Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan

pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu

hamil mengalami perubahan yang signifikan pada fungsi fisiologis dan

psikologis, proses penyesuaian diri terhadap keadaan baru ini seringkali

menimbulkan kecemasan (Aprianawati & Sulistyorini, 2007). Menurut

Mayangsari (2011), perubahan secara fisik pada ibu hamil seperti

perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar,

munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas.

Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil antara lain disebabkan

karena rasa cemas menjelang kelahiran, konsentrasi tentang perubahan

hubungan dengan pasangan, serta rasa cemas pada masalah keuangan.

Pada saat yang sama, juga akan merasakan kegelisahan pada kelahiran

bayi dan permulaan dari fase baru dalam hidup calon ibu (Mayangsari,

2011). Menurut Nurdiana (2012), rasa cemas yang dialami oleh ibu hamil

itu disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron. Selain membuat

ibu hamil merasa cemas, peningkatan hormon itu juga menyebabkan

gangguan perasaan dan membuat ibu hamil cepat lelah.

Kecemasan pada ibu hamil dapat muncul karena masa panjang saat

menanti kelahiran penuh ketidakpastian dan juga bayangan tentang hal-hal

1
2

yang menakutkan saat proses persalinan. Ketakutan ini sering dirasakan

pada kehamilan pertama atau primigravida terutama dalam menghadapi

persalinan (Kartono, 2007). Beban psikologi pada seorang wanita hamil,

lebih banyak terjadi pada umur kehamilan trimester III dibandingkan pada

trimester I dan trimester II (Buckwalter, dan Simpson, 2014). Pada

keadaan beban psikologi berat yang dialami oleh wanita hamil, seringkali

bisa mempengaruhi kehidupan janin intrauterin dan kelainan yang timbul

tergantung waktu terjadinya beban psikologis tersebut, bila gangguan itu

mulai timbul pada kehamilan muda bisa mempengaruhi terhadap

pertumbuhan janin intra uterin sehingga menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat atau intra uterin growth restircition (IUGR), sampai gangguan

denyut jantung janin bila kehamilan tersebut sudah mendekati untuk

melahirkan (Bayne, 2009).

Olahraga yang dianjurkan pada ibu hamil untuk menjaga kesehatan tubuh

dan janin agar berkembang dengan baik dan juga membuat emosi ibu tetap

stabil adalah jalan kaki, bersepeda, berenang, yoga dan senam hamil,

(Shivakumar, dkk., 2011). Senam hamil merupakan salah satu kegiatan

dalam pelayanan kesehatan selama kehamilan (prenatal care) dan senam

hamil akan memberikan suatu hasil produk kehamilan atau persalinan

yang lebih baik dibandingkan pada ibu – ibu hamil yang tidak melakukan

senam hamil. Keuntungan wanita – wanita hamil melakukan senam hamil

secara teratur mencegah terjadinya persalinan yang tidak diharapkan.


3

Terkait dengan hal-hal menakutkan yang bisa terjadi ketika menjalani

proses kehamilan dan persalinan tersebut, menurut Afifah (2012) bahwa

World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan

meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan

aborsi yang tidak aman dan diperkirakan sekitar satu perempuan

meninggal setiap menit. Negara-negara di Asia termasuk Indonesia

memiliki warga perempuan kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding

negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan

komplikasi kehamilan. Dijelaskan juga oleh Suparyanto (2011) penyebab

langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera

setelah persalinan, yaitu karena perdarahan (28%), eklamsia (24%), dan

infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain karena

kurang energi kronis (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada

kehamilan (40%).

Sampai saat ini, World Health Organization (WHO) memperkirakan

bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan diseluruh dunia setiap

tahunnya, sebanyak 99 persen kematian ibu terjadi di negara-negara

berkembang. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir satu orang

ibu setiap menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka

kematian maternal dinegara berkembang diperkirakan mencapai 100-1000

lebih per 100.000 kelahiran hidup, sedang dinegara maju berkisar antara 7-

15 per 1000 kelahiran hidup. Ini berarti di negara berkembang risiko


4

kematian maternal satu diantara 29 persalinan sedangkan dinegara maju

satu diantara 29.0000 persalinan.

Senam hamil yang diterapkan, bukan senam yang berorientasi sebatas

kebugaran tubuh semata. Melainkan untuk memperkuat otot, melenturkan

persendian, dan utamanya melatih konsentrasi agar bisa mengalihkan

pikiran sehingga bisa melupakan rasa sakit saat melahirkan, serta

menguatkan nafas. Metode ini terbukti cukup berhasil untuk membantu

meringankan proses persalinan. Di samping itu, rasa nyeri saat proses

persalinan berlangsung juga dapat diminimalisasi, dengan jalan mengatur

pernapasan, berkonsentrasi dan mengalihkan pikiran, sehingga dengan

sendirinya kecemasan saat melahirkan bisa dikurangi. Maka proses

persalinan dapat berjalan lebih mulus dan singkat (Mulyata, 2010).

Senam hamil merupakan terapi latihan gerak yang diberikan pada ibu –

ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun

mental untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat,

aman, dan spontan (Hulliana, 2012). Senam hamil sudah mulai mendapat

perhatian masyarakat, dan banyak diselenggarakan oleh rumah sakit

sehingga kesehatan rohani dan jasmani ditingkatkan serta dapat

menghilangkan rasa takut menghadapi persalinan (Manuaba, 2012).

Hasil penelitian Wijayanti (2014) tentang efektivitas senam hamil yoga

terhadap penurunan kecemasan ibu hamil trimester III menunjukkan

bahwa terdapat selisih rata–rata penurunan kecemasan dengan uji paired

sampel test sebelum dan sesudah senam hamil yoga pada hari pertama
5

sebanyak 6,86%, pada hari kedua sebanyak 3,60% dan pada hari ketiga

sebanyak 1,46% dengan analisis bivariat menunjukkan nilai Pvalue= 0,000,

sehingga hal ini menunjukkan terdapat perbedaan penurunan kecemasan

pada hari pertama dan hari ketiga sebelum dan sesudah diberikan senam

hamil yoga. Perbedaan yang sangat jelas dalam penelitian Wijayanti

(2014) adalah pengukuran kecemasan dengan menggunakan kuesiner

DASS yang hanya terlihat berdasarkan kualitas tidur, sementara pada

penelitian ini akan digunakan metode HRS-A dalam mengukur tingkat

kecemasan sehingga diketahui tingkat kecemasan secara keseluruhan.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie

Kota Bandung terdapat 45 orang ibu hamil yang memeriksakan

kehamilanya. Hasil wawancara kepaada 10 orang ibu bahwa hampir

sebagian besar 8 orang diantranya merasa cemas dalam menghadapi

persalinan nanti. Hal tersebut mereka takut apakah persalinan dapat

berjalan dengan lancar atau tidak dan apakah bayi mereka dapat lahir

dengan sehat. Kecemasan tersebut timbul karena kurangnya informasi dari

tenaga kesehatan serta tidak adanya dukungan dari suami maupun dari

keluarga, peran suami hanya sebatas mengantar dan tidak berada

disamping ibu dalam proses persalinan diruangan, sehingga tidak adanya

support untuk ibu yang pada akhirnya timbul kecemasan. Selain itu

kebanyakan ibu tidak melakukan senam hamil karena kesibukan ibu dalam

bekerja. Berat ringannya tingkat kecemasan ibu belum diketahui oleh


6

karena itu peneliti ingin mengetahui apakah ada hubunganya antara senam

hamil dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan nanti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini

yaitu apakah ada hubungan senam hamil dengan tingkat kecemasan ibu

primipara dalam menghadapi persalinan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie

Kota Bandung.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengidentifikasikan hubungan senam hamil dengan tingkat

kecemasan ibu primipara dalam menghadapi persalinan di UPT

Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahui distribusi frekuensi ibu primipara dalam melakukan

senam hamil di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.

2. Diketahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu primipara

dalam menghadapi persalinan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie

Kota Bandung.
7

3. Diketahui hubungan antara ibu primipara yang melakukan senam

hamil dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di

UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.


