PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama pasien dalam masa
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika
pasien masuk, pasien tidak mengalami infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga
infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
(Permenkes Nomor 27, 2017). Salah satu Infeksi yang sering terjadi terkait
Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
pada pasien selama menjalani masa perawatan di rumah sakit, angka kejadian
(CDC, 2017).
Indonesia sebesar 50,1% untuk rumah sakit pemerintah sedangkan untuk rumah
sakit swasta sebesar 32,70%, sedangkan berdasarkan di Provinsi Jawa Barat angka
insiden infeksi nosokomial di Jawa Barat mengalami tren naik dari tahun 2016
dengan 306 kejadian, kemudian tahun 2017 dengan angka 400 kejadian dan pada
tahun 2018 mencapai 526 kejadian pheblitis (Kemenkes RI, 2018).
rawat inap di Bandung pada tahun 2016, berjumlah 744 pasien (17,11%) Hal ini
menunjukkan bahwa flebitis masih menunjukkan angka kejadian yang besar diatas
standar yang telah ditetapkan oleh Permemkes 2017 yaitu 1 permil. Faktor
penyebab terjadinya flebitis ada empat hal yaitu faktor kimiawi, mekanik, agen
dapatkan data tahun 2018 bahwa dari beberapa infeksi nosocomial yang terjadi di
rumah sakit, angka kejadian phlebitis merupakan yang tetinggi yaitu 411 pasien
Central tahun 2018 yaitu: pada bulan Januari 40 pasien (2,6%) dari jumlah pasien
yang terpasang infus 1.500, Februari 39 pasien (3,0 %) dari jumlah pasien yang
terpasang infus 1.281, Maret 47 pasien (2,6%) dari jumlah pasien yang terpasang
infus 1.759, April 38 pasien (2,6%) dari jumlah pasien yang terpasang infus 1.442,
Mei 25 pasien (1,42%) dari jumlah pasien yang terpasang infus 1.750, juni 22
pasien (1,8%) dari jumlah pasien yang terpasang infus 1.210, Juli 24 pasien (1,2%
) dari jumlah pasien yang terpasang infus 1.870, Agustus 23 pasien (1,8%) dari
jumlah pasien yang terpasang infus 1.250, September 71 pasien (4,5%) dari
jumlah pasien yang terpasang infus 1.549, Oktober 22 pasien (1,3 %) dari jumlah
pasien yang terpasang infus 1.621, November 28 pasien (1,8%) dari jumlah pasien
yang terpasang infus 1.490 dan Desember 32 pasien (2,0%) dari jumlah pasien
yang terpasang infuse 1.579. Kejadian phlebitis yang terbanyak terjadi di ruang
rawat inap safir timur sebanyak 95 pasien (0,5%), ruangan perina sebanyak 92
pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang di infuskan, ukuran
dan tempat kanula yang di masukan, pemasangan jalur intravena yang tidak sesuai
Dampak dari phlebitis apabila tidak segera di tangani dapat menjadi bahaya,
menyebabkan emboli, hal ini dapat menimbulkan kerusakan permanen pada vena
(Potter & Perry, 2009). Selain berdampak pada pasien, angka kejadian phlebitis
bisa berdampak pula pada citra rumah sakit karena merupakan salah satu indicator
prosedur pemasangan infus menjadi hal yang penting dalam pencegahan phlebitis
kejadian phlebitis.
Hasil penelitian oleh (Dessy Hermawan, 2018), dalam jurnalnya yang berjudul
Lampung Tahun 2018” hasil analisa penelitian tersebut terdapat hubungan antara
kejadian phlebitis dengan kepatuhan perawat terhadap SPO cuci tangan phlebitis.
intravena”, hasil analisa penelitian ini menunjukan ada hubungannnya antara usia
dan jenis cairan intravena terhadap kejadian phlebitis dengan pengaruh signifikan
nilai p=0,000.
