Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH CRITICAL NURSING B

“VENTILATOR”
Reineke Praticilia Kolle
46201204
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatNYA makalah yang berjudul “VENTILATOR” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengajar mata kuliah Praktik Klinik Keperawan Kritis.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Praktik Klinik
Keperawan Kritis arahan dan bimbingan dalam penulisan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam mata kuliah
Critical in Nursing yang sementara kita tempuh. Makalah ini juga masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu penyusun, mengharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebihbaik.

Sungailiat, 27 Mei 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ventilasi mekanik (ventilator) memegang peranan penting bagi dunia keperawatan


kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi ventilasi bagi pasien dengan gangguan
fungsi respiratorik (Sundana, 2014). Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan
negatif atau positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien
mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Dimana
tujuan dari pemasangan ventilator tersebut adalah mempertahankan ventilasi alveolar secara
optimal untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen (Purnawan. 2010).

Dua cara dalam menggunakan ventilasi mekanik yaitu secara invasif dan non invasif.
Pemakaian secara invasif dengan menggunakan pipa Endo Tracheal Tube (ETT) yang
pemasangannya melalui intubasi, dimana pemasangan pada pipa ETT akan menekan sistem
pertahanan host, menyebabkan trauma dan inflamasi lokal, sehingga meningkatkan
kemungkinan aspirasi patogen nasokomial dari oropharing disekitar cuff (Setiadi &
Soemantri, 2009). Pemakaian secara non invasif dengan menggunakan masker, penggunaan
ventilator non invasif ini di ICU jarang ditemukan, karena tidak adekuatya oksigen yang
masuk kedalam paruparu, kecenderungan oksigen masuk kedalam abdomen, maka dari itu 2
pemakaian ventilator non invasif jarang sekali digunakan (Sherina & RSCM, 2010).

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah jenis infeksi paruparu yang terjadi
pada orang-orang yang terpasang mesin pernafasan (ventilator) dirumah sakit selama lebih
dari 48 jam. VAP adalah infeksi yang biasa ditemui dalam situasi perawatan kritis. Prevalensi
sebelumnya dan studi kohort prosfektif telah menunjukan bahwa VAP dikaitkan dengan
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi berkepanjangan di ICU serta yang tinggal
dirumah sakit (Jansson, Kokko, Ylipalosaari, Syarjala, & Kyngas, 2013).

Angka kejadian VAP dilaporkan terjadi 9-27% dari semua pasien yang terintubasi
(Mohamed, 2014). Tingkat keseluruhan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah 13,6
per 1.000 ventilator sesuai dengan International Nasocomial Inf 3 Pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi VAP adalah dengan VAP Bundle. VAP bundel digambarkan
sebagai sekelompok intervensi berbasis-bukti yang akan membantu mencegah VAP.
Pentingnya Bundle dalam pencegahan infeksi nasokomial VAP dapat mengurangi biaya 10
kali lipat dan meningkatkan hasil pasien terkait dan keselamatan pasien dan kualitas
pelayanan. Intervensi keperawatan kritis dilakukan secara rutin telah terbukti mengurangi
angka kejadian VAP. The Institute for Healthcare Improvement (IHI, 2006). The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC, 2003) dan A European Care Bundle (Rello et al.
2010) telah merancang VAP bundle (VBs) untuk membantu mengurangi atau menghilangkan
VAP dan mempromosikan kepatuhan terhadap pedoman bukti dasar (EBGs), dalam rangka
meningkatkan hasil pasien. Seperti elevasi kepala tempat tidur (HOB) 300 -450 , sedasi
harian, Deep Vein Trombosis (DVT) prophylaxis, ulkus peptikum prophylaxis, perawatan
mulut (oral care).

Dengan seringnya intervensi keperawatan yang dilakukan oleh petugas yang merawat,
berakibat terjadinya penyebaran organisme dari klien ke klien lainnya. Infeksi silang bisa
disebabkan oleh perawat, dokter dan staf lainnya yang menjadi medium utama peyebaran
infeksi nasokomomial. Tingginya angka infeksi nasokomial ini tidak terlepas dari peranan
tenaga kesehatan terutama tenaga keperawatan sebagai tenaga mayoritas di rumah sakit
(Saanin, 2006). Perawat yang bekerja pada area critical care harus ditunjang dengan
kemampuan, perawat yang 4 professional, berpengalaman, serta mampu mengunakan
peralatan modern khususnya ventilasi mekanik (Dewi & dkk, 2014). Tindakan perawatan
ventilasi mekanik merupakan salah satu aspek kegiatan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan sehari-hari dalam fungsi independen dan interdenpenden dengan tim medis.
Menurut penelitian di Filandia tahun 2013, pengetahuan perawat perawatan kritis tentang
kepatuhan terhadap pedoman bukti dasar (EBGs/ Evidence-based guidelines), untuk
mencegah VAP saat ini terbatas. Kurangnya pengetahuan mungkin menjadi penghalang
terhadap kepatuhan EBGs. Meskipun seringnya pengingat dan pendidikan tambahan,
kepatuhan dan sikap terhadap EBGs dilaporkan miskin (Jansson, Kokko, Ylipalosaari,
Syarjala, & Kyngas, 2013).

