1
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
RSUP Dr. M. Djamil, Padang
Abstrak
Cardiopulmonary exercise testing (CPET) merupakan uji yang sensitif dan non-invasif untuk
menilai fungsi kardiorespirasi, fisiologi pernafasan kapasitas fungsional, dan toleransi aktivitas, dan berperan
dalam menentukan diagnosis serta keputusan klinis pasien. Cardiopulmonary exercise testing semakin banyak
digunakan dalam spektrum aplikasi klinis yang luas untuk evaluasi intoleransi olahraga yang tidak terdiagnosis
dan gejala terkait olahraga, dan untuk penentuan objektif kapasitas fungsional dan gangguan kardiorespirasi.
Pemeriksaan CPET amat baik untuk evaluasi intervensi terapi dan komponen lain yang berespon terhadap
aktivitas atau olahraga, terutama yang berhubungan dengan keluhan sesak dan peningkatan toleransi terhadap
olahraga, serta menilai keterbatasan sirkulasi dan kelainan gangguan pertukaran gas.
1
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Cardiopulmonary exercise testing merupakan
uji yang sensitif dan non-invasif untuk menilai fungsi Pemeriksaan CPET atau uji latih jantung
kardiorespirasi, fisiologi kapasitas fungsional, dan paru dengan mengambil ambilan oksigen (VO 2),
toleransi aktivitas, dan berperan dalam menentukan pengeluaran karbondioksida (VCO2), dan ventilasi
diagnosis serta keputusan klinis pasien.1 Keluhan semenit (VE). Selama pemeriksaan dilakukan juga
sesak sewaktu beraktivitas atau berolahraga pemantauan elektrokardiogram (EKG) 12 sadapan,
terdapat pada beberapa kondisi dan penyakit. Saat pengukuran tekanan darah dan saturasi oksigen
ini CPET atau uji latih jantung paru dapat digunakan dengan pulse oximeter, untuk mengetahui lebih rinci
untuk evaluasi dan diagnostik kelainan yang terjadi terjadinya pertukaran gas dapat dilakukan
dengan cara menetapkan mekanisme terjadinya pemeriksaan analisis gas darah arteri (AGDA).1
keterbatasan pada aktivitas atau latihan (jantung, Meskipun pemeriksaan fungsi
paru, darah, otot), deteksi dini penyakit, dan kardiopulmoner statik memberikan informasi
menetapkan kapasitas aerobik yang tidak dapat penting, namun bukanlah prediksi yang baik bagi
dihitung pada keadaan istirahat.2 kemampuan saat latihan fisik, dengan alasan pada
Awalnya CPET digunakan di bidang olahraga pemeriksaan spirometri saat istirahat hanya menilai
untuk menentukan ambang kebugaran aerobik dan kemampuan kapasitas ventilasi, tetapi bukan
anaerobik pada atlet, kini semakin banyak kebutuhan ventilasi saat latihan fisik. Beberapa
digunakan di bidang kesehatan selama lebih dari 20 penelitian pada penderita penyakit paru obstruktif
tahun, juga digunakan untuk penilaian diagnostik kronik (PPOK) menunjukkan terdapat hubungan
pasien dengan keluhan sesak yang tidak diketahui antara VEP1 dengan VO2 maksimal.2
sebabnya, penilaian penyakit pernapasan atau Secara umum, CPET digunakan pada
kardiovaskular atau untuk penilaian prabedah penyakit paru-paru untuk menegakkan diagnosis,
sebelum operasi elektif besar.3 menentukan prognosis, memilih pengobatan,
Sejak tahun 2008, jumlah departemen di menilai respon pengobatan, dan tindak lanjut.
Rumah Sakit Royal Wolverhampton NHS Inggris, Indikasi untuk CPET pada penyakit paru-paru kronis
penggunaan CPET telah meningkat sebesar 40%, meliputi berikut ini. 1) Evaluasi keadaan dispnea
dan lebih dari 15.000 CPET sekarang dilakukan saat beraktivitas dan toleransi olahraga terbatas; 2)
setiap tahun di Inggris. Jumlah penggunaan CPET Evaluasi pra operasi (misalnya operasi reseksi
di Departemen Pulmonologi di Inggris, meningkat paru-paru, tindakan bedah jantung atau paru dan
sebesar 81% antara tahun 2005 dan 2015 dengan bronkoskopi); 3) Indikasi dan resep rehabilitasi
perkiraan peningkatan tahunan sebesar 8% per paru; 4) Menilai fungsi paru, prognostik, dan
tahun. Cardiopulmonary exercise testing secara respons terhadap evaluasi pengobatan pada subjek
rutin dilakukan pada pasien dewasa dan anak-anak, dengan PPOK, hipertensi pulmonal, penyakit
di laboratorium pulmonologi atau kardiologi, dan pembuluh darah paru, penyakit paru interstisial atau
semakin banyak dilakukan di departemen anestesi kistik fibrosis; 5) Penilaian desaturasi yang diinduksi
atau unit penilaian prabedah.3 oleh olahraga dan mekanisme yang mendasarinya.4
Cardiopulmonary exercise testing semakin Pemeriksaan CPET memiliki kontraindikasi,
banyak digunakan dalam spektrum aplikasi klinis terdiri dari kontraindikasi absolut dan relatif.