Santosa Hospital Bandung Central adalah salah satu rumah sakit swasta yang
telah terakreditasi baik secara Nasional dan telah lulus Joint Comition
International (JCI) dan Akreditasi Rumah Sakit dengan tingkat paripurna yang
bentuk pelayanan yang berfokus pada kepuasan pelanggan dan dengan motto
lebih dari 1 tahun di rumah sakit Santosa Hospital Bandung Central, mereka
lakukan tidak sesuai dengan standar operational procedure (SPO). Selama ini
Untuk mengatasi masalah diatas sangat di perlukan adanya upaya dari Santosa
procedure (SPO) yang ada di rumah sakit, salah satunya SPO pemasangan infus.
Berdasarkan masalah di atas dan dampak dari kejadian phlebitis, maka peneliti
prosedur pemasangan infus dengan angka kejadian phlebitis di ruang safir timur
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti membuat rumusan masalah
dengan angka kejadian phlebitis di ruang safir timur Santosa Hospital Bandung
Central.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Mengetahui pengetahuan perawat mengenai prosedur pemasangan infus
dengan angka kejadian phlebitis di ruang safir timur Santosa Hospital Bandung
Central.
2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Mengetahui pengetahuan perawat mengenai prosdur pemasanga infus di ruang
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
BAB II
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
2012).
Menurut (Notoatmodjo, 2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. pengetahuan atau kognitif adalah sesuatu yang sangat penting dalam
b. Jenis Pengetahuan
Menurut (Budiman & Agus Riyanto, 2013) jenis pengetahuan ada dua
yaitu:
1) Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisip adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
seseorang biasaya akan sulit untuk di transfer kepada orang lain baik secara
merokok.
2) Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan ekspisit adalah pengetahuan yang telah di dokumentasikan
atau di simpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu berarti mengingat suatu materi yang sebelumnya telah di pelajari,
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.
secara benar.
4) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
dalam merubah sikap dan tatalaku seseorang dan kelompok dalam upaya
mendafatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negative, yang mana kedua aspek ini yang akhirnya akan
aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang berolak
6) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia maka akan semakin berkembang pula daya tangka dan pola
usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
upaya menyesaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan
hamper tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai
pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
ternyata IQ.
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
Riyanto, 2013).
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka
2013).
Disini peneliti menggunakan sistem multiple choise dengan
2. Perawat
a. Definisi
pendidikan keperawatan.
b. Peran Perawat
Adapun peran dari perawat dapat di jelaskan sebagai berikut (Pertami, 2017)
pendidikan kesehatan.
pasien.
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisiotherapis, ahli gizi dan lainnya,
1983
keperawatan
pelayanan keperawatan
c. Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang di lakukan sesuai
yang ada, perawat dalam perannya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut
(Pertami, 2017) :
1) Fungsi Independen
2) Fungsi Dependen
a) Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan
b) Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab
dokter
3) Fungsi Interdependen
a) Tindakan perawat berdasarkan pada kerjasama dengan tim perawat atau tim
kesehatan
Tugas perawat dalam lokakarya tahun 1983 yang telah di sepakati dalam
delay)
4) Berbicara dengan pasien yang berorientasi pada perasaan klien, bukan pada
6) Menerima sikap, kritik pasien dan mencoba memahami klien dalam sudut
pandangan pasien.
Sedangkan tugas dan tanggung jawab perawat dalam menjalankan tugas dan
3. Pemasangan Infus
a. Definisi
Terapi intravena adalah terapi medis yang dilakukan secara invasif dengan
trauma berat.
c. Lokasi Pemasangan Infus
Menurut (Potter & Perry, 2009), tempat atau lokasi perifer yang sering di
gunakan pada pemasangan infus adalah vena super visial atau perifer kutan
terletak di dalam fasia sub cutan dan merupakan akses paling mudah untuk
dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan
bagian dalam (vena basalika, venasefalika, vena kubital median, vena median
lengan bawah dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena magna, ramus
dorsalis).