8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Senam Hamil

1. Pengertian

Senam hamil adalah latihan fisik berupa beberapa gerakan tertentu

yang dilakukan khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil

(Mandriwati, 2012). Senam hamil adalah sebuah program berupa

latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan

saat persalinannya (Indiarti, 2012).

Senam hamil adalah adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan

ibu hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan

spontan. Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih

otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal

dalam persalinan normal. Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa

kelainan atau tidak terdapat penyakit yang disertai kehamilan, yaitu

penyakit jantung, penyakit ginjal, penyulit kehamilan (hamil dengan

perdarahan, hamil dengan kelainan letak), dan kehamilan disertai

anemia. Senam hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 24 sampai

28 minggu (Manuaba, 2010).

Senam hamil merupakan bagian dari perawatan antenatal pada

beberapa pusat pelayanan kesehatan tertentu, seperti rumah sakit,

puskesmas, klinik, ataupun pusat pelayanan kesehatan yang lainnya

9
10

(Muhimah dan Safi’i, 2010). Pergerakan dan latihan senam kehamilan

tidak saja menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat berpengaruh

terhadap kesehatan bayi yang di kandungan. Pada saat bayi mulai

dapat bernafas sendiri, maka oksigen akan mengalir kepadanya melalui

plasenta, yaitu dari aliran darah ibunya ke dalam aliran darah bayi

yang di kandung. Senam kehamilan akan menambah jumlah oksigen

dalam darah di seluruh tubuh sang ibu dank arena itu aliran oksigen

kepada bayi melalui plasenta juga akan menjadi lebih lancar (Sani,

2012).

2. Tujuan Senam Hamil

Menurut Mandriawati (2012), tujuan senam hamil adalah :

a. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding

perut, ligamen-ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan

dengan proses pesalinan.

b. Membentuk sikap tubuh. Sikap tubuh yang baik selama kelahiran

dan persalinan dapat mengatasi keluhan-keluhan umum pada

wanita hamil, mengharapkan letak janin normal, mengurangi sesak

nafas akibat bertambah besarnya perut.

c. Menguasai teknik-teknik pernafasan yang mempunyai peranan

penting dalam persalinan dan selama hamil untuk mempercepat

relaksasi tubuh yang diatasi dengan napas dalam, selain itu juga

untuk mengatasi rasa nyeri pada saat his.


11

d. Menguatkan otot -otot tungkai, mengingat tungkai akan menopang

berat tubuh ibu yang makin lama makin berat seiring dengan

bertambahnya usia kehamilan.

e. Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena)

secara segmental yang tak jarang terjadi pada ibu hamil.

f. Memperpanjang nafas, karena seiring bertambah besarnya janin

maka dia akan mendesak isi perut ke arah dada, hal ini akan

membuat rongga dada lebih sempit dan nafas ibu tidak bisa

optimal, dengan senam hamil maka ibu akan dapat berlatih agar

nafasnya lebih panjang dan tetap relaks.

g. Latihan pernafasan khusus yang disebut penting quick breathing

terutama dilakukan setiap saat perut terasa kencang.

h. Latihan mengejan, latihan ini khusus untuk menghadapi persalinan,

agar mengejan secara benar sehingga bayi dapat lancar keluar dan

tidak tertahan di jalan lahir.

3. Manfaat Senam Hamil

Menurut Mandriawati (2012), manfaat senam hamil adalah :

a. Mengatasi sembelit (konstipasi), kram dan nyeri punggung.

b. Memperbaiki sirkulasi darah.

c. Membuat tubuh segar dan kuat dalam aktivitas sehari-hari.

d. Tidur lebih nyenyak.

e. Mengurangi resiko kelahiran prematur.


12

f. Mengurangi stress.

g. Membantu mengembalikan bentuk tubuh lebih cepat setelah

melahirkan.

h. Tubuh lebih siap dan kuat di saat proses persalinan.

4. Syarat Melakukan Senam Hamil

Menurut Mandriawati (2012), syarat yang harus dipenuhi dalam

melakukan senam hamil adalah :

a. Kehamilan berjalan normal.

b. Diutamakan pada kehamilan pertama atau kehamilan berikutnya

yang mengalami kesulitan persalinan.

1) Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh

dokter atau bidan.

2) Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas

kemampuan fisik ibu.

3) Jangan membiarkan tubuh ibu kepanasan dalam jangka

waktu panjang dan istirahatlah sejenak.

4) Gunakan bra yang cukup baik untuk olah raga dan semacam

decker yang dapat menyokong kaki.

5) Minum cukup air.

6) Perhatikan keseimbangan tubuh (kehamilan mengubah

keseimbangan tubuh ibu).


13

7) Lakukan olahraga sesuai porsi dan jangan berlebihan. Jika

terasa pusing, kram, lelah atau terlalu panas dan istirahat

saja.

5. Waktu Untuk Melakukan Senam Hamil

Menurut Mandriawati (2012) dianjurkan untuk melakukan senam

hamil yaitu setelah usia kehamilan 22 minggu.

6. Lama Senam Hamil

Pelaksanaan senam hamil sedikitnya seminggu sekali maksimal 3 kali

seminggu dalam waktu sekitar 30-60 menit (Jannah, 2012).

7. Tahapan Senam Hamil

Latihan Pendahuluan

Lakukan pemanasan (pendahuluan) sebelum memulai program olah

raga yang berguna merangsang sirkulasi darah,menggendorkan otot-

otot dan tulang-tulang sendi sehingga bergerak bebas , yang berarti

mengurangi resiko kerusakan. (Stoppartd, 2007). Cara melakukan

latihan pemanasan yaitu :

a. Latihan I. Duduk tegak bersandar pada kedua lengan, kedua

tungkai diluruskan dan dibuka sedikit, seluruh tubuh lemas.

b. Latihan II. Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus dan rapat.

c. Latihan III. Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus, rapat dan

releks.

d. Latihan IV. Duduk bersila tegak, kedua tangan diatas bahu dan

kedua lengan disamping buah dada.


14

e. Latihan V. Berbaring terlentang, kedua lengan disamping badan

dan kedua lutut ditekuk.

f. Latihan VI. Berbaring terlentang, kedua lengan disamping badan

kedua tungkai luarus dan enak.

g. Latihan VII. Putarkan panggul kekiri sebanyak 4 kali dan kanan 4

kali dengan menggerakan panggul kekiri, tekannkan punggung

kekanan sambil mengempiskan perut dan mengerutkan liang

dubur. Gerakkan panggul kekanan, anggkat pinggang, gerakan

kembali panggul kekiri dan seterusnya sampai 4 kali gerakan

memutar, kemudian lakukan hal tersebut kearah kanan sebanyak 4

kali.

8. Latihan Umum Senam Hamil

Melalui senam hamil, diperoleh keadaan prima dengan memenuhi

syarat senam hamil tersebut, diharapkan kesegaran rohani dan jasmani

dapat ditingkatkan untuk mencapai persalinan fisiologis. Latihan

senam hamil didahului dengan latihan umum yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan kontraksi tubuh, dinding perut, dan dasar

panggul, juga melemaskan persendian dan mengurangi rasa kaku,

nyeri otot dan sendi. Tahap – tahap senam hamil yaitu : (Manuaba,

2010).

a. Latihan I

1) Duduk relaks dan badan ditopang tangan di belakang.

2) Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.


15

3) Gerakan latihan :

4) gerakan kaki kanan dan kiri ke depan dan ke belakang.

5) Putar persendian kaki melingkar ke dalam dan keluar.

6) Apabila mungkin angkat bokong dengan bantuan kedua

tangan dan ujung telapak kaki. iv. Kembangkan dan

kempiskan otot dinding perut.

7) Kerutkan dan kendurkan otot dubur.

8) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8 – 10 setiap gerakan.

2) Latihan II

1) Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan di

belakang badan.

2) Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat.

3) Tujuan latihan :

a) Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi

optimal saat persalinan ii. Meningkatkan peredaran

darah ke alat kelamin bagian dalam sehingga

sirkulasi menuju plasenta makin sempurna.

