saline 0,9%
NaCl 0,9% (normal saline) dapat dipakai sebagai cairan resusitasi
mEq/l dan Cl- 55 mEq/l (SID=15) ditambahkan 1 liter larutan NaCl 0,9 %
yang terdiri dariNa+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (SID=0), maka hasilnya
kadar klorida, akibatnya SID turun, larutan saat ini mengandung Na+ 112
mEq/l dan Cl- 105 mEq/l sehingga SID turun dari 15 menjadi 7 (112-105).
(replacement therapy), terutama pada kasus seperti kadar Na+ yang rendah,
beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+ (154 mEq/L) dan Cl-
(154 mEq/L), dengan osmolaritas sebesar 300 mOsm/L. Sediaannya adalah
bertujuan untuk mengurangi gejala eritema, nyeri, dan edema pada area di
pemberian kompres normal salin pada luka dapat menurunkan gejala edema
karena cairan normal salin dapat menarik cairan dari luka melalui proses
osmosis, hal ini terbukti karena tingkat osmolaritas pada kassa yang
dalam penelitian tersebut juga diketahui bahwa normal salin memiliki respon
anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan eritema yang
timbulpada luka, serta meningkatkan aliran darah menuju area luka, sehingga
TELAAH JURNAL
1. Judul Jurnal
Jurnal yang baik adalah jurnal yang memiliki judul yang jelas dan dapat
b. Pada judul jurnal ini sudah mengambarkan isi jurnal dengan cermat
alamat.
d. Judul jurnal ini sudah mengambarkan subjek dan kata kunci dari
penelitian.
Kekurangan Judul Jurnal :
a. Pada judul jurnal terdiri dari 17 kata, dimana tidak sesuai dengan
akreditasi dikti, dimana judul jurnal (in english) yang baik adalah 10
c. Pada penulisan judul jurnal bahasa inggris terdapat penulisan kata yang
tidak tepat.
2. Abstrak
Kriteria abstrak jurnal yang baik adalah pendek (kurang lebih 200 kata)
dengan kalimat penuh, dapat berdiri sendiri jika di pisah dari makalah
penelitian, isi jurnal lengkap (latar belakang, tujuan, lingkup, metode, dan
hasil dari peneltian serta kata kunci dari penelitian). Abstrak pada jurnal
penelitian
b. Jurnal ini juga menjelaskan hasil dari penelitian sebelumnya.
c. Abstrak di jurnal ini tidak menjelaskan jenis jurnal kesimpulan
Pendahuluan terdiri dari 4-6 paragraf, dimana dalam setiap paragraf terdiri
a. Data pada pendahuluan tidak merupakan data terbaru, yaitu pada tahun
5. Hasil
Hasil pada jurnal ini membahas tentang hasil penelitian distribusi
terhadap phlebitis
6. Pembahasan
Kelebihan pembahasan jurnal :
Pada pembahasan jurnal ini, telah menjelaskan dengan cukup baik, dan
berurutan dan sesuai dengan kriterian teknik penulisan yang baik dan
benar.
kekurangan pembahasan jurnal :
7. Kesimpulan
Kesimpulan pada jurnal ini lebih menjelaskan tentang bagaimana pengaruh
8. Saran
Jurnal ini sudah memiliki saran yang baik dimana jurnal ini
1. Phlebitis
pada tunika intima pembuluh darah vena, yang sering dilaporkan sebagai
iritasi yang terjadi pada endhothelium tunika intima vena, dan perlekatan
vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik yang disebabkan
dari pemberian terapi infus yang ditandai dengan peradangan pada dinding
vena, nyeri, kemerahan, teraba lunak, pembengkakan dan hangat pada lokasi
jantung maka dapat menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat atrio
putih terutama netrofil dari aliran darah menuju area luka. Perpindahan
akibat tekanan dari edema pada daerah ujung saraf. Sejalan dengan proses
inflamasi, bakteri toksin dan protein terbentuk akibat invasi sinyal organisme
terbentuk dari fosfolipid dalam membran sel yang juga berkontribusi terhadap
antara vena dengan cairan yang mengandung osmolaritas rendah atau tinggi
yang cepat, iritasi partikel, struktur atau bahan kanul (Josephson, 2004).
pada area persendian, vena yang memiliki lumen yang kecil dan pergerakan
yang banyak.
Tanda dan gejala phlebitis yang dapat dirasakan pasien langsung salah
satunya adalah nyeri. Nyeri phlebitis dapat ditangani dengan cara farmakologi
nyeri phlebitis dapat membantu meminimalkan nyeri. Salah satu cara non
kompres.
2. Pasien Yang Mengalami Phlebitis
Berdasarkan hasil penelitian di jurnal, kejadian phlebitis lebih banyak
terjadi pada pasien berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena
lanjut vena yang dimiliki bersifat rapuh, tidak elastis dan mudah hilang
(kolap). Hal ini dapat mempengaruhi kejadian phlebitis pada saat pemasangan
infus. Pada usia lanjut, pembuluh darah akan mengalami kekakuan yang
dalam tubuh, apabila pasien tersebut sudah mengalami infeksi maka akan
karena penyakitnya maupun karena efek dari pengobatan (Potter & perry,
2009).
