Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah Nya, kami dapat
menyelesaikan Makalah Hadist Tarbawi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan alam, yakni Nabi besar Muhammad SAW, dengan
mengucapkan “Allahumma shali’ala Muhammad Wa’ala alihi Muhammad”, yang mana
berkat ketekunan dan keuletan beliau yang telah membawa kita dari alam kebodohan sampai
ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat sekarang ini. Penulis merasa
perlu mengangkat judul makalah “Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah Dan Paradigma
Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif”.

Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, April 2013

Penulis

( RIDUAN SURURI )
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan masalah.................................................................................. 1

C. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Penelitian................................................................................. 2

B. Metode Ilmiah dan Langkah-langkahnya............................................. 3

C. Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.................................. 7

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan........................................................................................... 12

B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikatnya, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud
adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu
manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan
fenomena yang diteliti.Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Kiranya sudah saatnya
mengarusutamakan penelitian paradigma kualitatif pada skripsi mahasiswa, tidak terkecuali
bidang geografi yang bernaung di bawah ilmu sosial. Diakui atau tidak paradigma kualitatif
lebih menyentuh pengembangan kemanusiaan pada kajian ilmu sosial. Yang paling penting
adalah mengenalkan kedua paradigma tersebut secara luas, supaya dapat menumbuhkan
kreativitas dalam penelitian termasuk skripsi dan tentunya penelitian yang lebih memberikan
manfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan menjelaskan
tentang hakikat penelitian, metode ilmiah dan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang makalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan :

1. Bagaimana hakikat penelitian ?

2. Apa yang dimaksud metode ilmiah ?

3. Bagaimana paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk menegtahui bagaimana hakikat penelitian ?

2. Untuk menegtahui apa yang dimaksud metode ilmiah ?

3. Untuk menegtahui bagaimana paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Penelitian

“Hakikat penelitian dapat diartikan sebagai penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris
dan kritis tantang fenomena alami dengan dipandu oleh teori dan hipotesis tentang hubungan
yang dikira terdapat antara fenomena itu.”[1] “Dari definisi diatas, ada dua hal yang perlu
ditekankan. Pertama, penelitian ilmiah bersifat sistematis dan
terkontrol. Kedua, penyelidikan bersifat empiris”.[2] Penelitian atau riset adalah terjemahan
dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search
(mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa
Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang
cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan
bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya
investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas
teori atau dalil yang telah diterima”.

Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific
method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan
pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode
ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian.
Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera
manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah
(scientific research).
Hakikatnya, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud
adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu
manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan
fenomena yang diteliti. Pembahasan utama dalam penelitian disebut sebagai "masalah
penelitian". Masalah penelitian muncul karena adanya kesenjangan antara yang diharapkan
dengan kenyataan yang ada. Das Sein dan Das Sollen, apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada.

Kebenaran yang berlaku dalam sebuah penelitian adalah "kebenaran ilmiah". Hasil penelitian
saat ini mungkin hanya benar pada saat ini dan pada saat lain kebenaran sudah tidak relevan.
Motivasi dan tujuan dari sebuah penelitian adalah keinginan untuk memecahkan masalah dan
pemuasan rasa ingin tau atas fenomena yang dihadapi.

B. Metode Ilmiah dan Langkah-langkahnya

Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Senn, memandang metode sebagai prosedur atau cara mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.[3] Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Sementara itu, metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan dalam metode tersebut.[4] Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara
sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Dengan demikian maka metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-
metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan metodologi penelitian membahas
konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya.[5] Metode ini menggunakan
langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Karakteristik penelitian ilmiah, yaitu
:

a. Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan
kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.

b. Logis.

Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.
Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal,
yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang
bersifat umum.

c. Empirik.

Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari


(fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba
yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :

· Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).

· Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.

· Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada
hubungan sebab akibat).

d. Replikatif.

Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan
harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang
sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah
penting bagi seorang peneliti.

Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang
dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali
memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap
objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintangatau populasi manusia.
Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya
berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah
biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan
diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya
ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut.
Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas
kuantitas yang diukur. Langkah – Langkah Metode Ilmiah:

a. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah langkah awal dalam melakukan kerja ilmiah. Masalah adalah
kesulitan yang dihadapi yang memerlukan penyelesaiannya atau pemecahannya. Masalah
penelitian dapat di ambil dari masalah yang ditemukan di lingkungan sekitar kita, baik benda
mati maupun makhluk hidup. Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka
perlu melakukan identifikasi masalah. Agar permasalahan dapat diteliti dengan seksama,
maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita dapat fokus dalam menyelesaikan
penelitian kita.

b. Perumusan Hipotesis

Ketika kita mengajukan atau merumuskan pertanyaan penelitian, maka sebenarnya pada saat
itu jawabanya sudah ada dalam pikiran. Jawaban tersebut memang masih meragukan dan
bersifat sementara, akan tetapi jawaban tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita
untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian disebut sebagai hipotesis penelitian. Hipotesis
penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap
masalah sebelum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan maka hipotesis yang
kita buat mungkin saja salah.

c. Perancangan Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu harus dipersiapkan rancangan penelitiannya.


Rancangan penelitian ini berisi tentang rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum,
selama dan setelah penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan
dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian. Penelitian yang kita
lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Penelitian
deskripsi merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, factual dan
akurat mengenai fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian deskriptif,
misalnya penelitian untuk mengetahui populasi hewan komodo yang hidup di Pulau komodo
pada tahun 2008. Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan
kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya penelitian tentang
perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena matahari dengan pertumbuhan
tanaman di tempat yang gelap.

d. Pelaksanaan Penelitian

Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.

e. Pelaporan Penelitian

Hasil penelitian adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti
dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).

C. Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Paradigma adalah seperangkat asumsi tersurat dan tersirat yang menjadi gagasan-gagasan
ilmiah (Ihalauw, 2004). Lebih lanjut dijelaskan bahwa paradigma bukan masalah salah atau
benar, melainkan lebih memberikan manfaat atau kurang bermanfaat sebagai sebuah cara
pandang terhadap sesuatu. Perbedaan anatar kualitatif dan kuantitatif ini dibedakan oleh
paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli pengikutnya. Banyak
tulisan telah membahas apa-apa saja yang membedakan antara keduanya.

a. Paradigma Penelitian Kuantitatif

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian
dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara
mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of
inquirytertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi
tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu
disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma
sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.

Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel


penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian
yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan
penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan
paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau
empiris (empiricist). Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik,
eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte,
Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur
fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada
indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat
bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat
ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah,
peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.

b. Paradigma Penelitian Kualitatif

Paradigma kualitatif bersifat induktif, yaitu pada ranah empirik melakukan amatan terhadap
fakta atau peristiwa untuk membentuk dan memodifikasi dalil serta menata dalil menjadi
teori pada ranah abstrak. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif
yaitu penelitian inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksi simbolik, perspektif
kedalam, etnometodologi, studi kasus, interpratatif, ekologis, dan deskriptif.[6]Secara lebih
sederhana Yunus (2009) membedakan bahwa penelitian berparadigma kualitatif menekankan
pada proses, sedangkan penelitian berparadigma kuantitatif menekankan pada produk. Sekali
lagi, pandangan tersebut memberi gambaran tegas perbedaan antara kualitatif dengan
kuantitatif. Salah satunya disajikan pada Tabel di bawah ini.

Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif

Ontologis Apa realitas? Obyektif, tunggal, Subyektif, ganda, seperti


terpisah dari peneliti yang dilihat penelti

Episto- Hubungan Peneliti independen Peneliti berinteraksi


mologis peneliti dengan yang diteliti
dengan
objek?

Aksiologis Peranan nilai Bebas nilai dan tidak Terikat nilai dan bias
? bias

Retorik Bahasa · Formal; · Informal;


penelitian?
· melibatkan · melibatkan keputusan-
seperangkat definisi keputusan

Metodologis Proses ·Deduktif; · Induktif;


penelitian?
·Hubungan sebab · Faktor terbentuk secara
akibat; silmutan timbal balik;

·Rancangan statis; · Rencana berkembang;

·Bebas konteks; · Terikat konteks;

·Generalisasi yang · Pola & teori untuk


mengarah prediksi, pemahaman;
eksplorasi,
· Akurasi & reliabel lewat
pemahaman;
pembuktian
·Akurasi & reliabel
lewat uji

