Anda di halaman 1dari 11

EXERCISE STRESS TESTING :

WHEN, HOW, AND WHAT IT MEANS?


Budi Arief Waskito
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstract

Exercise stress testing (EST) is a sensitive and informative examination of the cardiovascular response to
exercise. Exercise is a common physiological stress used to elicit cardiovascular abnormalities not present
at rest and to determine the adequacy of cardiac function. The electrocardiogram is the most common
parameter used to evaluate the ischemic response during exercise. Exercise electrocardiography is one of
the most frequent noninvasive modalities used to determine the likelihood and extent of coronary artery
disease. The test is also used to estimate prognosis, to determine functional capacity, and to evaluate the
effects of therapy. The indications, contraindications, protocol, when to terminate, interpretation of the
result, and spesific clinical applications will be reviewed in this paper.

PENDAHULUAN memperkirakan prognosis, menentukan


kapasitas fungsional, dan evaluasi terapi
Uji Latih Jantung (ULJ) adalah tes yang medikamentosa atau revaskularisasi (Chaitman
menggunakan latihan fisik dengan alat bantu BR).
treadmill sebagai stres fisiologis untuk melihat
kelainan kardiovaskuler yang tidak timbul pada INDIKASI UJI LATIH JANTUNG
saat istirahat. ULJ adalah pemeriksaan EKG
Uji latih diperlukan untuk menegakkan diagnosa
yang utamanya untuk melihat respon iskemi
PJK, meskipun penemuan klinik lainnya, seperti
miokard akibat insufisiensi arteri koroner
nyeri dada tipikal untuk iskemi miokard, sesak
terhadap latihan fisik.
nafas yang timbul dengan aktifitas, abnormalitas
EKG saat istirahat, atau faktor resiko yang
Saat ini semakin marak penggunaan sarana
multipel untuk aterosklerosis menunjukkan
pencitraan radio-nuklei semisal MSCT untuk
kemungkinan besar menderitaPJK.
sarana diagnostik penyakit jantung koroner,
yang kadang oleh beberapa klinisi dikerjakan
Saat ini indikasi klinis harus mengikuti aturan
tanpa mempertimbangkan pemeriksaan ULJ
yang seragam dan untuk itu Perhimpunan
terlebih dahulu. Disamping biaya yang jauh lebih
Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) sepakat
rendah daripada pencitraan radio-nuklei, ULJ
bahwa indikasi ULJ adalah mengacu pada
tetap digunakan secara luas dan menjadi
pedoman dari American College of Cardiology /
pedoman umum sebagai langkah awal untuk
American Heart Association (ACC / AHA) yang
mengetahui adanya atau perkembangan
mengklasifikasikan indikasi ULJ menjadi Klas I,
penyakit arteri koroner. Selain itu juga
IIdan III(Tabel1).
digunakan untuk stratifikasi resiko,

66
Tabel 1. UJI LATIH JANTUNG UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS PENYAKIT
JANTUNG KORONER

Parameter prediktif yang utama untuk menentukan pre-tes probabilitas pada seorang penderita PJK
adalah deskripsi dari nyeri dada, jenis kelamin dan umur.
Pada Tabel 2 dapat dilihat ringkasan dari pre-tes probabilitas PJK berdasarkan parameter tersebut.

Tabel 2. PROBALITAS PRE-TES DARI PJK.

67
Tidak ada data untuk penderita < 30 tahun atau > 69 tahun, tetapi dapat diperkirakan prevalensi PJK
meningkat sesuai umur yang bertambah.

Meskipun ULJ merupakan prosedur yang aman, tetap saja penilaian klinis yang baik harus dilakukan
saat memutuskan melakukan ULJ pada seseorang. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
kontra-indikasi absolut maupun relatif harus diketahui.

Tabel 3. KONTRAINDIKASI UJI LATIH JANTUNG

Kontraindikasi relatif dapat diabaikan manakala keuntungan hasil ULJ melebihi risiko.
Kontraindikasi absolut Infark MiokardAkut menurut panduanACC/AHAtahun 1977 sekitar 2 hari.

Disamping mengenal kontraindikasi perlu pula diingat dan dipahami kapan tes harus dihentikan agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (Tabel 4).