Penelitian di Amerika tahun 2012 menegaskan, pendidikan akan meningkatkan hasil


pada pasien yang memerlukan ventilasi mekanik, dan pendidikan lanjutan sangat penting
untuk perawat yang berkualitas. Dokter dengan gelar Doktor dari praktek keperawatan sangat
berperan aktif dalam memfasilitasi kompetensi untuk perawat dalam masalah kesehatan
berkualitas, dan harus mengembangkan strategi untuk melaksanakan pedoman VAP dan
memperluas basis pengetahuan mereka dengan memberdayakan profesi keperawatan untuk
mengobati bukti-dasar pengurangan kejadian VAP. Disamping itu, perawat harus memiliki
tanggung jawab untuk memahami penyebab VAP (Gallagher, 2012). 5 Menurut
(Notoadmojo, p. 2012) perilaku seseorang terbentuk dari pengetahuan, sikap dan tindakan
yang saling mempengaruhi satu sama lain, dimana pengetahuan merupakan syarat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain, pengetahuan perawat sangatlah
penting dalam melakukan perawatan ventilasi mekanik yang berpengaruh terhadap perilaku
perawat dalam melakukan penerapan tindakan ventilasi mekanik yang baik. RSUD Depati
Bahrin Sungailiat rumah sakit tersebut di fasilitasi oleh ruang rawatan, perlengkapan dan
tenaga-tenaga SDM yang terlatih. Intensive Care Unit (ICU) adalah ruang rawatan yang ada
di RSUD Depati Bahrin Sungailiat yang dilengkapi dengan perlengkapan khusus dan staff
yang khusus. Pada survey pendahuluan peneliti melakukan wawancara pada Pengelola
Perawatan (PP) ICU pada tanggal 22 Juni 2015 menemukan tenaga di ruangan ICU adalah
sebanyak 22 orang, dengan kapasitas 7 kapsitas tempat tidur. pada saat ini fasilitas yang ada
di ICU hanya bisa untuk 7 kapasitas tempat tidur. BOR ICU pada saat ini (Juni 2018) adalah
69,7%, dan menurut standar Menkes BOR yang bagus > 100%. Standar Menkes 2005 60% -
85%, artinya BOR ICU di RSUD Depati Bahrin Sungailiat sesuai dengan Standar Menkes.
Tenaga perawat instalasi rawat intensif RSUD Depati Bahrin Sungailiat memiliki 22 orang
tenaga keperawatan dengan tingkat pendidikan 6 yang berbeda, yakni S1 keperawatan +
NERS 8 orang, D III keperawatan 14 orang. Semua telah mendapatkan pelatihan dasar dan
sebanyak 15 orang yang telah mengikuti pelatihan khusus ( pelatihan dasar ventilasi
mekanik) ( Ruang Rawat Intensif M Djamil Padang. 2015). Tetapi Di ruang rawat Intensif
RSUD Depati Bahrin Sungailiat ditemukan adanya angka kejadian VAP yang merupakan
infeksi paling tinggi di ICU. Menurut Laporan Kinerja Mutu dan Manfaat Bagi Masyarakat
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) pada tahun 2014 masih
ditemukan angka Infeksi Ventilator Associated Pneumonia (VAP) sekitar 18.17%, dan dalam
enam bulan terakhir terdapat sebanyak 85,1% pasien di ICU yang menggunakan Ventilasi
Mekanik (ventilator). Dengan tingkat pengetahuan yang tinggi, up date info terbaru (seperti
adanya pelatihan-pelatihan), berbagai sharing ilmu dengan dokterdokter yang stase di ICU
dan dukungan dari multidisiplin akan menghasilkan intervensi keperawatan kritis yang baik.
Seharusnya penerapan VAP bundle akan terlaksana dengan baik. Dari observasi yang peneliti
lakukan dari 33 perawat ditemukan 10 perawat yang tidak konsisten menerapkan elevasi
tempat tidur 300 -400 , 15 perawat yang tidak secara konsisten menerapkan DVT
prophylaxis, 5 perawat yang tidak secara konsisten menerapkan ulkus peptikum prophylaxis,
5 perawat yang tidak konsisten menerapkan mencuci tangan 7 sebelum melakukan tindakan,
dan 10 perawat yang tidak konsisten menurunkan sedasi harian pasien. Hasil dari wawancara
terakhir Oktober 2015, dari 33 perawat ditemukan 15 perawat yang tidak mengetahui tentang
penerapan VAP bundle sehingga masih ditemukannya infeksi nasokomial pneumonia yang
disebabkan oleh ventilasi mekanik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik untuk meneliti “ Adakah hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan
VAP Bundle Di ICU RSUD Depati Bahrin Sungailiat? ”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan
Umum Secara umum untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan dengan Penerapan
VAP Bundle di ICU RSUD Depati Bahrin Sungailiat. 2. Tujuan Khusus a) Mendapatkan
gambaran pengetahuan perawat dalam perawatan ventilasi mekanik. b) Mendapatkan
gambaran perawat dalam penerapan VAP Bundle. c) Menganalisa hubungan pengetahuan
perawat dalam penerapan VAP Bundl
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Ventilasi Mekanik

2. 1. 1 Defenisi Ventilasi

merupakan proses perpindahan udara dari lingkungan luar tubuh ke dalam paru-paru.
Respirasi merupakan proses pertukaran gas O2 dan CO2 yang terjadi di alveolus dalam paru-
paru. Alveolus merupakan kantong udara di ujung percabangan bronkus dalam paru-paru. O2
berdifusi melalui dinding alveolus menembus pembuluh darah dan CO2 berdifusi ke luar
pembuluh darah..

Diafragma adalah otot utama untuk inspirasi, bersama dengan otot interkosta. Ketika
otot-otot pernapasan mengalami paralisis, bernapas menjadi sulit bahkan tidak mungkin.
Ventilasi mekanik mengambil alih proses ventilasi dan memudahkan pernapasan dengan
membantu otot pernapasan yang mengalami paralisis. Otot abdomen juga penting dalam
proses ekspirasi dan batuk. Otot ekspirasi pernapasan yang lemah menghasilkan batuk yang
lemah juga ketidakmampuan pengeluaran sekret yang dapat menyebabkan infeksi saluran
pernapasan dan penumonia (International Ventilator Users Network, 2014)

Ventilator, dikenal juga dengan istilah respirator, merupakan alat bantu mekanik yang
mempertahankan udara dapat mengalir ke dalam paru-paru. Banyak orang mengenal
penggunaaan ventilator pada rumah sakit, sepeti di ICU, dimana penggunaan ventilator akut
dan kompleks banyak dijumpai.