yang luas untuk evaluasi intoleransi olahraga yang Kontraindikasi absolut: 1) Kondisi kardiovaskular
tidak terdiagnosis dan gejala terkait olahraga, dan yang tidak terkontrol dan tidak stabil (contoh : infark
untuk penentuan objektif kapasitas fungsional dan miokard akut); 2) Kondisi pernapasan yang tidak
gangguan kardiorespirasi. Penggunaan CPET terkontrol (emboli paru, edema paru berat, asma
dalam manajemen pasien meningkat dengan yang tidak terkontrol); 3) Kondisi non-kardiorespirasi
pemahaman bahwa tes fungsi paru dan jantung tidak terkontrol yang mempengaruhi atau
istirahat tidak dapat dipercaya memprediksi kinerja diperburuk oleh olahraga (misalnya infeksi, gagal
latihan dan kapasitas fungsional dan, lebih jauh lagi, ginjal, tirotoksikosis, perdarahan akut, kelainan
status kesehatan secara keseluruhan berkorelasi elektrolit); 4) Kehamilan berisiko
lebih baik dengan toleransi latihan daripada dengan Kontraindikasi relatif: 1) Saturasi oksigen
pengukuran istirahat. istirahat (SpO2) 85% pada udara ruangan
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
2
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
3
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
dari kapasitas latihan pasien dan yang bermakna elevasi meningkat 1 derajat setiap 1 menit.
informasi diberikan kepada dokter yang merujuk.3 Peningkatan beban yang kecil ini dapat lebih
diterima oleh penderita penyakit jantung yang
sedang maupun berat. Beberapa pusat
pemeriksaan CPET ini telah melakukan modifikasi
baik kecepatan maupun elevasi tergantung keadaan
pasien.2
• Tingkat 1, kecepatan 1,7 mph, elevasi 10 derajat. 1. Fase pemeriksaan: selama fase
• Tingkat 2, kecepatan 2,5 mph, elevasi 12 derajat. pemeriksaan, pasien dipasangkan alat dan
• Tingkat 3, kecepatan 3,4 mph, elevasi 14 derajat. terhubung ke computer dan memastikan
• Tingkat4, kecepatan 4,2 mph, elevasi 16 derajat. tidak ada masalah di perangkat baik
perangkat lunak (software) atau perangkat
Protokol Balke saat ini dianggap terbaik keras (hardware).
karena sederhana, praktis, dan mudah dilakukan. 2. Fase istirahat: terjadi saat istirahat, semua
Pada protokol ini kecepatan tetap 3,3 mph dan parameter direkam saat tanpa aktivitas,
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
4
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
Durasi pada fase ini harus tidak kurang dari 2. Ambang Anaerobik atau Ambang Laktat
8 menit dan tidak lebih dari 12 menit untuk
memastikan pasien tidak berhenti karena Dapat menilai kadar asam laktat darah arteri
beban kerja yang berlebihan dan untuk secara invasif atau pertukaran gas ventilasi secara
mengurangi kemungkinan pasien berhenti non-invasif karena terjadi aktivitas saat pemeriksaan
karena sesuatu selain gejala keterbatasan terjadi metabolism anaerobik menyokong
(misalnya, pasien bosan atau mengeluh pembentukan tenaga yang tidak dapat lagi dibentuk
nyeri sendi). secara aerobik sepenuhnya, secara otomatis terjadi
peningkatan asam laktat dan memicu terjadi
5. Fase pemulihan: selama fase pemulihan, asidosis metabolik. pustaka
beban dikurangi dan variabel terus dipantau 3. Fungsi Kardiovaskuler
untuk mengukur kemampuan pasien untuk
pulih dari Latihan, disarankan pada fase Pengukuran yang paling baik untuk
pemulihan dilakukan setelah target tercapai, mengevaluasi fungsi jantung selama latihan adalah
pemanasan dibolehkan untuk memastikan mengukur besarnya cardiac output. Peningkatan
aliran balik vena dan pemulihan otot yang curah jantung dimulai dengan peningkatan volume
tepat. sekuncup dan denyut nadi, hal yang dinilai dalam
pengukuran CPET ini adalah Heart Rate Reserve
(HRR) yaitu perbedaan maksimal predileksi umur
dengan denyut jantung maksimal yang dicapai
selama pemeriksaan CPET. pustaka
5
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
Perekaman EKG untuk menilai adanya Pasien dapat makan dan minum seperti
iskemia atau gangguan irama jantung dilakukan biasa setelah pemeriksaan.