4) Bentuk latihan :

a) empatkan tungkai kanan di atas tungkai bawah

kiri, silih berganti.

b) Kembangkan dan kempeskan otot dinding perut

bagian bawah.

c) Kerutkan dan kendurkan otot liang dubur.


16

d) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8 – 10 kali.

3) Latihan III

1) Sikap duduk dengan badan disangga kedua tangan di

belakang, tungkai bawah dirapatkan.

2) Tidur terlentang dengan kedua kaki merapat.

3) Tujuan latihan :

a) Memperkuat otot dinding perut sehingga dapat

berfungsi saat persalinan.

b) Meningkatkan sirkulasi darah menuju kelamin

bawah, sehingga darah menuju janin dapat

ditingkatkan.

4) Bentuk latihan :

a) Pada sikap duduk, angkat tungkai bawah silih

berganti ke atas dengan tinggi semaksimal

mungkin.

b) Sikap tidur dengan kedua tangan dapat di

samping tetapi lebih baik di bawah kepala.

c) Angkat tungkai bawah silih berganti kanan dan kiri

dengan tinggi semaksimal mungkin.

d) Lakukan latihan ini sedikitnya 8 – 10 kali.

4) Latihan IV

Latihan otot perut

1) Sikap duduk bersila dengan tegak.


17

2) Tangan di atas bahu sedangkan siku di samping badan.

3) Tujuan latihan :

a) Melatih otot perut bagian atas.

b) Meningkatkan kemampuan

4) Bentuk latihan :

a) Lengan diletakkan di depan dada.

b) Putar lengan ke atas dan ke samping, ke belakang,

dan selanjutnya kembali ke depan tubuh (dada).

c) Lakukan latihan ini sedikitnya 8 – 10 kali.

5) Latihan V

1) Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu sama

lain.

2) Badan agak rileks dan paha lemas.

3) Kedua tangan di persendian lutut.

4) Tujuan latihan :

a) Melatih otot punggung agar berfungsi dengan

baik.

b) Meningkatkan peredaran darah ke alat Kelamin

bagian dalam.

c) Melatih agar persendian tulang punggung tidak

kaku.

d) Bentuk latihan :
18

a. Tekan persendian lutut dengan berat badan

sebanyak 20 kali.

b. Badan diturunkan ke depan semaksimal

mungkin.

6) Latihan VI

Sikap dan Gerakan Latihan VI

1) Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.

2) Tangan di samping badan.

3) Tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut dengan

sudut tungkai bawah bagian bawah sekitar 80 – 90

derajat.

4) Tujuan latihan :

a) Melatih persendian tulang punggung bagian atas.

Melatih otot perut dan otot tulang belakang. iii.

Bentuk latihan : Angkat badan dengan topangan

pada ujung telapak kedua kaki dan bahu.

Pertahankan selama mungkin di atas

dan selanjutnya turunkan perlahan – lahan.

7) Latihan VII

1) Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar.

2) Badan seluruhnya rileks.

3) Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks.

4) Tujuan latihan :
19

a) Melatih persendian tulang punggung dan pinggul.

b) Meningkatkan peredaran darah menuju alat

kelamin dalam. iii. Meningkatkan peredaran darah

menuju janin

melalui plasenta.

5) Bentuk latihan :

a) Badan dilemaskan pada tempat tidur.

b) Tangan dan tungkai bawah membujur lurus.

c) Pinggul diangkat ke kanan dan ke kiri sambil

melatih otot liang dubur. iv. Kembang kempiskan

otot bagian bawah. Lakukan

latihan ini sedikitnya 10 – 15 kali

B. Konsep Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37-40 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit (JNPK-KN, 2008). Selain itu persalinan juga

merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-40 minggu) juga lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung 18-24 jam tanpa komplikasi.

Persalinan adalah saat yang menengangkan dan dapat menggugah emosi


20

ibu dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan

dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional

dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan

melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran

bayinya (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi

belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa

komplikasi baik bagi ibu maupun janin (Sarwono, 2014).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan persentasi

belakang kepala tanpa memakai alat-alat pertolongan istimewa serta

tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu

kurang 24 jam (Prawirohardjo, 2014).

Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya.

2. Etiologi Persalinan

Sebab terjadinya persalinan merupakan teori-teori yang kompleks.

Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi

uterus, pengaruh saraf dan nutrisi. Perubahan – perubahan dalam

biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan

berlangsungnya persalinan yaitu : a). penurunan kadar hormon estrogen

dan progesteron yang dapat mengakibatkan peregangan dari otot-otot

uterus, b). meningkatnya kadar prostaglandin, c). keadaan uterus yang


21

terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemika otot-otot

uterus, d). berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil

konsepsi akan segera dikeluarkan, e). tekanan pada ganglion servikale

yang terletak di belakang serviks yang tertekan yang merupakan

penyebab peningkatan kontraksi uterus (Prawirohardjo, 2014).

C. Konsep Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Cemas atau ansietas adalah reaksi emosional yang timbul oleh

penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan

khawatir, tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart & Sundeen , 2010).

Menurut Ibrahim (2010), kecemasan adalah pengalaman manusia yang

universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan, penuh

kekhawatiran, suatu rasa takut tak terekspresikan dan tidak terarah karena

suatu sumber ancaman/ pikiran sesuatu yang tidak jelas dan tidak

teridentifikasikan. Respon individu terhadap kecemasan yaitu respon

fisiologis dan respon psikologis. Respon fisiologis meliputi denyut

jantung dan tekanan darah meningkat, nafas pendek, gelisah, mulut

kering, gangguan pada lambung sedangkan respon psikologisnya

meliputi ketegangan fisik, tremor gugup, bicara cepat, kurang koordinasi,

bingung dan perhatian terganggu. Adapun tingkatan kecemasan yaitu

kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat.

Respon psikologis secara umum berhubungan dengan adanya


22

ketakutan- ketakutan terhadap pembiusan/anastesi, ketidakpastian

diagnosis, keganasan, nyeri, ketidakmampuan, jenis operasi, cerita yang

mengerikan dari orang lain dan sebagainya. Beberapa kaktor yang

mempengaruhi respon pasien terhadap stressor antara lain : (1) Intensitas

stresor, dimana tingkat kekuatan ini dinilai sebagai kunci kepribadian

dalam menghadapi stress; (2) Sifat dari stressor baik positif maupun

negatif; (3) Durasi (lama atau jangka waktu) berlangsungnya pemaparan

stressor.; (4) Jumlah stressor yang harus dihadapi dalam satu waktu; (5)

Pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam

kehidupan; dan (6) Tingkat perkembangan yang menentukan kematangan

seseorang (Fredman, 2010).

Pasien yang akan menjalani persalinan sangat membutuhkan

informasi yang berhubungan dengan prosedur tindakan yang akan

dilakukan terhadap dirinya, informasi sebelum pembedahan/persalinan ,

biasanya dilakukan oleh dokter operator atau dokter yang diberi

wewenang, tetapi karena keterbatasan waktu terkadang dokter hanya

menjelaskan secara garis besarnya saja (Ibrahim, 2010).

2. Etiologi

Menurut Ibrahim (2010), kecemasan ini dapat bersumber dari

beberapa sebab, yaitu :

a. Frustasi

Terjadi pada individu apabila tujuan yang ingin dicapai terhalang

oleh suatu sebab. Sebab yang menghalangi seseorang mencapai tujuan


23

yang mengakibatkan frustasi bisa berasal dari luar dan biasanya

berasal dari dalam individu itu sendiri. Sebab yang berasal dari luar

misalnya bencana alam, kecelakaan norma – norma, adat istiadat dan

kegoncangan ekonomi. Frustasi yang berasal dari dalam misalnya

kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian terhadap diri

sendiri menjadi tidak enak dan merupakan frustasi yang berhubungan

dengan kebutuhan rasa harga diri.

b. Konflik

Konflik terjadi jika tidak dapat memilih diantara dua atau lebih

macam kebutuhan atau tujuan.

c. Tekanan

Tekanan sehari – hari biarpun kecil tetapi bila bertumpuk –

tumpuk dapat menjadi stres/cemass yang hebat. Tekanan dapat berasal

dai dalam seperti cita – cita terlalu tinggi dan kita mengejar dengan

sedemikian rupa sehingga kita terus menerus berada dalam suatu

tekanan. Tekanan dari luar misalnya tuntutan untuk berprestasi secara

gemilang.

d. Krisis

Yaitu keadaan yang mendadak yang menimbulkan stres/cemass

pada individu maupun kelompok, misalnya : kematian, kecelakaan,

masuk sekolah untuk pertama kali dan sebagainya.