Ventilasi mekanik rutin diperlukan pada pasien dewasa kritis di unit perawatan
intensif. Tujuan utama penggunaan ventilator mekanik adalah untuk menormalkan kadar gas
darah arteri dan keseimbangan asam basa dengan memberi ventilasi adekuat dan oksigenasi.
(Grossbach, 2011).

Ventilasi mekanik memiliki prinsip yang berlawanan dengan fisiologi ventilasi, yaitu
dengan menghasilkan tekanan positif sebagai pengganti tekanan negatif untuk
mengembangkan paru-paru.
2. 1. 2 Tipe Ventilator

Menurut West (2003), ventilator dibagi atas tiga jenis:

( 1 ) Ventilator Volume-Konstan

Ventilator ini memberikan gas dalam volume yang diatur sebelumnya kepada pasien,
biasanya melalui piston pengatur bermotor dalam sebuah silinder atau peniup bermotor.
Curah dan frekuensi pompa dapat disesuaikan untuk memberi ventilasi yang diperlukan.
Rasio inspirasi terhadap waktu ekspirasi dapat dikendalikan oleh mekanisme kenop khusus.
Oksigen dapat ditambahkan ke udara inspirasi sesuai keperluan, dan sebuah pelembab
dimasukkan dalam sirkuit.

Ventilator volume-konstan adalah mesin kuat dan dapat diandalkan yang cocok untuk
ventilasi jangka lama. Alat ini banyak digunakan dalam anestesia. Alat ini memiliki
keuntungan dapat mengetahui volume yang diberikan ke pasien walaupun terjadi perubahan
sifat elastik paru atau dinding dada maupun peningkatan resistensi jalan napas.
Kekurangannya adalah dapat terjadi tekanan tinggi. Akan tetapi, dalam praktik sebuah katup
pengaman aliran mencegah tekanan mencapai tingkat berbahaya. Memperkirakan ventilasi
pasien dari volume stroke dan frekuensi pompa dapat menyebabkan kesalahan penting karena
kompresibilitas gas dan kebocoran, dan lebih baik mengukur ventilasi ekspirasi dengan
spirometer.

( 2 ) Ventilator Tekanan-Konstan

Ventilator ini memberi gas pada tekanan yang diatur sebelumnya dan merupakan
mesin yang kecil dan relatif tidak mahal. Alat ini tidak memerlukan tenaga listrik, tetapi
bekerja dari sumber gas terkompresi bertekanan minimal 50 pon/inci persegi. Kekurangan
utamanya, yaitu jika digunakan sebagai metode tunggal ventilasi, volume gas yang diberikan
dipengaruhi perubahan komplians paru atau dinding dada. Peningkatan resistensi jalan napas
juga dapat mengurangi ventilasi karena mungkin tidak cukup waktu untuk menyeimbangkan
tekanan yang terjadi antara mesin dan alveoli. Oleh karena itu, volume ekspirasi harus
dipantau. Ini sulit pada beberapa ventilator. Kekurangan lain ventilator tekanan-konstan
adalah konsentrasi oksigen inspirasinya bervariasi sesuai kecepatan aliran inspirasi.

Ventilator tekanan-konstan kini terutama digunakan untuk “ventilasi bantuan-


tekanan”, yaitu membantu pasien yang diintubasi mengatasi peningkatan kerja napas yang
terjadi karena slang endotrakeal yang relatif sempit. Pemakaian dengan cara ini berguna
untuk melepaskan pasien dari ventilator, yaitu peralihan dari ventilasi mekanik ke ventilasi
spontan.

( 3 ) Ventilator Tangki

Ventilator tipe (1) dan (2) adalah ventilator tekanan-positif karena memberi tekanan
positif ke jalan napas. Sebaliknya, respirator tangki memberi tekanan negatif (kurang dari
atmosferik) ke luar dada dan tubuh lain, kecuali kepala. Ventilator tangki terdiri dari sebuah
kotak kaku (“paru besi”) yang dihubungkan dengan pompa bervolume besar, bertekanan
rendah yang mengendalikan siklus pernapasan.

Ventilator tangki tdak lagi digunakan dalam penanganan gagal napas akut karena
membatasi akses ke pasien, ukuran besar, dan tidak nyaman. Alat ini dipergunakan secara
luas untuk ventilasi pasien dengan penyakit neuromuskular kronik yang perlu diventilasi
selama berbulanbulan atau bertahun-tahun. Sebuah modifikasi ventilator tangki adalah perisai
yang pas di atas toraks dan abdomen serta menghasilkan tekanan negatif. Ini biasanya
dicadangkan bagi pasien yang sudah sembuh parsial dari gagal napas neuromuskular.

( 4 ) Patient-Cycled

Ventilators Pada ventilator ini, fase inspirasi dapat dipicu oleh pasien ketika ia
melakukan upaya inspirasi. Istilah “ventilasi bantuan” terkadang diberikan untuk cara kerja
ini. Banyak ventilasi tekanan-konstan memiliki kemampuan ini. Ventilator ini berguna pada
terapi pasien yang sembuh dari gagal napas dan sedang dilepas dari penggunaan ventilasi
terkendali.