selama pemeriksaan ini. Monitor tekanan darah juga Pasien juga harus diberitahu bahwa jika
perlu dilakukan, dimana diperiksa setiap 2 menit pergi ke rumah sakit terdekat jika mereka
selama pemeriksaan. mulai mengalami nyeri dada yang
4. Breathing Reserve berlangsung lebih dari 10 menit.
Konsep ini digunakan untuk menunjukkan
keterbatasan ventilasi selama pemeriksaan CPET,
menggambarkan hubungan antara maximal
Penggunaan Klinis Pemeriksaan CPET
voluntary ventilation (MVV) dan ventilasi maksimal
(VE max) yang dapat diketahui selama pemeriksaan Penggunaan klinis pemeriksaan CPET yang
(VE/MVV). Hasil pemeriksaan breathing reserve terpadu berguna untuk evaluasi gejala sesak
menunjukkan keterbatasan ventilasi selama dengan penyebab yang tidak jelas (unexplained
pemeriksaan. pustaka dyspnea) terutama jika pemeriksaan spirometri tidak
memberikan hasil yang mendukung, gejala sesak
yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan,
5. Pertukaran Gas Paru
keterlibatan masalah jantung dan paru sebagai
Parameter ini dibagi berdasarkan yang penyebab, keterlibatan faktor psikologis, dan berat
invasif (Analisis Gas Darah Arteri/ AGDA) atau non- badan yang berlebih. pustaka
invasif dengan mengukur kadar oksigen dengan
Pada penyakit jantung kronik pengukuran
pulse oxymetri. Pengukuran kadar saturasi oksigen
VO2 maksimal dan ambang anaerobic merupakan
ini dipakai untuk mengukur perbedaan tekanan
status fungsional yang objektif, menilai respon
oksigen alveolar dan arteri (P(A-a)O 2) dan ruang
terhadap terapi, penting untuk memberikan
rugi fisiologis terhadap volume tidal (VD/VT). VD/VT
pemeriksaan CPET ini sebagai terapi rehabilitasi
ditetapkan dengan menggunakan endtidal PCO 2.
untuk penyakitnya. Secara objektif pada PPOK
pustaka
berperan untuk menetapkan kapasitas latihan,
mengetahui keterbatasan saat berolahraga,
menentukan faktor lain yang menyebabkan
Perbedaan tekanan oksigen alveolar dan keterbatasan terhadap aktivitas (penyakit jantung
arteri (P(A-a)O2) biasanya menggambarkan dan pembuluh darah yang tersembunyi,
ketidaksesuaian V/Q (mismatching), tetapi bisa juga kegemukan, faktor psikologis). Faktor terpenting
terjadi karena kelainan difusi, pirau anatomik, dan pada PPOK penyebab terjadinya disfungsi otot
penurunan saturasi oksigen darah vena campuran pernafasan , sesak nafas dan penurunan tampilan
(shunt effect). Kegagalan VD/VT menurun secara saat olahraga. Pemberian bronkodilator dapat
normal pemeriksaan merupakan indikasi adanya mengurangi acute dynamic hyperinflation dan
kelainan V/Q yang disebabkan peningkatan dari meningkatkan kemampuan latihan fisik. pustaka
ruang rugi fisiologis (wasted ventilation). Interpretasi
hasil dari pemeriksaan CPET ini digambarkan dalam Cardiopulmonary exercise testing pada
bentuk grafik. Terdapat hubungan antara hasil Penyakit Paru Intersisial (Interstitial Lung Disease),
pemeriksaan dengan status klinis pasien, seperti secara dini dapat menentukan adanya gangguan
umur, tinggi badan, berat badan, dan jenis kelamin. 2 pertukaran gas paru dalam tingkatan yang masih
ringan, yang tidak dapat diketahui dari periksaan
Setelah menyelesaikan tes latihan, saran
rutin. Secara objektif menetukan kapasitas
pencegahan berikut harus disampaikan kepada
fungsional yang tidak ditentukan pada uji fungsi paru
pasien sebelum meninggalkan tempat latihan:9
dalam keadaan statis. Evaluasi faktor faktor yang
Untuk tidak mandi air panas setidaknya secara potensial dapat menyebabkan terjadinya
selama 1 jam berikutnya, karena pembuluh keterbatasan latihan fisik (desaturasi arteri, kelainan
darah melebar setelah berolahraga; mandi sirkulasi, dispneu, disfungsi ventilasi) dan
air panas dapat melemahkan ini lebih lanjut mengetahui nilai hipoksia arteri yang terjadi saat
menyebabkan kemungkinan penurunan latihan fisik
tekanan darah yang dapat menyebabkan
pusing dan risiko jatuh Interpretasi Pemeriksaan CPET
Untuk beristirahat lebih jauh di ruang tunggu Strategi dasar untuk interpretasi hasil CPET
jika mereka ingin melakukannya sebelum puncak dimulai dengan pertimbangan informasi
meninggalkan tempat pemeriksaan pasien dan alasan untuk pengujian dan dengan
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
6
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
analisis VO2 max dan selanjutnya penilaian Penentu keterbatasan fisiologis dicapai
simultan denyut nadi/ heart rate, Volume Ekspirasi, dengan analisis cadangan ventilasi (VE/MVV) dan
dan SaO2. Anaerobic Threshold (AT) atau Ambang cadangan denyut jantung (HRR).
anaerobik mungkin membantu pada saat ini.10
Gambar 4. Strategi dasar untuk interpretasi hasil Cardiopulmonary Exercise Testing (CPET) keterangan gambar ?
Data yang diperoleh dari tes CPET tidak 4. Apakah fungsi ventilasi / mekanisme
ditafsirkan secara terpisah. Sebaliknya, respirasi berkontribusi terhadap
interpretasinya harus terintegrasi dimana hasil keterbatasan latihan ?
CPET dengan riwayat pasien, temuan klinis dan 5. Apakah pertukaran gas pulmonal (kejadian
investigasi lainnya. Selain data yang diperoleh hipoksemia, insufisiensi ventilasi)
langsung dari CPET, umpan balik dari pasien, berkontribusi terhadap keterbatasan
termasuk alasan penghentian latihan, dapat latihan ?
berguna dalam mengevaluasi keterbatasan latihan. 4 6. Apakah ada tanda asidosis metabolik dini
saat melakukan latihan fisik ?
Analisis interpretasi pemeriksaan CPET yang dapat
diperhatikan adalah : pustaka Berdasarkan daftar pertanyaan diatas dapat
membantu menyimpulkan keadaan klinis pada
1. Apakah kapasitas aerobik (VO2 max/VO2
pasien yang dapat ditunjukkan pada Tabel 1 dan
puncak normal ?
dapat dihubungkan dengan profil status klinis
2. Apakah laju metabolik normal saat latihan ?
pasien (jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,
3. Apakah fungsi kardiovaskular berkontribusi
diagnose klinis, Riwayat pengobatan, dan alasan
terhadap keterbatasan latihan ?
dilakukan pemeriksaan.4
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
7
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
Gambar 5. Algoritma untuk menilai usaha maksimal dan penyebab keterbatasan saat latihan keterangan gambar ?
Dikutip dari (1
8
Septriana Putri : Cardiopulmonary Exercise Testing: Referat
diagnosis dan evaluasi berbagai penyakit yang Conduct, and Physiological Interpretation. Br
berhubungan dengan paru, jantung, pembuluh J Anaesth 2018;120:484–500.
darah. Pemeriksaan CPET dapat menetapkan
toleransi terhadap latihan fisik, sekaligus 7. American Thoracic Society, American
menentukan proses patofisiologi yang College of Chest Physicians. ATS/ACCP
menyebabkan keterbatasan terhadap pemeriksaan statement on cardiopulmonary exercise
CPET.2 testing. Am J Respir Crit Care Med
2003;167:211–77.
Pemeriksaan CPET amat baik untuk
evaluasi intervensi terapi dan komponen lain yang 8. Sylvester KP, Clayton N, Cliff I, et al. ARTP
berespon terhadap aktivitas atau olahraga, terutama statement on pulmonary function testing
yang berhubungan dengan keluhan sesak dan 2020. BMJ Open Resp Res 2020;7:1-26.
peningkatan toleransi terhadap olahraga. Serta
menilai keterbatasan sirkulasi dan kelainan 9. Porszasz J, Stringer W, Casaburi R, et al.
gangguan pertukaran gas. Masalah yang dihadapi Equipment, measurements and quality
adalah dibutuhkannya satu kriteria standar, control. In: Palange P, Laveneziana P, Neder
metodologi, protokol, dan nilai rujukan yang dapat JA, eds. Clinical Exercise Testing (ERS
diterima oleh semua disiplin ilmu. Monograph). Sheffield, European Respiratory
Society, 2018; pp. 59–81.