3. Faktor Prediposisi & Presipitasi


24

Ada beberapa teori tentang asal kecemasan yaitu Prediposisi dan presipitasi,

diantaranya :

a. Faktor Predisposisi

Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal

kecemasan. Diantaranya dalam pandangan psikoanalitik, pandangan

interpersonal, pandangan perilaku, kajian keluarga, dan kajian biologis

(Stuart & Sundeen, 2010).

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas

adalah :

1) Teori Psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan merupakan

konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu

id dan super ego. Id adalah bagian dari jiwa seseorang yang berupa

dorongan atau nafsu yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan

yang memerlukan pemenuhan dan pemuasan segera. Sedangkan

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan

oleh norma – norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi

sebagai badan pelaksana sebagaimana yang diperlukan oleh id

setelah melewati superego (Hawari, 2007).

2) Teori Interpersonal

Dalam pandangan interpersonal, kecemasan biasanya timbul

dari persaaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal. kecemasan juga berhubungan dengan


25

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang

menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah

terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat

(Stuart & Sundeen, 2010).

3) Teori Perilaku

Pada pandangan perilaku, kecemasan merupakan segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Selain itu menurut Gunarso (2009), bahwa

kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan

tingkah laku, baik normal maupun tidak normal. Keduanya

merupakan pernyataan, penjelmaan dari pertahanan terhadap

kecemasan. Dalam penelitian oleh pakar perilaku, menganggap

bahwa kecemasan adalah suatu dorongan untuk belajar berdasarkan

keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Selain itu, para

ahli juga meyakini bahwa individu terbiasa dalam kehidupan dirinya

pada ketakutan yang berlebihan, lebih sering menunjukan

kecemasan pada kehidupan selanjutnya (Stuart & Sundeen, 2010).

4) Kajian Keluarga

Dalam kajian keluarga, kecamasan dianggap sebagai hal yang

biasa ditemui dalam suatu keluarga akibat adanya suatu yang

dianggap telah memberikan perubahan kepada keluarga kearah yang

tidak normal (Gunarso, 2009).

5) Kajian Biologi
26

Sementara itu, dalam kajian biologi menurut Townsend

(2010), kecemasan dapat dipengaruhi faktor biokimia dan faktor

genetik. pada faktor biokimia biasanya berpengaruh pada etiologi

dari kelainan – kelainan kecemasan yang membuat seseorang dalam

perilaku mencari pertolongan. sedangkan pada faktor genetik,

kelainan kecemasan ditemukan lebih umum pada orang yang

mempunyai hubungan kerabat dengan kelainan kecemasan. Stuart &

Sundeen (2010), menambahkan dalam kajian biologis tentang

kecemasan menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepines. Reseptor ini membantu dalam mengatur

kecemasan. Penghambat asam aminobutirikgamma neroregulator

(GABA) juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis

berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dalam

endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum

seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap

kecemasan. Kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dapat

mengakibatkan penurunan kapasitas seseorang untuk mengatasi

stres/cemas.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart & Sundeen (2010), faktor presipitasi kecemasan

dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu :

1) Faktor biologis.
27

Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti

kebutuhan akan minum, makan, dan perumahan. Hal ini merupakan

faktor penyebab kecemasan.

2) Faktor psikologis.

Hal ini sulit digolongkan karena manusia itu unik. ancaman

keamanan diri meliputi tidak tercapainya harapan, tidak

terpenuhinya akan status, rasa bersalah atau pertentangan antara

keyakinan diri dan perilaku, dan tidak mampu untuk mendapatkan

penghargaan dari orang lain.

3) Ancaman terhadap sosial budaya.

Merupakan suatu ancaman menurut sosial udaya meliputi: faktor-

faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, posisi sosial,

latar belakang budaya, agama serta pengetahuan.

4. Gambaran Klinik Kecemasan

Gambaran klinik kecemasan terhdap stesor dikategorikan menurut

Stuart dan Sundeen (2009) pada orang yang cemas akan muncul beberapa

respon yang meliputi:

a. Respon fisiologis

1) Sistem kardiovaskuler

Palpitasi, jantung berdebar-debar, meningkatkan tekanan darah,

rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, nadi menurun.

2) Sistem pernafasan
28

Nafas cepat, sesak nafas, nafas dangkal, Rasa tertekan pada dada,

Perasaan tercekik, terengah-engah, pembengkakan pada

tenggorokan.

3) Sistem gastrointestinal.

Kehilangan nafsu makan, menolak makan, Rasa tidak nyaman pada

abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.

4) Sistem neuromuskuler

Reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,

tremor, rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan

umum,tungkai lemah.

5) Sistem urinary

Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih

6) Sistem integument

Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa

panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku

Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, koordinasi kurang, dan sering

terjadi kecelakaan

c. Respon kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi kurang, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, penurunan produktifitas, bingung, penurunan

kreatifitas, sangat waspada, kesadaran diri, takut kehilangan kendali,

takut cedera atau kematian, mimpi buruk.


29

d. Respon afektif

Gelisah, tegang, mudah terganggu, tidak sabar, ketakutan, kecemasan,

rasa bersalah dan gugup.

e. Respon sosial

Takut dengan penilaian orang lain, takut di ejek, takut tidak diterima

oleh teman-temannya.

5. Tingkat Kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan memiliki rentang respon

dan tingkatan yang berbeda – beda. Menurut Stuart dan Sudeen (2009) ada

empat tingkatan kecemasan yang dialami individu, yaitu kecemasan ringan,

kecemasan sedang, kecemasan berat serta panik.

Bagan 2.1 Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladptif

Rentang Respon Kecemasan

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber : Stuart & Sudeen (2009)

Seseorang dapat dikatakan mengalami cemas ringan (mild anxiety)

apabila dalam kehidupan sehari – hari seseorang kelihatan waspada ketika

terdapat permasalahan. Pada kategori ini seseorang dapat menyelesaikan

masalah secara efektif dan cenderung untuk belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreatifitas. Pada tingkat ini lahan persepsi menjadi


30

melebar. Menurut Stuart (2010 ), bahwa cemas ringan berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari – hari.

Pada kecemasan sedang (moderat anxiety) yang biasa terlihat pada

seseorang adalah menurunkan penerimaan terhadap rangsangan dari luar

karena individu cenderung focus terhadap apa yang menjadi pusat

perhatiannya. Pada kategori ini lapangan persepsi seseorang menyempit,

sehingga untuk memahami sesuatu permasalahan seseorang perlu belajar

dan pengarahan orang lain.

Sementara itu pada kategori kecemasan berat (severe anxiety)

menurut Stuart (2010 ), sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

Kategori terakhir dari tingkat kecemasan adalah panik (panic)

menurut Stuart (2010 ), berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan

terror. Hal yang lain terpecah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi

kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkatan ansietas

ini tidak sejalan dengan kehidupan. Jika berlangsung terus dalam waktu

lama, dapat terjadi dan kematian.


31

6. Cara Mengukur Kecemasan

Banyak cara yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

tingkat kecemasan diantaranya Tes DASS(Depression Anxiety Stres/cemass

Scales), skala HRS-A . Skala HRS-A (Hamilton Anxiety Rating Scale), dan

lain-lain. Dalam ini peneliti menggunakan HRS-A yaitu pengukuran

kecemasan yang didasarkan munculnya symptom pada individu yang

mengalami kecemasan.Menurut skala HRS-A terdapat 14 sypmtom yang

nampak pada individu yang mengalami kecemasan.Setiap item yang

diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4 (severe).

Skala HRS-A pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic yaitu

0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukan bahwa pengukuran kecemasan

dengan menggunakan skala HRS-A akan diperoleh hasil yang valid dan

reliable.