2. 1. 3 Pola Ventilasi

Menurut West (2003), pola ventilasi dibagi menjadi:

( 1 ) Intermittent Posiive Pressure Ventilation (IPPV)

Intermittent Posiive Pressure Ventilation (IPPV) terkadang disebut pernapasan tekanan


positif intermiten (Intermitten Positive Pressure Breathing/IPPB) dan merupakan pola umum
berupa pengembangan paru oleh penerapan tekanan positif ke jalan napas dan dapat
mengempis secara pasif pada FRC. Dengan ventilator modern, variabel utama yang dapat
dikendalikan meliputi volume tidal, frekuensi napas, durasi inspirasi versus ekspirasi,
kecepatan aliran inspirasi, dan konsentrasi oksigen inspirasi.

Pada pasien dengan obstrksi jalan napas, perpanjangan waktu ekspirasi memiliki keuntungan
karena daerah paru dengan konstan waktu yang lama akan memiliki waktu untuk
mengosongkan diri. Di sisi lain, tekanan jalan napas positif yang lama dapat mengganggu
aliran balik vena ke toraks. Umumnya, dipilih frekuensi yang relatif rendah dan waktu
ekspirasi yang lebih besar dari inspirasi, tetapi setiap pasien memerlukan perhatian yang
berbeda-beda

( 2 ) Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)

Pada pasien ARDS, perbaikan PO2 arterial yang besar sering kali dapat dicapai
dengan mempertahankan tekanan jalan napas positif yang kecil pada akhir ekspirasi. Nilai
sekecil 5 cm H2O sering kali bermanfaat. Akan tetapi, tekanan setinggi 20 cm H2O atau
lebih kadang kala digunakan. Katup khusus tersedia untuk memberi tekanan. Keuntungan
PEEP adalah alat ini memungkinkan konsentrasi oksigen inspirasi diturunkan sehingga
mengurangi risiko toksisitas oksigen

Beberapa mekanisme mungkin berperan pada peningkatan PO2 arterial yang


dihasilkan dari PEEP. Tekanan positif meningkatkan FRC, yang tipikalnya kecil pada pasien
ini karena pengingkatan rekoil elastik paru. Volume paru yang kecil menyebaban penutupan
jalan napas dan ventilasi intermiten (atau tidak ada ventilasi sama sekali) di beberapa daerah,
terutama di daerah dependen, dan absorpsi atelektasis. PEEP cenderung membalikkan
perubahan ini. Pasien dengan edema jalan napasnya juga mendapat keuntungan, mungkin
karena cairan bregeser ke dalam jalan napas perifer kecil atau alveoli, memungkinkan
beberapa daerah paru diventilasi ulang.

Tabel 2.1 Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)


 Sering berguna untuk meningkatkan PO2 arterial pada pasien dengan
 gagal napas Nilai 5-20 cm H2 lazim dipakai
 Memungkinkan konsentrasi O2 inspirasi menurun
 Dapat menurunkan curah jantung dengan menghambat aliran balik
 vena PEEP tingkat tinggi dapat merusak kapiler paru
Terkadang, penambahan PEEP yang terlalu besar menurunkan PO2 arteri, bukan
meningkatkannya. Mekanisme yang mungkin meliputi: 1) curah jantung sangat menurun,
yang menurunkan PO2 dalam darah vena campuran dan PO2; 2) penurunan ventilasi daerah
berperfusi baik (karena peningkatan ruang mati dan ventilasi ke daerah berperfusi buruk); 3)
peningkatan aliran darah dari daerah berventilasi ke tidak berventilasi oleh peningkatan
tekanan jalan napas. Akan tetapi, efek PEEP membahayakan ini pada PO2 ini jarang terjadi.

PEEP cenderung menurunkan curah jantung dengan menghambat aliran balik vena ke
toraks, terutama jika volume darah yang bersirkulasi menurun karena perdarahan atau syok.
Oleh karena itu, nilainya tidak boleh diukur dari efeknya pada PO2 arteri saja, tetapi
bersamaan dengan jumlah total oksigen yang dikirim ke jaringan. Hasil dari konsentrasi
oksigen arterial dan curah jantung merupakan indeks yang berguna karena perubahan
padanya akan mengubah PO2 darah vena campuran dan kemudia PO2 banyak jaringan.
Beberapa dokter menggunakan kadar PO2 dalam darah vena campuran sebagai panduan
untuk tingkat optimal PEEP.

Dalam keadaan tertentu, pemasangan PEEP menyebabkan penurunan seluruh


konsumsi oksigen pasien. Konsumsi oksigen menurun karena perfusi di beberapa jaringan
sangat marginal sehingga jika aliran darahnya menurun lagi, jaringan tidak dapat mengambil
oksigen dan mungkin mati perlahan.

( 3 ) Continious Positive Airway Pressure (CPAP)

Beberapa pasien yang sedang disapih dari ventilator bernapas spontan, tetapi masih
diintubasi. Pasien demikian mendapat keuntungan dari tekanan positif yang diberikan kontinu
ke jalan napas melalui sistem katup pada ventilator. Perbaikan oksigenasi dihasilkan dari
mekanisme yang sama seperti PEEP. Suatu bentuk CPAP telah digunakan secara sukses
dalam ARDS. CPAP bentuk lain berguna untuk menangani gangguan pernapasan saat tidur
yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas atas. Di sini, peningkatan tekanan diberikan
melalui masker wajah yang dipakai sepanjang malam.

( 4 ) Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)

Ini merupakan modifikasi IPPV, yaitu pemberian volume tidal besar pada interval
yang relatif jarang kepada pasien diintubasi yang bernapas spontan. IMV sering dikombinasi
dengan PEEP atau CPAP. Pola ini berguna untuk menyapih ventilator dari pasien, dan
mencegah oklusi jalan napas atas pada apnea tidur obstruktif dengan menggunakan CPAP
nasal pada malam hari.