Adapun hal – hal yang harus di pertimbangkan ketika memilih tempat
penusukan vena (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2011) antara lain:
1) Kondisi vena
2) Jenis cairan atau obat yang akan diinfuskan
3) Lamanya terapi
4) Usia dan ukuran pasien
5) Riwayat kesehatan dan status kesehatan pasien sekarang
6) Keterampilan tenaga kesehatan
d. Komplikasi Pemasangan Infus
Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu
c) Septikemia
Adanya substansi pirogenik baik dalam larutan infus atau alat pemberian
dapat di lihat apabila terjadi kenaikan suhu tubuh mendadak setelah pemasangan
infus, sakit punggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi pernapasan,
mual dan muntah, diare, demam dan mengigil, malaise umum dan jika parah
kelalaian pada teknik aseptic, terutama pada pasien yang mengalami penurunan
sistem imun
d) Infeksi
Tindakan untuk mencegah infeksi merupkan hal yang penting pada saat
Hal – hal yang dapat di lakukan untuk mencegah infeksi antara lain (Suzanne C.
masuk
e. Memeriksa tempat penusukan IV setiap hari dan mengganti balutan steril
f. Melepaskan kateter IV bila ada tanda peradangan local, kontaminasi dan
komplikasi
g. Mengganti kanula IV perifer setiap 48 sampai 72 jam atau sesui indikasi
h. Mengganti kanula IV yang dipasang saat keadaan gawat (dengan asepsis
jam sampai 72 jam, dan setiap 24 jam jika produk darah atau lemak yang
diinfuskan.
2) Komplikasi Lokal
a) Infiltrasi
Infiltrasi adalah pergeseran jarum dan infiltrasi local larutan ke dalam
(Potter & Perry, 2009), infiltrasi terjadi saat cairan intravena memasuki cairan
lengan dan kulit terasa dingin (di sebabkan karena menurunnya sirkulasi) di
sekitar sisi vena pungsi. Cairan memungkinkan dapat mengalir melalui jalur
intravena dengan kecepatan yang rendah dan mungkin dapat berhenti mengalir.
Nyeri juga dapat di rasakan dan biasanya di sebabkan karena edema jaringan,
infiltrasi ada beberapa hal yang bisa di lakukan (Potter & Perry, 2009):
1) Naikan ekstremitas untuk meningkatkan drainase vena dan mengurangi
edema.
2) Bungkus ekstremitas dengan handuk lembab dan hangat selama 20 menit
maupun mekanik yang di karakteristikan dengan adanya dua atau lebih tanda
Phlebitis adalah peradangan pada vena yang di sebabkan oleh kateter atau
iritasi kimia zat aditif dan obat-obatan yang diberikan secara intravena, di mana
komplikasi yang terjadi bisa bersifat sistemik dan local (Potter & Perry, 2009).
1) Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya phlebitis
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya flebitis menurut
jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang di infuskan (terutama PH dan
adalah usia, status gizi, stres, kondisi vena, faktor penyakit pasien rawat inap
Menurut (Potter & Perry, 2009) tanda dan gejala dari phlebitis yaitu: nyeri,
edema, eritema dan meningkatnya suhu kulit di sekitar vena dan pada beberapa
instansi kemerahan pada jalur vena (Infusion Nursing Standards of Practice,
2011). Skala phlebitis dibedakan berdasarkan tanda dan gejala. Adapun skala
Tabel 2.1
Skala Ciri-ciri klinis
0 Tidak ada tanda dan gejala
1 Eritema pada sisi akses dengan atau tanpa nyeri
2 Nyeri pada sisi akses dengan eritema dan atau edema
3 Nyeri pada sisi akses dengan eritema dana tau edema,
pembentukan bekuan dan vena korda teraba
(palpable venous cord)
3) Pencegahan phlebitis
komplikasi apaun setiap jam dan menempatkan kateter atau jarum dengan sesuai
c) Tromboflebis
Tromboflebitis adalah adanya bekuan di tambah peradangan dalam vena
d) Bekuan (Cloting)
Bekuan bisa terjadi karena selang IV yang tertekuk, kecepatan aliran yang
terlalu lambat, kantong IV yang kosong atau tidak memberikan aliran setelah
pemberian obat atau larutan intermiten. Tanda dan gejala cloting yaitu terjadi
Apabila terjadi bekuan (cloting), hal yang perlu di lakukan adalah : hentikan
jalur IV, tidak mengirigasi atau melakukan pijatan pada selang, tidak
larutan lebih tinggi dan tidak melakukan aspirasi bekuan darah dari kanul.