Menurut HRS-A penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:

a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.


32

d. Gangguan tidur: sukar melalui tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kecemasan pada hobi,

sedih, perasaan tidak nyaman sepanjang hari.

g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan kaki, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat, serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,

dan detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut.

l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.


33

n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari – jari gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan

cepat.

7. Respon Kecemasan

Menurut Stuart & Sudeen (2010), bahwa respon individu terhadap

kecemasan meliputi respon fisiologis, kognitif dan perilaku/emosi.

Tabel 2.1 Respon Kecemasan

Tingkat Respon Kecemasan


Fisiologis Kognitif Perilaku/Emosi
Kecemasan
Ringan  Sesekali nafas pendek  Lapang persepsi meluas Tidak dapat duduk tenang

 
Nadi dan tekanan darah Mampu 
menerima Tremor halus pada tangan

naik rangsangan yang


 Suara kadang meninggi

 Gejala ringan pada komplek

lambung  Konsentrasi pada

 Muka berkerut dan bibir masalah

bergetar  Penyelesaian masalah

secara efektif
Sedang  Sering nafas 
pendek Lapang 
persepsi Gerakan tersentak –

Nadi extra systole Mulut menyempit sentak (meremas tangan)


kering Anoreksia Diare/ 
Rangsangan luar tidak Bicara banyak dan cepat

konstipasi mampu diterima


 Perasaan tidak nyaman
 Gelisah  Berfokus pada yang

menjadi perhatiannya

Berat  Sering nafas pendek  


Lapang persepsi sangat Perasan ancaman
34

 Nadi dan tekanan darah menyempit meningkat

naik  Tidak 
mampu Verbalisasi meningkat

 Berkeringat dan sakit menyelesaikan masalah


 Blocking

kepala

 Penglihatan kabur
Panik  Nafas pendek  Lapang 
persepsi Agitasi, mengamuk dan

menyempit marah
 Rasa tercekik dan

berdebar  Tidak dapat berfikir lagi Ketakutan, teriak – teriak,

blocking
 Pucat

 Persepsi kacau
 Hipotensi
Sumber : Stuart & Sudeen (2009)
35

D. Kerangka Teori

Faktor yang
Faktor yang berhubungan

Faktor predisposisi

1. Teori psikoanalitik

2. Teori interpersonal

Faktor Internal :
1. Potensi Stressor
2. Maturitas
3. Pendidikan dan status
ekonomi
4. Keadaan fisik Kecemasan
5. Tipe Kepribadian
6. Lingkungan dan situasi
7. Usia

Faktor eksternal :
1. Ancaman integritas diri,
meliputi
ketidakmampuan
fisiologis
2. Ancaman sistem diri
antara lain : ancaman
terhadap identitas diri,
harga diri
3. Dukungan keluarga
4. Dukungan suami

Sumber : Modifikasi : Stuart & Sundeen, 2014

Bagan 2.1 Kerangka Teori Hubungan Senam Hamil dengan tingkat

kecemasan ibu primipara dalam menghadapi persalinan


36
37
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Senam hamil adalah latihan fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang

dilakukan khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil (Mandriwati,

2012). Senam hamil adalah sebuah program berupa latihan fisik yang

sangat penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan saat persalinannya

(Indiarti, 2012).

Menurut Ibrahim (2010), kecemasan adalah pengalaman manusia yang

universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan, penuh

kekhawatiran, suatu rasa takut tak terekspresikan dan tidak terarah karena

suatu sumber ancaman/ pikiran sesuatu yang tidak jelas dan tidak

teridentifikasikan. Respon individu terhadap kecemasan yaitu respon

fisiologis dan respon psikologis.

Independen Dependen

Senam Hamil
Kecemasan ibu

primipara

38
39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Senam Hamil dengan tingkat

kecemasan ibu primipara dalam menghadapi persalinan

B. Hipotesis

Ha = ada hubungan antara senam hamil dengan tingkat kecemasan pada ibu

primipara dalam menghadapi persalinan

Ho= tidak ada hubungan antara senam hamil dengan tingkat kecemasan

pada ibu primipara dalam menghadapi persalinan

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


I. Variabel independen
1. Senam hamil Latihan gerak untuk Kuesioner dengan 1 Melakukan Ordinal

mempersiapkan ibu cara senam hamil

hamil, secara fisik atau mempertanyakan 2 Tidak

mental, pada langsung kepada melakukan

persalinan cepat, aman responden apakah senam hamil

dan spontan ia melakukan

senam hamil atau

tidak

II. Variabel dependen


2. Tingkat Reaksi emosional yang Kuesioner 1. Kecemasan Nominal

Kecemasan timbul oleh penyebab ringan jika skor

yang tidak spesifik ≤15

yang dapat 2. Kecemasan

menimbulkan perasaan berat jika

khawatir, tidak nyaman skor>15


40

dan merasa terancam

terhadap stimulus yang

dirasakan pada ibu

primipara dalam

menghadapi persalinan
41
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara faktor risiko dengan

faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian menggunakan survey case

control, yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana

faktor risiko dipelajari, dengan cara membandingkan 1:1 antara kelompok

kasus dan kelompok kontrol. Pada penelitian dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara senam hamil dengan tingkat kecemasan pada ibu primipara

dalam menghadapi persalinan. Kemudian dalam pengumpulan data

menggunakan retrospektive yaitu efek (status kesehatan) diidentifikasi pada

saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada

swaktu-waktu (Notoatmodjo, 2010). Data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu data mengenai hubungan antara senam hamil dengan tingkat

kecemasan pada ibu primipara dalam menghadapi persalinan

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian

42
43

ini adalah jumlah ibu primipara yang memeriksakan kehamilanya di

Puskesmas Ibrahim Adjie yaitu diketahui kelompok kasus sebanyak 45

orang dan ditambah kelompok kontrol sebanyak 45 orang.

2. Sampel

Sampel adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian

(Nursalam, 2013). Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2014).

Adapun teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu

teknik total sampling dengan jangka waktu tertentu yang diperolah dari

jumlah populasi yang ada. Jumlah sampel dalam penelitian ini yang

terdiri dari bagian sampel pada kelompok kasus sebanyak 45 orang dan

kelompok kontrol sebanyak 45 orang. Pemilihan kasus pada penelitian

ini yaitu :

Kelompok Kasus

1. Seluruh ibu hamil trimester III di Ibrahim Adjie yang ada kelas

senam hamil,

2. Seluruh ibu hamil primipara yaitu ibu yang memiliki anak pertama

Kelompok Kontrol

1. Seluruh ibu hamil trimester III di Puskesmas Puter yang tidak ada

kelas ibu hamil (alasan tempat hanya sebatas perbandingan dan

sebagai kontrol dari kelompok kasus)


44

2. Seluruh ibu hamil trimester III pada ibu hamil gradepara

Untuk dikategorikan pemilihan sampel diatas dapat diketahui yaitu

1:1 yang artinya jumlah sampel kasus dan jumlah kontrol berbading

satu yaitu sebanyak 45 orang ibu hamil.

C. Tempat Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung, dengan

alasan di Puskesmas tersebut adanya kelas ibu hamil dan jumlah ibu

hamilnya paling banyak.

D. Waktu penelitian

Waktu yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu bulan Maret-Juni 2016

E. Etika Penelitian

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan subjek penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi subjek

penelitian yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian serta mengetahui dampaknya.

2. Anonimity

Merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama subjek penelitian pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
45

data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Cukup nomor subjek

penelitian atau responden.

3. Confidentiality

Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4. Privacy

Privacy merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian yang

mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan.

5. Fair treatment

Fair treatment merupakan jaminan yang diberikan kepada subjek agar

diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau droped out sebagai responden atau

responden boleh mengundurkan diri.