( 5 ) Ventilasi Frekuensi Tinggi

Gas darah dapat dipertahankan normal dengan ventilasi tekanan positif berfrekuensi
tinggi (sekitar 20 siklus/detik) dengan volume sekuncup yang rendah (50-100 ml). Paru
digetarkan bukan dikembangkan seperti cara konvensional, dan transpor gas terjadi melalui
kombinasi difusi dan konveksi. Salah satu pemakaiannya adalah pada pasien yang mengalami
kebocoran gas dari paru melalui fistula bronkopleura

2. 1. 4 Efek Fisiologik pada Ventilasi Mekanik

( 1 ) Penurunan PCO2 Arteri

Hubungan antara PCO2 arterial dan ventilasi alveolar pada paru normal dinyatalkan dalam
persamaan berikut:
Vco2
PCO2 = VA K

dengan K sebagai konstanta. Pada paru berpenyakit, penyebut VA dalam persamaan ini
kurang dari ventilasi yang masuk ke alveoli karena adanya ruang mati alveolar, yaitu alveoli
tidak berperfusi atau alveoli dengan rasio ventilasi-perfusi tinggi

Ada beberapa alasan mengapa ventilasi tekanan-positif meningkatkan ruang mati.


Pertama, volume paru biasanya meningkat, terutama jika ditambah dengan PEEP, dan traksi
radial pada jalan napas yang dihasilkan meningkatkan ruang mati anatomik. Kemudian,
tekanan jalan napas yang meningkat itu cenderung mengalihkan aliran darah dari daerah yang
berventilasi sehingga menyebabkan daerah dengan rasio ventilasi-perfusi tinggi atau bahkan
daerah tidak berperfusi. Ini khususnya terjadi di daerah paru paling atas yang memiliki
tekanan arteri pulmonal yang relatif rendah karena efek hidrostatik. Tentu, jika tekanan dalam
kapiler turun di bawah tekanan jalan napas, kapiler dapat kolaps seluruhnya, menyebabkan
paru tidak berperfusi. Kolaps ini didukung oleh dua faktor: 1) tekanan jalan napas yang
abnormal tinggi dan 2) penurunan aliran balik vena dan diikuti oleh hipoperfusi paru. Faktor
yang terakhir lebih mungkin jika terjadi penurunan volume darah yang bersirkulasi.
( 2 ) Peningkatan PO2 Arteri

Pada beberapa pasien gagal napas, PCO2 arterinya sering tidak meningkat dan tujuan
ventilasi mekanik adalah meningkatkan PO2. Dalam praktik, pasien seperti ini selalu
diventilasi dengan yang diperkaya oksigen, dan kombinasi ini biasanya efektif untuk
mengurangi hipoksemia. Konsentrasi oksigen inspirasi idealnya harus cukup untuk
meningkatkan PO2 arteri paling tidak menjadi 60 mmHg, tetapi konsenrasi inspirasi yang
terlalu tinggi perlu dihindari karena bahaya toksisitas oksigen dan atelektasis.

( 3 ) Efek pada Aliran Balik

Vena Ventilasi mekanik cenderung mengganggu kembalinya darah ke dalam toraks


sehingga mengurangi curah jatung. Pada pasien yang terlentang relaks, kembalinya darah ke
toraks bergantung pada perbedaan antara tekanan vena perifer dan tekanan intratoraks rata-
rata. Jika tekanan jalan napas ditingkatkan oleh ventilator, tekanan intratoraks rata-rata
meningkat dan menghambat aliran balik vena. Bahkan, jika tekanan jalan napas tetap sesuai
atmosfer, aliran balik vena cenderung turun karena tekanan vena prifer dikurangi oleh
tekanan negatid. Aliran balik vena hampir tidak terpengaruh hanya pada respirator perisai
(cuirass).

2. 2 Ventilator Associated Pneumonia

2. 2. 1 Defenisi

Ventilator associated pneumonia didefenisikan sebagai pneumonia yang terjadi pada


pasien yang ≥ 48 jam diintubasi dan dipasang ventilasi mekanik. VAP diklasifikasikan
berdasarkan onsetnya yaitu onset dini (terjadi dalam 96 jam pertama sejak dipasang ventilasi
mekanik) atau onset lambat (terjadi ≥ 96 jam sejak dipasang ventilasi mekanik) (Hunter,
2005).

2. 2. 2 Epidemiologi

Insidensi bervariasi antara 5 - 10 episode per 1000 orang yang keluar dari rumah sakit
dan paling tinggi terjadi di bangsal pembedahan, ICU, dan rumah sakit pendidikan. Hal ini
memperpanjang masa rawat inap pasien di rumah sakit yang mencapai 3 - 14 hari per pasien.
Ventilator associated pneumonia terjadi sampai 80% dari total kejadian hospital associated
pneumonia dan 9 sampai 27% pada pasien yang diintubasi.

Angka kematian VAP mencapai 30% - 70%. VAP onset dini (4 hari di rumah sakit) yang
banyak disebabkan multi drug resistent pathogen (patogen MDR).

Namun, VAP onset dini, pasien mendapat terapi antibiotik sebelumnya, atau perawatan di
rumah sakit menjadi predisposisi terhadap patogen MDR yang akhirnya ditatalaksana seperti
VAP onset lambat (Ward et al., 2006)

2. 2. 3 Etiologi

Ward et al (2006) membagi dua klasifikasi patogen yang menyebabkan VAP yaitu:

Streptococcus
pneumonia
Haemophilus influenza
Onset dini (<4 hari di S. aureus (sensitif
rumah sakit) +
metisilin) Basil Gram-
Tidak ada faktor risiko
untuk patogen MDR negatif sensitif
antibiotik (E. Coli,
Proteus spp.,
Klebsiella pneumonia,
Serratia)
VAP
Semua onset dini
patogen VAP +
Patogen MDR
Onset lambat (> 4 hari di
(Pseudomonas
rumah sakit) + faktor
aeruginosa, Klebsiella
risiko untuk patogen
pneumonia,
MDR
Acinobacter spp.,
MRS, Legionella
pneumophilia)
2. 2. 4 Faktor Risiko

Meskipun pasien dengan pemasangan endotrachel tube ≥ 48 jam menjadi salah satu
risiko terjadinya VAP, beberapa pasien juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Faktor risiko
terjadinya VAP dapat dibagi menjadi tiga faktor utama, yaitu faktor pejamu, faktor terkait
peralatan, dan faktor individu. (Augustyn, 2007).

