PENDAHULUAN
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dirawat inap membutuhkan tindakan medis seperti pemasangan infus. Pemasangan infus adalah
suatu prosedur pemberian cairan, elektrolit atau pun obat secara langsung kedalam pembuluh
darah vena yang banyak dalam waktu yang lama dengan cara menggunakan infus set untuk
Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat langsung
mempengaruhi keutuhan jaringan. Manfaat dari terapi infus dapat sebagai jalur pemberian obat,
pemberian cairan, pemberian produk darah atau sampling darah (Alexander et.al, 2010).
Namun, hal ini bisa menjadi tempat resiko tinggi terjadinya infeksi nosokomial atau disebut
Infeksi Nosokomial atau disebut juga Healthcare Associated Infection (HAIs) terbanyak di
Rumah sakit di Indonesia, yang sering terjadi sebagai akibat komplikasi pada terapi intravena
atau plebitis. Phlebitis merupakan salah satu jenis HAIs yang terjadi ditandai dengan adanya
infeksi pada pasien yang mengalami perawatan medis, baik karena virus maupun bakteri. HAIs
terdiri dari banyak jenis, mulai dari Ventilator Associated Pneumonia ( VAP ), infeksi aliran
darah ( IAD ), infeksi saluran kemih ( ISK ) , infeksi daerah operasi ( IDO ) dan lain-lainnya
( Nurseha 2013, Ray-Barruel at al. 2014, Fitriyanti 2015, Menkes RI, 2017, Riza 2017 Akbar
Angka kejadian phlebitis merupakan salah satu indicator mutu asuhan keperawatan yang
diperoleh dari perbandingan jumlah kejadian phlebitis dengan jumlah pasien yang mendapat
terapi infus ( Direktorat Pelayanan Keperawatan & Medik Depkes, 2015; Depkes RI &
PERDALIN, 2017 ).
Sedangkan angka kejadian yang direkomendasikan oleh Infusion Nurses Society ( INS )
adalah 5 % atau kurang . Dan jika ditemukan angka kejadian phlebitis lebih dari 5 %, maka
data harus di analisis kembali terhadap derajat phlebitis dan kemungkinan penyebabnya untuk
Menurut Owen dalam Nursalam ( 2011 ) upaya pencegahan yang dilakukan pada kejadian
flebitis yaitu dengan secara rutin mengganti dan merotasi sisi intravena setidkanya setiap 72
jam dan teknik aseptic saat pemasasngan kateter intravena. Secara teknik lama penggunaan
terapi intravena harus dirotasi lokasi penusukan setiap 72 sampai 96 jam dan mengganti selang
setiap 48 sampai 72 jam. Disamping itu teknik ini lebih mencegah atau menurunkan resiko
dalam mencegah terjadinya komplikasi phlebitis dan ketidaknyamanan pada pasien, terutama
dalam hal ketrampilan pemasasngan kanula secara aseptic dan tepat, sehingga mengurangi
resiko terjadinya kegagalan pemasnagan, selain itu juga harus menguasai tentang regimen
pengobatan. Pemindahan lokasi penusukan dengan terencana setiap 48 jam secara signifikan
mengurangi insiden plebitia infus. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk pemindahan
lokasi pemasangan yang tepat sehingga angka kejadian phlebitis dapat dikurangi.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Faktor-faktor yang
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “ Apakah ada pengaruh factor-faktor terhadap kejadian phlebitis pada
pasien yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena di RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun “
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisa factor-faktor kejadian phlebitis pada
pasien yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena di RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun.
Kutowinangun
1.4.1 Teoritis
terjadinya dan upaya-upaya pencegahan phlebitis dalam pemasangan infus. Hasil penelitian
juga dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama terkait kejadian
1.4.2 Praktis
Sebagai bahan maasukan tentang pentingnya pendidikan kesehatan bagi pasien dan dapat
memberikan gambaran kejadian phlebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan
intravena.
2. Bagi Penulis
Mengetahui dan menambah wawasan peneliti khususnya tentang analisa factor-faktor terhadap
kejadian phlebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena di ruang ICU RSU
Sebagai bahan masukan yang di gunakan untuk penerapan pendidikan kesehatan kepada pasien