F. Alat Pengumpulan Data

Menurut Nursalam, (2013) Instrumen penelitian merupakan alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data

dengan cara menggunakan lembar kuesioner. Kemudian, akan dipandu oleh

peneliti untuk pengisian kuesioner tersebut bilamana subjek sampel tidak


46

mengerti. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data primer dimana

didapatkan langsung dari hasil pengisian kuesioner (angket) yang ditujukan

kepada ibu hamil yang diperiksa. Kuesioner yang peneliti sediakan yaitu

kuesioner kecemasan yang belum baku dan perlu dilakukan uji validitas.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan setiap item dalam

mengukur instrumennya. Teknik uji yang digunakan adalah teknik

Korelasi Item-Total melalui Koefisien Korelasi Product-Moment dengan

ketentuan: bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan yang diuji

kevalidannya korelasikan dengan skor total seluruh item Instrumen

(Arikunto, 2014). Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi

“product moment” yang dirumuskan sebagai berikut (Arikunto, 2014) :

N ( ∑ X Y )−( ∑ X ∑ Y )
rxy = 2 2
√ {∑ X −(∑ X ) }−{ N ∑ X −(∑ X ) }
2 2

Keterangan :

rxy : Indeks dua variabel yang dikorelasikan

X : Skor rata-rata dari X

Y : Skor rata-rata dari Y


47

Pada peneliti ini dengan jumlah Responden yang dibutuhkan

sebanyak 20 orang dengan r tabel 0,444 dan ditentukan berdasarkan nilai

baku dimana, jika r hitung >0,444= Valid, dan <0,444=tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Notoatmodjo (2014), reliabilitas adalah indeks yang

menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau

dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji kehandalan

atau konsistensi instrument. Item-item yang dilibatkan dalam uji

reliabilitas adalah seluruh item yang valid atau setelah item yang tidak

valid disisihkan. Untuk mengukur reliabilitas secara statistik digunakan

koefisien reliabilitas alpha cornbach yang dirumuskan sebagai berikut

(Azwar, 2009) :

1−∑ s 2 j
α= [ ][k
k−1

s2 x ]

Dimana :

a : Koefisien reliabilitas alpha

K : Banyaknya item pernyataan

s2j : Varians skor setiap item

s2x : Varians skor total


48

Jumlah Responden yang dibutuhkan sebanyak 20 orang.

Ketentuannya bila r alpha > konstanta (0,6) maka pertanyaan tersebut

reliabel (Riyanto, 2011).

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pada metode pengumpulan data yang peneliti kumpulkan yaitu data

primer, dimana ditujukan kepada responden sebanyak 45 orang ibu yang

diperiksa kehamilanya ke Ibrahim Adjie dengan teknik yang digunakan

dalam kuesioner yang terdiri dari bentuk pernyataan kusioner kecemasan

dengan langkah – langkah pengumpulan data pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

1. Peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada pihak kampus dalam

bentuk surat yang ditujukan kepala bagian Puskesmas.

2. Peneliti minta izin dan memberikan penjelasan kepada masing-

masing responden mengenai penelitian yang telah dilakukan.

3. Memberi penjelasan kepada calon responden untuk terlebih dahulu

mengenai penelitian ini dan meminta kesediaan calon responden

untuk mengikuti penelitian. Jika responden menyetujui maka

responden memberi tanda tangan persetujuan di lembar informed

consent yang kemudian responden berhak mengisi kuesioner yang

didampingi oleh peneliti

4. Teknik dalam pengumpulan pada penelitian ini dilakukan dengan cara

peneliti membagikan kuesioner kepada responden


49

5. Setelah diisi penuh maka peneliti mengumpulkan kembali kuesioer

tersebut dan mengecek untuk jawaban responden bertujuan untuk

kekeliruan dari jawaban responden tersebut.

6. Dilakukan menggunakan alat instrumen yaitu lembar kuesioner yang

diisi berupa ceklis ( √ )

7. Setelah data kuesioner terisi penuh peneliti mengumpulkan data secara

keseluruhan untuk dilakukan analisis.

I. Rencana Analisis Data

Pada pengolahan data ini peneliti melakukan analisis data terlebih dahulu

data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam

statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk peroses pengambilan

keputusan yang akan diambil berdasarkan data variable independen. Dalam

proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,

diantaranya :

1. Editing data

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data

atau setelah data terkumpul. Pada bagian ini setelah kuesioner dibagian

peneliti mengumpulkan kembali dan untuk diolah berdasarkan kuesioner

yang telah diisi oleh responden berdasarkan kategori masing-masing item

variabel, kemudian data dimasukan dan diedit menyesuaikan sesuai


50

kuesioner item variabel tersebut tujuannya agar tidak ada kekeliruan

dalam pengkategorian masing-masing item pertanyaan.

2. Coding data.

Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku

(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu

kode dari suatu variabel.

3. Entry data

Setelah kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati

pengkodean, langkah selanjutnya adalah peneliti memperoses data agar

yang sudah dientry dapat dianalisis. Pemerosesan dilakukan dengan cara

mengentry data dari kuesioner ke program komputer.

4. Cleaning data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).

Analisa data yang merupakan proses penyederhanaan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan dengan

menggunakan statistik, kemudian diberikan interpretasi dan


51

membandingkan hasil penelitian dengan teori yang ada. Analisa data

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Analisis Univariat

Yaitu untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel,

(Notoatmodjo, 2010). Adapun analisis dalam penelitian ini yaitu

menggunakan rumus persentase frekuensi sebagai berikut:

f
P= 1 00 %
N

Keterangan :

P : presentase untuk setiap kategori

f : jumlah setiap kategori

N : jumlah total responden

Analisa Bivariat

Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan memakai uji Chi Square

karena syarat nilai cell 2x2, <20% atau 5%, bila data > 80% uji analisis

menggunakan Fisher tersebut yaitu berbentuk numerik maka akan

dilakukan uji Chi Square dengan kategori (Nominal) dan nominal, ordinal
52

dan nominal (Sugiyono, 2014) dengan penyajian data dalam bentuk tabel

silang. Rumus Uji Chi-Square sebagai berikut :

2
2∑ ( f 0−f h )
x=
fh

Sumber : ( Arikunto, 2006 )

Keterangan:

x2 : Nilai Chi kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : frekuensi yang diharapkan

dimana :

fe =

fe = frekuensi yang diharapkan

∑fk = jumlah frekuensi pada kolom

∑ fb = jumlah frekuensi pada baris

∑T = jumlah keseluruhan baris atau kolom

Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah

keputusan uji Ho ditolak atau Ho diterima. Digunakan tingkat

kepercayaan 95%. Ketentuan pengujian dengan Chi Square adalah

jika p value ≤ alpha (0,05) maka ada hubungan yang signifikan

antara kedua variabel, tetapi jika p value > alpha (0,05) maka tidak
53

ada hubungan yang signifikan antara keduanya (Notoatmodjo,

2012).

Cara penentuan nilai OR

Pada tabulasi silang 2x2 akan dicari nilai OR (Odds Ratio)

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Selain itu juga akan

dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-square untuk

mengetahui kemaknaan hubungannya secara statistik. Uji Chi-

square dipilih sesuai dengan kegunaanya, yaitu untuk menguji

independensi diantara dua variabel, menguji perbedaan proporsi

atau persentase antara beberapa kelompok data dan juga

digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik

dengan variabel kategorik.