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi Faktor risiko yang dapat dimodifikas
1. Terkait Pejamu 1. Terkait Pejamu
 Malnutrisi  nutrisi (misalnya pemberian makanan
 Usia >65 tahun, secara enteral)
 Penyakit kronik (misalnya ginjal)  kontrol nyeri, fisioterapi
 Diabetes  membatasi terapi imunosupresif
 Supresi imun (misalnya SLE)  postur, tempat tidur kinetik
 Ketergantungan alkohol  berhenti merokok sebelum operasi
 Aspirasi (misalnya epilepsi)
 Penyakit virus yang baru terjadi
 Obesitas
 merokok
2. Terkait Terapi 2. Terkait Terapi
 Ventilasi mekanis  Posisi setengah telentang (kepala naik
 Pascaoperasi 30 )
 Pencabutan dini jalur IV, selang NT,
dan NG
 Minimalisasi penggunaan sedatif
 Hindari overdistensi lambung
 Hindari intubasi dan reintubasi
Pertahankan tekanan manset ET >
20 cm H2O
 Aspirasi subglotik selama intubasi
 Ubah dan drain sirkuit ventilator
 Sucralfate untuk profilaksisulkus
akibat stress (masih dipertanyakan)
3. Faktor Epidemiologis 3. Kontrol Infeksi
 Lingkungan (misalnya psitakosis)  Mencuci tangan, teknik steril
 Pekerjaan (misalnya demam Q)  Isolasi pasien
 Bepergian ke luar negeri  Surveilans mikrobiologis
(paragonomiasis)
 Pendingin ruangan (misalnya
Legionella)

2. 2. 8 Pencegahan

Munro dan Ruggiero (2014) menyebutkan beberapa intervensi yang dapat mencegah
terjadinya VAP yaitu:

( 1 ) Elevasi kepala tempat tidur

( 2 ) Hentikan sedasi harian dan nilai kesiapan ekstubasi

( 3 ) Berikan profilaksis ulkus peptikum

( 4 ) Berikan profilaksis deep vein thrombosis (DVT)

( 5 ) Perawatan mulut dengan chlorhexidine

Lima langkah di atas menjadi intervensi berdasarkan-bukti yang dapat mencegah


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan
bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui
jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002)
Beberapa keadaan seperti asidosis dan alkalosis membuat keadaan tubuh
membuat kompensasi dengan berbagai cara untuk menyeimbangkan keadaan PH darah
mendekati normal 7,35-7,45 dan kadar PO2 dalam darah mendekati 80-100 mmHg.
Kompensai dapat berupa hyperventilasi jika keadaan hipoksemia, atau pemenjangan
waktu ekspirasi jika terjadi hyperkarbia (peningkatan kadar CO2 dalam darah).
Tetapi kompensasi alamiah tidak sepenuhnya dapat mengembalikan kadar asam basa
dalam darah menjadi normal, tetapi dapat mengakibatkan kelelahan otot-otot nafas dan pasien
pada akhirnya menjadi hipoventilasio dan terjadi apneu

B. Tujuan Pemasangan dan Fungsi Ventilator


Ada beberapa hal yang menjadi tujuan penggunaan ventilasi mekanik, antara lain adalah
sebagai berikut:
 Mengurangi kerja pernapasan.
 Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
 Pemberian MV yang akurat.
 Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
 Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

C. Kriteria Indikasi Pemasagan dan Fungsi Ventilator Bagi Pasien


1. Pasien Dengan Gagal Napas
Pasien dengan distres pernafasan gagal napas, henti napas (apnu)
maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi
ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapatkan intubasi dan pemasangan
ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya.
Distress pernapasan disebabkan ketidaklancaran ventilasi atau oksigenasi. Prosesnya
dapat berupa kerusakan paru (pada pneumonia) maupun kelemahan otot pernapasan
dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator memiliki kelainan pernapasan primer, Pada
pasien dengan shock kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada
sistem pernapasan (sebagai akibat peningkatan kerja napas dan konsumsi oksigen)
dapat mengakibatkan jantung. kolaps. Fungsi ventilator di sini untuk mengurangi beban
kerja sistem pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnea berulang juga
mendapatkan ventilator. Selain itu, fungsi ventilator pada indikasi ini adalah untuk
menjaga jalur napas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien
dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan Operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sudah bisa tertangani dengan pengadaan ventilator.

D. Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik Pada Pasien


Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik
(ventilator) apabila:
 Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
 Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 64 mm/g.
 PaCO2 lebih dari 74 mm/g
 Vital capacity kurang dari 15 ml/kg BB.

F. Jenis-jenis Ventilator dan Kelebihannya


Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga tipe yaitu:
1. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah siklusnya berdasarkan volume. Mesin akan berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien
tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
2. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator tipe ini adalah siklusnya yang menggunakan tekanan. Mesin
akan berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan
pasif. Kerugian pada tipe ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara
yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil,
penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator tipe ini adalah siklusnya berdasarkan waktutu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan
kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit) normal dengan rasio I:E (inspirasi :
ekspirasi ) sebesar 1:2.