Berdasarkan lokasi pemasangan infus, pasien yang sering mengalami
tidak selalu terapi yang melalui intravena tersebut terbendung dan bisa
dengan obat, elektrolit maupun nutrisi. Selain itu pemberian antibiotik dalam
kimiawi berhubungan dengan respon vena intima terhadap zat kimia berupa
phlebitis.
4. Pengaruh kompres normal salin 0,9% terhadap phlebitis
Pada jurnal ini didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh kompres normal
salin 0,9% terhadap phlebitis di ruang rawat inap rumah sakit panti waluya
sebagai salah satu faktor yang mempercepat penyembuhan luka. Normal salin
0,9% sebagai bahan kompres luka merupakan salah satu bahan yang bersifat
osmolaritas tinggi (Ayodeji et all, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian
Bashir dan Afzal (2010) yang menunjukkan bahwa normal salin 0,9%
memiliki respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan
eritema yang timbul pada luka, serta meningkatkan aliran darah menuju area
salin tidak menimbulkan efek samping apapun pada pasien yang mengalami
normal salin 0,9% dapat menurunkan nyeri phlebitis dan membantu proses
normal salin 0,9% lebih efektif pada pasien dengan phlebitis mekanik dan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M., Corrigan, A., Gorski, L., Hanskin, J., & Perruca, R.
(2010).Infusion nursing society, Infusion nursing: An evidence-based
approach. Third Edition. St. Louis: Dauders Elsevier.
Angeles, T. (1997). How to prevent phlebitis. Nursing, 01, 26-27. February 17,
2011. Nursing & Allied Health Source (Proquest) database.
Anwar, S. (2008). Aktivitas alkohol 70%, povidon iodin 10% dan kasa kering
steril dalam pencegahan infeksi pada perawatan tali pusat pasca
pemotongan, serta lama lepasnya tali pusat di ruang neonatologi bagian
ilmu kesehatan anak RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Dinamika, 6(2), 260-268. July 12, 2011. Google Search.Bansal, B., Wiebe,
R., Perkins, S., & Abramo, T. (2002). Tap water for irrigation of
lacerations. American Journal of Emergency Medicine, 20(5), 169-472.
January 11, 2011. CINHL (Ebsco Host) database.
Morphol; 24.P.673-676.
Desember 2017
Bashir, M.M., & Afzal, S. (2010). Comparison of normal saline and honey
dressing in wound preparation for skin grafting. Annals Journal, 2(6), 120-
123. February 11, 2011. CINHL (Ebsco Host) database.
Cunliffe, P., & Fawcett, T. (2002). Wound cleansing: The evidence for the
techniques and solutions used. Profesional Nurse, 18(2), 95-99. December
28, 2010. CINHL (Ebsco Host) database.
Griffiths, R.D., Fernandez, R.S., & Ussia, C.A. (2001). Is tap water a safe
alternative to normal saline for wound irrigation in the community setting?.
Journal of Wound Care, 10(10), 407-411. January 11, 2011. Nursing &
Allied Health Source (Proquest) database.
Hankins, J., Lonsway, R.A.W., Hedrick, C., & Perdue, M.B. (2001). Infusion
therapy in clinical practice (2nd ed.). Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Kulisch, A., Bender, T., Nemeth, A., & Szekeres, L. (2009). Effect of thermal
water and adjunctive electrotherapy on chronic low back pain: A double-
blind, randomized, follow-up study. Journal of Rehabilitation Medicine,
41(1), 73-79. January 19, 2011. Nursing & Allied Health Source (Proquest)
database.
O’Neill, D. (2002). Can tap water be used to irrigate wound in A&E?. Nursing
Times Plus, 98(14), 56-59. January 4, 2011. Nursing & Allied Health Source
(Proquest) database.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Of Nursing 7 th Ed. Canada:
Elsavier.
Salami, A.A., Imosemi, I.O., & Owaoye, O.O. (2006). A comparison of the effect
of chlorhexidine, tap water, and normal saline on healing wounds.
International Journal Morphology, 24(4), 673-676. December 24, 2010.
CINHL (Ebsco Host) database.
Sasson, C., Kennah, A., & Diner, B. (2005). Evidence based medicine: Wound
cleaning water or saline?. Israeli Journal of Emergency Medicine, 5(4), 3-6.
January 11,2011. Nursing & Allied Health Source (Proquest) database.
Sibbald, R., Williamson, G.D., Orsted, H., Campbell, L.K., Keast, D., Krasner, D.,
et al. (2000). Preparing the wound bed debridement, bacterial balance, and
moisture balance. Ostomy/Wound Management, 46(11), 14-35. January 11,
2011. Nursing & Allied Health Source (Proquest) database.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC.
RSUD Cengkareng.
http://jurnal.umsb.ac.id/wpcontentuploads/2013/jurnals-