Sumber : Modifikasi Cresswel, 2000 dalam Slamet 2006

Berdasarkan tabel tersebut jelas sekali adanya perbedaan pandangan yang saling berlawanan
antara paradigma kualitatif dan kuantitatif. Difinisi paradigma di atas menyebutkan bahwa
paradigma memberikan pandangan lebih bermanfaat atau kurang bermanfaat. Paradigma
akan mempengaruhi pandangan seseorang atau komunitas apa yang adil atau tidak adil, apa
yang baik dan tidak baik (Fakih, 2002). Lebih lanjut ditegaskan bahwa melalui paradigma
akan ada dua orang atau komunitas melihat suatu realitas sosial yang sama, akan
menghasilkan pandangan, penilaian, dan sikap yang berbeda. Dengan demikian jelas sekali
bahwa paradigma sangat berpengaruh terhadap teori dan analisis yang dianut seseorang atau
komunitas dalam mengambil kebijakan dan keputusan. Habermas membagi paradigma ilmu
sosial menjadi tiga yaitu instrumental knowledge, hermeneutic knowledge,
dan critical/emancipatory knowledge (Fakih, 2002). Instrumental knowledgeberakar pada
paham positivisme yang berpandangan bahwa ilmu sosial dikembangkan dari pandangan,
metode, dan teknik ilmu alam dalam memahami realitas. Dalam rangka memahami
objektivitas atas realitas sosial dalam metode ilmiah, maka harus dipisahkan antara fakta
dengan nilai. Pandangan instrumental knowledge ini termasuk dalam paradigma kuantitatif.
Aplikasi dalam kehidupan sosial kita sangat nyata, yaitu banyak kehidupan berinstrumen
pada angka-angka yang dianalisis secara statistik. Misalnya untuk mengukur kepandaian
seseorang diukur dari nilai raport, nilai ujian nasional, indeks prestasi. Kebijakan pemerintah
dalam mengukur keberhasilan pembangunan juga didasarkan pada angka-angka, seperti
pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, indek kesejahteraan dan lainnya, tidak terkecuali
penelitian-penelitian ilmiah bidang sosial yang banyak dilakukan oleh perguruan tinggi.

Sementara itu hermeneutic knowledge dan critical/emancipatory knowledge ini masuk dalam
paradigma kualitatif. Seringkali Hermeneutic knowledge disemboyankan dengan “biarlah
fakta berbicara atas nama dirinya sendiri” (Fakih, 2002).
Sementara critical/emancipatory knowledge dipahami sebagai proses untuk memanusiawikan
manusia, sehingga dalam analisis suatu kajian ilmiah harus berpihak kepada perbaikan
kehidupan manusia.

Pada dasarnya paradigma kualitatif melihat bahwa realitas sosial harus dipahami dari ilmu
sosial dan keberpihakan pada manusia, bukan seperti paradigma kuantitatif yang melihat
realitas sosial dengan pendekatan ilmu alam. Dalam fakta kehidupan saat ini paradigma
kuantitatif jauh lebih mewarnai daripada paradigma kualitatif. Realitas soaial hasil kajian
paradigma kuantitatif juga bisa disaksikan dalam kehidupan kita. Akan tetapi, untuk ketiga
kalinya dalam tulisan ini menyebutkan penjelasan paradigma, bahwa paradigma memberikan
pandangan lebih bermanfaat atau kurang bermanfaat. Antara paradigma kualitatif dan
kuantitatif, mana yang lebih bermanfaat bagi khususnya ilmu sosial ? Pendekatan apa yang
tepat untuk mengkaji dan memahami anarkisme dalam masyarakat, ketimpangan
kesejahteraan, adaptasi masyarakat terhadap bencana, patologi sosial, dan banyak lagi
permasalahan sosial kemasyarakatan dalam ruang muka bumi ?

c. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar.
Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte
(1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926). Paradigma kuantitatif merupakan satu
pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah
satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Dalam
penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid
adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada
pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh
nalar (reason). Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma,
bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih
khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience).
Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu
pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi. Secara epistemologi,
paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu pemikiran
rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan
korespondensi. Koheren berarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondensi
berarti sesuai dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari
proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui
verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Secara
garis besar, paradigma penelitian kuantitatif mencakup :

· Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.

· Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan


angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

· Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.

· Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti / berorientasi kepada hasil.

· Bebas nilai dan tidak bias.

· Pendekatan deduktif.

· Pengujian teori dan analisis kuantitatif (menggunakan pandangan ilmu pengetahuan


alam).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hakikatnya, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud
adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu
manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan
fenomena yang diteliti. Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat
menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas
subjek investigasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Paradigma adalah seperangkat asumsi
tersurat dan tersirat yang menjadi gagasan-gagasan ilmiah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
paradigma bukan masalah salah atau benar, melainkan lebih memberikan manfaat atau
kurang bermanfaat sebagai sebuah cara pandang terhadap sesuatu. Perbedaan anatar kualitatif
dan kuantitatif ini dibedakan oleh paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para
ahli-ahli pengikutnya. Banyak tulisan telah membahas apa-apa saja yang membedakan antara
keduanya.

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa sebaiknya harus memahami dan mengerti dalam ilmu metodologi
penelitian terkhusus dalam mengetahui hakikat dari pada penelitian, metode ilmiah dan istilah
yang lain agar dalam penyususnan skripsi maupun tesis tidak banyak terdapat kendala.
DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. (Jakarta: Kencana, 2006)

Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian. (Metro: Aneka printing, 2008)

Fakih, M., Jalan Lain (Manifesto Intelektual Organik. (Yogyakarta: Insist Press, 2002)

Fred N, Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, Editor H.J. Koessosemanto.


(Yogyakarta: Gajah Mada Universiy Press, 1990)

Ihalauw, J. J. O. I., Bangunan Teori. (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2004)

Mg. Sri Wiyarti dan Sutapa Mulya, Sosiologi. (Surakarta: UNS Press, 2007)

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990)

Petter R. Senn, Sosial Science ang Its Methods. (Boston:, Holbrook, 1981)

Robert Bogdan dan S. Knop Biklen, Qualitative Research for education: An Introduction to
theory and methods. (Boston: Allyn and Bacon, Inc, 1982)
Somantri, Gumilar R, Memahami Metode Kualitatif. (Jurnal Makara: Sosial Humaniora, vol.
9, 2005)

Tim Direktorat Akademik, Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi


Pendidikan Tinggi (Sebuah alternatif penyusunan kurikulum). Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (Jakarta,ttp, 2008
PEMBAHASAN

A. Hakikat Penelitian

“Hakikat penelitian dapat diartikan sebagai penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris
dan kritis tantang fenomena alami dengan dipandu oleh teori dan hipotesis tentang hubungan
yang dikira terdapat antara fenomena itu.”[1] “Dari definisi diatas, ada dua hal yang perlu
ditekankan. Pertama, penelitian ilmiah bersifat sistematis dan
terkontrol. Kedua, penyelidikan bersifat empiris”.[2] Penelitian atau riset adalah terjemahan
dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search
(mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa
Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.
Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang
cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan
bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya
investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas
teori atau dalil yang telah diterima”.

Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific
method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan
pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode
ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian.
Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera
manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah
(scientific research).

Hakikatnya, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang benar yang dimaksud
adalah berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang harapannya dapat membantu
manusia memahami dan dapat mempermudah pemecahan masalah berkaitan dengan
fenomena yang diteliti. Pembahasan utama dalam penelitian disebut sebagai "masalah
penelitian". Masalah penelitian muncul karena adanya kesenjangan antara yang diharapkan
dengan kenyataan yang ada. Das Sein dan Das Sollen, apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada.

Kebenaran yang berlaku dalam sebuah penelitian adalah "kebenaran ilmiah". Hasil penelitian
saat ini mungkin hanya benar pada saat ini dan pada saat lain kebenaran sudah tidak relevan.
Motivasi dan tujuan dari sebuah penelitian adalah keinginan untuk memecahkan masalah dan
pemuasan rasa ingin tau atas fenomena yang dihadapi.

B. Metode Ilmiah dan Langkah-langkahnya

Metode Ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Senn, memandang metode sebagai prosedur atau cara mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.[3] Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Sementara itu, metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan dalam metode tersebut.[4] Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara
sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Dengan demikian maka metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-
metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan metodologi penelitian membahas
konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya.[5] Metode ini menggunakan
langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Karakteristik penelitian ilmiah, yaitu
:

a. Sistematik.

Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan
kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.

b. Logis.

Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.
Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal,
yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang
bersifat umum.

c. Empirik.

Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari


(fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba
yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :

· Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).

· Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.

· Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada
hubungan sebab akibat).

d. Replikatif.

Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan
harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang
sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah
penting bagi seorang peneliti.

Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang
dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali
memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap
objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintangatau populasi manusia.
Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya
berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah
biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan
diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya
ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut.
Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas
kuantitas yang diukur. Langkah – Langkah Metode Ilmiah:

a. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah langkah awal dalam melakukan kerja ilmiah. Masalah adalah
kesulitan yang dihadapi yang memerlukan penyelesaiannya atau pemecahannya. Masalah
penelitian dapat di ambil dari masalah yang ditemukan di lingkungan sekitar kita, baik benda
mati maupun makhluk hidup. Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka
perlu melakukan identifikasi masalah. Agar permasalahan dapat diteliti dengan seksama,
maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita dapat fokus dalam menyelesaikan
penelitian kita.

b. Perumusan Hipotesis

Ketika kita mengajukan atau merumuskan pertanyaan penelitian, maka sebenarnya pada saat
itu jawabanya sudah ada dalam pikiran. Jawaban tersebut memang masih meragukan dan
bersifat sementara, akan tetapi jawaban tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita
untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian disebut sebagai hipotesis penelitian. Hipotesis
penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap
masalah sebelum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan maka hipotesis yang
kita buat mungkin saja salah.

c. Perancangan Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu harus dipersiapkan rancangan penelitiannya.


Rancangan penelitian ini berisi tentang rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum,
selama dan setelah penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan
dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian. Penelitian yang kita
lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Penelitian
deskripsi merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, factual dan
akurat mengenai fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian deskriptif,
misalnya penelitian untuk mengetahui populasi hewan komodo yang hidup di Pulau komodo
pada tahun 2008. Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan
kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya penelitian tentang
perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena matahari dengan pertumbuhan
tanaman di tempat yang gelap.

d. Pelaksanaan Penelitian

Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.

e. Pelaporan Penelitian

Hasil penelitian adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti
dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).

C. Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Paradigma adalah seperangkat asumsi tersurat dan tersirat yang menjadi gagasan-gagasan
ilmiah (Ihalauw, 2004). Lebih lanjut dijelaskan bahwa paradigma bukan masalah salah atau
benar, melainkan lebih memberikan manfaat atau kurang bermanfaat sebagai sebuah cara
pandang terhadap sesuatu. Perbedaan anatar kualitatif dan kuantitatif ini dibedakan oleh
paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli pengikutnya. Banyak
tulisan telah membahas apa-apa saja yang membedakan antara keduanya.

a. Paradigma Penelitian Kuantitatif

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian
dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara
mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of
inquirytertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi
tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu
disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma
sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.

Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel


penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian
yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan
penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan
paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau
empiris (empiricist). Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik,
eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte,
Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur
fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada
indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat
bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat
ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah,
peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.

b. Paradigma Penelitian Kualitatif

Paradigma kualitatif bersifat induktif, yaitu pada ranah empirik melakukan amatan terhadap
fakta atau peristiwa untuk membentuk dan memodifikasi dalil serta menata dalil menjadi
teori pada ranah abstrak. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif
yaitu penelitian inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksi simbolik, perspektif
kedalam, etnometodologi, studi kasus, interpratatif, ekologis, dan deskriptif.[6]Secara lebih
sederhana Yunus (2009) membedakan bahwa penelitian berparadigma kualitatif menekankan
pada proses, sedangkan penelitian berparadigma kuantitatif menekankan pada produk. Sekali
lagi, pandangan tersebut memberi gambaran tegas perbedaan antara kualitatif dengan
kuantitatif. Salah satunya disajikan pada Tabel di bawah ini

Anda mungkin juga menyukai