Anda di halaman 1dari 7

Ferry Dwi Kurniawan: Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi

Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada


Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi
Ferry Dwi Kurniawan,1 Prasenohadi,2 Faisal Yunus2
1
2

SMF Pulmonologi RSUD dr. Zaenal Abidin / Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Aceh

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
RS Persahabatan Jakarta

Abstrak
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi mengakibatkan peningkatan mortalitas, morbiditas dan biaya kesehatan. Penggunaan
ventilasi noninvasif (NIV) berperan dalam menurunkan risiko mortalitas selama rawat inap, menurunkan risiko intubasi dan mempersingkat
lama perawatan. Ventilasi noninvasif (NIV) memberikan Positive End Expiratory Pressure (PEEP) secara ekstrinsik sehingga dapat mengatasi
PEEP intrinsik yang timbul akibat peningkatan jalan napas dan hiperinflasi dinamik. Penggunaan NIV perlu mempertimbangkan pemilahan
pasien, pemilihan jenis ventilator, pemilihan jenis sungkup, pengaturan ventilator, dan monitoring berdasarkan situasi dan kondisi yang ada.
Tinjauan pustaka ini akan membahas peranan dan penggunaan NIV dalam penatalaksanaan PPOK eksaserbasi. (J Respir Indo. 2014;
34: 53-9)
Kata kunci: PPOK, ventilasi noninvasif, PEEP.

Non Invasive Ventilation Role and Application


in Chronic Obstructive Pulmonary Disease Exacerbation
Abstract
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) exacerbation related to an increased risk of mortality, morbidity and health cost. Evidently,
non invasive ventilation (NIV) has a role in reducing risk of in-hospital mortality, intubation and length of stay. By providing Positive End
Expiratory Pressure (PEEP) extrinsicly, it could overcome the intrinsic PEEP which derived from increasing airway resistance and
dynamic hyperinflation. Patients selection, ventilator and mask availability, ventilator setting and monitoring, should be considered during NIV
application. This literature review will discuss NIV role and its application in COPD exacerbation. (J Respir Indo. 2014; 34: 53-9)
Key words: COPD, non-invasive ventilation, PEEP.

Korespondensi: dr. Ferry Dwi Kurniawan Sp.P


Email: ferrydwikurniawan@gmail.com; Hp: 08129472720

J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014

53

Ferry Dwi Kurniawan: Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi

sakit karena gagal napas akut terutama pada pasien

PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi berkaitan dengan peningkatan mortalitas,
morbiditas dan pembiayaan kesehatan. Angka kematian akibat PPOK eksaserbasi sangat tinggi mencapai
40 kematian/10.000 orang/hari pada 7 hari pertama
perawatan dan menurun hingga 5 kematian/10.000
orang/hari pada 3 bulan setelah eksaserbasi.1 Tingkat
mortalitas selama rawat inap sebesar 3-16% dan akan
meningkat hingga sekitar 24,5% bagi pasien yang
membutuhkan perawatan di instalasi perawatan intensif
(IPI).2 Dampak PPOK eksaserbasi berupa 715.000
rawat inap pada tahun 2005 di Amerika Serikat.3 Biaya
penatalaksanaan PPOK eksaserbasi merupakan yang
terbesar dari jumlah biaya penatalaksanaan PPOK
dengan jumlah biaya langsung rata-rata per pasien
sebesar $ 2.364.4 Biaya langsung ini berupa rawat
inap sebesar 58% serta biaya obat-obatan sebesar
32,2%, sedangkan biaya tidak langsung akibat PPOK

lanjut usia disertai dengan penyakit penyerta lebih


tinggi lagi hingga mencapai 50%, sedangkan yang
membutuhkan perawatan di IPI mencapai 11-26%.
Karakteristik gagal napas akut pada PPOK eksaserbasi
berupa hipoksemia berat, retensi CO2, dan asidosis.
Kapasitas pasien untuk menjaga pertukaran gas
serta perkembangan apakah pasien akan jatuh ke
dalam gagal napas akut tergantung pada derajat
berat penyebab, derajat disfungsi pada saat stabil
serta tergantung pada cadangan fisiologis pasien.
Ketidakimbangan ventilasi perfusi (V/Q mismatch)
sebagai penyebab hipoksemia merupakan akibat
peningkatan ruang rugi disertai dengan peningkatan
ventilasi yang tidak efektif.11
Patofisiologi yang melandasi gagal napas akut
pada pasien PPOK eksaserbasi, yaitu :
1. Peningkatan tahanan jalan napas
Pada PPOK, perlekatan alveolar yang menjaga

eksaserbasi berupa jumlah hari pasien tidak bekerja

saluran napas kecil agar tetap terbuka menghilang

serta kualitas hidup pasien yang menjadi terbatas.5-7

yang menyebabkan jalan napas menyempit dan

Penatalaksanaan PPOK ditujukan untuk mengu-

kolaps terutama saat ekspirasi. Pada orang normal,

rangi gejala dan risiko yang ditimbulkannya, dalam

ekspirasi terjadi secara pasif akibat tekanan intra-

hal ini maka penatalaksanaan PPOK eksaserbasi

pleura yang negatif, tetapi pada pasien PPOK

diarahkan untuk mengurangi dampak eksaserbasi

tekanan intrapleura menjadi positif saat ekspirasi.

dan mencegah eksaserbasi kian memburuk. Ventilasi

Saat ekspirasi terjadi peningkatan jalan napas karena

noninvasif (NIV) sebagai alat penunjang pernapasan

kompresi tekanan intrapleura positif di sekitar. Hal ini

merupakan salah satu komponen penatalaksanaan


PPOK eksaserbasi.8 Saat ini NIV telah digunakan
secara luas pada gagal napas akut dengan tingkat

menyebabkan jalan napas menjadi kolaps. Tekanan

keberhasilan hingga 80-85%. Penggunaan NIV mem-

karena tekanan alveolar (Palveolar) lebih tinggi daripada

beri banyak manfaat dibandingkan dengan metode

intraalveolar akan berpindah ke segmen yang kolaps


dan menyebabkan saluran napas terbuka kembali
tekanan pleura (Ppleura). Pada keadaan eksaserbasi

invasif dalam beberapa hal, tetapi tidak semua pasien

akut, jalan napas yang sudah menyempit dapat

PPOK eksaserbasi dapat diberikan NIV. Indikasi dan

diperberat oleh peningkatan sekret, pembengkakan

kontraindikasi penggunaan NIV disesuaikan dengan


kondisi pasien.10

mukosa, dan peradangan peribronkial. Hal ini menye-

MEKANIKA PERNAPASAN PADA PPOK


EKSASERBASI

babkan waktu yang dibutuhkan untuk pengosongan


paru menjadi lebih lama disertai dengan peningkatan
volume paru saat ekspirasi secara dinamis. Saat
eksaserbasi, pasien cenderung untuk bernapas cepat

Penyakit paru obstruktif kronik eksaserbasi


merupakan periode perburukan akut yang berdampak
pada status kesehatan, peningkatan kebutuhan rawat

dan dangkal yang akan membuat pengosongan paru

inap serta peningkatan morbiditas dan mortalitas.

2. Hiperinflasi dinamik

menjadi terbatas.12

Mortalitas PPOK eksaserbasi berkisar 4-30%, tetapi

Waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan

tingkat mortalitas pada pasien yang masuk ke rumah

paru pada peningkatan resistensi jalan napas akan

54

J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014

Ferry Dwi Kurniawan: Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi

lebih lama. Inspirasi berikutnya dapat terjadi sebelum

5. Hiperinflasi dinamik dan PEEPi merupakan faktor

ekspirasi selesai sehingga udara yang terperangkap

predisposisi pneumotoraks, pneumomediastinum

semakin banyak, mengakibatkan sistem pernapasan

dan pneumoperitoneum.

tidak bisa kembali ke volume relaksasi yang normal


saat akhir ekspirasi. Hal tersebut menyebabkan

KERJA PERNAPASAN DAN PEEP

kondisi istirahat yang baru dengan kapasitas residu

Obstruksi jalan napas menyebabkan alveolus

fungsional (KRF) yang lebih besar daripada volume

tetap terbuka saat ekspirasi. Hal tersebut menyebabkan

relaksasi (Vrel). Keadaan udara yang terperangkap

tekanan alveolar lebih besar daripada tekanan atmosfer.

inilah yang dinamakan hiperinflasi dinamik yang

Tanpa usaha inspirasi maka tekanan intrapleura akan

menyebabkan tekanan alveolar positif saat ekspirasi

sama dengan tekanan alveolar. Tekanan yang jauh

yang disebut sebagai positive end expiratory pressure

lebih negatif daripada PEEPi dibutuhkan agar udara

(PEEP) intrinsik. Pada awalnya, PEEPi ini bermanfat

dapat mengalir (Gambar 1a). Pemberian PEEP secara

dalam menjaga jalan napas tetap terbuka dan dapat

ekstrinsik (PEEPe) dapat mengurangi besar tekanan

mengurangi resistensi jalan napas. Namun PEEPi

negatif yang dibutuhkan sehingga udara dapat

memiliki beberapa kerugian, yaitu : 13


1. Peningkatan kerja pernapasan. Pernapasan saat
pasien PPOK mengalami eksaserbasi bergeser
mendekati kapasitas paru total (KPT) sebagai
akibat hiperinflasi dinamik. Walaupun hal ini

mengalir dan dapat mengurangi kerja pernapasan


(Gambar 1b). Pemberian PEEPe setidaknya setara
atau kurang dari PEEPi.13
VENTILASI NONINVASIF (NIV)

membuat aliran ekspirasi menjadi optimal, tetapi

Perbedaaan antara ventilasi mekanis dan

memaksa sistem pernapasan bekerja men-

NIV adalah pada penggunaan selang endotrakeal

dekati sisi mendatar pada kurva keteregangan

atau kanul trakeostomi. Dalam tinjauan pustaka ini,

paru. Tekanan yang lebih besar dibutuhkan, tetapi

NIV mengacu pada noninvasive positive pressure

hanya dapat meningkatkan volume paru berubah

ventilation (NPPV). Ventilasi tekanan positif ini meng-

sedikit saja. Dengan kata lain, tekanan intrapleura

gunakan sungkup atau alat penghubung yang meng-

harus lebih negatif agar paru dapat mengembang

hantarkan udara dari ventilator tekanan positif melalui

dan PEEPi menyebabkan tekanan intrapleura


harus lebih negatif lagi agar udara dapat mengalir.

jalan napas. Prinsip ventilasi tekanan positif adalah

2. Hiperinflasi dinamik menyebabkan paru bekerja


lebih berat. Hal tersebut menyebabkan otot pernapasan bekerja lebih pendek sehingga tidak
menguntungkan secara mekanis seperti otot
diafragma yang harus lebih bekerja ekstra. Ketika
diafragma mendatar saat hiperinflasi maka kemampuan diafragma untuk turun lagi menjadi terganggu.

hidung atau mulut sehingga udara dapat masuk ke


memberikan udara dengan tekanan positif atau di atas
tekanan atmosfer secara intermiten ke dalam jalan
napas sehingga tekanan transpulmoner meningkat
dan menyebabkan paru mengembang. Dalam hal ini,
ekspirasi terjadi secara pasif karena daya rekoil paru.14
Mekanisme kerja

3. Disfungsi jantung dapat disebabkan oleh PEEP

Pasien menggunakan sungkup nasal atau

yang berlebihan. Tekanan intratoraks yang me-

oronasal yang terhubung dengan ventilator standar

ningkat memicu penurunan curah jantung dan

atau ventilator dengan mode continous positive air-

penurunan keteregangan ventrikel kiri. Hiperinflasi

way pressure (CPAP) atau bilevel positive airway

dinamik juga meningkatkan resistensi kapiler


pulmoner karena kompresi kapiler alveolar.
4. Area paru yang mengalami hiperinflasi dapat

pressure (BiPAP). Ventilator tersebut memberikan


tekanan positif sehingga dapat mengatasi PEEPi
yang ditimbulkan karena obstruksi jalan napas dan
hiperinflasi dinamik yang terjadi pada pasien PPOK
eksaserbasi (Gambar 2). Dua jenis pilihan mode,

menekan area paru yang normal sehingga


mengganggu ventilasi perfusi.
J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014

55

Ferry Dwi Kurniawan: Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi

yaitu continous positive airway pressure (CPAP) dan

Tabel 1. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan NIV.

bilevel positive airway pressure (BiPAP). Tekanan

Indikasi
Sesak napas, frekuensi
napas>25x/menit

positif yang diberikan pada mode CPAP berupa


tekanan positif tunggal yang diberikan secara terus
menerus. Sementara itu, pada mode BiPAP, tekanan
positif yang diberikan yaitu inspiratory positive
airways pressure (IPAP) dapat dititrasi mulai dari
10 cmH2O hingga sekitar 15-20 cmH2O. Tekanan
positif ini akan membantu mengurangi kerja otot
pernapasan, dan memperbaiki ventilasi alveolar.
Saat ekspirasi, expiratory positive airways pressure
(EPAP) membantu pembukaan jalan napas sehingga
dapat membantu pengeluaran CO2.15,16
Manfaat NIV pada PPOK eksaserbasi
Sesuai dengan rekomendasi dalam pedoman
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD), NIV dapat digunakan dalam penatalaksaan
PPOK eksaserbasi yang bertujuan mengurangi mortalitas selama rawat inap. Beberapa penelitian menun-

Kontraindikasi
Henti napas atau jantung

Gangguan status mental yang


berat
PaCO2 > 45 mmHg ; pH 7,35 Trauma wajah
Obstruksi jalan napas atas
PaO2/FiO2 < 200
Hemodinamik yang tidak stabil
Sadar dan kooperatif
dengan atau tanpa angina
Tidak mampu menjaga
Penggunaan sungkup pas
menjaga jalan napas atau
dengan risiko tinggi aspirasi
Sekresi yang banyak sekali
Dikutip dari (8,11,13)
Penggunaan otot bantu napas

Tabel 2. Faktor prediktor kesuksesan penggunaan NIV.


Usia muda
Skor APACHE rendah
Kooperatif dengan skor neurologis yang baik
Mampu mengkoordinasikan pernapasan dengan ventilator
Tidak ada kebocoran
Gigi geligi lengkap
Penggunaan sungkup hiperkarbia (PaCO2 > 45 mmHg; <92
mmHg)
Asidosis namun tidak berat (pH <7,35; >7,10)
Pertukaran gas membaik disertai penurunan frekuensi napas
dalam 2 jam pertama

jukkan manfaat penggunaan NIV, seperti mengurangi

Dikutip dari (15)

risiko intubasi serta memperbaiki asidosis respiratorik.


Sesuai dengan rekomendasi GOLD, NIV dapat digunakan apabila pH darah <7,35. Penggunaan ven-

Pasien dengan status neurologik yang baik, pasien yang

tilator mekanis meningkatkan risiko terjadi ventilator

mampu mempertahankan jalan napas, serta pasien

associated pneumonia (VAP) sebesar 30% dan angka

yang belum mengalami gangguan keseimbangan asam

kematian akibat infeksi sebesar >50% yang dapat

basa yang berat atau gangguan pertukaran gas yang

diturunkan dengan penggunaan NIV. Penggunaan

berat tentu akan lebih baik.8,11,13, 15

NIV menurunkan risiko mortalitas selama rawat inap


sebesar 55% dibandingkan terapi standar. Penggunaan

Pengaturan ventilator

NIV juga menurunkan risiko intubasi sebesar 65%

Tujuan penggunaan NIV sama seperti ventilasi

dibandingkan terapi standar. Penggunaan NIV mengu-

mekanis, yaitu memperbaiki pertukaran gas. Namun,

rangi lama perawatan selama 1,9 hari.17

dalam menggunakan NIV perlu dioptimalkan kenya-

Pemilahan pasien

manan pasien serta meninjau gejala dan tanda apakah


terdapat perbaikan. Hal ini karena NIV menggunakan

Sukses atau tidaknya penggunaan NIV dalam

rancangan sirkuit terbuka sehingga sukses atau tidak-

penatalaksanaan PPOK eksaserbasi berkaitan dengan

nya terapi sangat tergantung dengan kerjasama

ketrampilan tenaga medis memilah pasien yang akan

dan penerimaan pasien. Pada penggunaan jangka

diuntungkan dengan penggunaan NIV (Tabel 1).

pendek, pemilihan mode yang dapat membatasi

Proses pemilahan ini tergantung karakteristik pasien,

tekanan lebih disukai dibandingkan mode yang dapat

riwayat penyakit serta risiko kegagalan penggunaan

membatasi volume karena lebih nyaman. Apabila

NIV. Beberapa penelitian mengungkapkan beberapa

terjadi ketidaksinkronan antara pasien dengan ven-

faktor prediktor kesuksesan penggunaan NIV (Tabel 2).

tilator maka hal tersebut dapat dicegah dengan

56

J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014

Ferry Dwi Kurniawan: Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi

menggunakan mode yang dapat membatasi waktu


inspirasi maksimal sebagai contoh mode pengontrol
tekanan. Tekanan insiprasi pada awal penggunaan
dapat diatur rendah sebesar 8-10 cmH2O dan dapat
ditingkatkan 2-5 cmH2O bila ditoleransi dengan baik.
Tekanan ekspirasi biasanya diatur sekitar 4-5 cmH2O
untuk memastikan aliran adekuat dengan ventilator
bilevel serta untuk mengatasi PEEPi yang dialami
pasien PPOK. Saat melakukan pengaturan tekanan
ekspirasi maka pengaturan tekanan inspirasi pun
harus dilakukan secara bersamaan apabila tingkat
tekanan yang diharapkan konstan. Tenaga medis
diharapkan dapat menyesuaikan dengan cara titrasi
sehingga didapatkan pengaturan yang optimal. 15,18,19
Monitoring
Monitoring perlu dilakukan selama penggunaan NIV (Tabel 4). Monitoring mempunyai dua peran
yaitu sebagai alat keamanan dan sebagai informasi

Tabel 3. Perbandingan ventilator perawatan intensif dan ventilator


bilevel.
Ventilator perawatan Ventilator
intensif
bilevel
Tekanan inspirasi
++
++
Toleransi terhadap kebocoran
+
++
Variasi mode
++
+
Alarm
++
+
Kemampuan monitoring
++
+
Baterai
+
Campuran dengan O2
++
Ringkas
+
++
Dikutip dari (18)
Variabel

Tabel 4 . Monitoring penggunaan NIV.


Variabel
Deskripsi
Subjektif penderita Kenyamanan pasien terhadap penggunaan
sungkup, setelan ventilator, serta distress
pernapasan.
Pemeriksaan fisis Frekuensi pernapasan, tanda vital, serta
penggunaan otot bantu napas
Ventilator
Kebocoran udara, tekanan yang adekuat,
PEEP yang adekuat, volume tidal (5 -7 ml/
kg BB), serta sinkronisasi ventilator pasien
Pertukaran gas
Oksimetri, analisis gas darah 1-4 jam
setelah penggunaan NIV atau
setelah 1 jam setelah perubahan setelan
ventilator.
Lokasi
Ruang rawat intensif atau ruang rawat biasa

untuk optimalisasi hasil. Monitoring tanda vital dan

Dikutip dari (19)

otot bantu napas dapat segera dilakukan. Saturasi


O2 dijaga >92% untuk mencegah bahaya hipoksia

Protokol penggunaan ventilasi noninvasif

dan hiperkapnia yang memberat karena gangguan

Berikut ini merupakan protokol penggunaan

rasio ruang rugi/volume tidal (VD/VT). Analisis gas

NIV, tetapi langkah-langkah tersebut hendaknya

darah perlu diperiksa pada saat sebelum dan 1-4

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada,

jam setelah penggunaan NIV. Analisis gas darah

yaitu:15,19-21

juga perlu dilakukan setidaknya dalam waktu 1 jam

1. Tempatkan alat-alat untuk monitoring seperti ok-

setelah perubahan pengaturan ventilator.15,19,20

simetri, pengukur nadi, tekanan darah, frekuensi


napas.

Komplikasi
Kejadian yang tidak diharapkan dalam peng-

2. Pasien dapat duduk di kursi atau tempat tidur


dengan posisi >30 derajat.

gunaan NIV berkaitan dengan sungkup dan tekanan

3. Pilih dan pasangkan penghubung.

aliran positif. Kejadian yang banyak dilaporkan adalah

4. Pilih mode ventilator yang sesuai.

ulserasi dan eritema hidung. Hal ini dapat dicegah

5. Pasangkan sungkup, hindari pemasangan yang

dengan dengan mengurangi tekanan tali sungkup atau

terlalu ketat, anjurkan pasien untuk memegang

menggunakan kulit imitasi pada area tersebut. Kejadian

sungkup.

lain yang lebih jarang, yaitu klaustrofobia, iritasi mata,


nyeri sinus, dan distensi lambung. Komplikasi mayor

6. Hubungkan penghubung dengan ventilator dan


sungkup, hidupkan ventilator.

(5%) yang berkaitan dengan penggunaan NIV adalah

7. Mulailah dengan tekanan/volume yang rendah

hipotensi, aspirasi dan pneumotoraks. Pemahaman dan

dalam mode yang menunjang pemicuan napas

pengenalan komplikasi penggunaan NIV adalah wajib

spontan dengan tunjangan frekuensi napas,

sehingga tindakan intervensi ataupun penghentian

batasi tekanan inspirasi 8-12 cmH2O, ekspirasi

penggunaan NIV dapat segera dilakukan.21,22

3-5 cmH2O, batasi volume 10 ml/kgBB.

J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014

57

Ferry Dwi Kurniawan: Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi

12. Pertimbangkan penggunaan sedasi ringan pada


pasien yang mengalami agitasi (lorazepam 0,5
mg iv).
13. Periksa kembali, sesuaikan kembali sesuai kebutuhan, dan bimbing pasien kembali.
14. Monitor analisis gas darah (1-2 jam sesuai
kebutuhan).
KESIMPULAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi mengakibatkan peningkatan mortalitas, morbiditas dan biaya kesehatan. Patofisiologi yang melandasi gagal napas akut pada pasien PPOK eksaGambar 1. Efek PEEPi terhadap kerja pernapasan (a) dan efek
penambahan PEEPe terhadap kerja pernapasan (b).
Dikutip dari (13)

serbasi adalah peningkatan tahanan jalan napas dan


hiperinflasi dinamik yang berkaitan dengan PEEP
intrinsik. Tekanan positif yang diberikan NIV dapat
mengurangi kerja otot pernapasan, memperbaiki ventilasi alveolar, serta membantu mengurangi pengeluaran CO2. Peranan NIV yaitu menurunkan mortalitas
selama rawat inap, menurunkan risiko untuk intubasi,
dan mempersingkat lama rawat inap pada pasien
dengan PPOK eksaserbasi. Pertimbangan pemilahan
pasien, pemilihan jenis ventilator, pemilihan jenis
sungkup, pengaturan ventilator serta monitoring disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suissa S, DellAniello S, Ernst P. Long-term natural history of COPD: severe exacerbations and
mortality. Thorax. 2012. [Cited August 27 2012].
Available

Gambar 2. Prinsip kerja NIV.

from

http://thorax.bmj.com/content/

early/ 2012/06/07/thoraxjnl-2011-201518.full.
Dikutip dari (16)

2. Ai-Ping C, Lee KH, Lim TK. In-hospital and 5-year

8. Tingkatkan tekanan inspirasi secara bertahap

mortality of patients treated in the ICU for acute

10-20 cmH2O atau volume tidal 10-15 ml/kgBB

exacerbation of COPD: a retrospective study.

selama dapat ditoleransi dengan baik untuk meng-

Chest. 2005;128(2):518-24.

hilangkan sesak, menurunkan frekuensi napas,

3. Brown DW, Croft JB, Greenlund KJ, Giles WH.

meningkatkan volume tidal dan sinkronitas yang

Trends in hospitalization with COPD-United States,

baik antara pasien dengan ventilator.

1990-2005. COPD. 2010;7(1):59-62.

9. Berikan O2 sesuai yang dibutuhkan untuk menjaga


saturasi O2 >90%.

4. Fletcher MJ, Upton J, Taylor-Fishwick J, Buist


SA, Jenkins C, Hutton J, et al. COPD uncovered:

10. Periksa kebocoran, sesuaikan kembali tali sungkup.

an international survey on the impact of COPD

11. Tambahkan pelembab (humidifier) sesuai dengan

on a working age population. BMC Public Health.

indikasi.
58

2011;11:612.

J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014

Ferry Dwi Kurniawan: Peranan dan Penggunaan Ventilasi Noninvasif pada Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi

5. Miravitlles M, Murio C, Guerrero T, Gisbert R.


Pharmacoeconomic evaluation of acute exacerbations of chronic bronchitis and COPD. Chest.
2002;121:1449-55.
6. Mannino DM, Braman S. The epidemiology
and economics of COPD. Proc Am Thorac Soc.
2007;4(7):502-6.
7. Anzueto A. Impact of exacerbations on COPD.
Eur Respir Rev. 2010;19:113-8.
8. Vestbo J, Hurd SS, Agusti AG, Jones PW, Vogelmeier C, Anzueto A, et al. Global strategy for
diagnosis management & Prevention of GOLD
executive the COPD: GOLD excutive summary.
Am J Respir Crit Care Med. 2012. [cited August
27, 2012]. Available http://ajrccm.atsjournals.org/
content/early/2012/07/25/rccm.2012040596PP.full.
pdf+html.
9. Rabe KF, Hurd S, Anzueto A, Barnes PJ, Buist
SA, Calverley P, et al. Global strategy for the
diagnosis, management,& prevention of COPD:
GOLD executive summary. Am J Respir Crit
Care Med. 2007;176:532-55.

Pathophysiology of dyspnea in COPD: a roundtable.


Proc Am Thorac Soc. 2007;4:145-68.
13. Reddy RM, Guntupalli KK. Review of ventilatory
techniques to optimize mechanical ventilation
in acute exacerbation of COPD. Int J Chron
Obstruct Pulmon Dis. 2007;2(4):441-52.
14. Nowak R, Corbridge T, Brenner B. Noninvasive
ventilation. Proc Am Thorac Soc. 2009;6:367-70.
15. Mehta S, Hill NS. Noninvasive ventilation. Am J
Respir Crit Care Med. 2001;163:540-77.
16. Gershman AJ, Reddy AJ, Budev MM, Mazzone
PJ. Does noninvasive positive pressure ventilation
have a role in managing hypercapnic respiratory
failure due to an acute exacerbation of COPD?
Clev Clin J of Med. 2008;75(6):458-61.
17. Quon BS, Gan WQ, Sin DD. Contemporary management of AECOPD: a systematic review and
metaanalysis. Chest. 2008;133:756-66.
18. Liesching T, Kwok H, Hill NS. Acute applications
of noninvasive positive pressure ventilation. Chest.
2003;124;699-713.
19. Elliot MW, Ambrosino N. Where to perform NIV?
Eur Respir J. 2002;19:1159-6.

10. Honrubia T, Lopez FJG, Franco N, Mas M,

20. Hess DR. The evidence for NPPV in the care

Guevara M, Daguerre M, et al. NIV vs conventional

of patients in acute respiratory failure: a syste-

mechanical ventilation in acute respiratory failure:

matic review of the literature. Respir Care. 2004;

a multicenter, randomized controlled trial. Chest.

49(7):810-29.

2005;128:3916-24.
11. Ambrosino N, Vagheggini G. NIV in exacerbations
of COPD. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis.
2007:2(4):471-6.
12. ODonnell DE, Banzett RB, Carrieri-Kohlman V,
Casaburi R, Davenport PW, Gandevia SC, et al.

J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014

21. Plant PL, Currie GP. Non-invasive ventilation. In:


Currie GP editor. ABC of COPD. 2nd ed. Oxford:
Wiley-Blackwell; 2011.p.59-63.
22. Rogayah R, Fitriani F, Rasmin M. Ventilasi noninvasive (Non-invasive ventilation/ NIV). J respir
Indo. 2009;29 (3):151 7.

59

Anda mungkin juga menyukai