ABSTRACT
Coronary Heart Disease (CHD) is an imbalance condition of oxygen supply which causes hypoxic
conditions in myocardium, the World Health Organization (WHO) estimates CHD to be the leading cause of
death worldwide, with more than 80% occurring in developing countries.
In compiling this scientific paper using descriptive methods, research was conducted by collecting data from
September 2018 to May 2019 at Tangerang District General Hospital, describing the characteristics and
subjects studied and making conclusions.
The study began from September to May. Based on the study 2 of 11 patients had a positive exercise test.
PTCA measures are able to improve fitness and reduce coronary arteries narrowing, the Load Heart
Exercise Test is an appropriate initial method for post-PTCA evaluation, and is quite good in assessing
ischemic responses after PTCA actions.
Keywords: Coronary Heart Disease, Weight Training Exercise, Percutaneous Transluminal Coronary
Intervention.
ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu kondisi ketidak seimbangan suplai oksigen yang
menyebabkan kondisi hipoksia pada miokardium, World Health Organization (WHO) mengestimasi PJK
menjadi penyebab utama kematian diseluruh dunia ,dengan lebih dari 80% terjadi di negara berkembang.
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, penelitian dilakukan dengan pengumpulan data pada
di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, menggambarkan karakteristik dan subjek yang diteliti dan
membuat kesimpulan.
Penelitian dilakukan selama 8 bulan pengambilan data primer di Rumah Sakit Daerah diperoleh 11 pasien
memiliki hasil uji latih yang positif.
Tindakan PTCA mampu meningkatkan kebugaran dan mengurangi penyempitan pembuluh darah
koroner,Uji Latih Jantung Beban adalah metode awal yang tepat untuk evaluasi pasca tindakan PTCA,serta
cukup baik dalam menilai respon iskhemik setelah dilakukannya tindakan PTCA.
Kata kunci: Penyakit Jantung Koroner, Uji Latih Jantung Beban, Percutaneous Transluminal
Coronary Intervention.
PENDAHULUAN dan (2). Atau belum pernah didiagnosa
Penyakit Jantung Koroner (PJK) menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala
merupakan suatu kondisi dimana terjadi ketidak atau riwayat nyeri dirasakan dibagian tengah
seimbangan antara suplai oksigen dengan atau dada kiri dan menjalar ke lengan kiri, atau
kebutuhan yang menyebabkan kondisi hipoksia tidak nyaman di dada yang dirasakan ketika
pada miokardium dan akumulasi zat-zat mendaki/ naik tangga /berjalan tergesa- gesa
buangan metabolisme yang umumnya atau rasa tidak nyaman di dada namun hilang
disebabkan oleh proses aterosklerosis pada ketika menghentikan aktifitas attau istirahat.
arteri koroner (Wilder dkk, 2016). (Tanpa ada pemeriksaan EKG maka kesahihan
World Health Organization (WHO) di pertanyakan).
mengestimasi PJK menjadi penyebab utama Berdasarkan penelitian yang dilakukan
kematian diseluruh dunia dengan 17 juta oleh Desy Diastutik di poli jantung Rumah
kematian per tahun pada tahun 2008 dan akan Sakit Umum Daerah Sidoarjo pada mei tahun
meningkat menjadi 23,4 juta kematian pada 2016 menunjukkan bahwa karakteristik
tahun 2030, dengan lebih dari 80% terjadi di responden berdasarkan umur adalah sebagian
negara berkembang. besar responden baik penderita penyakit
Data WHO tahun 2015 menyebutkan jantung koroner maupun penderita non
lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal penyakit jantung koroner berada di kelompok
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, umur ≥ 60 tahun, yaitu sebanyak 10 responden
atau sekitar 31% dari seluruh kematian di penderita penyakit jantung koroner (52,6%)
dunia, sebagian besar atau sekitar 8,7 juta dan sebanyak 12 responden penderita non
disebabkan oleh penyakit jantung koroner. penyakit jantung koroner (63,2%). Hal ini
Berdasarkan hasil RISKESDAS 2013, menunjukkan bahwa pasien PJK rerata telah
pravelensi jantung koroner berdasarkan pernah lanjut usia, terlepas dari segi demografi dan
didiagnosa dokter teridentifikasi 0,5%, dan aktifitas yang dilakukan oleh pasien tersebut.
berdasarkan diagnosa dokter atau gejala sebesar Penelitian yang dilakukan oleh
1,5%. Pravelensi gagal jantung berdasarkan Iskandar dkk, yang dilakukan di RSU Meuraxa
pernah didiagnosis dokter didapati 0,13%, dan Banda Aceh pada tahun 2017 menunjukkan hal
berdasarkan diagnosa dokter atau gejala sebesar yang sama yaitu sebagian besar subjek
0,3%. Hasil RISKESDAS 2013 berdasarkan mempunyai kelompok umur 50 – 69 tahun
wawancara adalah 1.5% untuk seluruh masing-masing 46,7% pada subjek yang
Indonesia, dengan presentase perempuan lebih menderita PJK dan 50,0% pada subjek yang
tinggi. Perbedaan tersebut nyata sebab bukan penderita PJK. Untuk subjek yang
RISKESDAS hanya dengan wawancara mempunyai kelompok umur ≥ 70 tahun sedikit
sehingga keluhan nyeri dada pada perempuan lebih tinggi (11,7%) pada subjek PJK
tidak dapat ditafsirkan sebagai nyeri angina dibandingkan dangan subjek yang bukan
pectoris. Definisi PJK pada RISKESDAS : (1). menderita PJK (8,3%).
Pernah didiagnosa menderita PJK (angina Untuk menegakkan diagnose PJK
pectoris dan atau infark miokard) oleh dokter, diperlukan beberapa pemeriksaan dengan cara
noninvasif maupun pemeriksaan invasif, jika lainnya yaitu Ekhokardiografi merupakan
hasil pemeriksaan di nyatakan positif maka metode non invasif yang dapat memberikan
akan di lakukan intervensi pembuluh darah informasi penting tentang anatomi,morfologi
koroner dan jika di perlukan akan dilakukan serta fungsi ruang jantung ,dinding jantung,
pemasangan stent koroner guna memperlancar katup-katup serta pembuluh darah besar.
aliran pembuluh darah yang mengalami Pemeriksaan ini menggunakan suara dengan
penyempitan akibat arterosklorosis. frekuensi yang sangat tinggi atau disebut
Pemeriksaan noninvasif yang dapat ultrasound.
dilakukan yaitu Elektrokardiografi, Uji Latih Apabila pemeriksaan noninvasif telah
Jantung Beban, Ekhokardiografi, sedangkan dilakukan namun tidak menemukan hasil yang
pemeriksaan invasif yaitu Percutaneous baik, maka pemeriksaan selanjutnya dapat
Transluminal Coronary Arteri (PTCA). menggunakan pemeriksaan invasif. Adapun
Elektrokardiografi adalah pemeriksaan pemeriksaan secara invasif yang dilakukan
atau perekaman aktifitas elektrik jantung, adalah kateterisasi jantung. Prosedur
sedangkan elektrokardiogram (EKG) adalah kateterisasi jantung yang bertujuan untuk
suatu grafik yang menggambarkan reakaman mengevaluasi anatomi pembuluh darah koroner
aktifitas elektrik jantung tersadap melalui disebut dengan tindakan Coronary angiography
elektrode- elektrode yang dipasang pada tubuh (Gray, et al, 2002; Smeltzer & Bare, 2008).
(Erika,2017) . Pemeriksaan ini hanya dapat Kateterisasi jantung merupakan
melihat keadaan jantung pada saat istirahat prosedur diagnostik invasif yang digunakan
saja, untuk pemeriksaan pada saat aktifitas untuk mengevaluasi derajat aterosklerosis dan
maka dilakukan pemeriksaan Uji Latih Jantung penatalaksanaannya. Tindakan ini juga
Beban. digunakan untuk mempelajari adanya
Uji latih jantung merupakan suatu uji kecurigaan anomali kongenital arteri koronaria
stres fisiologis yang bertujuan memunculkan (Smeltzer & Bare, 2008).
ketidak normalan kerja jantung yang bersifat Sesuai dengan pedoman uji latih
laten atau yang tidak terjadi pada saat istirahat. jantung yang di rancang oleh PERKI, uji latih
(Heger, 1995), ULJB juga dapat dipergunakan jantung beban dapat di gunakan sebagai
untuk mengukur kondisi kardiovaskuler dengan pemeriksaan setelah melakukan tindakan atau
mendeteksi perubahan hemodmamika,iskemia, pengobatan tertentu yang bertujuan untuk
dan gangguan irama jantung yang berhubungan mengevaluasi tindakan atau pengobatan ,
dengan aktifitas fisik tersebut. dengan pengobatan atau tindakan tertentu
Uji latih ini secara umum mempunyai tingkat kebugaran atau kapasitas aerobik
sensitivitas antara 60% sampai 70% dan seseorang dapat meningkat, atau ambang
spesifisitas 85% (Kharabsheh dkk., 2006). batas iskemia dapat meningkat bahkan tak
Maka dari itu ULJB adalah pemeriksaan yang tampak lagi gambaran iskemia. ULJB yang
baik guna mengevaluasi pembuluh darah dilakukan untuk evaluasi pengobatan atau
koroner yang kembali mengalami penyempitan. tindakan secara khusus harus dibandingkan
Sementara pemeriksaan noninvasif dengan ULJB yang dilakukan sebelum
dilakukan pengobatan atau tindakan tersebut. Kabupaten Tangerang.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk HASIL PENELITIAN
mengevaluasi tindakan pasca intervensi
Penelitian dilakukan pada pasien CAD
pembuluh darah koroner menggunakan Uji
stabil yang menjalani uji latih jantung beban di
Latih Jantung Beban. Serta untuk mengetahui
ruang treadmill Polikinik Jantung pada 11
gambaran seberapa efektif tindakan intervensi
subjek sebagian besar berjenis kelamin Laki-
koroner pada pasien yang mengalami
laki. Berdasarkan tabel 1, usia pasien yang
penyempitan pembuluh darah untuk mencegah
menjalankan pemeriksaan Uji Latih Jantung
terjadinya penyempitan kembali pembuluh
Beban (ULJB) adalah kisaran 50-64 tahun.
darah.
Sementara hasil pemeriksaan tekanan
METODE PENELITIAN darah pasien yang menjalankan Uji Latih
Penelitian ini menggunakan metode
Jantung Beban (ULJB) berdasarkan tabel 2
deskriptif, penelitian dilakukan dengan
didapatkan 90% subjek yang menjalankan Uji
pengumpulan data, menggambarkan
Latih Jantung Beban mempunyai Respon
karakteristik dan subjek yang diteliti dan
Hipertensi saat dilakukan pemantauan sealama
membuat kesimpulan. Penelitian di lakukan di
Uji Latih Jantung Beban berlangsung.
ruangan Treadmill Poli klinik Jantung dan
Pada penelitian ini didapatkan pula
Pembuluh Darah RSU Kab. Tangerang dengan
umumnya pasien mempunyai nilai kebugaran
mengambil data pada kurun waktu 8 bulan.
yang meningkat setelah di lakukan tindakan
Populasi dan Sampel penelitian ini
PTCA sesuai dengan pemeriksaan
mengambil sampel 11 pasien dari data premier
menggunakan Uji Latih Jantung Beban.
berdasarkan pengamatan hasil pengujian
Berdasarkan tabel 2 nilai METs pada 50%
treadmill pada pasien, diolah dalam bentuk
pasien mengalami peningkatan sekitar 1-2
tabel dan diagram. Dengan teknik pengambilan
METs, 40% pasien tidak mengalami kenaikan
data diambil secara cross sectional. Analisa
nilai METs, dan 10% pasien mengalami
data yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu
penurunan nilai METs. Sementara nilai DTS
pengambilan data pasien yang di lakukan Uji
keseluruhan pasien mengalami kenaikan
Latih Jantung Beban dengan cara
sebanyak 1 hingga 7 skor.
mengobservasi pasien melalui hasil Uji Latih
Jantung Beban di Rumah Sakit Umum
Tabel 1. Karakteristik Hasil Penelitian
Hasil Uji Latih Jantung Beban (PRA) Hasil Uji Latih Jantung Beban (Pasca)
Gender Usia
METs DTS Risk Waktu Hasil METs DTS Risk Waktu Hasil
Weintraub WS, Daniels SR, Burke LE, et al. Yanowitz FG. (2000) “Exercise ECG
Value of Primordial and Primary Prevention Testing Methodologies”.
for Cardiovascular Disease A Policy Statement http//www.uptodate.com, 4: 17
From the American Heart Association
Circulation. 2011;124:967-990. Wilder J, Sabatine MS, and Lilly.
Ischemic Heart Disease Chapter 6.In:
WHO. 2012. World Health Statistics 2012. Lilly,Leonard S. Pathophysiology of
Geneva: WHO Press, p. 68. heart disease: a collaborative project of
Tersediadi:http://www.who.int.iris/bitstream/10 medical students and faculty. 6th ed.
665/44844/1/9789214156444e ng.pdf Baltimore: Lippincott Williams
&Wilkins, 2016;134-161.