Terdapat tiga tipe cairan infus, yaitu cairan isotonic, hipotonik dan
hipertonik. Cairan isotonic adalah cairan yang tekanan osmotic (osmolitas) sama
Ringer-Laktat (RL) dan normalsaline/ larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %),
cairan hipotonik adalah cairan yang osmolitasnya kurang dari plasma darah
yang memiliki osmolitas lebih dari plasma darah (Dextrose 5%, NaCl 45 %
infus akan membuat cairan berpindah ke dalam sel, sebaliknya cairan hipertonik
akan mengakibatkan cairan berpinda keluar dari dalam sel (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi) (Potter & Perry, 2009).
Menurut (Potter & Perry, 2009) infeksi yang terkait dengan pemberian infus
dan balutan.
1) Pengertian
memerlukan masukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena
dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Petugas adalah
2) Tujuan
benar, sebagai akses dalam pemberian obat dan cairaan melalui intra vena,
air, vitamin, elektrolit, lemak, protein dan kalori yang tidak mampu untuk dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral dan untuk memberikan obat yang
3) Prosedur
pasien
memasang infus
3. Petugas memeriksa cairan infus atau set infus yang akan di pasangkan
apakah sudah benar nama pasien, benar nama cairan, benar dosis, benar cara
pemberian, benar waktu pemberian, dan tanggal kadarluarsa cairan dan set
kepada pasien meliputi tujuan tindakan dan penggantian infus setiap 3 hari
sekali.
pasien dan tanggal lahir pasien dengan mencocokan dengan gelang identitas
10. Petugas mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar bagi pasien yang
di tunggu
12. mengatur pasien dengan senyaman mungkin, persiapkan lengan yang akan
di pasang kateter IV
13. Petugas membantu pasien melepaskan bajunya jka baju yang pasien
kenakan ketat
14. Petugas memeriksa kembali cairan infus dan set infus yang akan di pasang,
apakah sudah benar nama pasien, benar nama cairan, benar dosis, benar cara
pemberian, benar waktu pemberian dan tanggal kadaluarsa cairan dan set
16. Petugas memeriksa aliran infus, isi chamber setengah bagian dan
17. Petugas mendekatkan alat peralatan yang telah di siapkan di atas baki
kedekat pasien
18. Petugas meletakan alas perlak/ underpad pada bagian bawah lengan pasien
19. Petugas mengidentifikasi vena yang akan digunakan (gunakan vena bagian
distal terlebih dahulu, gunakan lengan yang kurang dominan, bila cairan
yang akan diberikan adalah cairan hipertonis, obat iritatif, pemberian cairan
20. Petugas memasang tourniquet dengan jarak 10-12 cm di atas daerah yang
akan ditusuk
arah luar daerah yang area penusukan infus dan biarkan mongering jangan
di tiup
25. Petugas menarik jarum kateter ke arah luar jika darah sudah keluar dari
lumen jarum, masukan plastic kateter IV lebih jauh lagi kedalam vena
secara perlahan.
26. Petugas meletakan kasa steril di bawah kanul, agar jika ada darah yang
30. Petugas mengatur tetesan infus sesuai dengan program therapy dokter dan
dengan plester hypoalergi, fiksasi pada tiga posisi konus jarum, pada
lekukan huruf, pada sisi proksimal pasien dengan tujuan fiksasi yang kuat
35. Petugas memberi label pada set infus: cantumkan (jam, tanggal, bulan,
Keterangan :
(2) Nama dan tanda tangan saksi perawat/ bidan penanggung jawab
shift
42 Petugas melaporkan/ lakukan kolaborasi pada dokter bila ada hal yang tidak
Tabel 2.3
Penelitian yang Relevan
No Judul Variabel Metodologi Temuan Penelitian
Penelitian
1 Dede dwi lestai, Variabel bebas: survei analitik Hasil penelitian uji
Amantus yudi Jenis cairan dan dengnan pendektan statistic chi square
ismanto & lokasi cross sectional. didapatkan hubungan
Reginus T. Malara pemasangan metode pengambilan jenis cairan infus
(2016) dengan infus sampel yang dengan kejadian flebitis
judul penelitian Variabel terikat: dipakai pada dengan nilai p =
hubungan jenis Kejadian penelitian ini adalah 0,000, hubungan lokasi
cairan dan lokasi phlebitis menggunakan teknik pemasangan infus
pemasangan infus consecutive dengan kejadian
dengan kejadian sampling. flebitis dengan nilai
flebitis pada Analisa data yang p = 0,005.
pasien rawat inap digunakan dalam Simpulan terdapat
Di rsu pancaran penelitian ini adalah hubungan jenis cairan
kasih gmim uji Pearson Chi infus dengan kejadian
manado Square flebitis, terdapat
hubungan lokasi
pemasangan infus
dengan kejadian flebitis
2 Christian M. Variabel bebas: metode Hasil penelitian terdapat
Komaling Lucky Lamanya analitik hubungan lamanya
Kumaat Franly pemasangan korelasional pemasangan infus
Onibala (2014), infus dengan pendekatan (intravena) dengan
dengan judul Variabel terikat: crosss kejadian flebitis pada
penelitian Kejadian sectionalstudy pasien di IRINA F
hubungan phlebitsi (Studi Potong BLU. RSUP. Prof. Dr.
lamanya Lintang). R. D. Kandou Manado.
pemasangan infus Analisis data
(intravena) dilakukan dengan
dengan kejadian menggunakan uji
flebitis pada chi-square (X2),
pasiendi irina f pada tingkat
blu rsup prof. Dr. kemaknaan 95%
R. D. Kandou (α0,05)menunjukkan
manado nilai p=0,000, nilai
ini lebih kecil dari
α=0,05
A. Kerangka Pemikiran
1. Pendidikan
2. Informasi/ media
masa
3. Sosial, budaya
dan ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
1. Definisi Konsepsual
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Pengetahuan perawat Tindakan tugas perawat dalam Lembar 1. Baik 76 - 100% Ordinal
tentang pemasangan melaksanakan perawatan dalam Cheklis 2. Cukup 56 - 75%
infus pemasangan infus yang 3. Kurang <56%
meliputi: Pengertian, Tujuan,
dan Prosedur
Sub variabel
Pengertian Tahapan yang di lakukan oleh Lembar 1. Baik 76 - 100% Ordinal
perawat pada pasien yang Cheklis 2. Cukup 56 - 75%
memerlukan masukan cairan 3. Kurang <56%
atau obat langsung kedalam
pembuluh darah vena dalam
jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infus set
Tujuan Sebagai acuan dalam Lembar 1. Baik 76 - 100% Ordinal
penataaksanaan pemasangan Cheklis 2. Cukup 56 - 75%
infus dengan baik dan benar, 3. Kurang <56%
sebagai akses dalam pemberian
obat dan cairaan melalui intra
vena
Prosedur Tahapan pelaksanaan dalam Lembar 1. Baik 76 - 100% Ordinal
rencana tindakan keperawatan Cheklis 2. Cukup 56 - 75%
yang telah dilakukan, seperti 3. Kurang <56%
dekatkan alat-alat, posisikan
pasien sesuai kebutuhan dll.
2. Definisi Operasional
dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun peneliti lain.
1. Populasi
2015). Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah keseluruhan dari
perawat yang berdinas di ruang rawat inap safir timur Santosa Hospital
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012).
yang berdinas di rung safir timur Santosa Hospital Bandung Central dengan
jumlah perawat di ruang rawat inap safir timur Santosa Hospital Bandung
usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, dan lama bekerja. Untuk
1. Uji Validitas
Uji validitas atau uji konten adalah suatu indeks yang menunjukan alat
ukut itu benar – benar mengukur apa yang di ukur (Notoatmodjo, 2012).
2. Uji Reliabilitas
1. Pengolahan Data
langkahnya yaitu:
atau tidak.
Tahapan ini mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Setelah semua data hasil kuesioner diedit atau
koreksi.
2. Analisa Data
G. Prosedur Penelitian
1. Tahapan persiapan
Bandung Central.
2. Tahapan pelaksanaan
Bandung Central.
d. Kuasioner dibagikan oleh peneliti dan diisi di depan peneliti agar bila
3. Tahapan akhir
penelitian.
penelitian.
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di ruang rawat inap safir timur
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya
Persetujuan)
Setiap subyek penelitian yang ikut dalam penelitian ini diberi lembar
Dijaga Kerahasiaannya)
responden (confidentiality).
3. Justice (Adil)
Responden tidak dibeda – bedakan dari segi jenis kelamin dan status
(Beneficence).