G. Kasus Fungsi Ventilator Sebagai Alat Bantu Hidup

Seperti yang sudah kita ketahui, fungsi ventilator adalah sebagai alat bantu hidup
yang dapat menyelamatnya nyawa seseorang. Berbagai kasus penyakit, seperti kasus sindrom
Edward atau trisomi 18 yang diderita oleh Nayyara Nafisha, bayi mungil yang belum genap
berusia tiga bulan. Nayyara terlahir secara prematur pada tanggal 26 januari 2019 dengan
banyak kelainan bawaan, salah satunya adalah sindom Edward. Sindrom Edward merupakan
kelainan kongenital yang terjadi 1:6.000 kelahiran.
Nayyara mengalami Mikrosefali atau gangguan sistem saraf langka yang
menyebabkan kepala bayi menjadi kecil dan otak tidak sepenuhnya berkembang,
Anophthalmia atau tidak mempunyai bola mata/bola mata tidak berkembang), Palatoskisis
atau langit-langit mulut berlubang, Hernia umbilical, PDA dan SPA (kebocoran parah pada
jantung).
F. Gambar mesin Ventilator

Gambar 1.1 Mesin Ventilator

1. Rebreathing bag
Rebreathing bag berfungsi untuk Memperbaiki ventilasi dengan cara memberikan
pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
2. Suction Regulator
Suction Regulator berfungsi berfungsi untuk memompa dan mengatur jumlah gas yang
masuk kedalam paru-paru pasien, dan filter karbondioksida berfungsi untuk memfilter
kadar karbondioksida dari saluran pernafasan pasien.
3. Vaporizer
Vaporizer Berfungsi sebagai, alat membantu pernafasan lebih lega. Vaporizer ini bisa
memberikan pengaruh positif baik itu secara fisik maupun mental. Aroma terapi pada
Vaporizer tersebut akan memicu otak untuk lebih rileks serta mendapatkan banyak sekali
manfaat yang mempengaruhinya.
4. Flow meter
berfungsi untuk mengatur besarnya aliran gas yang masuk pada pasien.
5. Brake
Berfungsi sebagai mengurangi karbon pada mesin,meneminalkan polusi udara,dan
memantapkan akselerasi.
6. Carbon dioxida (O2) absorber
Berfungsi sebagai penyerapan dan penyarigan carbon dioxida (O2) yang di hirup dan di
keluarkan dari tubuh manusia.
7. cylinder yokes
Berfungsi untuk membuka dan menutup tabung oksigen.
8. Cylinders
Berfungsi sebagai tempat penampugan udara.
9. Flow control
Berfungsi mengatur penghantaran oksigen berdasarkan kecepatan aliran yang sudah
disetting terlebih dahulu.
10. Pipile inlets
Berfungsi untuk mentransport fluida pada sebuah plan selama masa service.
11. Main Circuit Breaker
Berfungsi sebagai pengaman hubung singkat (konsleting) dan juga berfungsi sebagai
pengaman beban lebih.
12. Bellows assembly
Berfungsi sebagai kantong pernafasan pada sirkuit anestesi.
13. Oxygen power outlet
Berfungsi untuk mensuplay gas ke sirkuit pernafasan.
14. Oxygen (O2) Flush button
Berfungsi memberikan aliran besar (35-55I/mnt) dari oksigen langsung ke common gau
outlet.
15. Scavenging connector
Berfungsi sebagai penutup katup.
16. Secondary gas supply pressure gauges
adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan fluida (gas atau liquid) dalam
tabung tertutup.
17. Sistem Switch
Switch adalah perangkat telekomunikasi yang menerima pesan dari perangkat yang
terhubung dengannya dan kemudian mengirimkan pesan hanya untuk perangkat yang
pesan dimaksud atau sebagai sentral/konsentrator pada sebuah network.
18. Display
Berfungsi sebagai output dari memori komputer atau central processing unit berupa biner.
Fungsi lainya dari display adalah menampilkan data-data berupa grafis tampilan dari
prosesor untuk ditampilkan agar pengguna bisa melihat apa yang sedang dioperasikanya.
19. Alarm
Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset. Juga digunakan untuk
mendeteksi kebocoran sistim