Tabel 3.2 Tabel Silang kasus kontrol dari faktor risiko

Faktor Risiko Kasus Kontrol Jumlah


Faktor risiko + a b a+b
Faktor risiko - c d c+d
Jumlah a+c b+d a + b + c + d (N)

Odds Ratio (OR) = ad

bc

Interpretasi Odds Ratio:


54

OR = 1 : tidak ada asosiasi antara faktor dengan penyakit

(tidak ada hubungan)

OR > 1 : ada asosiasi positif antara faktor risiko dengan

penyakit (ada hubungan/mempertinggi risiko)

OR < 1 : ada sosiasi negatif antara faktor risiko dengan

penyakit (tidak ada hubungan/mengurangi risiko)

Interval estiment OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan

sebesar 95% CI (confident interval) :

Batas Atas : 95% CI = OR (1+Z/X)

Batas Bawah :05% CI = OR (1-Z/X)


BAB V

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 90 ibu primipara

yang terdiri dari 45 kelompok kasus dan 45 kelompok control. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu primipara dalam melakukan

senam hamil, tingkat kecemasan dan hubungan antara ibu primipara yang

melakukan senam hamil dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan

di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Analisis data dilakukan 2 cara

yaitu univariat dan bivariat kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel dan

dinarasikan sebagai berikut :

1. Univariat

a. Distribusi frekuensi pada ibu primipara dalam senam hamil

Dipaparkan berikut hasil penelitian yang telah dilakukan di UPT Puskesmas

Ibrahim Adjie Kota Bandung yaitu dilakukan pada dua kelompok yang terdiri

dari kelompok kasus yang melakukan senam hamil dan kelompok kontrol

yang tidak melakukan senam hamil dapat disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut :

1
2

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Ibu Primipara Dalam Melakukan Senam

Hamil Di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung

Kecemasan
n
Senam hamil Ya Tidak
f % f %
Ya 30 66,7 15 33,3 45

Tidak 15 33,3 30 66,7 45


Total 45 100 45 100 90

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui dari dua kelompok yang terdiri

dari kelompok kasus yang melakukan senam hamil sebanyak 30 orang atau

66,7% dan yang tidak melakukan senam hamil sebanyak 10 orang atau 22,2%

. Pada kelompok kontrol yang melakukan senam hamil sebanyak 10 orang

atau 22,2% dan yang tidak melakukan senam hamil sebanyak 35 orang atau

77,8% .

b. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu primipara dalam

menghadapi persalinan

Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan di UPT Puskesmas

Ibrahim Adjie Kota Bandung yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan ibu primipara

dalam menghadapi persalinan di UPT Puskesmas

Ibrahim Adjie Kota Bandung

Tingkat kecemasan Kecemasan n


3

Ya Tidak
f % f %
Ringan 35 77,8 10 22,2 45

Berat 10 22,2 35 77,8 45


Total 45 100 45 100 90

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui ibu primipara pada kelompok

kasus yang memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 35 orang atau

77,8%, dan yang memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 10 orang atau

22,2%. Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki tingkat kecemasan

ringan sebanyak 10 orang atau 22,2% dan yang memiliki tingkat kecemasan

berat sebanyak 35 orang atau 77,8% .

2. Bivariat

a. Hubungan Senam Hamil Dengan Tingkat Kecemasan

Berikut dipaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang

hubungan senam hamil dengan tingkat kecemasan pada kelompok kasus yaitu

yang melakukan senam hamil dan pada kelompok kontrol yang tidak

melakukan senam hamil disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 5.3 Hubungan senam hamil dengan tingkat kecemasan ibu

primipara dalam menghadapi persalinan di UPT

Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung

Kecemasan
Senam hamil Ya Tidak n % OR
f % f %
Ya 38 69,1 7 20,0 45 50,0
8,94
Tidak 17 30,9 28 80,0 45 50,0
4

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus

yang melakukan senam hamil paling banyak didapatkan dengan tingkat

kecemasan ringan sebanyak 38 orang atau 69,1% dan pada kelompok

kontrol yang tidak melakukan senam hamil paling banyak didapatkan

dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 28 orang atau 80,0% dan OR CI

95% sebesar 8,94 yang artinya ibu primipara yang tidak melakukan senam

hamil pada kelompok kontrol memiliki kecemasan berat berisiko 8,94

lebih besar dibandingkan ibu primipara pada kelompok kasus yang

melakukan senam hamil dengan tingkat kecemasan ringan.


5

BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah

disajikan pada bab sebelumnya yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu

sebagai berikut :

1. Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan ibu primipara dalam menghadapi

persalinan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya

dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada ibu primipara

dalam menghadapi persalinan diketahui dari kelompok kasus yang melakukan

senam hamil sebanyak 30 orang atau 66,7% dan yang tidak melakukan senam

hamil sebanyak 10 orang atau 22,2% . Pada kelompok kontrol yang melakukan

senam hamil sebanyak 10 orang atau 22,2% dan yang tidak melakukan senam

hamil sebanyak 35 orang atau 77,8% . Hal tersebut pada ibu primipara yang tidak

melakukan senam hamil dipengaruhi oleh informasi dari tenaga kesehatan tentang

senam hamil dan bahaya persalinan nanti.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang telah dilakukan oleh Inka tahun

2012 di Surabaya dengan judul Pengaruh Keikutsertaan Senam Hamil Terhadap

Kecemasan Primigravida Trimester Ketiga Dalam Menghadapi Persalinan. Hasil

penelitian menunjukan bahwa responden yang tidak mengalami kecemasan dalam


6

menghadapi persalinan sebanyak 32 responden (57,14%), yang mengalami

kecemasan ringan sebanyak 18 responden (32,14%) dan yang mengalami

kecemasan sedang sebanyak 6 responden (10,72%).

Menurut Manuaba (2010) menyatakan bahwa senam hamil adalah adalah

terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental,

pada persalinan cepat, aman dan spontan. Senam hamil bertujuan untuk

mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan untuk

berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam hamil ditujukan bagi

ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang disertai kehamilan,

yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, penyulit kehamilan (hamil dengan

perdarahan, hamil dengan kelainan letak), dan kehamilan disertai anemia. Senam

hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 24 sampai 28 minggu

Selain mengurangi kecemasan pada ibu tujuan senam hamil hamil juga

dapat memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,

ligamen-ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses pesalinan,

menguatkan otot -otot tungkai, mengingat tungkai akan menopang berat tubuh ibu

yang makin lama makin berat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan

Memperpanjang nafas, karena seiring bertambah besarnya janin maka dia akan

mendesak isi perut ke arah dada, hal ini akan membuat rongga dada lebih sempit

dan nafas ibu tidak bisa optimal, dengan senam hamil maka ibu akan dapat

berlatih agar nafasnya lebih panjang dan tetap rilaks (Mandriawati, 2012).

Menurut pandangan peneliti ibu primipara yang tidak melakukan senam

hamil dipengaruhi oleh kurangnya informasi dari tenaga kesehatan, sehingga


7

pengetahuan yang ia miliki masih minim terutama pada senam hamil. Selain itu,

faktor yang lainnya adalah dari ibu primipara itu nya sendiri. Banyak ibu

primipara beraggapan sebelum melahirkan dan mempunyai anak pertama ibu

lebih memfokuskan diri dalam bekerja atau mencari rejeki untuk membantu suami

menafkahi keluarga, sehingga masalah senam hamil tidak menjadi prioritas yang

paling utama mereka hanya sibuk dalam bekerja.

2. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu primipara dalam menghadapi

persalinan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui ibu primipara pada kelompok

kasus yang memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 35 orang atau 77,8% ,

dan yang memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 10 orang atau 22,2%.

Sedangkan pada kelompok kasus yang memiliki tingkat kecemasan ringan

sebanyak 10 orang atau 22,2% dan yang memiliki tingkat kecemasan berat

sebanyak 35 orang atau 77,8% . Hal tersebut diketahui bahwa sebagian ibu

primipara dipengaruhi oleh kepercayaan yang timbul dari dalam diri ibu kurang

menyikapi dalam menghadapi persalinan nanti sehingga dalam tindakan mereka

selalu tidak percaya diri dan mempunyai perasaan teagang, gelisah dan perasaan

berubah-ubah sepanjang hari, karena memikirkan persalinan yang akan dihadapi

nanti.

Sejalan dengan hasil penelitian Munfi’atur tahun 2015 di Malang dengan

judul Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi

Persalinan Pada Ibu Hamil Primigravida Trisemester Ke-III di RSNU Tuban.

Hasil spek paling dominan yang melatar belakangi kepercayaan diri pada ibu
8

hamil dalam menghadapi persalinan adalah bertindak mandiri dalam menghadapi

keputusan, sebanyak 22 responden menjawab sangat setuju (55%). Perhitungan

dengan menggunakan korelasi product moment didapatkan hasil r = -0,571 dan p

= 0,000.