68
Tabel 4. INDIKASI UNTUK MENGHENTIKAN ULJ

KEPENTINGAN KLINIS ULJ revaskularisasi atau cukup tatalaksana


medikamentosa (Gambar 1).
Penggunaan utama ULJ sebagian besar pada
penderita dewasa dengan gejala-gejala yang Bila kateterisasi jantung tidak diindikasikan,
diduga atau telah diketahui akibat penyakit penderita yang dicurigai atau diketahui
jantung koroner. Penderita yang akan mengidap PJK dan timbulnya suatu keluhan
menjalani ULJ seharusnya telah stabil dari yang baru atau perubahan keluhan yang
nyeri dada. Stratifikasi resiko, diagnosis dan berkaitan dengan iskhemia harus menjalani
prognosis yang didapat akan diperlukan guna suatu ULJ untuk menilai risiko kejadian
menentukan tindakan lebih lanjut seperti kardiak dimasa yang akan datang. Suatu
angiografi koroner atau tindakan pemeriksaan ULJ haruslah terdokumentasi dari

69
semua penderita sebelum dilakukan kepada evaluasi EKG penderita saat istirahat,
revaskularisasi. Uji latih barangkali masih kemampuan fisik untuk melakukan latihan,
memberikan informasi prognostik yang kemampuan dokter serta tehnik yang dipakai
terutama kapasitas latihan pada penderita dan tujuan test. Pada kebanyakan institusi
dimana perubahan EKG nya tidak dapat medis menggunakan “standard Bruce
digunakan untuk identifikasi iskhemia. protocol”, banyak data ilmiah diagnostik dan
prognostik dipublikasikan menggunakan
ULJ untuk diagnostik PJK biasanya prosedur ini. Pada protokol Bruce, pasien
diekspresikan dengan sensitifitas (Persentase melakukan treadmill dengan fase berjenjang
pasien dengan PJK yang hasilnya abnormal) tiap 3 menit beban bertambah sampai maksimal
dan spesifisitas (Persentase pasien tanpa PJK mencapai target tertentu atau dihentikan karena
yang hasilnya normal). Hasil dari berbagai kondisi tertentu. Pada usia lanjut atau orang
studi meta-analisis yang telah dipublikasikan, yang kapasitas latihannya terbatas karena
dengan mengkorelasikan pemakaian tes adanya penyakit jantung, prosedurnya dapat
dengan oklusi diameter lumen arteri koroner dikurangi yaitu dua kali 3 menit, pemanasan
antara 50% atau 70%, menunjukkan sensitifitas pada 1.7 mph dengan gradasi 0% dan 1.7 mph
rata-rata sekitar 67% dan spesifisitas rata-rata dengan gradasi 5%.
sekitar 72% (Fletcher GE et all).
Keterbatasan protokol Bruce hanya pada
PROSEDUR ULJ peningkatan yang cukup besar pada ambilan
oksigen respiratoar (Vo2) diantara fase latihan
Latihan fisik yang digunakan dalam ULJ dapat dan tambahan tenaga ekstra untuk berlari bila
berupa latihan isotonik (atau dinamik), latihan telah melebihi Bruce's stage III.
isometrik (atau statik) dan latihan resistive
(gabungan isometrik dan isotonik). Pada INTERPRETASI HASILULJ
makalah ini hanya akan dibahas latihan
dinamik yang merupakan prosedur paling Interpretasi hasil ULJ harus mencakup respon
sering digunakan untuk mengukur cadangan klinis, kapasitas latihan, hemodinamik dan
kardiovaskuler, dan yang digunakan untuk uji yang paling penting EKG latihan. Timbulnya
klinis adalah “low-intensity warm-up phase”. angina tipikal saat latihan merupakan tanda
Secara umum, pada menit ke 6-12 saat latihan, penting, dan hal tersebut merupakan indikasi
kebutuhan oksigen miokardial meningkat terminasi ULJ. Salah satu petanda prognostik
sampai tingkat maksimal, sehingga sudah yang kuat dan konsisten untuk diagnostik
optimal digunakan untuk diagnostik dan adalah kapasitas maksimun latihan yang
prognostik. Paska latihan, protokol ULJ harus diekspresikan dalam MET (metabolic
menyertakan fase pemulihan. equivalent), yang paling sedikit dipengaruhi
oleh kondisi disfungsi ventrikel kiri saat
Pemilihan sarana uji latih harus berdasarkan istirahat dan luas disfungsi ventrikel kiri yang

70
timbul dengan latihan. Klasifikasi kesegaran penting untuk menentukan kemampuan
kardiorespirasi, respon peningkatan tekanan berolahraga dan memperkirakan prognosis
darah dan frekuensi denyut jantung maksimal jangka panjang.

71
Kesepakatan umum yang dipakai secara penyakit koroner. Kriteria untuk upsloping ST
definitif untuk menilai hasil ULJ terutama segment depresi yang lambat adalah depresi J
mengacu pada ada tidaknya perubahan segmen point dan ST-80 minimal 1,5 mm dengan “ST
ST. Ada Delapan jenis pola EKG latihan pada segment slope” lebih dari 1.0 mV/detik.
saat istirahat dan puncak latihan (Gambar 2).
Pola EKG dengan depresi segmen ST 1 mm Kriteria klasik gambaran EKG untuk iskemi
atau lebih dengan bentuk horisontal atau miokard adalah depresi segmen ST tipe
“downsloping”, minimal 60 sampai 80 mili- horisontal dan downsloping. Dikatakan depresi
detik (ST-60 sampai ST-80) setelah akhir segmen ST horisontal bila J point dan ST-80
komplek QRS dinilai sebagai tes positif. keduanya mengalami depresi 1 mm dengan ST
Respons depresi segmen ST upsloping yang segmen slope berkisar antara 0 sampai 1
khas dan cepat adalah respons latihan yang mV/detik. Sedang tipe downsloping tampak
normal. Depresi J point dengan upsloping bila terjadi depresi 1 mm dari J point dan ST-80,
segmen ST yang cepat biasanya merupakan dan ST segmen slope adalah -1,0 mV/detik.
respon pada lanjut usia yang sehat. Depresi Elevasi segmen ST pada infark miokard non Q
minor segmen ST kadang-kadang dapat timbul wave terjadi bila J point dan ST-60 naik 1mm
pada beban latihan submaximal pada pasien atau lebih. ST elevasi pada sadapan non Q wave
dengan penyakit koroner; yaitu depresi 0.9 mm menunjukkan adanya respon iskemik yang
atau kurang selama minimal 80 milidetik berat, sedang ST elevasi pada area dengan Q
setelah J point. Bentuk depresi segmen ST wave saat ULJ hanya menunjukkan gangguan
upsloping yang lambat menunjukkan adanya pergerakan dinding ventrikel yang berat jarang
respons iskemik pada pasien dengan penyakit diakibatkan oleh iskemi miokard (Gibbon RJ et
koroner atau pasien dengan resiko tinggi all).
GAMBAR 2. DELAPAN JENIS POLA EKG LATIHAN PADA SAAT ISTIRAHAT DAN
PUNCAK LATIHAN

72
ULJ PASKA INFARK MIOKARD 21). ULJ sangat berguna didalam upaya
konseling pasca rawat dari rumah sakit dan
Pengobatan penderita infark miokard akut suatu prasarana untuk program latihan sebagai
termasuk didalamnya satu atau lebih dari hal- bagian dari rehabilitasi jantung yang
hal berikut : terapi medikal, trombolik dan komprehensif.
revaskulerisasi koroner. Semua intervensi itu
telah membawa perbaikan prognostik PENGARUH OBAT DAN FAKTOR-
penderita paska infark dan ULJ sesudah infark FAKTOR LAIN
miokard aman.
Onset untuk timbulnya “exercise-induced
Sebelum dipulangkan (predischarge) untuk angina” pada penderita PJK waktunya
menilai prognostik, panduan aktifitas, evaluasi bervariasi. Variabilitas dapat diturunkan
terapi medikamentosa dilakukan ULJ dengan membiasakan pasien terhadap prosedur
submaksimal antara hari ke 4 sampai ke 7. ULJ treadmill dan peralatannya, penggunaan obat
dapat dikerjakan segera setelah dipulangkan antiangina saat ULJ, dan keadaan uji yang
untuk menilai prognostik, panduan aktifitas, stabil. Mekanisme penguatan respons dengan
evaluasi terapi medikamentosa dan rehabilitasi latihan ulang mungkin akibat “ischemic
jantung jika ULJ predischarge tidak dilakukan preconditioning”, membiasakan dengan
(simptom-limited antara hari ke 14 sampai ke prosedur tes, dan perbaikan efisiensi

73
musculoskeletal. Pada individu yang tidak vasokonstriksi koroner dan meningkatkan
tahan dingin, latihan di ruangan yang dingin kejadian abnormal tes, dan hasil false-positive
dapat menimbulkan onset depresi ST segmen sering terjadi saat menstruasi atau
lebih awal dari pada suhu ruangan yang normal. preovulation, dan pada perempuan
Keadaan yang meningkatkan kadar postmenopause dengan terapi pengganti
karbonmonoksida, seperti perokok kronis estrogen. Pada perempuan yang asimptomatik,
dapat menurunkan nilai ambang respons timbulnya kapasitas latihan rendah, pemulihan
sistemik. denyut jantung lama dan tidak dapat mencapai
target denyut jantung merupakan prediktor
Digitalis glycosida dapat menyebabkan depresi yang lebih penting dari pada perubahan EKG
segmen ST saat latihan terutama pada orang saat latihan. Pada wanita yang simptomatik,
tua. Tidak adanya deviasi segmen ST pada ULJ dengan pre-test probabilitas tengah sampai
pada pasien yang menggunakan glikosida tinggi, perlu dipertimbangkan pemeriksaan
jantung menunjukkan respon iskemi negatif pencitraan sebagai test awal bila hasil EKG
yang valid. Hipokalemia pada pasien dengan istirahat abnormal.
terapi diuretik jangka panjang menunjukkan
depresi segmen ST saat latihan. Obat HIPERTENSI
antiiskemik nitrat, betabloker, atau penyekat
kanal kalsium memperpanjang waktu onset ULJ dilakukan untuk identifikasi pasien
depresi Segmen ST, meningkatkan toleransi dengan respon tekanan darah yang abnormal
latihan dan pada sebagian kecil pasien (10- dan cenderung akan menjadi hipertensi. Pada
15%), dapat menormalkan respon EKG latihan orang normotensi yang asipmtomatik, respons
pasien dengan CAD. Waktu dan dosis tekanan darah sistolik dan diastolik yang
pemberian obat dapat mempengaruhi tampilan berlebihan saat uji latih atau respons tekanan
latihan (Kusmana D dkk). darah sistolik lebih tinggi dari pada 240 mmHg
atau peningkatan tekanan darah sistolik dan
WANITA diastolik menetap pada menit ketiga waktu
pemulihan menandakan adanya peningkatan
Akurasi diagnostik depresi segmen ST saat resiko terjadinya hipertensi. Hipertensi
latihan pada perempuan dengan PJK lebih kecil sistemik yang berat dapat memperberat perfusi
dari pada laki-laki. Populasi perempuan subendokardial dan menyebabkan depresi
dewasa muda dan pertengahan lebih jarang Segmen ST tanpa adanya atherosclerosis,
mengalami CAD dari pada laki-laki, jadi walaupun hasil EKG istirahat tidak
sensitifitasnya lebih rendah untuk mendeteksi memperlihatkan perubahan gelombang ST atau
penyakit koroner menggunakan ULJ pada T yang bermakna. Toleransi latihan menurun
kelompok usia ini. Perempuan cenderung pada pasien dengan kontrol tekanan darah yang
mengeluarkan katekolamin lebih banyak waktu buruk.
latihan sehingga dapat menambah

74
PASIEN LANJUT USIA pintas koroner tergantung pada derajad
revaskularisasi yang dicapai dan fungsi
Kapasitas aerobik maksimal (Vo2 max) ventrikel kiri. Depresi segmen ST saat latihan
menurun 5-10 persen/dekade dimulai pada dapat timbul bila terjadi revaskularisasi
usia 30 tahun, makin cepat pada dekade inkomplet, terutama pada kapasitas latihan
terakhir. Prosedur latihan pada lanjut usia harus yang tertinggi. Kegunaan diagnostik dan
ditentukan hati-hati berdasarkan perkiraan prognostik ULJ setelah revaskularisasi koroner
kapasitas aerobik. Pada pasien dengan toleransi (mis, 5-10 tahun) lebih besar dari pada awal
latihan terbatas, ULJ dimulai dengan kecepatan (kurang dari 1 tahun) ULJ, karena respon
terendah, dengan tingkat 0%, dan disesuaikan abnormal yang lambat mengindikasikan
tergantung kemampuan pasien. Frekwensi pola adanya oklusi graft, stenosis, atau progresi
EKG latihan yang abnormal pada lanjut usia PJK. Pada pasien tertentu dengan disfungsi
lebih tinggi dari pada dewasa muda, dan resiko ventrikel kiri berat dan gagal jantung
terjadinya serangan jantung meningkat karena simptomatik, revaskularisasi setelah operasi
peningkatan prevalensi CAD yang lebih luas. pintas koroner meningkatkan kapasitas latihan
Sensitifitas ULJ pada pasien lanjut usia bila disfungsinya terjadi pada miokard yang
meningkat, disertai dengan sedikit penurunan viabel (Whales MH).
spesitifitas.
Resiko stenosis setelah intervensi koroner
DIABETES MELITUS perkutan (PCI) tergantung waktu : stenosis
stent biasanya timbul pada 12 bulan pertama
Aterosklerosis koroner dan penyakit vaskuler setelah PCI dan menurun bermakna dengan
perifer meningkat bermakna pada pasien penggunaan drug-eluting stents. ULJ yang
dewasa muda dengan diabetes mellitus pertama dikerjakan pada awal fase post-PCI (<
dibandingkan dengan pasien non-diabetes. 1 bulan), dapat timbul hasil EKG latihan yang
Timbulnya aterosklerosis berhubungan sangat abnormal, yang disebabkan karena hasil
erat dengan lamanya diabetes dan adanya suboptimal atau revaskularisasi yang tidak
penyakit mikrovaskuler, penyakit vaskuler komplet. Waktu optimal kedua untuk
perifer dan neuropati otonomik. Pada pasien melakukan ULJ setelah PCI tergantung pada
dengan disfungsi otonomik, dan neuropati keberhasilan operasi dan tingkat
sensoris, nilai ambang anginal meningkat dan revaskularisasi yang terjadi. Di sisi lain, pasien
biasanya timbul respon denyut nadi dan yang asimptomatik, 6-12 bulan post-operasi
tekanan darah yang abnormal (Wasserman K). cukup untuk melihat timbulnya ada tidaknya
restenosis sebagai tanda kesembuhan.
REVASKULARISASI KORONER

Derajat perbaikan iskemi miokard dan


kapasitas aerobik pada ULJ setelah operasi

75
KEPUSTAKAAN 4. Kusmana D, Herwanto B, Soepangadi
at all: Tatalaksana Uji Latih Jantung,
1. Chaitman BR: Exercise Stress Testing: Pedoman Tatalaksana Penyakit
Braunwald's Heart Diasease, 8th ed. Kardiovaskuler di Indonesia. Perki,
Philadelphia, Saunders Elservier, 2008. 2003. 19-60
195-226. 5. Wasserman K: Principles of Exercise
2. Fletcher GE, Balady GJ, Amsterdam Testing and Intrpretation, 4th ed.
EA et al: Exercise standards for testing Philadelphia, Lippincott Williams &
and training: A statement for healthcare Wilkins, 2005.
professionals from the American Heart 6. Whales MH, Brubaker PH, Otto RM,
Association. Circulation. Amstrong LE : ACSM's Guidelines for
2001;104:1694-709. Exercise Testing and Prescription. 7th
3. Gibbon RJ, Balady GJ, Bricker JT, et al: ed. Philadelphia. Lippincott Williams
ACC/AHA 2002 guideline update for & Wilkins, 2006.
exercise testing. Summary article: A
report of the ACC/AHA Task Force on Reviewer:Dr.PWM.OllyIndrajani, dr. ,Sp.PD
Practice Guidelines. Circulation.
2002;106:1883-92.

76

Anda mungkin juga menyukai