G. Cara kerja ventilator


1. Ketika ventilator dihubungkan dengan sumber tegangan PLN dan dihidupkan,
tegangan akan menyuplai bagian elektrik ventilator. Control board akan
menjalankansoftware ventilator , kemudian melakukan self test guna pengecekan
komponen-komponen penting ventilator .
2. Selanjutnya operator akan melakukan pemilihan mode dan memasukkan setting nilai,
baik itu fraksi oksigen, rasio inspirasi dan ekspirasi, jumlahnafas per menit, jumlah
volume udara yang akan dihantarkan ke pasientiap satu kali nafas, pemberian PEEP
dan lainnya. Kemudian setting tersebut akan diproses pada control board untuk
kemudian dikirimsebagai output ke valve board
3. Valve board akan mengolah output dari control board menjadi
sinyalpengaktifandriver pada valve oksigen dan valve air pada mixer .Valve tersebut
akan bekerja membuka dan menutup secara bergantian untuk mendapatkan
percampuran udara sesuai dengan setting yang diinginkandan terus menerus dideteksi
oleh flow sensorsaat udara menuju tank .
4. Pada tank , percampuran udara akan memenuhi tank dan secara terus menerus fraksi
oksigen akan dimonitor oleh O2cell.
5. Selanjutnya valve inspirasi akan membuka celah sesuai pengaturanvolume
udara yang dihantarkan ke pasien.Valve inspirasi akan bekerjabersinergi
dengan valveekspirasi dimana saat sedang fase inspirasi,valve inspirasi akan terbuka
dan valveekspirasi akan tertutup, begitu juga saat sedang ekspirasi,valveinspirasi akan
lebih menutup(menyisakan celah untuk PEEP) dan valve ekspirasi akan membuka.
6. Udara yang dihantarkan akan keluar dari celah valve inspirasi
kemudian menujuhumidifier yang akan melembabkan dan menghangatkan udara agar
sesuai dengan suhu tubuh manusia sekitar 36,5o C. Terdapatpemantauan suhu saat
keluar darihumidifier ampai kemudian menuju”Y‟ piece. “Y‟ piece terhubung dengan
pasien flow sensor yang mendeteksi secara terus menerus udara yang dialirkan dan
tekananudara untuk kemudian dikirim ke sensor board dan menjadi pembanding real
time pada display serta digunakan sebagai penyesuaianoleh alat untuk mendapatkan
volume udara hantaran yang diinginkan.Selanjutnya dari pasien flow sensor akan
terhubung dengan ETT untuk pemberian udara secara invasif atau dengan face
mask untuk pemberianudara secara non-invasif, udara berhasil dihantarkan sampai ke
pasien.
7. Setelah terjadi fase inspirasi, selanjutnya adalah fase ekspirasi, dimanaudara hasil
pernafasan atau pertukaran dari paru-paru pasien akandihantarkan keluar
melaluibreathing circuit . Udara hasil pernafasanyang mengandung karbondioksida
(CO2) dan uap air akan mengalirmelalui pasien flow sensor ,
melewati“Y‟ piece menuju aliran ekspirasi dengan valve inspirasi mulai mengurangi
celah dan tekanan alirannya berkurang (menjadi aliran PEEP) untuk mencegah udara
ekspirasimenuju ke tank dan valve ekspirasi membuka dengan celah diatur
untukmempertahankan PEEP sebagai jalan keluar udara ekspirasi.
8. Siklus inspirasi dan ekspirasi dengan bantuan ventilator akan terus-menerus
berlangsung sampai hasil monitoring pasien dirasa cukupmembaik sehingga dapat
beralih menggunakan mode lain yang sesuaidengan kondisi pernafasan pasien.

H. Cara Pengoperasian Alat


1. Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
2. Hubungkan ventilator dengan sumber O2 dan udara tekan
3. Isi humidifier dengan air steril (lihat batas air)
4. Perhatikan ‘’breathing circuit’’ apakah ada kebocoran
5. Perhatikan konektor yang menghubungkan pasien dengan ‘’breathing circuit’’
6. Sebelum dihubungkan ke pasien harus disetting terlebih dahulu yaitu :
 M.V = Tidal Volume (T.V) X Respiratory rate (R.R)
 Normal T.V = 10-15 cc / kg BB
 Normal R.R = 10-12 X/mt (pada orang dewasa)
 Tentukan FiO (Fresentase Oksigen)

I. Metode pemeliharaan dan trouble shooting


1. Metode Pemeliharaan
– Pemeliharaan harian
a. Bersihkan badan pesawat dari kotoran yang ada.
b. Periksa kondisi O2 dan Air pressure,jangan sampai kosong atauhabis.
c. Uji cobakan ventilator sebelum digunakan kepasien

– Pemeliharaan mingguan
a. Ganti selang dari ventilator
b. Buang cairan dari water trap
– Pemeliharaan bulanan
a. Bersihkan ekspirasi port
b. Bersihkan Expirasi valve
– Pemeliharaan tahunan
Kalibarsi ventilator teersebut layak atau tidaknya dipakai

2. Metode perbaikan dan troubel shooting


Didalam alat ventilator biasanya juga terdapat kerusakan karena tidak adanya
pemeliharaan atau pemantauan. Disini teknisi elektromedik sangat berperan penting
membuktikan keahlianya dalam memperbaiki alat ventilator. Kerusakan yang sering
didapat dalam alat ventilator sebagai berikut:
a. O2 tidak keluar
Tindakan : periksa selang O2 apakah terhubung ke ventilator atau tidak
b. Ada penyumbatan di expirasi valve
Tindakan : bersihkan expirasi valve dengan menggunakan air bersih atau alkohol.
c. Tidak ada dorongan O2 untuk inspirasi kepasien
Tindakan : terlebih dahulu periksa air pressure apakah masuk ke ventilator,
kemudian apabila O2 masih tidak keluar periksa di mixer karena O2 dan air
pressure itu bercampur
d. Ventilator tidak nyala
e. Tindakan : periksa jala-jala sumber tegangan terhubung atau tidak, periksa
regulator pada ventilator.

3. Spesifikasi Alat
Nama Alat : Ventilator drager Evita Infinity V500
Dibuat di China
Fitur Utama :
a. Dikendalikan Oleh prosesor mikro
b. Gas didorong dikontrol secara elektronik, saklar waktu, kontrol volume, tekanan
ventilasi batas
c. LCD tampilan parameter ventilasi, parameter preset, indikasi alam dan gelombang
bernafas
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Ventilasi mekanik ventilator.http://fkpcci.blogspot.com/2012/06/ventilasi-


mekanik-ventilator.html .diakses pada 24 September 2017.
Nuraini. 2012. Ventilasi mekanik.http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-
mekanik.html. diakses pada 24 september 2017.
Noviandryani. 2011. Askep klien dengan ventilasi. http://novi-
andryani.blogspot.com/2011/11/askep-klien-dengan-ventilasi-mekanik.html. diakses
pada 25 september 2017.
MAKALAH KEPERAWATAN
PRAKTIK KLINIK KEPERAWAN KRITIS
VENTILATOR

DISUSUN OLEH:

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PANGKAL PINANG


JURUSAN KEPERAWATAN
2019

Anda mungkin juga menyukai