Stuart & Sundeen, (2010) menyatakan bahwa Seseorang dapat dikatakan

mengalami cemas ringan (mild anxiety) apabila dalam kehidupan sehari – hari

seseorang kelihatan waspada ketika terdapat permasalahan. seeorang dapat

menyelesaikan masalah secara efektif dan cenderung untuk belajar dan

menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Pada tingkat ini lahan persepsi

menjadi melebar dan kepercayaan terhadap dirinya sendiri kurang sehingga cemas

ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari terutama

pada ibu dalam menghadapi dan persiapan persalinan nanti.

Pandangan peneliti bahwa cemas adalah reaksi emosional yang timbul

oleh penyebab yang dapat menimbulkan perasaan khawatir, tidak nyaman dan

merasa terancam pada ibu primipara dengan kepercayaan diri dan kecemasan

menghadapi persalinan semakin tinggi kepercayaan diri ibu hamil maka semakin

rendah tingkat kecemasan menghadapi persalinan, dan semakin rendah

kepercayaan diri ibu hamil maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam

menghadapi persalinan sejalan dengan

3. Hubungan senam hamil dengan tingkat kecemasan ibu primipara dalam

menghadapi persalinan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung


9

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus

yang melakukan senam hamil paling banyak didapatkan dengan tingkat

kecemasan ringan sebanyak 38 orang atau 69,1% dan pada kelompok kontrol

yang tidak melakukan senam hamil paling banyak didapatkan dengan tingkat

kecemasan berat sebanyak 28 orang atau 80,0% . Hal tersebut didapatkan hasil

penelitian yang menunjukan paling banyak pada ibu primipara yang melakukan

senam hamil yaitu kecemasan ringan, tingkat kecemasan pada ibu primipara akan

meningkat jika ia tidak melakukan senam hamil, karena pada dasarnya senam

hamil merupakan latihan yang penting untuk mendapatkan kebugaran dan

kesehatan tubuh selain itu juga penting untuk mengatasi kecemasan menghadapi

persalinan, dibandingkan pada ibu primipara yang tidak melakukan senam hamil

memiliki tingkat kecemasan berat yang dipengaruhi oleh dukungan suami.

Hasil OR CI 95% sebesar 8,94 yang artinya ibu primipara yang tidak

melakukan senam hamil pada kelompok kontrol memiliki kecemasan berat

berisiko 8,94 lebih besar dibandingkan ibu primipara pada kelompok kasus yang

melakukan senam hamil dengan tingkat kecemasan ringan. Semakin sering ibu

hamil melakukan senam hamil semakin berkurang tingkat kecemasannya dalam

menghadapi persalinan dan sebaliknya jika tidak pernah melakukan senam hamil

maka kecemasan ibu hamil akan meningkat. Pada latihan senam hamil terdapat

teknik relaksasi yang dapat mengurangi kecemasan, saat individu mengalami

ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatetis,

sedangkan saat rileks yang bekerja adalah sistem saraf para simpatetis.
10

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang telah dilakukan oleh Miftah di

Surakarta tahun 2015 tentang judul Senam Yoga Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu

Hamil Trimester III di Praktik Bidan Mandiri Kabupaten Boyolali. Hasil

penelitian didapatkan bahwa Terdapat hubungan senam yoga terhadap tingkat

kecemasan ibu hamil trimester III di praktik Bidan Mandiri Kabupaten Boyolali

pada kelompok kasus (p < 0,05).

Menurut Stuart & Sundeen (2010), faktor presipitasi kecemasan pada ibu

primipara dapat dikelompokan menjadi tiga jenis adalah Faktor pertama yaitu

biologis Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti

kebutuhan akan minum, makan, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor

penyebab kecemasan. Faktor kedua psikologis merupakan Hal ini sulit

digolongkan karena manusia itu unik. ancaman keamanan diri meliputi tidak

tercapainya harapan, tidak terpenuhinya akan status, rasa bersalah atau

pertentangan antara keyakinan diri dan perilaku, dan tidak mampu untuk

mendapatkan penghargaan dari orang lain dan factor yang ketiga yaitu Ancaman

terhadap sosial budaya Merupakan suatu ancaman menurut sosial udaya meliputi:

faktor-faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, posisi sosial, latar

belakang budaya, agama serta pengetahuan.

Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil antara lain disebabkan

karena rasa cemas menjelang kelahiran, konsentrasi tentang perubahan hubungan

dengan pasangan, serta rasa cemas pada masalah keuangan. Pada saat yang sama,

juga akan merasakan kegelisahan pada kelahiran bayi dan permulaan dari fase

baru dalam hidup calon ibu (Mayangsari, 2011). Menurut Nurdiana (2012), rasa
11

cemas yang dialami oleh ibu hamil itu disebabkan karena meningkatnya hormon

progesteron. Selain membuat ibu hamil merasa cemas, peningkatan hormon itu

juga menyebabkan gangguan perasaan dan membuat ibu hamil cepat lelah.

Kecemasan pada ibu hamil dapat muncul karena masa panjang saat

menanti kelahiran penuh ketidakpastian dan juga bayangan tentang hal-hal yang

menakutkan saat proses persalinan. Ketakutan ini sering dirasakan pada

kehamilan pertama atau primigravida terutama dalam menghadapi persalinan

(Kartono, 2007). Beban psikologi pada seorang wanita hamil, lebih banyak terjadi

pada umur kehamilan trimester III dibandingkan pada trimester I dan trimester II

(Buckwalter, dan Simpson, 2014). Pada keadaan beban psikologi berat yang

dialami oleh wanita hamil, seringkali bisa mempengaruhi kehidupan janin

intrauterin dan kelainan yang timbul tergantung waktu terjadinya beban psikologis

tersebut, bila gangguan itu mulai timbul pada kehamilan muda bisa

mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin intra uterin sehingga menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat atau intra uterin growth restircition (IUGR), sampai

gangguan denyut jantung janin bila kehamilan tersebut sudah mendekati untuk

melahirkan (Bayne, 2009).

Pandangan peneliti dari hasil penelitian ini bahwa ibu primipara yang tidak

melakukan senam hamil akan memiliki kecemasan berat yang dipengaruhi oleh

kepercayaan ibu terhadap dirinya dan belum memiliki pengalaman atas persalinan

nanti sehingga ibu mengalami kecemasan berat, sedangkan pada ibu primipara

yang melakukan senam hamil dengan tingkat kecemasan ringan dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar yang pada dasarnya lingkungan tempat tinggal mereka banyak
12

yang melakukan senam hamil dan mereka ikut serta, selain itu jarak tempat

tinggal mereka berdekatan.


13
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Didapatkan distribusi frekuensi senam hamil yaitu pada kelompok

kasus yang melakukan senam hamil sebanyak 30 orang atau 66,7%

dan kelompok kontrol yang melakukan senam hamil hanya 15 orang

atau 33,3%.

2. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada kelompok kasus yang

memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 35 orang atau 77,8% ,

dan pada kelompok kasus yang memiliki tingkat kecemasan ringan

hanya sebanyak 10 orang atau 22,2%.

3. Terdapat hubungan antara senam hamil dengan tingkat kecemasan

ringan (p-value=0,000) dan nilai OR CI 95% sebesar 8,94 yang artinya

ibu primipara yang tidak melakukan senam hamil pada kelompok

kontrol memiliki kecemasan berat berisiko 8,94 lebih besar

dibandingkan ibu primipara pada kelompok kasus yang melakukan

senam hamil dengan tingkat kecemasan ringan.

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan pada ibu primipara agar rutin melakukan senam hamil,

bertujuan untuk memperlancar proses persalinan dan menurunkan

14
15

tingkat kecemasan terutama pada ibu primipara yang tidak melakukan

senam hamil.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan informasi secara bersetruktur tentang

jadwal senam hamil terutama pada ibu primipara yang tidak

melakukan senam hamil, sehingga mereka bisa mengikutinya secara

optimal.

3. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan pada tenaga kesehatan dapat memberikan informasi pada

ibu primipara tentang senam hamil untuk persiapan proses persalinan

nanti, sehingga ibu primipara tahu dan mengetahui persalinan yang

akan dihadapi dan dapat menurunkan tingkat kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai