Anda di halaman 1dari 13

Uji Latih Jantung Paru

 Pemeriksaan uji latiih jantung paru digunakan untuk


menetapkan mekanisme terjadinya keterbatasan pada
Latihan ( jantung, paru, otot, darah) dan deteksi dini
penyakit
 Dapat juga untuk menetapkan kapasitas aerobic yang
tidak dapat dihitung pada keadaan istirahat
 Pemeriksaan Uji latih jantung paru menghitung ambilan
oksigen (VO2), Pengeluaran karbondioksida (VCO2) dan
ventilasi semenit (VE)
 Selama Uji latih, dilakukan juga pemantauan EKG 12
sadapan, Pengukuran tekanan darah dan Pulse oximeter,
untuk mengetahui lebih rinci pertukaran gas dapat
dilakukan pengambilan AGD.
Metodologi dan Protokol
1. Jentera Lari
 Bruce
 Balke
 Astrand
 Noughton
 Elestad

2. Sepeda Ergometer
 Incremental
 Ramp atau Triangular
Pengukuran

 VO2 Max atau VO2 Peak Aerobik


Merupakan indeks yang paling baikuntuk menunjukan kapasitas Latihan
fungsional. Penurunan VO2 Max menggambarkan ada masalah oxygen
delivery ( jantung, sirkulasi sistemik, sirkulasi paru, darah) dan atau
kelainan perifer ( pengurangan penggunaan oksigen atau disfungsi otot)
 Anaerobic Threshold ( Ambang Anaerobik/ AT) atau disebut Ambang
laktat
Terjadi saat metabolism anaerobic menyokong pembentukan tenaga
yang tidak dapat lagi dibentuk secara aerobic sepenuhnya.
 Respon denyut nadi
Evaluasi terhadap peningkatan denyut nadi dapat
mengestimasi tingkatan curah jantung yang dicapai selama
uji latih.
 Breathing ( ventilatory) Reserve (BR)
 Pertukaran Gas Paru
Penggunaan Klinik Uji Latih Paru
Jantung
Berguna untuk evaluasi dispneu dengan penyebab yang tidak
jelas, terutama jika
 spirometry tidak mendukung,
 dispneu tidak sesuai dengan hasil uji,
 terlibatnya paru dan jantung sebagai penyebab,
 keterlibbatan factor psikologis dan
 berat badan yang berlebih
 Pada PPOK
Secara objektif amat berperan untuk menetapkan kapasitas
Latihan, keterbatasan terhadap olahraga, untuk
menentukan factor lain yang menyebabkan keterbatasan
( penyakit jantung dan pembuluh darah yang tersembunyi,
kegemukan, factor psikologis dan keadaan kebugaran yang
menurun)
Untuk evaluasi hasil intervensi dan komponen yang berespon
terhadap olahraga, terutama yang berhubugan dengan
pengurangan sesak dan peningkatan toleransi terhadap
olahraga.
 Pada ppok , Acute dynamic hyperinflation, merupakan faktor
terpenting penyebab terjadinya disfungsi otot pernafasan , sesak
nafas dan penurunan tampilan saat olahraga. Pemberian
bronkodilator dapat mengurangi acute dynamic hyperinflation dan
meningkatkan kemampuan Latihan fisik.
 Pada ILD
 Secara dini menentukan adanya gangguan pertukaran gas paru dalam tingkatan yang
masih ringan, yang tidak dapat diketahui dari periksaan rutin
 Secara objektif menetukan kapasitas fungsional yang tidak ditentukan pada uji fungsi
paru dalam keadaan statis
 Mengevaluasi factor factor yang secara potensial dapat menyebabkan terjadinya
keterbatasan Latihan fisik ( desaturase arteri, kelainan sirkulasi, dispneu, disfungsi
ventilasi, deconditioning dll)
 Mengetahui nilai hipoksia arteri yang terjadi saat Latihan fisik
 Uji latih jantung paru telah banyak dilakukan.
Penggunannya amat bermanfaat untuk menunjang
diagnosis dan evaluasi berbagai penyakit yang mengenai
paru, jantung, pembuluh darah dan lainnya.
 Masalah yang dihadapi adalah dibutuhkannya satu kriteria
standar, metodologi, protocol, nilai rujukan yang dapat
diterima oleh semua disiplin ilmu.

Anda mungkin juga menyukai